• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN

2. Pengelolaan Kelas

a. Pengertian Pengelolaan Kelas

Dalam proses belajar mengajar di kelas, yang sangat urgen untuk dilakukan oleh seseorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kondisi belajar mengajar yang baik diharapkan proses belajar mengajar akan berlangsung baik pula. Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan serta kesalahan dalam pembelajaran. Maka dari itu penting sekali bagi seseorang guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Kemampuan tersebut yang kemudian disebut dengan kemampuan mengelola kelas.

Untuk lebih memahami pengelolaan kelas dengan baik, terlebih dahulu dipelajari tentang pengertian pengelolaan kelas tersebut. Pengelolaan kelas merupakan suatu penyelenggaraan atau pengurusan proses atau kegiatan belajar mengajar di kelas. Pengelolaan kelas juga merupakan salah satu faktor yang menentukan baik buruknya pelaksanaan proses atau kegiatan belajar mengajar. Banyak yang harus dikelola dalam menciptakan suasana kelas yang dapat menunjang keberhasilan belajar mengajar. Melihat betapa pentingnya pengelolaan

kelas, maka akan dikemukakan beberapa pengertian pengelolaan kelas menurut pendapat para ahli. Secara etimologi, pengelolaan kelas dapat diartikan secara terpisah, yaitu kata pengelolaan kelas.

Menurut Hamalik kelas adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru. Sedangkan menurut Mulyana pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.9

Dari dua pengertian secara terpisah yang telah diungkapkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan kelas menyangkut pada upaya atau usaha untuk menyelenggarakan suatu proses belajar mengajar pada suatu tingkat kelompok tertentu. Hal ini tentunya memberikan suatu pemahaman tersendiri yang sangat jelas bahwa pengelolaan kelas ditujukan untuk menyelenggarakan proses atau kegiatan belajar mengajar di kelas agar dapat berlangsung dengan baik dan efektif serta dapat mencapai tujuan yang digariskan.

Pendapat lain menurut Suharsimi Arikunto mengemukakan pendapatnya tentang pengelolaan kelas, yaitu: pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.10

Pengelolaan kelas menurut Iskandar merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh guru, dosen (pendidik) dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.11

Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapatlah memberi suatu gambaran

9

Martin Yamin & Maisah, Manajemen Pembelajarnn Kelas Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran, (Jakarta:Gaung Persada Press 2009), Cet.1, h. 34

10

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1996), Cet. 4, h. 67

11

Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), Cet.1, h. 211

serta pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan kelas usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

Pengelolaan kelas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, terlebih lagi belum ada satu pun pendekatan belajar yang dikatakan paling baik untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di kelas.

Untuk membangun kondisi kelas yang kondusif dan mantap sebenarnya tidak terlalu sulit, jika seorang guru kelas dapat mengkondisikannya dengan baik. Sebaliknya pengelolaannya akan sulit, jika seorang guru kelas kurang peduli dengan kondisi kelasnya. Oleh karena itu, terciptanya kondisi kelas yang mantap dan kondusif bagi pembelajaran yang efektif merupakan langkah awal bagi terlaksannya proses belajar mengajar yang optimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang guru kelas menempati posisi serta peranan yang cukup penting bagi pengelolaan kelas.

Pandangan mengenai pengelolaan kelas sebagaimana telah dikemukakan di atas oleh para pakar pada intinya memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa pengelolaan kelas merupakan sebuah upaya yang real untuk mewujudkan suatu kondisi proses atau kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran di mana proses tersebut memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang terselenggaranya proses belajar mengajar di kelas.

b. Tujuan Pengelolaan Kelas

Seperti telah dipaparkan di atas, bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu upaya untuk melancarkan proses belajar mengajar

agar berjalan dengan baik dan optimal. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan seorang siswa berbuat sesuai dengan keinginannnya. Dengan adanya pengelolaan kelas diharapkan produk yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan.

Suharsimi Arikunto mengemukakan tujuan pengelolaan kelas adalah agar tiap anak di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila: a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada

anak yang terhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib. 12 Pendapat lain tentang Tujuan Pengelolaan Kelas dalam buku Strategi Belajar Mengajar bahwasannya tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.13

Dari beberapa penjelasan tentang tujuan pengelolaan kelas di atas, dapat dilihat betapa pentingnya peranan pengelolaan kelas yang baik terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Maka perlu sekali pengelolaan kelas diperhatikan oleh guru agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

12

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan kelas dan Siswa…, h. 68

13

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, h.178

c. Komponen-Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya di bagi menjadi dua bagian, yaitu “keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal”.14

1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan

pemeliharaan kondisi yang belajar yang optimal (bersifat preventif).

Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:

a. Sikap Tanggap

Komponen ini ditunjukan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan. Seolah-olah mata guru ada di belakang kepala, sehingga guru dapat mengajar anak didik walaupun guru sedang menulis di depan papan tulis. Sikap ini dapat dilakukan dengan cara:

1. Memandang Secara Saksama

Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama, dan menunjukkan rasa persahabatan.

2. Gerak Mendekati

Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru

14

yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas anak didik. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan dan hukuman.

3. Memberi Pernyataan

Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain. Akan tetapi, haruslah dihindari hal-hal yang menunjukkan dominasi guru, misalnya dengan komentar atau pernyataan yang mengandung ancaman seperti: “ saya tunggu sampai kalian diam!” atau “siapa yang tidak senang dengan pelajaran saya, silakan ke luar!”

