• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KASUS

A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

MASALAH KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 1. Defenisi

Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostasis.tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air yang yang tersebar didalam sel maupun diluar sel.namun demikian, besarnya kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak.

2. Volume dan distribusi cairan tubuh a. Volume cairan tubuh

Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita.jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak,badan dan usia.lemak jaringa sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya.sebagai contoh, bayi baru lahir memiliki TBW 70-80% dari BB; usia 1 tahun 60% dari BB; usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari BB; usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB; sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB.

Suatu larutan adalah campuran stabil dari molekul yang secara individual tersebar (solut atau zat terlarut) didalam masa suatu cairan (solven atau pelarut), dalam hal ini adalah air. Setiap molekul terlarut akan menempati ruang tertentu dalam larutan, sehingga mengurangi konsentrasi air setempat.

Dalam praktek, pengukuran aktivitas osmotic dipermudah oleh adanya pengaruh konsentrasi zat terlarut pada penurunan titik beku larutan. Satuan aktivitas osmotik (sesuai dengan jumlah molar semua zat terlarut jika semuanya dapat diketahui) disebut osmol (osm). Senyawaan ionic menghasilkan aktivitas osmotic sebanding dengan jumlah partikel sebanding dengan hasil disosiasinya. Sebagai contoh 100 mM larutan senyawa non ionic (missal, gula) akan menghasilkan tekanan osmotik yang sama seperti 50 mM larutan senyawa yang setiap molnya berdisosiasi penuh menjadi dua ion (misalnya, NaCL) atau 33 mM senyawa yang menghasilkan tiga ion dari setiap molnya (misal CaCl2).

Walaupun dapat mengungkapkan aktivitas osmotik per liter larutan, yaitu osmolaritas, namun terdapat keuntungan menggunakan satuan osmolalitas, yaitu osmol per kg air, khususnya karena satuan ini tak tergantung kepada temperature. Osmolalitas 1 osm/kg menghasilkan tekanan osmotic 22,4 atmosfer dan menurunkan titik beku sebesar 1,860C. satuan praktis tekanan osmotik untuk cairan tubuh adalah mosm/kg, osmolalitas normal sel dan cairan tubuh berada tepat dibawah 300 mos/kg

b. Distribusi cairan

Cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen, yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler.cairan intraseluler (CIS) kira-kira 2/3 atau 40% dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler atau (CES) 20% dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan intravascular) 5% cairan interstisial (cairan di sekitar tubuh saperti limfa) 10-15%, dan transelular (misalnya, cairan serebrospinalis, synovial, cairan dalam peritonioum, cairan dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3%.terutama karena kesulitan dalam memperoleh cairan intraselular, maka relative sedikit diketahui tentang pengendalian volume cairan intraselular dalam keadaan sehat maupun sakit, maka haruslah terdapat mekanisme tertentu yang mencegah masuknya air secara tidak terkendali ke dalam sel dan mengakibatkan pembengkakan sel, yang berbeda dengan sel tanaman, sel tubuh tidak dilindungi oleh membrane yang kuat.

3. Komposisi cairan tubuh Cairan tubuh mengandung :

- Oksigen yang berasal dari paru-paru;

- Nutrisi yang berasal dari saluran pencernaan; - Produk metabolism seperti karbondioksida;

- Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul atau disebut juga elektrolit.seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion natrium atau sodium (Naᶧ) dan satu ion chlorida (Cl⁻). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan negative disebut anion.

4. Fungsi cairan

a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh. b. Transfor nutrisi ke sel.

c. Transfor hasil sisa metabolisme. d. Transfor hormon.

e. Pelumas antar organ.

f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskular. 5. Konsentrasi cairan tubuh

a. Osmolaritas

Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter larutan, di ukur dalam miliosmol.osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air.dengan demikian osmolaritas menciptakan tekanan osmotic sehingga mempengaruhi pergerakan cairan.

