• Tidak ada hasil yang ditemukan

Impact Assessment

4.1. Kondisi Umum

4.1.1. Wilayah dan Kependudukan

Pesisir Karawang merupakan wilayah yang memiliki sumber daya alam dan lingkungan pesisir yang sangat berperan terhadap perekonomian penduduk setempat. Pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan laut di wilayah ini cukup kompleks, meliputi pemanfaatan nilai ekologi, ekonomi, serta sosial. Bentuk pemanfaatan nilai ekologi diperoleh dari fungsi ekosistem sebagai habitat biota laut (ikan pelagis, demersal, terumbu karang, dan ikan hias). Bentuk pemanfaatan nilai ekonomi diperoleh dari manfaat laut sebagai penghasil sumber daya ikan bernilai ekonomi. Selain sumber daya ikan, Pesisir Karawang juga memiliki sumber daya energi dan mineral berupa minyak dan gas bumi yang masih dikelola sampai saat ini. Bentuk pemanfaatan nilai sosial diperoleh dari fungsi kawasan sebagai arena sosial yaitu sebagai tempat berlangsungnya interaksi sosial masyarakat setempat, baik itu rutinitas sehari-hari maupun kegiatan terkait dengan budaya dan adat istiadat. Berdasarkan data Kabupaten Karawang dalam Angka 2010, luas wilayah Karawang kurang lebih 1.753,27 km2 dengan panjang pantai 84,23 km. Kabupaten Karawang terdiri atas 25 kecamatan dengan 297 desa dan 12 kelurahan. Kecamatan yang terdapat di pesisir adalah sebanyak 9 kecamatan, meliputi Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon, Tempuran, Pedes, Cilebar, Cibuaya, Tirtajaya, dan Batujaya. Luas kecamatan pesisir mencapai 676,2 km2 atau 38,56% dari luas wilayah total. Kondisi kependudukan di Pesisir Karawang didekati dari data kependudukan tahun 2010. Jumlah penduduk total di Kabupaten Karawang yaitu sebanyak 2.125.234 orang.

Kondisi serupa terdapat di Pesisir Cirebon, yang dijadikan sebagai titik kontrol dalam penelitian ini. Bentuk pemanfaatan nilai sumber daya pesisir dan laut di Cirebon cukup beragam, meliputi fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial. Kondisi wilayah yang masih berada dalam satu garis pantai menyebabkan Karawang dan Cirebon memiliki karakteristik wilayah yang relatif sama. Akan tetapi, di pesisir Cirebon belum terdapat pemanfaatan kawasan pesisir dan laut sebagai lokasi fasilitas produksi migas seperti yang terdapat di Pesisir Karawang.

Berdasarkan data Kabupaten Cirebon dalam Angka 2010, luas wilayah Cirebon kurang lebih 990,36 km2 dengan panjang pantai 54 km. Kabupaten Cirebon terdiri atas 31 kecamatan dengan 242 desa. Kecamatan yang terdapat di pesisir adalah sebanyak 7 kecamatan, meliputi Losari, Gebang, Astanajapura, Pangenan, Mundu, Cirebon Utara, dan Kapetakan. Luas kecamatan pesisir mencapai 310,21 km2 atau 31,32% dari luas wilayah total. Kondisi kependudukan di Pesisir Karawang didekati dari data kependudukan tahun 2010. Jumlah penduduk total di Kabupaten Karawang yaitu sebanyak 2.170.374 orang.

4.1.2. Pendidikan

Sarana pendidikan di Kabupaten Karawang relatif lengkap untuk setiap jenjang pendidikan dari jenjang SD (Sekolah Dasar) sampai dengan perguruan tinggi. Sarana yang dapat diakses oleh penduduk pesisir pada umumnya adalah fasilitas pendidikan dari jenjang SD sampai dengan SMA (Sekolah Menengah Atas), bagi penduduk yang ingin melanjutkan pendidikan sampai dengan jenjang perguruan tinggi maka harus melanjutkan sekolahnya di wilayah kota. Jarak tempuh dari lokasi pesisir ke kota relatif dekat, namun kondisi jalan yang pada umumnya masih belum diaspal dan tidak dijangkau oleh sarana angkutan umum menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi sekolah relatif lama. Kondisi ini sering dianggap menjadi kendala aksesibilitas penduduk terhadap sarana pendidikan formal. Tidak jarang penduduk usia sekolah menjadikan kondisi ini sebagai salah satu alasan hilangnya ketertarikan untuk melanjutkan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi. Alasan tersebut didukung oleh beberapa penjelasan, misalnya harus memiliki kendaraan sendiri, atau tinggal jauh dari orangtua (menjadi anak kos), yang secara otomatis akan menuntut penduduk bersangkutan agar memiliki persediaan biaya yang lebih memadai.

