BAB I
PENDAHULUAN
Bab satu membahas hal-hal yang berkenaan dengan inti dan keseluruhan
arah penelitian. Pada bab ini dipaparkan empat hal yaitu pertama latar belakang
penelitian, kedua rumusan masalah penelitian, ketiga tujuan penelitian dan
keempat mamfaat penelitian.
A. Latar Belakang Penelitian
Kematangan karir adalah kesiapan dan kompetensi individu untuk
membuat keputusan karir. Pieterse (2005, hlm. 16) menyatakan bahwa keputusan
ini didasarkan pada sikap, self-knowledge, pengetahuan tentang kesempatan
pendidikan dan pasar kerja, dan pengetahuan yang cukup tentang proses
pengambilan keputusan karir. Career maturity is the readiness and competency of
individual to take critical career decision. Pieterse (2005,hlm. 16) state that these
decision are based on attitudes, and self-knowledge of the word of educational
opportunities and of the job market, and sufficient knowledge of career decision
making processes.
Dillard (1995, hlm. 32) mengatakan bahwa kematangan karir merupakan
sikap individu dalam pembuatan keputusan karir. Kematangan tersebut
diperlihatkan oleh tingkat konsistensi pilihan karir individu dalam suatu periode
tertentu. Dapat dikatakan bahwa kematangan karir menurut Dillard dikaitkan
dengan pembuatan keputusan karir. Individu yang memiliki kematangan karir
akan membuat suatu keputusan pilihan karir tertentu secara konsisten.
Terkait dengan kematangan karir ini pula, Super (dalam Sharf, 1992, hlm.
153) mengungkapkan bahwa career maturity is the maturity which a person
shows relative to their development stage, that is, comparing the individual’s
stage of maturity with his or her choronological age. Kematangan karir adalah
kematangan individu yang sifatnya relatif terhadap tahap perkembangan mereka.
Dengan demikian, kematangan karir individu tidak akan sama dengan individu
Nurlela, 2015
mencapai tugas-tugas perkembangan karirnya sesuai dengan tahap perkembangan
karirnya.
Lebih lanjut Super (dalam Andersen & Vandehey, 2006, hlm. 54),
menyebutkan bahwa ada lima tahap perkembangan karir yaitu fase
pengembangan (lahir sampai kurang dari 15 tahun), fase ekplorasi (15 sampai
dengan 24 tahun), fase pemantapan (25 sampai dengan 44 tahun), fase pembinaan
(45 sampai dengan 64 tahun) dan fase kemunduran (usia pensiun). Dengan
demikian, jika merujuk kepada fase perkembangan karir Super ini, remaja (dalam
hal ini adalah peserta didik) pada usia sekolah menengah atas sedang berada pada
fase eksplorasi. Peserta didik dapat dikatakan matang dalam karir apabila peserta
didik dapat memenuhi tugas perkembangan pada fase eksplorasi tersebut.
Sebaliknya, peserta didik yang tidak mampu memenuhi tugas pada tahap ekplorasi
belum dapat dikatakan memiliki kematangan karir.
Kematangan karir jika dikaitkan dengan peserta didik adalah kesiapan dan
kompetensi peserta didik untuk membuat keputusan karir (Suherman, 2013, hlm.
73). Kematangan karir itu sendiri memiliki hubungan yang signifikan dengan
konsep diri, yaitu sebesar 25% (Ilfiandra, 1997). Kematangan karir pada peserta
didik biasanya dihubungkan dengan kesiapan memasuki perguruan tinggi,
pengetahuan tentang pilihan program studi di perguruan tinggi, pengetahuan
tentang dunia pekerjaan, dan informasi-informasi yang berkaitan dengan dunia
perguruan tinggi dan pekerjaan lainnya. Sangat penting peserta didik matang
dalam karirnya, karena hal tersebut berkaitan erat dengan karir masa depan
peserta didik itu sendiri.