Jika terjadi penurunan osmolaritas CES, maka terjadi pergerakan air dari CES ke CIS. Sebaliknya, jika terjadi penurunan osmolaritas CES, maka terjadi pergerakan dari CIS ke CES.partikel yang berperan adalah sodium atau natrium, urea dan glukosa.

b. Tonisitas

Tonisitas merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air dari kompartemen ke kompartemen yang lain.beberapa istilah yang terkain dengan tonisitas adalah sebagai berikut :

- Larutan isotonic yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas sama efektifnya dengan cairan tubuh misalnya NaCl 0,95, ringer laktat, dan larutan 5% dextrose dalam air.

- Larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih besar dari cairan tubuh, misalnya larutan 0,45% NaCl dan larutan 0,33 NaCl.

- Larutan hipotonik adalah larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih kecil dari cairan tubuh misalnya larutan 5% dextrose dalam saline normal (D5NS), 5% dextrose dalam 0,45% NaCl (D5 ½ Ns), dan 5% dextrose dalam ringer laktat (D5 RL).

6. Tekanan cairan

Perbedaan lokasi antara di interstisial dan pada ruang vascular menimbulkan tekanan cairan yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik atau osmotic koloid.tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabakan karena volume cairan dalam pembuluh darah akibat kerja dari organ tubuh.tekanan onkotik merupakan tekanan yang disebabkan karena plasma protein.

7. Pergerakan cairan tubuh

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui 3 proses berikut ini : a. Difusi

Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membrane

sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperature

b. Osmosis

Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermiabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.

c. Transfor aktif

Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

8. Keseimbangan cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1800-2500ml/hari. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1200-1500ml/hari, feses 100ml, paru-paru 300-500ml, dan kulit 600-800ml.

9. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit

a. Usia

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan, dan berat badan.

b. Temperatur lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCL melalui keringat sebanyak 15-30gram/hari.

c. Diet

Pada saat tubuh kekurangan nutrisi tubuh akan memecah cadangan energi.

d. Stress

Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menunkan produksi urine.

e. Sakit

Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung, gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan.

10.Pengaturan keseimbangan cairan a. Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga:

 Penurunan fungsi ginjal merangasang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan supstratneural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus.

 Osmoreseptor dihipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotic dan mengativasi

Jaringan syaraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga b. Antidiuretik hormon(ADH)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipotesis dan hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstresel. Hormone ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes sehingga dapat menghemat air.

c. Aldosteron

Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan obsorpsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan sistem renin-angiotensin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.

d. Prostaglandin

Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekana darah, kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam gimjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respons natrium, dan efek ginjal pada ADH.

e. Glukokortikoid

Meningkatkan responsi natriun dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.

11.Cara pengeluaran cairan

Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti: a. Ginjal

 Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari.

 Produksi urine untuk semua usia 1ml/kg/jam.

 Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari.

 Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldesteron.

b. Kulit

 Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat.

 Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperature lingkungan yang meningkat, dan demam.

 Disebut juga isensible water loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam. c. Paru-paru

 Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari

 Meningkatkan cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.

d. Gastrointestinal

 Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari sekitar 100-200 ml.

 Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg/BB/24jam, dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan temperature 1 derajat Celsius.

12.Pengaturan elektrolit a. Natrium (sodium)

 Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstrasel

 Naᶧ memengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf, dan kontraksi otot.

 Sodium diatur oleh intake garam, aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135-148 mEq/liter.

b. Kallium (potassium)

 Merupakan kation utama cairan intrasel.

 Berfungsi sebagai esktabilitas neorumuskular dan kontrakksi otot.  Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesis protein,

pengaturan keseimbangan asam basa, karena ion Kᶧ dapat diubah menjadi ion hidrogen (Hᶧ). nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/liter.

c. Kalsium

 Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi.

 Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.

 Hormon paratiroid mengapsorpsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal.

 Hormon tirokkalsitonim menghambat penyerapan Caᶧᶧ tulang. d. Magnesium

 Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel.

 Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochenia, dan eksitabilitas muskular. Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/liter. e. Klorida

 Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, normalnya sekitar 95-105 mEq/liter.

f. Bikarbonat

 HCO₃ adalah bufer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel.

 Bikarbonat diatur oleh ginjal. g. Fosfat

 Merupakan anion bufer dalam cairan intrasel dan ekstrasel.

 Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, dan pengaturan asam basa.