Pesisir Cirebon berada relatif dari kota, dan tingkat aksesibilitas penduduk pesisir ke kota relatif mudah. Hal ini disebabkan oleh jarak, kondisi jalan, dan sarana angkutan yang mendukung kegiatan mobilisasi penduduk pesisir. Sarana pendidikan yang tersedia di wilayah ini relatif lengkap dari jenjang taman kanan-kanak (TK) sampai dengan peguruan tinggi. Namun demikian, secara umum tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk pesisir masih relatif rendah.

Kondisi ini disebabkan oleh masih rendahnya minat penduduk usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan formal, yang disebabkan oleh kendala biaya sekolah yang dirasakan masih relatif tinggi.

4.1.3. Kesehatan

Kondisi kesehatan penduduk di pesisir Karawang dan Cirebon didukung oleh beberapa sarana kesehatan yang sampai saat ini dimanfaatkan oleh penduduk, yaitu puskesmas pembantu (pustu), puskesmas, dan rumah sakit. Di puskesmas, umumnya penanganan penyakit dilakukan oleh tenaga medis meliputi dokter umum, perawat, mantri, dan paramedis. Penyakit yang tergolong serius, biasanya dirujuk untuk melakukan pengobatan ke rumah sakit daerah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh informasi jenis penyakit yang sering diderita oleh penduduk pesisir di antaranya yaitu rematik, diare, demam, batuk, dan sakit kepala. Jenis penyakit ini sangat dipengaruhi oleh pekerjaan, pola dan kebiasaan hidup penduduk. Pada umumnya, penduduk melakukan penanganan terhadap penyakit tersebut dengan cara beristirahat dari rutinitas, atau dengan pengobatan sendiri. Pengobatan sendiri dilakukan dengan mengkonsumsi obat yang dijual di warung.

4.2. Kondisi Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan 4.2.1. Hidrooseanografi

Lokasi penelitian berada di wilayah perairan bagian barat Laut Jawa. Laut Jawa merupakan perairan yang relatif tertutup, yang dihubungkan oleh Selat Karimata ke Laut Cina Selatan, dan ke Samudera Hindia oleh Selat Sunda dan Selat Bali. Di bagian timur, Laut Jawa terbuka ke Laut Flores.

Batimetri

INRR (2008) menjelaskan bahwa kondisi pantai di laut pantura Jawa Barat umumnya landai dengan kemiringan antara 0,4% di wilayah ujung Karawang, dan 0,06% di wilayah Teluk Cirebon. Perbedaan kelandaian pantai ini berkaitan dengan dinamika perairan pantai. Kedalaman perairan pada jarak 4 km (2,3 mil laut) diperkirakan mencapai 5 m, kedalaman pada jarak 13 km (7 mil laut) mencapai 10 m, dan pada jarak 21 km (~13 mil laut) mencapai 20 m.

Kontur kedalaman kurang dari 5 m memperlihatkan kondisi yang relatif sejajar dengan garis pantai. Demikian pula dengan garis kedalaman yang menunjukkan kondisi yang relatif sejajar dengan garis pantai antara 5 m-<10 m dan 10-<20 m, kecuali perairan sekitar Cirebon yaitu dengan kedalaman antara 5- <10 m.

Arus

(INRR 2008) memaparkan bahwa sistem arus permukaan di Laut Jawa sepenuhnya bergantung pada angin, kecuali di sekitar pantai, yang lebih ditentukan oleh fenomena geografis lokal. Pada saat Muson Tenggara (Juni-September), massa air dari bagian timur Kepulauan Indonesia masuk ke Laut Jawa, sebagian keluar melalui Selat Karimata dan sebagian melalui Selat Sunda menuju ke Samudera Hindia dengan kecepatan ~0,25 m/s hampir di seluruh lokasi dan mencapai 0,51 m/s di sekitar Pulau Belitung. Pada saat Muson Barat Laut (Desember-Maret) pola arus berbalik sepenuhnya dan menuju ke timur. Massa air bergerak dari Laut Cina Selatan melalui Selat Karimata di utara Laut Jawa keluar ke arah timur dan sebagian melalui Selat Sunda dengan kecepatan lebih kuat antara 0,51-1,02 m/s. Pada periode antar muson (April-Mei dan Oktober-November) pola arus cenderung melemah.

Pasang Surut

(INRR 2008) membahas bahwa keadaan pasang surut (pasut) di wilayah perairan nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, morfologi pantai serta batimeri perairan yang kompleks, yang memiliki banyak selat, palung dan laut yang dangkal sampai dengan sangat dalam. (Dishidros 2006 diacu dalam INRR 2008) menyatakan bahwa berdasarkan data pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formhzal sebesar 4,60 yang menunjukkan bahwa pasut laut Jawa dan di Teluk Jakarta pada umumnya bertipe tunggal. Amplitudo pasut di Laut Jawa berkisar antara 1-1,5 m kecuali di Selat Madura yang mencapai 3 m.