• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi siswa tentang pengelolaan kelas dengan hasil belajar ekonomi di SMAN 4 kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi siswa tentang pengelolaan kelas dengan hasil belajar ekonomi di SMAN 4 kota Tangerang Selatan"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA TANGGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

EKI PRAMUNINGDITA

106015000697

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DI SMAN 4 KOTA TANGGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

EKI PRAMUNINGDITA NIM: 105016000697

Pembimbing

Iwan Purwanto, M. Pd NIP. 19730424 200801 1 012

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Eki Pramuningdita. Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Pengelolan kelas Dengan Hasil Belajar Ekonomi Di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa tentang pengelolaan kelas terhadap hasil belajar ekonomi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan dari bulan Juli 2010. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa/I SMAN 4 Kota Tangerang Selatan kelas XII IPS 1 dengan jumlah 41 orang. Ini merupakan sebagian dari populasi yang jumlahnya 164 orang siswa/I SMAN 4 Kota Tangerang Selatan. Data tentang kemampuan pengelolaan kelas di peroleh berdasarkan angket yang diisi oleh siswa/I SMAN 4 Kota Tangerang Selatan. Sedangkan hasil belajar di peroleh dari hasil tes soal. Metode analisis data yang digunakan adalah Korelasi Product Moment dari Person dengan taraf 5% adalah 0,366, berarti r hitung lebih besar dari pada r tabel. Dengan demikian hipotesis nol yang menyatakan tidak ada hubungan antara persepsi siswa tentang pengelolaan kelas dengan hasil belajar ditolak dan sebaliknya hipotesis alternatif yang menyatakan adanya hubungan antara persepsi siswa tentang pengelolaan kelas dengan hasil belajar siswa.

Dari koefisien Product Moment sebesar 0,366% menghasilkan Koefisien Determinasi 13,4%. Ini berarti kemampuan persepsi siswa tentang pengelolaan kelas dengan hasil belajar ekonomi memberikan kontribusi sebesar 13,4%. sedangkan 87,6% hasil belajar ekonomi dipengaruhi faktor-faktor lain seperti kemampuan intelektual, minat, dan bakat siswa.

(4)

Eki Pramuningdita. Social Science Education Departement Faculty of Tarbiya and Teacher’s Training. The Relationship Between Classroom Management and Economy Achievement At SMAN 4 Tangerang,s Cities Sout. The aim of this research is to know significant relationship between students perception about classroom management toward the students achievement in learning economy.

This research is carried out at SMAN 4 Tangerang,s Cities Sout starting from July 2010. The sample of this research is the students of XII IPS class of SMAN 4 Tangerang,S Cities Sout involving 41 students. That sample is taken out from the population which involves 164 students of SMAN 4 Tangerang,s Cities Sout. The data of this research were gathered through questionnaire related to classroom management. The questionnaire is filled by the students of SMAN 4 Tangerang,s Cities Sout. Meanwhile the students achievement gained from the result of last. In analyzing the data the writer used Pruduct Moment Corelation from person the significance 5% is 0,366, it means that rxy is bigger than tt table. So the null hypothesis that state there is no relation between students perception about classroom management and the students achievement is rejected in the other hand alternative hypothesis states that there is a relation between students perception about classroom management and student achievement is accepted.

From the Product Moment coefisien is 0,366% is resulted Determination Coefisien is 13,4%. It means that the students perception about classroom management and the students achievement in studying economy give contribution is about 13,4% meanwhile 87,6% of students achievement in economy is affected by the other factors like Students intellectual, Interest and Talent.

(5)

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya, serta kepada seluruh muslimin dan muslimat.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin, senantiasa penulis panjatkan kepada-Nya. Karena atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan penyusunan skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Berkat jasa beliau, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik, beliau juga yang senantiasa memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan IPS.

3. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M. Pd, selaku dosen pembimbing. Berkat jasa beliau, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. 4. Bapak Drs. A. Nana Mahmur, MM. Pd, Kepala Sekolah SMAN 4 Kota

Tangerang Selatan.

5. Keluarga Besar SMAN 4 Kota Tangerang Selatan.

6. Seluruh civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ayah Bundaku tercinta, yang senantiasa memberikan kasih sayang serta dukungan moril dan materil. Juga tak henti-hentinya memanjatkan do’a

(6)

ii

8. Adikku tersayang, Eka Pramuningdita, yang senantiasa memberikan motivasi, do’a, dan canda tawa kepada penulis.

9. Sahabat sejatiku Erwita Fitri S, Pd, dan Istiqomah, S. Pd yang selalu memberikan doa, bantuan, dukungan, dan menghibur penulis ketika sedang gundah gulana.

10.Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2006, yang telah memberikan banyak inspirasi kepada penulis.

11.Seorang yang selalu memberikan semangat, Tubagus Hasan, Terimakasih atas segala energi positif yang telah diberikan dan do’a yang senantiasa dipanjatkan kepada-Nya untuk kesuksesan penulis, serta memberikan motivasi di setiap kondisi, baik suka maupun duka.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan do’a dan dukungan selama proses penyusunan skripsi.

Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Amin.

Akhirul kalam, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, dan dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang konstruktif. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Oktober 2010

Penulis

(7)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Manfaat Masalah... 7

BAB II DESKRIPSI KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori... 8

1. Hakikat Persepsi... 8

a. Pengertian Persepsi ... 8

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 10

2. Pengelolaan Kelas ... 12

a. Pengertian Pengelolaan Kelas ... 12

b. Tujuan Pengelolaan Kelas... 14

c. Komponen-Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas 16 d. Pengelolaan Kelas Yang Berorientasi Pada Siswa... 21

3. Hakikat Ekonomi ... 22

a. Pengertian Ekonomi ... 22

b. Tujuan Ekonomi... 24

4. Hakikat Hasil Belajar ... 25

(8)

C. Kerangka Berfikir ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Variabel Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data... 33

1. Metode Pengumpulan Data ... 33

2. Instrumen Penelitian ... 33

F. Teknik Analisis Data... 34

1. Deskripsi data ... 34

2. Uji Validitas dan Reabilitas ... 35

3. Uji Prasyarat Analisis Data ... 36

4. Pengujian Hipotesis... 38

a. Uji korelasi ... 38

b. koefisien Determinasi... 39

G. Pengajuan Hipotesis ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 40

B. Deskripsi Data... 48

C. Uji Prasyarat Analisis Data ... 54

1. Uji Normalitas... 54

2. Metode Suksesi Interval... 55

D. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan... 55

E. Pembahasan... 57

(9)

v

(10)

Tabel Halaman Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Varibel Tentang Hubungan Persepsi Siswa