 Pengaturan oleh hormon paratiroid. 13.Masalah keseimbangan cairan

a. Hipovolemia

Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolimia. Mekanisme kompensai pada hipovolemia adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskular), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Hipovelimia yang berlangsung lama dapat menimbulakan gagal ginjal akut.

Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, denyut

jantung meningkat, temperatur meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak-anak adanya penurunan jumlah air mata. Pada pasien syok tampak pucat, denyut jantung cepat dan halus, hipotensi dan oliguri.

b. Hipervolemia

Adalah penambahan atau kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:

 Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air;

 Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan eksresi natrium dan air;  Kelebihan pemberian cairan;

 Perpindahan cairan intertisial ke plasma.

Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites, edema, adanya ronkhi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop.

c. Edema

Edema adalah kelebihan cairan dalam ruang intertisial yang terlokalisasi.

14.Ketidakseimbangan asam basa

Pada keadaan normal pH serum darah dipertahankan sekitar 7,35 -7,45 agar aktivitas sel dan reaksi kimia dapat berjalan secara optimal. Keseimbangan asam basa ditentukan oleh adanya kadar ion hidrogen dalam cairan intra sel maupun ekstrasel. Ion hidrogen adalahhasil akhir dari katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein serta penguraian dari asam karbonat (H₂CO₃) yang merupakan senyawa CO₂ dengan air. Jika kadar pH kurang dari 7,35 disebut asidosis, sedangkan jika pH lebih dari 7,45 disebut alkalosis.asidosis adalah kelebihan akumulasi dari asam atau kekurangan bikarbonat dalam larutan tubuh.

Ketidakseimbangan asam basa diklasifikasikan menjadi asidosis metabolic, asidosis respiratorik, alkalosis metabolic, dan alkalosis respiratorik.

a. Asidosis respiratorik

Disebabkan karena kegagalan sisitem pernafasan dalam membuang CO₂ dari cairan tubuh. Kerusakan pernafasan, peningkatan pCO₂ arteri diatas 45 mmHg dengan penurunan pH < 7,35

Penyebab : penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis, penurunan aktivitas pusat pernafasan (trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi, dan lain-lain

b. Alkalosis respiratorik

Disebabkan karena kehilangan CO₂ dari paru-paru pada kecepatan yang lebih tinggi dalam produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan pCO₂ arteri < 35 mmhg, pH > 7,45.

Penyebab : hiperventilasi alveolar, ansietas, demam, meningitis, keracunan aspirin, pneumonia, dan emboli paru.

c. Asidosis metabolik

Tersedia akibat akumulasi abnormal pixed acid atau kehilangan basa.ph arteri < 7,35, HCO₃ menurun dibawah 22 mEq/liter

Gejala : pernafasan kusmaul (dalam dan cepat), disorientasi, dan koma.

d. Alkalosis metabolik

Disebabkan oleh kehilangan ion hidrogen atau penambahan rasa pada cairan tubuh. Bikarbonat plasma meningkat > 26 mEq/liter dan pH arteri > 7,45.

Penyebab : mencerna sebagian besar basa (misalnya BaHCO₃, antasida, soda kue) untuk mengatasi ulkus peptikum atau rasa kembung.

15.Kelainan elekrolit dan metabolik : muntah, diare dan dehidrasi a. Muntah

Muntah didefenisikan sebagai ejeksi kuat dari isi lambung, penyebab tersering adalah gastroenteritis. Pada bayi, pikirkan refluks gastroesofagus, kebanyakan makan, obstruksi anatomis, dan infeksi sistemik. Pada anak, pikirkan infeksi sistemik, ingesti toksik, apendisitis, sindroma reye, dan pertusis. Jika muntah adalah gejala satu-satunya, pikirkan peninggian tekanan intracranial.

Penilaian. 1. Anamnesis

Nilai pola dan keparahan serta dehidrasi/malnutrisi yang menyertai. Jika neonates, pikirkan kelainan-kelainan congenital. Pada bayi, nilai berapa banyak telah diberi makan (overfeeding), kaitkan dengan posisi refluks, tersedak tau batuk ketika makan.

2. Sindroma reye

Umumnya terjadi setelah penyakit virus dan tampil dengan muntah-muntah, status mental menurun (enselopati).

