• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan terhadap Eskternalitas Positif terkait dengan Pertumbuhan SDI

Impact Assessment

5.3. Alternatif Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk Kegiatan Migas di Daerah Penangkapan Ikan Migas di Daerah Penangkapan Ikan

5.3.3. Pengelolaan terhadap Eskternalitas Positif terkait dengan Pertumbuhan SDI

Dari hasil kajian bioekonomi dengan menggunakan data produksi dan effort series periode 1996-2010, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi bioekonomi di area migas justru lebih tinggi dibandingkan dengan di area non migas. Kondisi ini disebabkan oleh tingkat pertumbuhan ikan di area migas lebih tinggi dibandingkan dengan area non migas, yaitu berbeda sebesar 0,5%. Adanya pemberlakuan zona aman kegiatan pada jarak radius 500 m, semakin menguatkan pertahanan fungsi ekologi yang mungkin terbentuk di area anjungan produksi migas di laut. Adanya simbiosis ekologi di area anjungan serta pemberlakuan zona aman di sekitar anjungan menyebabkan area anjungan seolah menjadi area konservasi (marine protected area/MPA). Kondisi ini dapat melindungi ikan sementara (selama tahap operasi) dari kegiatan penangkapan yang sudah menunjukkan kondisi over fishing. Dalam jangka panjang, perlindungan ini cukup berarti untuk tingkat pertumbuhan ikan yang akan berkontribusi secara langsung terhadap keberlangsungan kegiatan penangkapan ikan di pesisir ini.

Kondisi ini cukup mampu menjawab kekhawatiran nelayan terkait dengan keberadaan anjungan produksi migas di laut, yang juga merupakan fishing ground utama. Selain itu, kondisi ini sekaligus memberikan gambaran bagi nelayan tentang kondisi perikanan tangkap, khususnya alat payang secara biologi dan ekonomi yang saat ini telah menunjukkan kondisi overfishing dan perlu segera diatasi. Over fishing yang terjadi dapat menjadi peringatan bagi nelayan dan pemerintah terkait untuk mulai mengupayakan kegiatan penangkapan ikan yang tidak bersifat eksploitatif. Pada sisi yang sama, kondisi over fishing juga dapat menjadi peringatan bagi pelaksana kegiatan migas untuk mulai lebih memperhatikan gejolak sosial yang mungkin dapat timbul dan berdampak pada kegiatan migas itu sendiri.

Hasil penelitian ini dapat membantu pihak pelaksana kegiatan migas dalam penjelasan dampak positif keberadaan anjungan migas di laut terhadap pengendalian kondisi overfishing, khususnya alat payang. Penjelasan yang detail, mudah dipahami, dan memberikan manfaat positif bagi nelayan itu sendiri akan berpeluang lebih besar untuk dimengerti dan diyakini oleh nelayan.

Selain untuk mengelola konflik sosial terkait dengan pemanfaatan kawasan dan SDA, eksternalitas positif anjungan produksi migas di laut dapat pula menjadi salah satu pertimbangan dalam kegiatan decommissioning ketika kegiatan operasi telah usai.

Dengan adanya dugaan terbentuknya ekosistem di area anjungan yang diestimasi dari perbedaan produksi dan komparasi studi literatur, maka perlu dilakukan penelitian yang bersifat lebih komperehensif untuk mengetahui nilai relatif habitat yang terbentuk di area anjungan. Nilai relatif habitat tersebut, dapat memberikan gambaran dalam penentuan kebijakan decommissioning fasilitas anjungan dari perairan. Kebijakan pembongkaran anjungan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, misalnya dengan pembongkaran fasilitas secara total, pemotongan sebagian fasilitas, atau tetap membiarkan fasilitas secara utuh di perairan dengan kondisi mengubah posisi (menenggelamkannya dalam posisi memanjang).

Dalam perspektif ekonomi sumber daya alam dan lingkungan, maka pertimbangan holistik dan sinergis sangat diperlukan, mengingat potensi sumber daya alam yang harus dijaga untuk kepentingan kehidupan saat ini dan generasi selanjutnya. Pihak pelaksana kegiatan migas di laut dapat melakukan kerja sama dengan pihak instansi terkait, misalnya dinas kelautan dan perikanan yang relevan terkait dengan pengambilalihan fasilitas yang telah tidak diaktifkan lagi. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan memanfaatkan anjungan tersebut sebagai artificial reef yang dikelola oleh pihak dinas kelautan dan perikanan. Pengelolaan dapat dilakukan dengan penjagaan di sekitar anjungan, atau pemberian tanda batasan zona yang dapat diakses oleh nelayan. namun dengan memastikan bahwa proses close down anjungan benar-benar telah aman dari bahaya yang dapat mengancam nyawa.