Tentang Pengelolaan Kelas Dengan Hasil Belajar Ekonomi ... 34

Tabel 2. Interprestasi Nilai r... 39

Tabel 3. Jumlah Tenaga kependidikan... 44

Tabel 4. Jumlah Guru Administrasi ... 45

Tabel 5. Jumlah Peserta Didik dan Rombongan Belajar... 46

Tabel 6. Sarana dan Prasarana Sekolah... 46

Tabel 7. Deskripsi Statistik Pengelolaan Kelas (Varibel X) ... 48

Tabel 8. Frekuensi Skor Pengelolaan Kelas (Varibel X) ... 49

Tabel 9. Indek Tingkat Pengelolaan Kelas... 50

Tabel 10. Deskripsi Statistik Nilai Ekonomi... 52

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi ... 53

Tabel 12. Tingkat Hasil Belajar ... 53

Tabel 13 Hasil Uji Normalitas Data... 55

Tabel 14. Variables Entered/Removed... 56

Tabel 15. Hasil Perhitungan Korelasi Antara Pengelolaan Kelas Dan Hasil Belajar ... 56

Tabel 16. Model Summary... 57

(11)

Gamabar Halaman Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Pengelolaan Kelas (X) ... 51 Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 54

(12)

viii

LAMPIRAN 1 Uji Coba Instrumen Pengelolaan kelas

LAMPIRAN 2 Data Skor Hasil Uji Coba Instrumen Pengelolaan Kelas LAMPIRAN 3 Data Skor Hasil Penelitian Pengelolaan Kelas

LAMPIRAN 4 Penghitungan Validitas Dan Reliabilitas SPSS 15.00 LAMPIRAN 5 Soal-Soal Tes Ekonomi

LAMPIRAN 6 Nilai Hasil Tes Ekonomi

LAMPIRAN 7 Uji Normalitas Data Varibel Pengelolaan Kelas (X) LAMPIRAN 8 Uji Normalitas Data Varibel Hasil Belajar Ekonomi (Y) LAMPIRAN 9 Tabel Metode Suksesi Interval

LAMPIRAN 10 Berita Wawancara

LAMPIRAN 11 Jawaban Soal Instrumen Uji Coba LAMPIRAN 12 Uji Referensi

LAMPIRAN 13 Lembar Pengesahan Judul Skripsi LAMPIRAN 14 Surat Bimbingan Skripsi

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan pembangunan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk pencapaian tujuan tersebut adalah melalui dunia pendidikan. Pendidikan adalah sesuatu hal yang dinamis, selalu bergerak maju mengikuti perkembangan masyarakat dan kebudayaan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan perlu perhatian baik dalam usaha peningkatannya maupun pengembangannya yang sesuai dengan tuntutan jaman.

Pendidikan itu sendiri bertujuan:

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.1

Upaya pencapaian cita-cita dari pendidikan nasional tersebut diaplikasikan ke dalam dunia pendidikan di lembaga-lembaga yang bersifat

1

Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV, Mini Jaya Abadi, 2003), h. 5

(14)

formal seperti universitas, institut, sekolah maupun lembaga-lembaga lain yang bersifat informal seperti kursus-kursus.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dan tanggung jawab yang cukup berat, terlebih semakin meningkatnya tuntutan masyarakat dan semakin kompleknya permasalahan pendidikan seiring dengan kemajuan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat.

Mengingat hal tersebut, sekolah senantiasa diarahkan untuk mampu melaksanakan peranannya dalam menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang siap dan mampu menghadapi dinamika kehidupan, baik sekarang maupun di masa yang akan datang.

Penyelenggaraan pendidikan sekolah di Negara kita lebih cenderung bersifat klasikal. Bentuk pengajaran klasikal berhasil menempatkan guru sebagai faktor dominan dan menjadi sangat urgen bagi siswa karena guru sering menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh sebab itu, sangat bijaksana jika seorang guru memiliki perilaku serta talenta yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh.

Guru dituntut untuk dapat bekerja secara teratur, konsisten, dan kreatif dalam menghadapi masalah yang terkait dengan tugasnya. Maka dari itu hendaknya seorang guru membekali dirinya dengan kemampuan yang baik. Guru professional akan bekerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya serta berusaha mencapai tujuan. Sedikitnya ada tiga kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu: (1) Kemampuan menguasai bahan bidang studi, (2) Kemampuan merencanakan program belajar mengajar, (3) Kemampuan melaksanakan program belajar mengajar.

Ketiga kemampuan dasar tersebut merupakan kompetensi yang lazim dimiliki oleh seorang guru. Salah satunya, kemampuan melaksanakan program belajar mengajar yaitu kemampuan menciptakan interaksi belajar mengajar sesuai dengan situasi dan kondisi serta program yang telah ditentukan. Untuk menciptakan interaksi belajar mengajar seorang guru harus memiliki satu kemampuan yaitu kemampuan mengelola kelas.

(15)

pembelajaran maka guru disini harus menjadi pengelola, sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer),guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kealas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.2

Pengelolaan kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam berbagai macam aktivitas personal kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemberian kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan yang kreatif dan terarah.

Adapun Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tetang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah . Dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007 bahwasannya pengelolaan kelas harus meliputi:

1. Guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.

2. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik

3. Tutur kata guru santun dan dapat di mengerti oleh peserta didik 4. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan

kemampuan belajar peserta didik

5. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan dan keputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran

6. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respon dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung

7. Guru menghargai pendapat peserta didik

8. Guru memakai pakaian yang sopan, bersih dan rapih

9. Pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang dia punya

10.Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.3

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 5, h. 22

3

(16)

Meskipun pengelolaan kelas berkedudukan penting seperti di jelaskan di atas, namun pada kenyataannya banyak aspek pengelolaan kelas yang diabaikan oleh guru. Sehingga hal itu mempunyai implikasi negatif terhadap proses belajar siswa baik dari segi menurunnya motivasi belajar, menurunnya kedisiplinan murid, serta hal-hal yang tidak diharapkan lainnya, masalah-masalah tersebut hanya diorientasikan karena kurang memadainya sarana dan prasarana belajar mengajar yang menunjang. Padahal terdapat kemungkinan besar bahwa keadaan tersebut di sebabkan oleh ketidak mampuan seorang guru dalam mengelola kelas secara efektif sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi membosankan.

Untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa, ini bisa diwujudkan dengan pengelolaan kelas yang berorientasi pada siswa artinya guru harus memberikan penekanan dan pengalaman secara langsung serta merancang proses belajar mengajar di kelas yang memberi kesempatan yang banyak kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajarinya sehingga siswa mampu menggunakan fakta-fakta yang sudah dipelajarinya untuk menjelaskan situasi atau untuk menerapkan informasi pada situasi baru serta mampu mengembangkan pemikiran dan keterampilan yang digunakannya serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(17)

Di samping hal di atas, siswa perlu memiliki persepsi. Dalam buku

Psikologi Umum dan Perkembangan, persepsi adalah “menafsirkan stimulus itu dalam otak”.4 Adapun pengertian lain tentang persepsi adalah “sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindra atau data”.5

Berdasarkan pengertian persepsi di atas dapat diketahui bahwa persepsi terkait erat dengan panca indera karena persepsi terjadi setelah objek yang bersangkutan melihat, mendengar atau merasakan sesuatu dan kemudian mengorganisasi serta menginterpretasikannya sehingga timbullah persepsi. Proses yang sama juga terjadi pada persepsi siswa terhadap pengelolaan kelas.

Menurut Bloom dengan Model Bloom’s Theory Os School Learning menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh karakteristik kognitif dan perilaku afektif siswa berpadu dengan kualitas kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Selanjutnya dikatakan oleh Chavez bahwa di dalam kelas terjadi interaksi antara sesama siswa dan siswa dengan guru. Sedangkan Walberg mengklaim bahwa apapun yang terjadi dan kondisi yang terbentuk dalam kelas, akan memberikan iklim sosial tersendiri. Menurut Moos menyatakan bahwasannya seperti halnya manusia, lingkungan juga mempunyai kepribadian. Ia yakin bahwa lingkungan dapat memberikan kehangatan, semangat atau sebaliknya, kaku dan menghambat. Dalam dunia pendidikan Moos menyakini bahwa persepsi siswa mengenai lingkungan belajar, termasuk ruang kelas, dimana siswa menghabiskan sebagian besar waktunya, memberikan arti penting yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar.6

Melihat uraian di atas, sangat jelas bahwa pentingnya kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas yang berorientasi pada siswa dengan memaksimalkan potensi dan bakat siswa serta mengembalikan proses belajar alami yang lebih mengacu pada kebutuhan, minat, kemampuan serta gaya belajar siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga dapat diharapkan adanya peningkatan hasil belajar khususnya hasil belajar ekonomi.

4

Akyas azhari , Psikologi Umum dan perkembangan, (Jakarta: Teraju PT Mizan Publika, 2004), h.106

5

Udai Pareek, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Ikrar Mandiri, 1996), Cet. 3, h.13

6

(18)

Seperti ditegaskan oleh Mulyono Abdurrahman dalam bukunya yang sangat terkenal yaitu Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”7

Berdasarkan pengertian diatas bahwasannya hasil belajar adalah peroses perubahan tingkah laku baik itu dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun sikapnya. Yang tadinya ia tidak mengerti menjadi mengerti, yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dan yang tadinya ragu-ragu menjadi yakin. Sehingga semua itu adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik.

Sedangkan pembelajaran ekonomi adalah pembelajaran yang mana di dalam pembelajarannya memiliki disiplin-disiplin ilmu (sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan sebagainya) adalah sumber utama pendidikan untuk ilmu-ilmu sosial. Materi pendidikan adalah apa yang dipelajari siswa untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu tujuan kurikulum ilmu-ilmu sosial, termasuk dalam pengertian materi ini adalah substansi dan proses yang berasal dari disiplin-disiplin ilmu sosial.

Dari sini maka dapat disimpulkan bahwa siswa akan membuat persepsi mengenai pengelolaan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa dari apa yang ditangkap oleh indranya, kemudian hasil persepsinya itu siswa akan bereaksi. Reaksi yang muncul dapat berupa tindakan-tindakan yang menunjang kearah tercapainya kemampuan dalam belajar, seperti menghafal, menghitung, menulis, membaca, dan lain-lain. Oleh karena itulah persepsi siswa dalam belajar mempunyai hubungan dengan kemampuan siswa dalam melihat kondisi kelas ketika belajar berlangsung sehingga itu semua sangat tergantung kepada persepsinya, sehingga dapat dikatakan ada hubungan yang sangat kuat antara persepsi siswa terhadap pengelolaan kelas dengan hasil belajar siswa dalam belajar.

Berawal dari masalah tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengetahui apakah terdapat “Hubungan Persepsi Siswa Tentang Pengelolaan Kelas Dengan Hasil Belajar Ekonomi di SMA N 4 Kota Tangerang Selatan”

7

(19)

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi diantaranya yaitu:

1. Pengelolaan kelas yang masih belum efektif dan kondusif 2. Motivasi peserta didik yang masih rendah

3. Masih banyak pembelajaran yang bersifat konvensional 4. Hasil belajar dalam mata pelajaran ekonomi kurang maksimal

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu luas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Untuk itu penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan kelas yang masih belum efektif dan kondusif 2. Hasil belajar dalam mata pelajaran ekonomi kurang maksimal

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang pengelolaan kelas dengan hasil belajar ekonomi?

2. Bagaimana deskripsi persepsi siswa tentang pengelolaan kelas dengan hasil belajar ekonomi?

E. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para guru ketika mengajar di dalam kelas

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan bagi pembaca terutama bagi lembaga pendidikan

(20)

BAB II

DESKRIPSI KERANGKA TEORITIS

DAN PENGAJUAN HIPOTES

IS

A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Banyak ahli mendefenisikan persepsi dalam arti yang berbeda-beda sesuai dengan pendapatnya masing-masing, tapi maksud dan intinya sama, seperti beberapa pendapat ahli di bawah ini:

Dalam Kamus Inggris Indonesia Persepsi berasal dari kata “Perception yang berarti penglihatan, tanggapan, daya memahami atau menanggapi sesuatu”.1 Sedangkan dalam kamus psikologi kata “Perception proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera”.2

Menurut Bimo walgito persepsi Merupakan “keadaan yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya.”3 Stimulus yang diterima oleh individu diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa

1

Jhon. M, Echol dan Hasan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2005), Cet.26, h. 424

2

James P. Chaplia. Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Cet.7, h. 358

3

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogjakarta: Andi Offset, 1989), Cet.1, h.53

(21)

yang diterima oleh alat penginderanya, baik indera penglihat, indera pendengar lainnya.

Alisuf Sabri menyatakan bahwa persepsi adalah “ proses dimana individu dapat mengenali objek-objek dan fakta - fakta objektif dengan menggunakan alat-alat indera.”4 Sementara itu, Jalaludin Rahmat berpendapat tentang persepsi dalam bukunya Psikologi Komunikasi bahwa persepsi adalah “pengalaman tentang objek, peristiwa, pengalaman atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.”5

Berdasarkan defenisi-defenisi persepsi yang diungkapkan para ahli di atas, dapatlah memberi sebuah gambaran bahwa persepsi adalah proses penerimaan, penyeleksian, pengorganisasian dan penafsiran dari stimulus yang diterima individu melalui alat-alat inderanya.

