• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL PENELITIAN

5.1 Pengelolaan Kapasitas Stok dan Potensi Ekonomi Lestari Sumberdaya Ikan

5.1.1 Pengelolaan Kapasitas Stok Lestari Sumberdaya Ikan

Pada Bab 4 telah dijelaskan bahwa ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan tongkol merupakan hasil tangkapan utama (85,6 %) nelayan di Kabupaten Indramayu. Selama ini, hasil tangkapan utama ini menjadi pemasok penting ikan segar untuk pasar, swalayan, dan industri pengolahan hasil perikanan yang terdapat di Kabupaten Indramayu dan daerah lainnya di Propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta, dan bahkan untuk tujuan ekspor. Menurut DPK Kabupaten Indramayu (2010b), di samping pasar ikan segar, ikan hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Indramayu menjadi penyuplai penting bahan baku industri yang terdapat di Karawang, Bekasi, dan Jakarta Utara, dimana pengirimannya dilakukan setiap hari. Produksi perikanan laut di Kabupaten Indramayu termasuk stabil dan pada tahun 2009 mencapai 108.554,6 ton dengan nilai sekitar Rp 1.383.687.650.000.

Mengingat pentingnya peran hasil perikanan laut dari Kabupaten Indramayu ini, maka sumberdaya ikan yang terutama dari jenis hasil tangkapan utama nelayan ini perlu dilestarikan. Menurut DKP (2004), pelestarian stok sumberdaya ikan menjadi bagian penting dari rencana strategis perikanan nasional yang harus diimplementasikan pada semua zona pengelolaan perikanan Indonesia. Kapasitas stok lestari (MSY) menjadi acuan penting dari setiap operasi penangkapan ikan dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan Indonesia, dimana pemanfaatan yang dilakukan tidak boleh melebihi kapasitas stok lestari yang ada.

Pada Bab 4 telah dijelaskan bahwa kapasitas stok lestari (MSY) sumberdaya ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan kakap di perairan yang menjadi fishing ground nelayan di Kabupaten Indramayu masing-masing mencapai 1291,37 ton per tahun, 1120,70 ton per tahun, 4227,93 ton per tahun, 1135,76 ton per tahun, dan 5343,58 ton per tahun. Kapasitas stok lestari ini perlu patokan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Kabupaten Indramayu, karena

pada kondisi ini sumberdaya ikan tersebut memberi manfaat maksimal bagi nelayan dan masyarakat pesisir, serta kelestarian tetap terjaga. Musick, et. al (2008) menyatakan pemanfaatan sumberdaya ikan yang bersesuaian dengan kapasitas stok lestari dapat menjamin keberlanjutan pemanfaatan di masa mendatang. Hal ini karena pada kondisi ini tingkat pemanfaatan sumberdaya tidak melebihi laju perkembangan sumberdaya ikan dan habitatnya.

Namun bila kapasitas stok sumberdaya ikan tersebut dibandingkan dengan jumlah produksi ikan aktual di Kabupaten Indramayu, maka pemanfaatan sumberdaya ikan tenggiri dan kembung sudah melebihi kapasitas stok lestarinya, sedangkan pemanfaatan ikan manyung, peperek, dan tongkol masih di bawah kapasitas stok lestarinya. Hasil pada Bab 4 menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan ikan tenggiri dan kembung di atas 100 %, yaitu masing-masing 122,72 % dan 139,64 %. Sedangkan tingkat pemanfaatan ikan manyung, peperek, dan tongkol masing-masing 70,32 %, 66,39 %, dan 48,01 %. Fauzi (2010) menyatakan bahwa tingkat pemanfaatan yang belum mencapai 100 % kapasitas stok lestari (MSY) dapat memberi manfaat ekonomi yang berarti masyarakat pesisir tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya ikan itu sendiri. Terkait dengan ini, kapasitas stok lestari sumberdaya ikan harus dikelola dan dijaga dengan baik, sehingga sumberdaya ikan yang menjadi sumberdaya mata pencaharian utama nelayan dan masyarakat pesisir Kabupaten Indramayu terus terpelihara.