Berdasarkan kajian ekonomi sumber daya dan lingkungan serta hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan dan saran yang disampaikan dari penelitian ini yaitu:

6.1. Simpulan

a) Keberadaan anjungan produksi migas di laut menimbulkan persepsi negatif dan positif dari nelayan. Persepsi positif muncul dari kelompok nelayan dengan alat tangkap yang dioperasikan jauh dari anjungan. Anggapan yang berkembang dari persepsi positif ini adalah adanya fungsi positif anjungan terhadap sumber daya ikan di laut. Selain itu adanya anggapan bahwa keberadaan anjungan dapat berperan sebagai acuan navigasi di laut juga menjadi salah satu alasan dari munculnya persepsi positif nelayan.

Persepsi negatif muncul dari kelompok nelayan dengan alat tangkap payang lampu dan pancing. Anggapan yang berkembang dari persepsi negatif ini yaitu adanya pengurangan area penangkapan ikan, yang berpengaruh pada penurunan produktivitas per trip nelayan payang lampu dan pancing. Selain itu, persepsi lain yang muncul adalah bahwa keberadaan anjungan kerap menyebabkan kecelakaan yang menewaskan nelayan.

b) Bentuk eksternalitas yang ditimbulkan dari keberadaan kegiatan migas di laut berupa eksternalitas negatif terhadap produktivitas per trip nelayan payang lampu. Perbedaan produktivitas per trip nelayan payang lampu di area migas dapat mencapai 33% kg atau senilai 60% rupiah lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas nelayan payang di area non migas. Eksternalitas positif yang ditimbulkan berupa manfaat area anjungan yang disertai zona aman kegiatan (larangan radius 500 m) sebagai area perlindungan sementara untuk sumber daya ikan. Hal ini dibuktikan oleh hasil analisis bioekonomi dengan data periode 1996-2010. Hasil analisis menunjukkan bahwa kondisi bioekonomi di area migas yang lebih baik dibandingkan dengan area non migas. Data ini juga didukung oleh produktivitas tahunan yang dihitung dari data sekunder tahun 1996-2010.

c) Terdapat dugaan bahwa area anjungan produksi migas di laut yang disertai dengan pemberlakuan zona aman kegiatan pada radius 500 m di sekitar anjungan telah dapat berperan menyerupai area perlindungan ikan untuk sementara (selama masa produksi migas). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa selain eksternalitas negatif berupa penurunan pendapatan nelayan payang per trip, ternyata keberadaan kegiatan produksi migas di laut memberikan eksternalitas positif terhadap pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan di area migas 5% lebih tinggi dibandingkan dengan di area non migas.

6.2. Saran

a) Pengelolaan sebaiknya difokuskan terhadap komponen lingkungan yang terpengaruh, yaitu perspesi negatif nelayan dan produktivitas nelayan payang lampu dan pancing. Kerugian produktivitas nelayan perlu dibayar melalui pemberian kompensasi, dan upaya pengelolaan sebaiknya diarahkan pada kegiatan yang bersifat jangka panjang bukan eksplotatif.

b) Pengelolaan sebaiknya melibatkan sistem terkait dan bersifat interaksi timbal balik. Pihak pelaksana industri migas di laut perlu menjalin kerjasama dan hubungan komunikasi yang baik dan harmonis dengan pihak nelayan, lembaga lokal, dan institusi terkait. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan pertemuan berkala untuk membicarakan kondisi lingkungan di perairan sekitar lokasi kegiatan migas. Pembicaraan tersebut sebaiknya mengakomodir kepentingan kedua pihak (pihak pelaksana migas dan pihak nelayan).

c) Manfaat positif yang diperoleh dari keberadaan anjungan produksi migas di laut perlu dipertahankan untuk menjaga keberlangsungan kegiatan penangkapan ikan, dan juga meningkatkan keamanan dan keselamatan kegiatan migas itu sendiri.

d) Perlu upaya berupa penyebaran informasi kepada nelayan tentang eksternalitas positif anjungan yang dapat melindungi ikan dari kegiatan penangkapan, terutama dalam kondisi overfishing yang telah terjadi.