3. Stenosis pilorik

Terjadi pada usia <2 bulan dan tampil dengan muntah-muntah refrakter setelah diberi makan. Paling sering pada anak laki-laki pertama, dan bisa terdapat gangguan elektrolit berat, tergantung pada durasinya.

4. Pemeriksaan fisik dan laboratorium

Nilai status hidrasi, cari sumber infeksi. Pemeriksaan abdomen dan rectum untuk obstruksi atau anus inperforata.

b. Diare

Banyak penyebab diare akut dan kronik. Sebab-sebab infeksi mencakup virus (rotavirus tersering), bakteri (salmonella, shigella, campylobacter tersering), parasit (giardia, Criptosporidium), infeksi terlokalisir ditampat lain, terkait antibiotic dan keracunan makanan khususnya sari buah, sindroma susu iritatif, intoleransi protein susu, intoleransi laktosa setelah diare infeksi dan radang usus.

Tatalaksana :

1. Diare akut dengan dehidrasi yang tidajk disertai muntah diatasi dengan sejumlah besar cairan dengan komposisi osmol seimbang, contoh pedialyte, ricelyte, atau formula rehidrasi WHO

2. Banyak bukti bahwa pemberian diet bebas laktosa akan mengurangi durasi dan keparahan diare, oleh karena itu, makanan yang disediakan harus sama seperti diet normal si anak dengan menyingkirkan sumber gula tinggi, seperti sari apel, yang bisa menyebabkan diare osmotic

3. Hindari penggunaan obat antiperistaltik pada bayi dan anak

4. Kebanyakan episode diare tidak mendapatkan manfaat dari terapi antimikrobal. Diare bacterial harus dikelola sesuai dengan hasil biakan.

5. Diare dengan muntah diatasi sebagaimana untuk muntah-muntah sampai pasien bisa mentoleransi nutrisi oral.

c. Dehidrasi

Prinsip umum untuk mengatasi dehidrasi 1. Timbang BB anak secara rutin

2. Pastikan menambahkan kehilangan yang sedang berlangsung ke jumlah rumatan+cairan dan elektrolit pengganti

3. Jika dehidrasi sedang atau berat, berikan bolus cairan awal 20 ml/kg RL atau NS dalam 20 menit. Ulangi bolus jika respon tidak adekuat

4. Pada dehidrasi hipotonik dan isotonic, hitung cairan dan elektrolit total (rumatan+pengganti deficit) untuk 24 jam pertama, berikan separuhnya dalam 8 jam pertama dan selebihnya dalam 16 jam berikutnya, pada dehidrasi hipertonik, koreksi deficit cairan dan elektrolit perlahan-lahan dalam 48 jam.

5. Jangan tambahkan kalium ke infuse, kecuali jika urine sudah ada. Pengecualian adalah ketoasidosis diabetic, dimana koreksi hiperglikemia dan asidosis cepat mengakibatkan hipokalemia.

6. Tambah cairan rumatan sebesar 12% untuk setiap derajat Celsius diatas 370C.

Gejala : apatis, lemah, gangguan mental, kram, dan pusing.

Perbandingan antara bikarbonat, pH, dan PaCO₂ pada gangguan asam basa sederhana dapat dilihat pda tabel dibawah ini :

Gangguan Asam Basa

HCO₃ Plasma pH Plasma PaCO₂

Plasma As. Metabolik Alk. Metabolic As. Respiratorik Alk. Respiratorik ↓ ↑ ↑ ↓ ↓ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑ ↑ ↓

16. Asuhan Keperawatan Dengan Masalah kebutuhan Dasar Cairan Elektrolit

1. Pengkajian

Ketepatan pengkajian yang dilakukan perawat sangat berpengaruh terhadap kualitas asuhan keperawatan yang dilakukanya. Terkait dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, maka ada beberapa

aspek yang perlu dikaji oleh perawat antara lain 1. Riwayat pengkajian

a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)

b. Tanda umum masalah elektrolit

c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan

d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostasis cairan dan elektrolit

e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan

f. Stasus perkembangan seperti usia atau situasi social

g. Factor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan

2. Pengukuran klinik a. Berat badan

Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah keseimbangan cairan :