Dalam pegertian persepsi yang banyak dikemukakan oleh para ahli di atas, tercakup beberapa proses diantarnya yaitu:

1. Proses menerima rangsangan: proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber kebanyakan data yang diterima melalui panca indera.

2. Proses menyeleksi rangsangan: setelah rangsangan diterima atau data diseleksi demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk proses lebih lanjut. Menurut Udai Pareek “ada dua faktor yang menentukan seleksi rangsangan yaitu: faktor intern dan faktor ekstern”.6 Faktor interen meliputi kebutuhan psikologis, latar belakang, pengalaman kepribadian, dan penerimaan diri sedangkan faktor ekstern meliputi intensitas, ukuran, kontras, gerakan dan ulangan

3. Proses pengorganisasian: setelah data rangsangan diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Data atau

4

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), Cet. 3,h.46

5

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), Cet .23, h. 51

6

(22)

rangsangan yang telah diterima disusun dan kelompokkan ke dalam suatu bentuk

4. Proses penafsiran: setelah data atau rangsangan yang telah diterima diatur, sipenerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi pada pokoknya memberikan arti kepada berbagai data dan informasi yang diterima.

5. Proses pengecekan: setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima rangsang mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Pengecekan ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru.

6. Proses reaksi: tahap terakhir dari proses perceptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat sesuatu dengan persepsi yang baik atau buruk yang telah dibentuknya. Lingkaran persepsi itu belum sempurna sebelum menimbulkan suatu tindakan, tindakan itu bisa bersifat tersembunyi atau terbuka. Tindakan tersembunyi bisa dengan pembentukan pendapat atau sikap sedangkan bentuk tindakan yang terbuka berupa tindakan nyata tentang persepsi tersebut.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Karena persepsi lebih bersifat psikologis dari pada merupakan proses pengindraan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi:

a. Perhatian yang selekif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. b. Ciri-ciri rangsang

(23)

besar di antara yang kecil yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangnya paling kuat. c. Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang bukan seniman.

d. Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat memengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.7

Adapun faktor lain yang mempengaruhi persepsi menurut singgih digagunarsa. Persepsi seseorang terhadap suatu objek tidak berdiri sendiri melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam diri (internal) maupun yang berasal dari luar (eksternal).

Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap objek yang sama. Menurut Akyas Azhari faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut diantarnya yaitu:

a. Perhatian, biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita secara sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja.

b. Set, adalah harapan seseorang tentang rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat ia harus mulai lari.

c. Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang mempengaruhi persepsi orang tersebut.

d. Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi

e. Ciri kepribadian juga mempengaruhi persepsi

f. Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.8

Persepsi siswa yang dimaksud oleh penulis dalam skripsi ini adalah sebuah proses penerimaan, penyeleksian, penggorganisasian

7

Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 3, h. 128-129

(24)

dan penafsiran dari stimulus atau rangsangan yang diterima oleh siswa melalui alat-alat inderanya. Dalam hal ini bagaimana siswa menangggapi, menafsirkan serta memberikan perhatian dan penilian tentang kinerja guru dalam melaksanakan program belajar mengajar yaitu menciptakan interaksi belajar mengajar yang baik dengan mengelola kelas yang berorientasi pada siswa.

Dengan adanya persepsi siswa yang positif tentang pengelolaan kelas yang berorientasi pada siswa diharapkan adanya peningkatan hasil belajar ekonomi siswa yang merupakan indikator terpenting setelah proses pembelajaran.

2. Pengelolaan Kelas

a. Pengertian Pengelolaan Kelas

Dalam proses belajar mengajar di kelas, yang sangat urgen untuk dilakukan oleh seseorang guru adalah mengupayakan atau menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kondisi belajar mengajar yang baik diharapkan proses belajar mengajar akan berlangsung baik pula. Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan serta kesalahan dalam pembelajaran. Maka dari itu penting sekali bagi seseorang guru memiliki kemampuan menciptakan kondisi belajar mengajar yang baik. Kemampuan tersebut yang kemudian disebut dengan kemampuan mengelola kelas.

(25)

kelas, maka akan dikemukakan beberapa pengertian pengelolaan kelas menurut pendapat para ahli. Secara etimologi, pengelolaan kelas dapat diartikan secara terpisah, yaitu kata pengelolaan kelas.

Menurut Hamalik kelas adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru. Sedangkan menurut Mulyana pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.9

Dari dua pengertian secara terpisah yang telah diungkapkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan kelas menyangkut pada upaya atau usaha untuk menyelenggarakan suatu proses belajar mengajar pada suatu tingkat kelompok tertentu. Hal ini tentunya memberikan suatu pemahaman tersendiri yang sangat jelas bahwa pengelolaan kelas ditujukan untuk menyelenggarakan proses atau kegiatan belajar mengajar di kelas agar dapat berlangsung dengan baik dan efektif serta dapat mencapai tujuan yang digariskan.

Pendapat lain menurut Suharsimi Arikunto mengemukakan pendapatnya tentang pengelolaan kelas, yaitu: pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.10

Pengelolaan kelas menurut Iskandar merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh guru, dosen (pendidik) dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal, sehingga diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.11

Beberapa pengertian pengelolaan kelas yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, dapatlah memberi suatu gambaran

9

Martin Yamin & Maisah, Manajemen Pembelajarnn Kelas Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran, (Jakarta:Gaung Persada Press 2009), Cet.1, h. 34

10

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1996), Cet. 4, h. 67

11

(26)

serta pemahaman yang jelas bahwa pengelolaan kelas usaha menyiapkan kondisi yang optimal agar proses atau kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang amat kompleks dan seorang guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

Pengelolaan kelas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, terlebih lagi belum ada satu pun pendekatan belajar yang dikatakan paling baik untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di kelas.

Untuk membangun kondisi kelas yang kondusif dan mantap sebenarnya tidak terlalu sulit, jika seorang guru kelas dapat mengkondisikannya dengan baik. Sebaliknya pengelolaannya akan sulit, jika seorang guru kelas kurang peduli dengan kondisi kelasnya. Oleh karena itu, terciptanya kondisi kelas yang mantap dan kondusif bagi pembelajaran yang efektif merupakan langkah awal bagi terlaksannya proses belajar mengajar yang optimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang guru kelas menempati posisi serta peranan yang cukup penting bagi pengelolaan kelas.

Pandangan mengenai pengelolaan kelas sebagaimana telah dikemukakan di atas oleh para pakar pada intinya memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa pengelolaan kelas merupakan sebuah upaya yang real untuk mewujudkan suatu kondisi proses atau kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran di mana proses tersebut memberikan pengaruh positif yang secara langsung menunjang terselenggaranya proses belajar mengajar di kelas.

b. Tujuan Pengelolaan Kelas

(27)

agar berjalan dengan baik dan optimal. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan seorang siswa berbuat sesuai dengan keinginannnya. Dengan adanya pengelolaan kelas diharapkan produk yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan.