Penjelasan secara detail diharapkan dapat membangkitkan kesadaran nelayan untuk turut bekerjasama mengamankan sumber daya ikan sekaligus kegiatan migas.

e) Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dan holistik untuk mengetahui kondisi ekologi dan mengukur nilai relatif habitat yang terbentuk di area anjungan produksi migas di laut. Hal ini sangat penting diketahui terkait dengan rencana kebijakan pelaksanaan close down/decommissioning pada tahap pasca operasi.

f) Perlu dilakukan analisis kelayakan terhadap alternatif strategi pengelolaan kegiatan dan lingkungan yang diusulkan dalam penelitian ini. Analisis ini diperlukan untuk dapat menyusun strategi pengelolaan kegiatan pada tahap operasi (selama anjungan berada di perairan) dan pada tahap pasca operasi (setelah kegiatan usai) yang efektif, tepat, dan memberi manfaat terhadap kondisi sumber daya dan lingkungan di sekitar lokasi kegiatan migas di laut.

Anna, S. 2003. Model Embedded Dinamik Ekonomi Interaksi Perikanan-Pencemaran: kasus di Teluk Jakarta, DKI Jakarta [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ayodhya. 1976. Teknik Penangkapan Ikan. Bagian Teknik Penangkapan Ikan. Bogor: IPB.

Ayodhyoa. 1981. Metode Penangkapan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Baskoro, SM dan A Suherman. 2007. Teknologi Penangkapan Ikan Dengan Cahaya. Semarang:UNDIP.

Bea-indonesia.org. 2011. Peluang Investasi MIGAS di Indonesia.

Biro Riset LMFEUI. 2010. Analisis Industri Minyak dan Gas Bumi di Indonesia. [BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 1996. Indeks Harga Konsumen.

Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 1997. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 1998. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 1998. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2000. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2001. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2002. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2003. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2004. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2005. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2006. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2007. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2008. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2009. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2010. Indeks Harga Konsumen. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2010. Kabupaten Karawang dalam Angka 2010. Provinsi Jawa Barat.

[BPS] Biro Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2010. Kabupaten Cirebon dalam Angka 2010. Provinsi Jawa Barat.

Bungin, B. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Caledonian Offshore Ltd. 1995. North Sea Offshore Employment. Canada.

Clark, CW. 1990. Mathematical Bioeconomics the Optimal Management of Renewable Resources 2nd ed. John Wiley & Sons, Inc. New York. Clark, J. 1996. Coastal Ecosystem Ecological Considerations for Management of

Coastal Zone, Departement the Conservation Foundation 1717. Masschu Setts Anvenue, N W. Washington, DC.

Cooper, AB. A Guide to Fisheries Stock Assessment. From Data to Recommendation. University of Hampshire.

Dahuri, R., J, Rais, S.P Ginting, dan M J Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramita: Jakarta.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 1996. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 1997. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 1998. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 1999. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2000. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2001. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2002. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2003. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2004. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2005. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2006. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2007. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2008. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2009. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 2010. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Provinsi Jawa Barat.

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fauzi, A dan Suzy Anna, S. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fauzi, A. 2010. Ekonomi Perikanan: Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fink, CF. 1968. Some Conceptual Difficulties in Theory of Social Conflict. Jurnal of Conflict Resolution, Special Review Issue. 412-460.

Fox, W.W. Jr. 1970. An Exponential Surplus-Yield Model for Optimizing Exploited Fish Population. Transactions of the American Fisheries Society 99: 80-88.

Freeman, M. 1990. Valuing Environmental Resources Under Alternative Management Regimes.

Friedman, David. 1990. Price Theory: An Intermediate Text. South-Western Publishing Co.

Garcia, XR. Doldan., M.L. Chas Amil, dan J. Touza. 2010. Estimating the Economic Impacts of A Portuary Development: The Case of A Coruna Outer Port in Spain.

Ghofar, A. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan secara Terpadu dan Berkelanjutan. Cipayung-Bogor.