Meskipun merupakan sesuatu yang urgen dan berhubungan dengan
kehidupan peserta didik pada masa depan, ada banyak data empiris yang
membuktikan adanya persoalan-persoalan yang menjadi indikasi bagi
ketidakmatangan peserta didik dalam karirnya. Sebagai contohnya adalah adanya
fenomena di lapangan yang menunjukan masih banyak terdapat peserta didik yang
(1) kurang memahami cara memilih jurusan yang sesuai dengan minat, bakat dan
kemampuan; (2) memilih jurusan mengikuti teman atau model yang sudah ada;
orang tua dalam memilih jurusan yang diambil dan lain sebagainya (Nurlela,
2015).
Hasil analisis teori perkembangan karir Super dalam Suherman, (2006,
hlm. 54), terutama berdasarkan konsep kematangan karir, bahwa remaja dikatakan
bermasalah dalam karirnya manakala tidak mencapai kematangan karir sesuai
dengan tahap dan perkembangan karirnya sebagai berikut: (a) tidak mampu
merencanakan karir dengan baik seperti, tidak adanya kesediaan untuk
memperlajari informasi karir secara memadai, malas membicarakan tentang karir
dengan orang dewasa, malas mengikuti pendidikan tambahan serta malas
mengikuti pelatihan-pelatihan dengan pekerjaan yang didinginkan; (b) malas
melakukan ekplorasi karir seperti, tidak berusaha mengali dan mencari informasi
karir dari berbagai sumber baik dari guru BK, orang tua maupun dengan orang
sukses. Tidak memadai pengetahuan tentang potensi diri; (c) kurang memadainya
pengetahuan tentang membuat keputusan karir seperti, tidak mengetahui cara-cara
membuat keputusan karir, tidak mengetahui langkah-langkah dalam membuat
keputusan karir, tidak mau mempelajari cara orang lain membuat keputusan karir.
kurang mengetahui tentang dunia kerja; (d ) tidak memadai tentang kelompok
pekerjaan yang disukai; (e) tidak mencapai realisme keputusan karir.
Masih kurangnya tingkat kematangan karir peserta didik SMA, didukung
oleh hasil penelitian (Nurlaelasari, 2009) yang menunjukan bahwa pencapaian
tugas-tugas perkembangan karir peserta didik SMA Plus Assalam Bandung tahun
ajaran 2008/2009 dengan katergori matang hanya 12%, cukup matang 74,76%
serta katergori kurang matang 13,33%. Secara umum hanya sedikit peserta didik
SMA Plus Assalam Bandung yang telah mencapai kategori matang pada
tugas-tugas perkembangan karirnya dan sebagian peserta didik memerlukan
pengembangan arah pencapaian karir yang matang.
Sedangkan Supriati (2011, hlm. 36) melakukan survey persiapan karir
sejumlah peserta didik SMA di Surabaya, hasilnya menunjukan bahwa 85%
peserta didik ragu terhadap karir masa depanya, 80% belum menetapkan karir
masa depannya dengan mantap, 75% mengalami kesulitan dalam memutuskan
dan merencanakan karir dengan baik. Walaupun begitu 90% menyadari pemilihan
Nurlela, 2015
melakukan pilihan-pilihan pendidikan dan pelatihan. Sedangkan menurut hasil
penelitian (Damanik, 2011) menyatakan bahwa hasil kematangan karir peserta
didik kelas XI di SMAN 21 Jakarta termasuk sedang.
Sejalan dengan itu, (Suparman, 2011) menyatakan dari hasil penelitian
menunjukan bahwa kematangan karir peserta didik berada dalam kategori sedang.
Lebih jauh lagi, penelitian (Yovanka, 2012) menunjukan 87% peserta didik kelas
XI SMAN 81 Jakarta tahun ajaran 2011/2012 masih belum memiliki kematangan
pola pikir dalam merencanakan karir masa depan. Di atas 80% tingkat
kematangan karir dari aspek pengetahuan/ informasi dunia kerja dengan idikator
pengetahuan mengenai sikap dan prilaku.
Hasil penelitian (Juwitanigrum, 2011) menunjukan kematangan karir
peserta didik secara umum di SMKN 11 Bandung berkategori sedang. (Suryani,
2010) menyatakan tingkat kematangan karir peserta didik kelas XI SMK Nasional
Depok tahun ajaran 2009/2010 sebagian besar termasuk dalam kategori kurang
matang. Hal tersebut juga dibuktikan oleh individu (Nurlela, 2015) yang
menemukan bahwa kematangan karir peserta didik masih sangat rendah, maka
tidak ada alasan jika kematangan karir peserta didik SMA dibiarkan begitu saja.