Suharsimi Arikunto mengemukakan tujuan pengelolaan kelas adalah agar tiap anak di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila: a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada

anak yang terhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib. 12 Pendapat lain tentang Tujuan Pengelolaan Kelas dalam buku Strategi Belajar Mengajar bahwasannya tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.13

Dari beberapa penjelasan tentang tujuan pengelolaan kelas di atas, dapat dilihat betapa pentingnya peranan pengelolaan kelas yang baik terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Maka perlu sekali pengelolaan kelas diperhatikan oleh guru agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

12

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan kelas dan Siswa…, h. 68

13

(28)

c. Komponen-Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya di bagi menjadi dua bagian, yaitu “keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal”.14

1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan

pemeliharaan kondisi yang belajar yang optimal (bersifat

preventif).

Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:

a. Sikap Tanggap

Komponen ini ditunjukan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa yang mereka kerjakan. Seolah-olah mata guru ada di belakang kepala, sehingga guru dapat mengajar anak didik walaupun guru sedang menulis di depan papan tulis. Sikap ini dapat dilakukan dengan cara:

1. Memandang Secara Saksama

Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama, dan menunjukkan rasa persahabatan.

2. Gerak Mendekati

Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru

14

(29)

yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas anak didik. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan dan hukuman.

3. Memberi Pernyataan

Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain. Akan tetapi, haruslah dihindari hal-hal yang menunjukkan dominasi guru, misalnya dengan komentar atau pernyataan yang mengandung ancaman seperti: “ saya tunggu sampai kalian diam!” atau “siapa yang tidak senang dengan pelajaran saya, silakan ke luar!”

4. Memberi Reaksi Terhadap Gangguan dan Ketakacuhan Kelas tidak selamanya tenang pasti ada gangguan. Hal ini perlu guru sadari dan jangan dibiarkan. Teguran perlu dilakukan oleh guru untuk mengembalikan keadaan kelas. Teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didikan.

b. Membagi Perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara:

1. Visual

(30)

2. Verbal

Guru dapat memberi komentar, penjelasan, pernyataan, dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama sementara ia memimpin dan terlibat supervisi pada aktivitas anak didik yang lain.

Dalam bukunya Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia, “penggunaan teknik visual maupun verbal ini menunjukkan bahwa guru menguasai kelas, dan terutama digunakan dalam mengajar kelompok kecil atau mengajar atas dasar perbedaan individu”.15

c. Pemusatan perhatian kelompok

Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa ia bekerja sama dengan kelompok atau subkelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat guru lakukan, yaitu:

1. Memberi Tanda

Dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan, atau topik, dengan memilih anak didik secara random untuk meresponnya.

2. Tanggung Jawab

Guru meminta pertanggungjawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai anggota kelompok harus bertanggung jawab terhadap kegiatan sendiri, maupun kegiatan kelompoknya. Misalnya dengan meminta kepada anak

15

(31)

didik untuk meragakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.

3. Pengarahan dan petunjuk yang jelas

Guru harus sering kali memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak didik.

4. Penghentian

Tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau berhasil dihindari. Yang diperlukan di sini adalah guru dapat menangani anak didik yang nyata-nyata melanggar dan mengganggu dalam kegiatan di kelas. Bila anak didik menyela kegiatan anak didik lain dalam kelompoknya, guru secara verbal menegur atau menghentikan gangguan anak didik itu.

5. Penguatan

Untuk menanggulangi anak didik tidak mengerjakan tugas, dapat dilakukan dengan pemberian pengutan yang dipilih sesuai dengan masalahnya. Penggunaan pengutan untuk mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial untuk mengatasi anak didik yang terus mengganggu atau yang tidak mengerjakan tugas.

6. Kelancaran

Kelancaran atau kemajuan anak didik dalam belajar sebagai indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan di kelas.

7. Kecepatan

(32)

Menurut Thomas Gordon ada beberapa resep yang bisa dimanfaatkan untuk mempertahankan kondisi kelas yang baik yakni: (1) Keterbukaan dan transparan, sehingga memungkinkan terjalinnya keterusterangan dan kejujuran siswa dalam pembelajaran; (2) Penuh perhatian, sehingga setiap pihak mengetahui bahwa dirinya dihargai oleh pihak lain; (3) Saling ketergantungan; (4) Keterpisahan, untuk membuka kemungkinan tumbuhnya keunikan, kreativitas, dan individualitas masing-masing; (5) Pemenuhan kebutuhan bersama sehingga tidak ada pihak yang merasa dikorbankan untuk memenuhi kepentingan pihak lain.16

Adapun menurut Walberg dan Greenberg dalam bukunya Quantum Teaching dikatakan bahwa: “suasana kelas adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis”.17 Sehingga dalam suasana kelas menunjukkan arena belajar yang dipengaruhi oleh emosi. Karena emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar.

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal

Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

Namun pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus-menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi itu adalah:

16

Pupuh Fathurrohman&Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Umum & Konsep Islam, (Bandung :PT Refika Aditama, 2007), Cet.1, h.108

17

(33)

a. Modifikasi tingkah laku

Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.

b. Pendekatan pemecahan masalah kelompok

Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara: memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan-kegiatan kelompok.

c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah

Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidak patuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.

d. Pengelolaan Kelas yang Berorientasi pada Siswa

Agar siswa dapat meraih kompetensi, guru harus merancang proses belajar mengajar di kelas yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan menerapkan hal-hal yang telah dipelajarinya. Siswa harus mampu menggunakan fakta-fakta yang sudah dipelajarinya untuk menjelaskan situasi atau untuk menerapkan informasi pada situasi baru. Mereka harus mengembangkan pemikiran atau keterampilan yang digunakannya dalam situasi tertentu atau mengembangkan suatu sikap/nilai yang mereka dapat terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

(34)

sukar diterima dengan baik. Kecenderungan sikap siswa yang negatif lebih dominan.

Lain halnya dengan guru yang selalu memperhatikan siswa, selalu terbuka, tanggap terhadap keluhan siswa, mau mendengarkan kesulitan belajar siswa, maupun selalu bersedia mendengarkan saran dan kritik dari siswa adalah guru yang disenangi oleh siswa. Siswa akan rindu dengan kehadirannya, siswa merasa nyaman di sisinya, dan siswa merasa bahwa dirinya adalah keluarga bagi guru tersebut. Figur yang demikian ini biasanya akan sedikit sekali menemui kesulitan dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru seperti inilah yang diyakini berkorelasi positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil belajar siswa. Dengan kata lain, menciptakan iklim kelas yang yang baik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran di kelas.