Pengelolaan kapasitas stok lestari sumberdaya ikan ini dapat dilakukan dengan mengatur jumlah upaya penangkapan ikan sehingga tidak melebihi upaya penangkapan yang optimal dan wajar bagi berkembangnya sumberdaya ikan tersebut kembali. Pada Bab 4 dijelaskan bahwa upaya penangkapan optimal (Emsy) untuk sumberdaya ikan manyung, tenggiri, peperek, kembung, dan tongkol di Kabupaten Indramayu masing-masing 4683 trip per tahun, 3202 trip per tahun, 3232 trip per tahun, 11402 trip per tahun, dan 4026 trip per tahun. Upaya penangkapan optimal ini harus menjadi acuan dalam mengatur jumlah trip operasi penangkapan oleh kapal/usaha perikanan tangkap yang dapat menangkap kelima jenis hasil tangkapan utama tersebut. Dalam aplikasinya pengaturan ini dapat dilakukan melalui penertiban pengurusan izin melaut, penertiban zona

penangkapan untuk setiap jenis/ukuran kapal, dan pengawasan dalam bongkar muat di pelabuhan (PPI Karangsong). Hamdan et.al (2006) menyatakan bahwa perizinan, zonasi, dan bongkar-muat lebih mudah diawasi di Kabupaten Indramayu karena selain aktivitas perikanan tangkap tersentralisasi di PPI Karangsong, juga karena administrasi pelabuhan dan syah bandar yang baik di lokasi.

Pengelolaan kapasitas stok lestari (MSY) sumberdaya ikan ini menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk menjamin keberlanjutan usaha perikanan yang menjadi penopang ekonomi nelayan dan masyarakat pesisir, terutama untuk ikan tenggiri dan kembung yang sudah mengalami kelebihan tangkap. Usaha perikanan yang bisa menangkap kedua jenis sumberdaya ikan ini hendaknya mengalihkan operasi penangkapannya pada ikan ekonomi penting lain yang masih berpeluang ditingkatkan pemanfaatannya, seperti ikan manyung, peperek, tongkol, dan lainnya. Fauzi (2004) menyatakan dalam konteks ekonomi berkelanjutan, sumberdaya alam dengan cadangan melimpah dapat ditingkatkan pemanfaatan, sedangkan sumberdaya alam dengan cadangan yang semakin menipis perlu dikonservasi kembali. Bila hal ini dapat dilakukan secara konsisten, kapasitas stok lestari sumberdaya ikan di Kabupaten Indramayu dapat terjaga dengan baik.

Hal ini mutlak dilakukan, karena bila melihat hasil regresi terhadap CPUE dan effort selama kurun waktu lima belas tahun terakhir (1996 – 2010), maka pengaruh peningkatan effort (upaya penangkapan) cenderung negatif terhadap CPUE. Hal ini ditandai oleh nilai independent (b) dalam regresi yang negatif untuk kelima jenis sumberdaya ikan tersebut. Mustaruddin (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kecenderungan menurun hasil tangkapan yang didapat nelayan Indramayu dalam setiap trip operasi penangkapan yang dilakukannya menjadi titik lemah pengelolaan perikanan dalam skala industri di Kabupaten Indramayu. Hal ini tidak hanya mengurangi minat investor untuk berinvestasi di bidang perikanan tetapi juga menjadi penghambat kesejahteraan nelayan dan optimisme pengelolaan perikanan di Kabupaten Indramayu. Terkait dengan ini, maka kapasitas stok lestari kelima sumberdaya ikan ekonomi penting tersebut perlu dijaga dengan baik. Pemerintah melalui unit pelaksana teknis (UPT)

perlu mengatur operasi penangkapan ikan yang ada, dan secara berkala memberi penyuluhan/pembinaann akan pentingnya kelestarian stok sumberdaya ikan.