Bagaimanapun juga, dalam usaha mencapai kematangan karir peserta
didik, terdapat banyak hambatan, misalnya kurangnya pengetahuan, pemahaman
diri, motivasi, belum memiliki cita-cita yang diinginkan serta masih kuatnya
pengaruh individu-individu terdekat di sekelilingnya dalam hal mengambil
keputusan karir di masa depan. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Ilfiandra
(1997, hlm. 6) yang menunjukan gambaran bahwa “akurasi penilaian diri dan
penguasaaan informasi masih rendah sehingga kemampuan peserta didik untuk
memadukan faktor-faktor pribadi dengan relitas karir masih rendah”. Ini lah
penyebab yang menjadikan peserta didik masih bimbang dan bingung dalam
menetapkan pilihan-pilihan karir. Oleh sebab itu sebaiknya pihak sekolah dan
guru pembimbing mengupayakan keputusan secara tepat agar dapat menghadapi
hidup yang lebih relistis.
Guna membantu peserta didik agar memiliki kematangan karir diperlukan
bimbingan dan konseling. Sebuah penilaian menyeluruh meliputi klien yang
depan sangat diperlukan. Dalam hal ini sangat diperlukan hasil deskripsi dinamis
yang berfungsi sebagai sumber untuk memahami klien dan tindakan yang tepat
(Jepsen, 2013). Sehubungan dengan hal ini, guru bimbingan dan konseling di
sekolah harus dengan seksama bekerja sama dengan guru mata pelajaran, wali
kelas dan staf yang ada di sekolah agar peserta didiknya dapat matang karirnya.
Guru pembimbing dan pihak-pihak lainnya di sekolah memiliki peranan
yang sangat penting, baik dalam menyediakan informasi mengenai berbagai
program studi dan sebagai persiapan untuk memasuki perguruan tinggi, dunia
pekerjaan, maupun dalam menyajikan beragam kegiatan bimbingan yang
mencakup hal-hal yang berkaitan dengan dunia pekerjaan. Tuntutan pada era
ekonomi global yang menjadikan keharusan untuk memilih di antara beberapa
kemungkinan memangku jabatan tertentu semakin mendesak, karena semakin
tidak mungkin menguasai beberapa bidang pekerjaan sekaligus, juga keharusan
untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik.
Peserta didik mengalami dan menghadapi titik transisi ketika mereka harus
menetapkan suatu pilihan tertentu sehubung dengan karir mereka. Transisi dan
titik kritis tersebut umumnya berhubungan dengan pemilihan perguruan tinggi,
program studi, pelatihan yang akan diikuti dan lain sebagainya (Janet & Denise,
2014). Konselor dan ahli karir dalam hal ini memainkan peran penting dalam
membantu individu berhasil menavigasi perencanaan karir. Bagaimanapun juga
perencanaan untuk masa depan dapat menjadi tugas yang sangat menakutkan bagi
peserta didik pada usia berapapun. Pertanyaan seputar keuangan, kemudahan
dalam mendapatkan pekerjaan, dan lama waktu dan uang yang dibutuhkan untuk
berinvestasi dalam karir yang dipilih menambah berat proses yang dilalui dan
sering menjadi topik pembicaraan dipertemuan keluarga (Janet & Denise, 2014).
Selain konselor, keluarga juga dapat memainkan peran penting dalam
pengembangan pengetahuan diri peserta didik. Keluarga dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan berbagai jenis
individu dalam berbagai kegiatan keluarga yang mengekspos mereka dengan
tempat dan acara yang baru. Hal tersebut dapat membantu peserta didik
memperoleh keterampilan, pengetahuan dan hal-hal lain yang mempengaruhi
Nurlela, 2015
melibatkan keluarga mereka terkait dengan pilihan pendidikan dan karir. survey
menunjukan bahwa ketika peserta didik ditanya tentang kepada siapa mereka
membicarakan prihal perguruan tinggi dan pilihan karir, jawaban yang paling
disebutkan adalah bersama dengan guru pembimbing dan keluarga (Janet &
Denise, 2014).