Thomas Gordon mengatakan bahwa hubungan guru dan siswa dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun siswa saling bersikap jujur dan membuka dari satu sama lain.

2. Tanggap bilamana seseorang tahu bahwa ia dinilai orang lain.

3. Saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. 4. Kebebasan dalam mengembangkan kreativitasnya dan

kepribadiannya.

5. Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada satu orang pun yang tidak terpenuhi.18

3. Hakikat Ekonomi

a. Pengertian Ekonomi

Ilmu pengetahaun sosial yaitu bidang studi yang merupakan panduan dari sejumlah mata pelajaran sosial. Mata pelajaran sosial yaitu gografi, sejarah, ekonomi, sosiologi dan koperasi. Ilmu pengetahuan sosial bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

18

(35)

berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya. Maka dapat dikatakan bahwasannya ilmu pengetahaun sosial dapat diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah sosial yang dipilih akan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masala-masalah sosial itu dapat dipahami siswa.

Pengertian dari ilmu ekonomi adalah menganalisis setiap gerakan dan perubahan yang terjadi dalam keseluruhan ekonomi, seperti kecenderungan (trend) dalam harga, hasil produksi, pengangguran dan perdagangan di dalam dan diluar negeri. Begitu gejala-gejala tersebut dipahami, maka ilmu ekonomi dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengembangkan kebijakan-kebijakan ekonomi dalam upaya keterbukaan perekonomiaan suatu bangsa.19

Secara konseptual tentang ilmu ekonomi pendidikan yang dikemukakan oleh Elchanan Cohn bahwasannya “Ekonomi Pendidikan adalah suatu studi tentang bagaimana manusia, baik secara perorangan maupun di dalam kelompok masyarakatnya membuat keputusan dalam rangka mendayagunakan sumber-sumber daya yang terbatas agar dapat menghasilkan berbagai bentuk pendidikan dan latihan, pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan, pendapatan, sikap dan nilai-nilai khususnya melalui pendiidikan formal, serta bagaimana mendiskusikannya secara merata (equal) dan adil (equality) di antara berbagai kelompok masyarakat.20

Ilmu Ekonomi merupakan pengajaran yang selalu berkenaan dengan kehidupan nyata di masyarakat, yakni kegiatan usaha yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya, mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, dan untuk memajukan kehidupannya. Dan itu berarti bahwa ilmu ekonomi berkaitan dengan studi yang mempelajari, menelaah dan mengkaji bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya.

19

Nanang Fatah, Ekonomi & Pembiyaan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), Cet.1, h. 11

20

(36)

b. Tujuan Ekonomi

Tujuan ilmu ini adalah untuk meramalkan berbagai peristiwa ekonomi dan untuk membuat berbagai kebijakan yang akan mencegah atau mengoreksi berbagai masalah seperti pengangguran, inflasi, atau pemborosan dalam perekonomian.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwasannya tujuan ekonomi yaitu untuk meramalkan peristiwa ekonomi dan masalah-masalah ekonomi serta cara penanggulangannya. Maka disini siswa harus memiliki sikap sosial yang rasional dalam kehidupan untuk dapat memahami dan selanjutnya mampu memecahkan masalah-masalah sosial perlu ada pandangan terbuka dan rasional. Dalam pandangan dan persepsi siswa maka akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, semakin baik maka semakin berprestasi. Tujuan ini juga tentu tindak secara langsung tercipta tanpa campur tangan seorang guru dalam membentuk karakter tersebut. Guru sangat berpengaruh dalam hal ini mengembangkan kemampuan berpikir siswa, sikap dan nilai diri siswa. Maka guru dituntut untuk dapat mengetahui perkembangan siswanya, sejauh mana hasil belajar tersebut dapat terlihat dalam kehidupan sehari-sehari siswa.

(37)

4. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Seperti ditegaskan oleh Mulyono Abdurrahman dalam bukunya yaitu Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”.21

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.22

Dalam kegitan belajar yang terperogram dan terkontrol yang disebut dengan kegiatan pembelajaran, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru. Jadi, anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Keberhasilan seseorang guru dari proses belajar mengajar adalah ketika siswanya mengerti dan memahami atas apa yang disampaikannya. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalam hasil belajar.

Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, dituntut kemampuan para pendidik untuk membimbing siswanya dalam proses belajar. Seorang guru harus selalu siap dengan berbagai kondisi dalam mengahadapi siswa dan lingkungannya, juga harus memiliki kompetensi yang tinggi untuk dapat menjalankan kewajibannya sebagai guru teladan, agar tercipta sumber daya manusia yang berkualitas.

Oleh karena itu, kegiatan belajar akan lebih terarah dan sistematis jika disertai dengan proses pembelajaran. Belajar dengan proses pembelajaran akan lebih efektif, karena ada guru, bahan ajar, metode, serta ada lingkungan yang kondusif yang sengaja diciptakan.

21

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), Cet.1, h. 37

22

(38)

Di dalam Sistem Pendidikan Nasional mengenai rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi “hasil belajar dari Benyamin S. Bloom secara garis besar mengacu kepada tiga arah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik”.23

Menurut A.j. Romiszowski, “hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemprosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (Performance)”.24

Romiszowski menyatakan perbuatan merupakan petunjuk dari proses belajar yang telah terjadi. Hasil belajarnya dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pengetahuan dan keterampilan.

Romiszowski menyatakan pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu:

1) Pengetahuan tentang fakta. 2) Pengetahuan tentang prosedur 3) Pengetahuan tentang konsep dan 4) Pengetahuan tentang prinsip

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, di antaranya: 1) Keterampilan untuk berfikir atau keterampilan kognitif 2) Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik 3) Keterampilan beraksi atau bersikap dan

4) Keterampilan berinteraksi.25

Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: 1) Keterampilan dan kebiasaan

2) Pengetahuan dan pengertian 3) Sikap dan cita-cita26

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sebagai suatu proses pasti ada yang diproses (masukan atau input) dan hasil dari pemprosesan (keluaran atau output). Ada

23

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan...,h.38

24

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan...,h.38

25

Mulyono Abdurrahman, pendidikan...,h.38

(39)

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, hal ini ditinjau dari sudut pandangan analisis sistem.

Arden N. Fradensen mengatakan bahwa faktor psikologi yang mendorong prestasi belajar adalah:

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas

2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dengan keinginan untuk selalu lebih maju

3. Adanya keinginan untuk mendapat simpati orang tua, guru dan teman

4. Adanya keinginan untuk mendapat rasa aman bila menguasai pelajaran

5. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada pembelajaran27

Dalam proses belajar mengajar turut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan dan berfungsi sejumlah faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan yaitu: kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta managemen yang berlaku di sekolah.