 ± 2% : ringan  ± 5% : sedang  ± 10% : berat

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.

b. Keadaan umum

 Pengukuran tanda vital seperti temperature, tekanan darah, nadi, dan

Pernapasan

 Tingkat kesadaran

c. Pengukuran pemasukan cairan  Cairan oral : NGT dan oral

 Cairan parenteral termasuk obat obatan IV  Makanan yang cenderung mengandung air  Irigasi kateter atau NGT

d. Pengukuran pengeluaran cairan

 Urine : volume, kejernihan atau kepekatan  Feses : jumlah dan konsistensi

 Muntah  Tube drainese

 IWL

e. Ukur keseimbangan cairan denngan akurat : normalnya sekitar ± 200 cc

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit di fokuskan pada :

a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa

b. Kardiovakular : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi jantung

c. Mata : cekung, air mata kering

d. Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran

e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mlut dan lidah, muntah-muntah, dan bising usus

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, pH, berat jenis urine, dan analisis gas darah.

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ini ada dua, yaitu bisa lebih atau kurang. Respon terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ini beragam. Diagnosis keperawatan mengacu pada respons tersebut, dengan demikian, beberapa diagnosis dapat ditemukan pada klien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, antara lain :

1. Actual / risiko deficit volume cairan

Defenisi : kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada ekstraseluler dan vaskular

Kemungkinan berhubungan dengan : a. Kehilangan cairan secara berlebihan b. Berkeringat secara berlebihan

c. Menurunya intake oral d. Penggunaan diureti

Kemungkinan data yang ditemukan a. Hipotensi

b. Takikardia c. Pucat d. Kelemahan

e. Konsentrasi urine pekat

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Penyakit Addison

b. Anoreksia nervosa

c. Pendarahan gastrointestinal d. Muntah, diare

e. Intake cairan tidak adekuat Tujuan yang diharapkan

a. Mempertahankan keseimbangan cairan

b. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan sepeti output urine adekuat, tekanan darah stabil, membrane mukosa mulut lembab, turgor kulit baik

c. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi

INTERVENSI RASIONAL 1. Ukur dan catat setiap 4

jam

- Intake dan output cairan

- Warna muntahan, urine dan feses

- Monitor turgor kulit - Kaji tanda vital - Berat badan - Monitor IV infuse 2. Berikan makanan dan

cairan.

3. Berikan pengobatan

antidiare dan antimuntah.

4. Berikan dukungan

verbal dalam pemberian cairan.

5. Lakukan kebersihan mulut sebelum makan.

6. Ubah posisi pasien setiap 4 jam.

7. Berikan pendidikan kesehatan.

Menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan

Memenuhi kebutuhan makan dan minum

Menurunkan pergerakan usus dan muntah

Meningkatkan konsumsi yang lebih. Meningkatkan nafsu makan. Meningkatkan sirkulasi Meningkatkan informasi dan kerjasama.

2. Volume cairan berlebih

Defenisi : kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema

a. Retensi garam dan air b. Efek dari pengobatan c. Malnutrisi

Kemungkinan data yang ditemukan : a. Orthopnea

b. Oliguria

c. Distensi vena jugulari d. Distress pernafasan e. Edema anasarka f. Edema paru

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Obesitas

b. Pengobatan dengan kortikosteroid c. Imobilisasi yang lama

d. Cushing syndrome

Tujuan yang diharapkan

a. Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan b. Menurunkan kelebihan cairan

INTERVENSI RASIONAL

1. Ukur dan monitor :

Intake dan output cairan, berat badan, tensi, CVP distensi vena jugularis, dan bunyi jantung

2. Monitor rontgen paru

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan, obat, dan efek obat

4. Hati-hati dalam pemberian

1. Dasar pengkajian kardiovaskular dan respon terhadap penyakit

2. Mengetahui adanya edema paru 3. Kerjasama disiplin ilmu baru

dalam keperawatan

cairan

5. Pada pasien yang bedrest : Ubah posisi setiap 2 jam Latihan pasif dan aktif

6. Pada kulit yang edema berikan lotion, hindari penekanan yang terus

Dokumen terkait