Keluarga memiliki peranan penting dalam perkembangan karir peserta
didik karena terjadi interaksi yang konstan antara keduanya. Peserta didik sering
mengamati peran kerja anggota keluarga. Hal ini kemudian mempengaruhi pilihan
peserta didik. Misalnya peserta didik ingin menjadi guru karena orang tuanya
guru. Konselor karir dapat membantu peserta didik dan keluarga mereka
mengembangkan keseimbangan yang sehat antara memperluas pengetahuan
tentang karir dan mengembangkan daftar pilihan yang tampak layak, apakah
pilihan di bidang studi, pekerjaan, atau pekerjaan tertentu. Mereka dapat
mengunakan alat penilaian karir yang handal dan valid (Janet & Denise, 2014).
Fenomena di lapangan khususnya terkait dengan perencanaan karir pada
peserta didik tingkat SMA belum menjadi perhatian utama bagi pihak sekolah,
termasuk guru bimbingan dan konseling. Hal Ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa sekolah masih mengutamakan peserta didik berhasil dalam bidang
akademik atau mata pelajaran yang telah diberikan pihak sekolah (Yovanka,
2012). Sementara upaya pemberian bimbingan dan konseling ke arah perencanan
dan kematangan karir peserta didik menjadi program urutan kesekian. Program
bimbingan dan konseling karir di sekolah pada umumnya merupakan salah satu
program dari keseluruhan kegiatan yang ada, namun sekolah tidak memiliki
program yang terencana, terstruktur dan menyeluruh. Oleh karena itu diperlukan
program bimbingan yang dimaksudkan untuk membantu perkembangan karir
peserta didik pada umumnya dan kematangan karir peserta didik khususnya.
Sebagian besar peserta didik sekolah menengah umum dan kejuruan
berada pada tahap perkembangan remaja akhir (Yusuf, 2012, hlm. 65) tugas
perkembangan bagi mereka yang berada pada tahapan usia peserta didik setingkat
SMA/SMK adalah sebagai berikut:
a. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
b. Mencapai kemtangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam
peranannya sebagai pria dan wanita
c. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat
d. Mengembangakan penguasaan ilmu, teknologi dan seni
e. Mencapai kematangan dalam pemilihan karir
f. Mencapai kemtangan secara emosional
g. Mencapai kematangan dalam gambran dan sikap kehidupan berkeluarga,
masyaratakat, berbangsa dan bernegara
h. Mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi secara sosial dan
intelektual
i. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.
Sejalan dengan pendapat Yusuf ( 2012) bahwa dalam tugas perkembangan
peserta didik SMA maupun SMK yaitu peserta didik menerima fisiknya sendiri
berikut keragaman kualitasnya, mencapai kemandirian emosional, bertingkah laku
yang bertanggung jawab serta memilih dan mempersiapkan karir. Sejalan dengan
tujuan bimbingan dan konseling dalam aspek karir, peserta didik harus memiliki
pemahaman diri terkait dengan pekerjaan, memiliki kemampuan untuk
membentuk identitas karir serta mampu merencanakan dan memebentuk arah
karir masa depan (Yusuf, 2012, hlm. 15).
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2013 pasal 3 menyebutkan pendidikan nasional berfungsi
mengembangakan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Sehubungan dengan program bimbingan karir ini, Sharf (1992, hlm. 3)
mengatakan bahwa seorang konselor karir sebaiknya tidak yakin dengan teori
perkembangan karir saja tetapi juga memilih dan memutuskan teori apa yang
Nurlela, 2015
mempertimbangkan pandangan serta tipe konseling yang cocok. Selain itu
konselor karir harus mengetahui karakter dan tingkat pendidikan kliennya.
Sejalan dengan pendapat Super (1957 dalam Suherman, tt, hlm. 220)
mengatakan bahwa orientasi karir seharusnya dimulai sejak awal dan diteruskan
sampai pensiun dari dunia kerja. Dia melihat pengembangan karir sebagai
rangkaian kesatuan dengan konseling karir perkembangan yang berkelanjutan dan
menyamakan hubungan antara konselor dengan konseli dalam konseling karir.
contohnya yaitu hubungan antara orang-orang yang memiliki gelar dokter dan
pengacara yang mempunyai komunitas dalam waktu yang cukup lama.