Faktor lainnya yaitu: mengenai fisikologis dan psikologis yang merupakan karakteristik tertentu yang dimiliki siswa. Yang menyangkut fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, panca indranya, dan sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologi ialah minatnya, tingkat kecerdasannya, bakatnya, motivasinya, kemampuan kognitifnya dan sebagainya.28

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Peran Guru Dalam Pengelolaan Kelas Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Di MTs Muhammadiyah 1 Ciputat Tangsel, Oleh M Royadi)

27

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:CV. Raja Grafindo Perdasa,2002), Cet. 11, h. 236-237

28

(40)

2. Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Guru Dalam Manajemen Kelas Dengan Motivasi Belajar Siswa (Di SMP PGRI 2 Ciputat, Oleh Khodijah)

3. Prestasi Belajar Ditinjau Dari Persepsi Siswa Terhadap Iklim Kelas Pada Siswa Yang Mengikuti Program Percepatan Belajar (Di SMU Negeri 1 Medan, Oleh Tarmidi Dan Lita Hadiati Wulandari)

C. Kerangka Berpikir

Persepsi adalah pengamatan yang dilakukan manusia atau seseorang dengan alat indranya, seperti indra penglihatan, indra penciuman dan indra pendengaran yang kemudian diproses di dalam otak sehingga individu tersebut dapat mengenali objek dan fakta objektif tentang sesuatu. Pengelolaan kelas sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapat prioritas oleh seorang guru dalam berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan yang kreatif dan terarah. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat yang penting bagi kegiatan intruksional yang efektif agar seorang guru berhasil mengelola kelas hendaklah ia mampu mengantisipasi tingkah laku siswa yang salah dan mencegah tingkah laku demikian agar tidak terjadi.

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.29 Dengan adanya hasil seorang siswa akan terus berusaha giat dalam belajar untuk mencapai hasil atau prestasi yang diinginkan.

Dengan demikian persepsi siswa tentang pengelolaan kelas terhadap hasil belajar dapat memungkinkan siswa merasa yang tadinya ia tidak mengerti menjadi mengerti, yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dan yang tadinya ragu-ragu menjadi yakin. Sehingga semua itu adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik. Dan hal itu ada hubungannya dengan hasil

29

(41)

belajar. Hal itu tentunya tidak terlepas dari peran serta guru dalam mengelola kelas. Maka dengan demikian dapat diduga terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang pengelolaan kelas dengan hasil belajar ekonomi siswa didalam kelas.

(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Tangerang Selatan Pondok

Ranji yang berlokasi di Jln. Pertamina Pondok Ranji. Waktu pelaksanaan

penelitian ini direncanakan mulai bulan Juli sampai dengan selesai.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey melalui studi korelasional

yakni suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek

penelitian, karena dalam penelitian ini memerlukan data yang valid agar dapat

dipertanggung jawabkan kebenarannya.

C. Populasi dan Sampel

Yang di maksud dengan populasi adalah “keseluruhan subjek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”.1

Populasi adalah unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut

bisa berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas,

oragnisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah “kumpulan dari

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h.130

(43)

sejumlah elemen”.2 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa

SMA N 4 Kota Tangerang Selatan, adapun yang menjadi objek penelitian

adalah kelas XII jurusan IPS dengan jumlah siswa 164 orang

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.3 Guna untuk

menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, penulis

menggunakan teknik sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel

adalah sebanyak 25% dari populasi yang ada. Suharsimi Arikunto

mengemukakan pendapat bahwa jika objek penelitian lebih dari 100 orang,

maka sampel yang di ambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih. Namun

dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 41 orang dengan

system kelompok atau cluster sampling. Dengan cara seperti ini, maka

diharapkan setiap anggota dari populasi memiliki kemungkinan yang sama

untuk di pilih sebagai sampel penelitian.

Setelah angket yang diberikan kepada responden telah dikembalikan,

tahap berikutnya adalah penyuntingan (editing) yaitu memeriksa angket yang telah dikembalikan oleh responden dalam tahap untuk mengelola data.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu:

1. Variabel X sebagai Variabel Bebas (Independent Variabel), yaitu persepsi siswa tentang pengelolahan kelas.

2. Variabel Y sebagai Variabel Terikat (Dependent Variabel), yaitu hasil belajar ekonomi.

1. Persepsi siswa tentang pengelolaan kelas

a. Defenisi Konseptual

Secara konseptual yang dimaksud dengan pengelolaan kelas

adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan

belajar-mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai

2

Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT Sinar Baru, 1989),Cet. 1, h. 84

3

(44)

kondisi optimal sehingga terlaksana kegiatan belajar seperti yang

diharapkan”.4

b. Defenisi Operasional

Pengelolaan kelas adalah “keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengendalikan bila

terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”.5

Adapun indikator pengelolaan kelas yang baik adalah:

1. Kondisi Belajar Yang Optimal, kondisi belajar yang nyaman,

tenang, sejuk sehingga sangat membantu perhatian siswa pada

materi pelajaran.

2. Menunjukkan Sikap Tanggap, prilaku positif atau negatif yang

muncul di dalam kelas harus dapat disikapi dengan baik sehingga

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Memusatkan Perhatian Kelompok, dengan memusatkan perhatian

secara terus menerus terhadap siswa dapat mempertahankan

konsentrasi belajar siswa tersebut.

4. Memberikan Petunjuk Dan Tujuan Yang Jelas, sering terjadi

kurangnya konsentrasi siswa disebabkan oleh ketidakpahaman

siswa terhadap arah dan sasaran yang akan dicapai.

5. Memberikan Teguran Dan Penguatan, teguran diberikan untuk

mengarahkan tingkah laku siswa, dan penguat perlu dilakukan

untuk memberikan respon positif dengan cara memberikan pujian

dan penghargaan

2. Hasil Belajar Ekonomi

a. Defenisi Konseptual

Menurut A.j. Romiszowski, “hasil belajar merupakan keluaran

(outputs) dari suatu sistem pemprosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa macam-macam informasi sedangkan

keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (Performance)”.6.

4

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 1996). Cet. 4, h. 67

5 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, h.187-190

6

(45)

b. Defenisi Operasional

Ditegaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang terkenal

yaitu, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar “hasil belajar ekonomi

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya”.7

3. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka

penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang dapat

menguatkan informasi data yang diperoleh sebagai bahan penulisan

skripsi. Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara

langsung dengan guru untuk mengetahui kemampuan guru dalam

pengelolaan kelas selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Angket (Kuesioner)

Angket adalah pengumpulan data dengan menggunakan persamaan

atau pernyataan secara tertulis yang digunakan untuk memperoleh

data dan informasi dari responden. Dalam penelitian ini, metode

angket digunakan untuk memperoleh data tentang keterkaitan antara

pengelolaan kelas dengan hasil belajar siswa.