Gordon, H.S. 1954. The Economic Theory of Common Property Resource: The Fishery . Jurnal of Political Economy. 62:124-142.

Graham, M. 1935. Modern Theory of Exploiting a Fishery: an Aplication to North Sea Trawling. Jurnal du Counseili International pour I’Exploration de la Mer 10: 264-274.

Groot, SJ. 1996. Quantitative Assessment of the Development of the offshore oil and Gas Industry in the North Sea. ICES Marine Science, 53: 1045– 1050.

Gulland JA. 1983. Fish Stock Assessment . A Manual of Basic Methods. New York: John Wiley and Sons.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat, Metoda Dan Taktik Penangkapan. Bogor: IPB.

Haryadi, A. 2004. Analisis Ekonomi Manfaat Kawasan Konservasi Laut di Kepulauan Seribu, Jakarta [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Hilborn dan Walters. 1992. Quantitative Fisheries Stock Assessment: Choice, Dynamics, & Uncertainty. USA.

[INRR] Institute of Natural and Regional Resources. 2008. RKL dan RPL Tambahan Kegiatan Pengembangan Lapangan ONWJ, Perairan Pantai Utara Jawa Barat. Jakarta.

[INRR] Institute of Natural and Regional Resources. 2011. UKL-UPL Survei Seismik 3D Laut dan Zona Transisi di Lepas Pantai Kabupaten Karawang. Jakarta.

[IPB] Institut Pertanian Bogor. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor: IPB

Jablonski, S. 2002. The Interaction Of The Oil And Gas Offshore Industry With Fisheries In Brazil: The “Stena Tay” Experience. Brazilian Journal Of Oceanography, 56(4):289-296.

Jones, S. 1998. Conflict about Natural Resources. Di dalam Quarterly Paper Foodstep no. 36. Tearfund, England, September 1998.

Kaufmann, B. dan Green, G. (1997). Cost-recovery as a Fisheries Management Tool, Marine Resource Economics, 12(1), Spring, 57-66.

Lange, G. 1990. Fisheries Accounts: Management of a Recovering Fishery. Namibia. Published as Chapter 4 in Environmental Accounting in Action.

Lange, G. 2000. Policy uses of the Philippine System of Integrated Environmental and Economic Accounts. Report to the Philippines National Statistical Coordination Board, Manila.

Laevastu, T. dan M.L. Hayes. 1991. Fisheries Oceanography and Ecology. Fishing News. Farnham.

Love, M. S., D. M. Schroeder, and M. M. Nishimoto. 2003. The Ecological Role of Oil and Gas Production Platforms and Natural Outcrops on Fishes in Southern and Central California: a Synthesis of Information. U. S. Department of the Interior, U. S. Geological Survey, Biological Resources Division, Seattle, Washington, 98104, OCS Study MMS 2003-032.

Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang MetodeMetode Baru. UIPress. Jakarta.

Nababan, BO dan Yessi DS. 2008. Analisis Manfaat Ekonomi Kawasan Konservasi Laut Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan.

Scaefer, M. 1954. Some Aspects of the Dynamics of Populations Important to Management of Comersial Marine Fisheries. Bull. Inter-Am. Trop. Tuna. Comm. 1:27-56.

Schroeder DM, et al. 1999. Relative habitat value of oil and gas production platforms and natural reefs to shallow water fish assemblages in the Santa Maria Basin and Santa Barbara Channel, California. OCS Study MMS 99-0038. Proceeding of the Fifth California Island Symposium, US Department of the Interior, Minerals Management Service, Pacific. OCS Region, Camarillo, CA, and Santa Barbara Natural History Museum, Santa Barbara, CA.1999. p. 493–8.

Schroeder, DM dan Milton SL. 2004. Ecological and political issues surrounding decommissioning of offshore oil facilities in the Southern California Bight. Ocean & Coastal Management 47 (2004) 21–48.

Seijo, J.C., and O.Defeo. 1998. Fisheries Bioeconomics: Theory Modelling and Management. FAO Fisheries Technical Paper 368. FAO, Rome. Italy. Sudirman., M.S.Baskoro, Zulkarnain, S.Akiyama and T.Arimoto., 2000. Light

Adaptation Process of Jack Mackerel (Trachurus japonicus) by different Light Intensites and Water Temperatures.

Suriasumantri, Jujun S. 1998. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Lampiran 1.