Penelitian ini difokuskan pada konseling karir perkembangan untuk
peningkatkan kematangan karir peserta didik kelas XI SMA PGRI 2 Palembang
tahun ajaran 2014/2015.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Terkait dengan permasalahan karir remaja, banyak remaja yang kurang
memahami akan kemana selanjutnya ketika mereka lulus nanti. Sekolah
Menengah Atas (SMA) merupakan pendidikan formal yang ditempuh oleh peserta
didik. Mereka melanjutkan sekolah kadang mengikuti teman satu kelompoknya,
mengikuti keinginan orang tua, mengikuti model yang sudah ada, serta memilih
jalan pintas tanpa ada usaha yang keras dari dalam dirinya. Tanpa memikirkan
apakah mereka lebih baik masuk sekolah umum atau sekolah kejuruan.
Bimbingan dan konseling karir, baik sebagai istilah maupun sebagai ide,
telah distimulasi oleh kepesatan perkembangan pendidikan karir sejak 1971,
karena merupakan produk-produk perubahan sosial dan okupasional, kematangan
perspektif-perspektif teoritis, dan muncul kesadaran bahwa salah satu aspek
layanan dalam bimbingan belum lagi dipersiapkan secara sistematis, yakni
bimbingan dan konseling karir bagi anak-anak muda dan individu dewasa.
Konteks permasalahan bimbingan dan konseling karir menempatkan pada
masalah pribadi dan sosial yang lebih luas. Ini berarti bahwa penonjolan dan
setralitasnya ialah membantu individu dari semua tingkat usia dalam mengambil
Tujuan pendidikan nasional salah satunya mempunyai kepribadian yang
baik. Maksud mempunyai kepribadian yang baik peserta didik harus memiliki
kemampuan minat dan bakat yang juga disertai matang dalam merencanakan karir
masa depan. Di SMA PGRI 2 Palembang bimbingan dan konseling karir masih
kurang, baik dari segi literatur, informasi yang berkaitan dengan dunia kerja serta
masih kurangnya partisipasi semua guru dan staf yang ada di sekolah bahwa
kematangan karir peserta didiknya sangat penting. Berdasarkan kondisi tersebut
maka dirasa perlu melakukan sebuah penelitian guna pengembangan kematangan
karir peserta didik. Di dalam penelitian individu menggunakan konseling karir
perkembangan sesuai dengan konsep utama teori Super diantaranya: 1)
Tahap-tahap karir; 2) Tugas-tugas perkembangan yang dicapai ketika berhasil melewati
tahap tertentu; 3) Pengimplemtasian konsep diri bagi pengembangang identitas
karir; 4) Perkembangan kedewasaan karir; serta 5) Pola karir
Crites (1981, p 14-15), menyebutkan aspek-aspek penting pada konseling
karir di antaranya, kebutuhan akan konseling karir lebih besar dari pada
kebutuhan untuk psikoterapi. Konseling karir dapat menjadi terapi dan konseling
karir lebih sulit daripada psikoterapi (Gladding, 2009, hlm. 403).
Dengan adanya fenomena yang empiris ini mendorong individu untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang profil kematangan karir di SMA
tersebut. Oleh karena itu, peneliti sangat membutuhkan sekali data-data tentang
peserta didik untuk peningkatan karirnya dapat terealisasikan dengan baik. Untuk
itu dikembangkan pertanyaan penelitian yang menarik untuk diteliti, yaitu
“strategi apa untuk peningkatan kematangan karir peserta didik agar dapat
menyadari betapa pentingnya mempersiapkan karir sejak dini”.
Berdasarkan hasil indenfikasi yang telah diuraikan diatas pertanyaan
berikut:
1. Bagaimana profil kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2
Palembang tahun pelajaran 2014/2015?