2. Instrumen Penelitian

Pada tahap awal adalah mendefinisikan variabel yang akan

dijadikan penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan variabel presepsi

siswa tentang pengelolaan kelas dengan hasil belajar ekonomi. Adapun

kisi-kisi instrumennya sebagai berikut.

7

(46)

Tabel 1

Kisi-kisi Instrument Variabel Tentang Hubungan Persepsi Siswa Tentang Pengelolaan Kelas Dengan Hasil Belajar Ekonomi

Variabel Dimensi

variabel Indikator Item Jumlah

Persepsi siswa kondisi belajar yang optimal

Hasil belajar Hasil belajar adalah sesuatu

4. Teknik Analisis Data.

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap

berikutnya adalah tahap analisa data. Untuk mengelolah data penulis

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Deskiptif Data

Untuk menjelaskan gambaran dalam penelitian ini berikut akan

dijabarkan deskripsi data berupa rentang sekor, rata-rata, standar deviasi,

(47)

frekuensi dan histogram untuk memperjelas deskripsi masing-masing

variabel yang diteliti.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah data terkumpul makna dilakukan tahap analisis data yaitu,

peneliti berusaha untuk memberikan uraian mengenai hasil penelitiannya.

Dalam analisis data dilakukan beberapa tahapan yang meliputi:

a. Uji Validitas

Skala Pengelolaan kelas sebelum diujikan harus ditentukan

validitasnya. Validitas berasal dari kata Validity, dapat diartikan” tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecamatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya”.8 Untuk memperoleh pengujian

hipotesis yang valid dan obyektif diperlukan data yang memiliki

validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji validitas dilakukan dengan

menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor

total dengan menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment. Rumus adalah sebagai berikut:9

Rxy =

r

xy = Angka Indeks korelasi “r” Product Moment

N = Number of Cases

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y

b. Reliabilitas

Setelah dilakukan standarisasi nilai instrument, kemudian

dilakukan penguji reliabilitas, instrument Pengelolaan kelas dengan

8

Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h. 105

9

(48)

menggunakan rumus metode belah dua (Split Halp Method) sebagai

Nilai tersebut diperoleh dengan mencari terlebih dahulu nilai

rxy dengan menggunakan rumus “r” Product Moment, yaitu:

]

r

xy = Koefisien Korelasi Antara Variable X dan Variable Y

N = Number of Cases

Pengolahan data ini digunakan uji validitas dan reabilitas

dengan rumus teknik korelasi tersebut, dengan menggunakan Sofware SPSS 15.00 For Windows dengan entre method.

3. Uji Prasarat Analisis Data

Dalam prasarat analisis data peneliti menggunakan asumsi

korelasi Pearson Produk Momen (PPM), asumsi ataupun

persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan korelasi PPM adalah:

1. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang

berdistribusi normal

2. Variabel yang dihubungkan mempunyai data linier

3. Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilih secara acak (random)

4. Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama

dari subjek yang sama pula (variasi skor variabel yang dihubungkan harus sama)

10

(49)

5. Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval dan rasio.11

Dalam penelitian ini pengujian prasarat analisis yang digunakan

penulis adalah uji normalitas. Uji normalitas data dilakukan dengan

menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov (KS). Perhitungan data

tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer yaitu program

SPSS 15.00.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas merupakan uji prasyarat analisis data yang digunakan

untuk mengetahui apakah data yang diteliti berdistribusi normal atau

tidak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus Liliefors dan pengambilan keputusan data normal atau tidak, dapat ditentukan

dengan mengunakan dua cara :

a. Dengan membandingkan skor KS hitung dengan KS tabel:

- Jika niali KS hitung < KS tabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima artinya data normal.

- Jika niali KS hitung > KS tabel, maka Ho diterima dan Ha

ditolak artinya data tidak normal.

b. Dengan teknik probabilitas:

- Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho ditolak dan Ha

diterima artinya data normal.

- Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho diterima dan Ha

ditolak artinya data tidak normal.

Pada penelitian ini pengambilan keputusan untuk uji normalitas

dengan menggunakan teknik probabilitas.

2. Metode Suksesi Interval

Metode ini di tujukan untuk menaikan data ordinal menjadi

interval. Ditegaskan oleh Riduwan bahwa untuk perhitungan ini

menggunakan rumus sebagai berikut:12

11

(50)

S

Dari perhitungan prasyarat analisis terbukti bahwa data itu

adalah normal dan sudah di tingkatkan menjadi interval maka penulis

menggunakan korelasi Product Moment

4. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis meliputi uji korelasi, uji signifikansi dan koefisien

determinasi. secra rinci dijabarkan sebagai berikut:

a. Uji Korelasi

Perhitungan korelasi menggunakan rumus “Product Moment Correlation”, yaitu salah satu teknik untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap kali digunakan. Teknik ini dikembangkan oleh

Karl Person”.13 Rumus Product Moment yaitu:

r

xy = Angka Indeks korelasi “r” Product Moment

N = Number of Cases

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y

Pengolahan data digunakan teknik analisa korelasional dengan

rumus Product Moment tersebut, juga dilkukan dengan Software SPSS 15.00 For Windows

12

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula,(Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. 4, h.131

13

Gambar

Gambar 1.  Histogram Distribusi Frekuensi Pengelolaan Kelas (X).................. 51
Tabel 1
Tabel 2 Interprestasi Nilai r
Tabel 3 Jumlah Tenaga Kependidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu potensi wisata alam di Yogyakarta adalah Pantai Sundak yang.. terletak di kawasan Pantai

Untuk menghitung koefisien pekerja dalam sebuah proyek konstruksi, khususnya pekerjaan plat lantai dengan material cor beton, digunakan peraturan SNI 7394:2008

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Produksi

penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ Deteksi Iris Mata Untuk Menentukan Kelebihan Kolesterol Menggunakan Ekstraksi Ciri Moment Invariant

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:“apakah citra merek, harga dan gaya hidup berpengaruh positif dan

Di samping itu, melalui beragam pola judul berita, penelitian ini akan membuktikan munculnya produktivitas dan kreativitas berbahasa (khususnya ragam tulis), yang

Ekstrak daun benalu kopi dibuat dalam konsentrasi 20; 40; 60; 80; 100 mg/ml, untuk diuji daya toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menggunakan larva

Adanya faktor-faktor atau dapat disebut variabel yang terdapat pada masalah di atas akan dianalisis menggunakan analisis faktor untuk menyelidiki faktor-faktor