4. Memberi Reaksi Terhadap Gangguan dan Ketakacuhan Kelas tidak selamanya tenang pasti ada gangguan. Hal ini perlu guru sadari dan jangan dibiarkan. Teguran perlu dilakukan oleh guru untuk mengembalikan keadaan kelas. Teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didikan.

b. Membagi Perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara:

1. Visual

Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama sedemikian rupa sehingga ia dapat melirik ke giatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama. kontak pandang ini bisa dilakukan terhadap kelompok anak didik atau anak secara individual.

2. Verbal

Guru dapat memberi komentar, penjelasan, pernyataan, dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama sementara ia memimpin dan terlibat supervisi pada aktivitas anak didik yang lain.

Dalam bukunya Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia, “penggunaan teknik visual maupun verbal ini menunjukkan bahwa guru menguasai kelas, dan terutama digunakan dalam mengajar kelompok kecil atau mengajar atas dasar perbedaan individu”.15

c. Pemusatan perhatian kelompok

Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa ia bekerja sama dengan kelompok atau subkelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat guru lakukan, yaitu:

1. Memberi Tanda

Dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan, atau topik, dengan memilih anak didik secara random untuk meresponnya.

2. Tanggung Jawab

Guru meminta pertanggungjawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai anggota kelompok harus bertanggung jawab terhadap kegiatan sendiri, maupun kegiatan kelompoknya. Misalnya dengan meminta kepada anak

15

Isjoni, Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet.1, h.94

didik untuk meragakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.

3. Pengarahan dan petunjuk yang jelas

Guru harus sering kali memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak didik.

4. Penghentian

Tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau berhasil dihindari. Yang diperlukan di sini adalah guru dapat menangani anak didik yang nyata-nyata melanggar dan mengganggu dalam kegiatan di kelas. Bila anak didik menyela kegiatan anak didik lain dalam kelompoknya, guru secara verbal menegur atau menghentikan gangguan anak didik itu.

5. Penguatan

Untuk menanggulangi anak didik tidak mengerjakan tugas, dapat dilakukan dengan pemberian pengutan yang dipilih sesuai dengan masalahnya. Penggunaan pengutan untuk mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial untuk mengatasi anak didik yang terus mengganggu atau yang tidak mengerjakan tugas.

6. Kelancaran

Kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar sebagai indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan di kelas.

7. Kecepatan

Kecepatan di sini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang dicapai anak didik dalam suatu pelajaran. Yang perlu dihindari oleh guru adalah kesalahan menahan kecepatan yang tidak perlu, atau menahan penyajian bahan pelajaran yang sedang berjalan, atau kemajuan tugas.

Menurut Thomas Gordon ada beberapa resep yang bisa dimanfaatkan untuk mempertahankan kondisi kelas yang baik yakni: (1) Keterbukaan dan transparan, sehingga memungkinkan terjalinnya keterusterangan dan kejujuran siswa dalam pembelajaran; (2) Penuh perhatian, sehingga setiap pihak mengetahui bahwa dirinya dihargai oleh pihak lain; (3) Saling ketergantungan; (4) Keterpisahan, untuk membuka kemungkinan tumbuhnya keunikan, kreativitas, dan individualitas masing-masing; (5) Pemenuhan kebutuhan bersama sehingga tidak ada pihak yang merasa dikorbankan untuk memenuhi kepentingan pihak lain.16

Adapun menurut Walberg dan Greenberg dalam bukunya Quantum Teaching dikatakan bahwa: “suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis”.17 Sehingga dalam suasana kelas menunjukkan arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi. Karena emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar.

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal

Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

Namun pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus-menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi itu adalah:

16

Pupuh Fathurrohman&Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Umum & Konsep Islam, (Bandung :PT Refika Aditama, 2007), Cet.1, h.108

17

a. Modifikasi tingkah laku

Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.

b. Pendekatan pemecahan masalah kelompok

Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara: memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.

c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah

Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidak patuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.

d. Pengelolaan Kelas yang Berorientasi pada Siswa

Agar siswa dapat meraih kompetensi, guru harus merancang proses belajar mengajar di kelas yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajarinya. Siswa harus mampu menggunakan fakta-fakta yang sudah dipelajarinya untuk menjelaskan situasi atau untuk menerapkan informasi pada situasi baru. Mereka harus mengembangkan pemikiran atau keterampilan yang digunakannya dalam situasi tertentu atau mengembangkan suatu sikap/nilai yang mereka dapat terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Keharmonisan hubungan guru dengan siswa mempunyai efek terhadap pengelolaan kelas. Guru yang apatis terhadap siswa membuat siswa menjauhinya. Siswa lebih banyak menolak kehadiran guru, rasa tidak suka yang ada pada diri siswa menyebabkan materi pelajaran

sukar diterima dengan baik. Kecenderungan sikap siswa yang negatif lebih dominan.

Lain halnya dengan guru yang selalu memperhatikan siswa, selalu terbuka, tanggap terhadap keluhan siswa, mau mendengarkan kesulitan belajar siswa, maupun selalu bersedia mendengarkan saran dan kritik dari siswa adalah guru yang disenangi oleh siswa. Siswa akan rindu dengan kehadirannya, siswa merasa nyaman di sisinya, dan siswa merasa bahwa dirinya adalah keluarga bagi guru tersebut. Figur yang demikian ini biasanya akan sedikit sekali menemui kesulitan dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru seperti inilah yang diyakini berkorelasi positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil belajar siswa. Dengan kata lain, menciptakan iklim kelas yang yang baik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran di kelas.

Thomas Gordon mengatakan bahwa hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka dari satu sama lain.

2. Tanggap bilamana seseorang tahu bahwa ia dinilai orang lain.

3. Saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. 4. Kebebasan dalam mengembangkan kreativitasnya dan

kepribadiannya.

5. Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada satu orang pun yang tidak terpenuhi.18

Dokumen terkait