2. Bagaimana rumusan program konseling karir perkembangan untuk
meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2
Nurlela, 2015
3. Bagaimana efektivitas konseling karir perkembangan untuk meningkatkan
kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2 Palembang tahun
pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan profil kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI
2 Palembang Tahun Pelajaran 2014/2015
2. Merumuskan program konseling karir perkembangan untuk meningkatkan
kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2 Palembang Tahun
Pelajaran 2014/2015
3. Menganalisis efektivitas konseling karir perkembangan dalam peningkatan
kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2 Palembang Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu dikumpulkan informasi
tentang efektifitas konseling karir perkembangan dalam peningkatan kematangan
karir peserta peserta didik XI di SMA PGRI 2 Palembang Tahun Pelajaran
2014/2015.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Menjadi sumber pengetahuan, bahan kajian dan sumber rujukan tentang
konseling karir perkembangan
b. Memperkaya dan mengembangkan teori tentang konseling karir
perkembangan
c. Menjadi sumber pengetahuan, bahan kajian dan sumber rujukan tentang
konseling karir perkembangan untuk peningkatan kematangan karir
peserta didik
2. Manfaat Praktis
a. Informasi yang diberikan dapat digunakan sebagai upaya preventif bagi
b. Melibatkan wali kelas dan guru mata pelajaran bahwa pentingnya para
peserta didik untuk matang dalam memilih karirnya
c. Bermamfaat bagi peserta didik khususnya dalam memberikan pengetahuan
dan keterampilan untuk dimamfaatkan dalam meningkatkan kematangan
Nurlela, 2015
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab tiga berisi rancangan pelaksanaan penelitian. dalam bab ini dibahas
beberapa hal, pertama pendekatan penelitian, kedua metode penelitian, ketiga
desain penelitian, keempat partisipan penelitian, kelima defenisi operasional
penelitian, keenam instrument penelitian dan ketujuh teknik analisa data.
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data numerik berupa
peningkatan kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2 Palembang.
Creswell (2008) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif dipilih sebagai
pendekatan penelitian ketika tujuan penelitian yaitu menguji teori,
mengungkapkan fakta-fakta, menunjukan hubungan antar variabel dan
memberikan deskripsi. Merujuk kepada ungkapan Creswell di atas, penelitian ini
tepat jika dikatakan sebagai penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif
karena dimaksudkan untuk menguji keefektifan konseling karir perkembangan
untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik .
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen. Dalam kuasi ekperimen peneliti mengunakan kelompok-kelompok
yang sudah terbentuk secara alamiah seperti sebuah kelas, organisasi atau sebuah
keluarga. Artinya masing-masing partisipan tidak ditugaskan secara acak
(non-randomly assignment) (Cresswell, 2013, hlm. 232). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan kelas sebagai kelompok yang telah terbentuk secara alami.
Penggunaan kelompok baru dirasa akan mengganggu pelaksanaan proses
C. Desain Penelitian
Ada beberapa desain penelitian dalam metode kuasi ekperimen.
diantaranya, (a). Rancangan Kelompok Kontrol (Pra Tes dan Pos-Tes)
Nonekuivalen (Nonequivalent [PreTest and Post-Test] Control-Group Design,
(b). Rangkaian Serangkaian-Waktu yang Diputus oleh Satu-Kelompok
(Single-Group Interrupted Time-Series Design), (c). Rancangan Serangkaian-Waktu yang
Diputus oleh Kelompok-Kontrol (Control-Group Interrupted Time-Series
Design).
Secara khusus desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pre-test post-test nonequivalent control group design, yaitu dengan
mengunakan kelas-kelas yang diperkirakan memiliki kondisi yang sama.
Masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen diberikan pre-test dan post-test. Setelah
pre-test diberikan, kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan melalui
konseling karir perkembangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap kematangan karir peserta didik.
Sementara kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Desain penelitian pre-test
post-test non-equivalent control group dapat diilustrasikan sebagai berikut:
(Creswell. 2013, hlm. 242):
Kelompok A O --- X --- O
___________________________________
Kelompok B O --- O
Keterangan:
A = Kelompok Eksperimen
B = Kelompok Kontrol
O = Pre-test, Post test
X = Perlakuan
Masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen diberikan pre-test dan
post-test. Setelah pre-test diberikan, kelompok eksperimen akan diberikan
perlakuan melalui konseling karir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
Nurlela, 2015
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015, hlm. 117).
Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI SMA PGRI 2
Palembang. Jumlah populasi penelitian dapat dilihat secara rinci pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.1
Jumlah Peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Setiap Kelas XI SMA PGRI 2 Palembang Tahun Ajaran 2014/2015
Jika populasi penelitian adalah keseluruhan peserta didik kelas XI, maka
sampel penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2. Kelas
XI IPA.1 yang berjumlah 41 orang merupakan kelompok eksperimen sementara
kelas XI IPA.2 yang berjumlah 44 orang merupakan kelompok kontrol.
Pemilihan kelas tersebut didasari oleh informasi dan saran yang diberikan oleh
guru bimbingan dan konseling sekolah. Guru bimbingan dan konseling merasa
bahwa kelas tersebut layak untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Informasi
ini kemudian didukung oleh hasil studi pendahuluan berupa kegiatan pre test.
Kegiatan pre test menunjukan bahwa peserta didik-peserta didik dalam kedua
kelas ini memiliki karakteristik yang sesuai sebagai sampel penelitian yaitu
peserta didik yang memiliki kematangan karir dalam kategori rendah dan sedang.
Sampel penelitian ditentukan menggunakan teknik nonprobability
sampling. nonprobability sampling adalah teknik sampling dimana para responden
dipilih berdasarkan kemudahan (convenience) dan ketersediaanya (Babbie, 1990
dalam creswell, 2013, hlm 220), dengan kata lain, responden tidak ditentukan
Kelas/Jurusan Laki-laki Perempuan Jumlah
XI. IPA. 1 11 28 39
XI. IPA. 2 12 28 40
XI. IPS. 1 14 14 28
XI. IPS. 2 15 12 27
XI. IPS. 3 14 13 27
XI. IPS. 4 13 14 27
XI. IPS. 5 15 12 27
secara acak. Secara spesifik teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling.
E. Defenisi Operasional Variabel
Ada dua variabel utama dalam penelitian ini yaitu konseling karir
perkembangan dan kematangan karir. Konseling karir perkembangan adalah
variabel bebas sementara kematangan karir adalah variabel terikat. Agar diperoleh
kesamaan persepsi tentang kedua variabel tersebut di atas, maka perlu dirumuskan
defenisi operasional untuk masing-masing variabel. Masing-masing variabel
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Konseling Karir Perkembangan
Konseling karir perkembangan (developmental career counseling)
menekankan pada hubungan kematangan karir seseorang dengan masalah
pembuatan keputusan, dan suatu tindakan yang disampaikan konseli dalam
konseling karir. Konseling karir perkembangan berada pada jajaran karir
perkembangan secara umum dari permasalahan sederhana sampai pada
permasalahan yang kompleks. Komunikasi dan hubungan merupakan dua bentuk
perkembangan karir pada umumnya (Suherman, tt, hlm 219).
Pendekatan perkembangan memberikan dimensi waktu pada konseling
karir dan kemungkinan seluruh perubahan dalam perilaku termasuk vokasional,
personal, dan sosial yang dapat terjadi sepanjang dimensi waktu (Crites, 1981,
hlm. 118). Lebih jauh dikatakan bahwa, konseling karir perkembangan memiliki
keunikannya sendiri jika dibandingkan dengan konseling karir lainnya, karena
penekanannya pada konsep perkembangan karir seumur hidup, dari anak-anak
sampai dengan lanjut usia (Crites, 1981, hlm. 118-119).
Pada dasarnya dalam konseling karir perkembangan terdapat dua tahapan
yaitu sebagai berikut: tahap eksplorasi dan tahap integrasi. Tahap eksplorasi
terdiri dari eksplorasi diri klien, mengenal indentitas diri, tema kehidupan dan
identitas karir. Pada tahap integrasi konselor fokus terhadap upaya
pengintegrasian faktor internal dan ekternal diri klien sekaitan dengan pilihan
Nurlela, 2015
Konseling karir perkembangan merupakan salah satu pendekatan dalam
konseling karir yang terkenal dengan konsep perkembangan karir seumur hidup
yaitu dari anak-anak sampai dengan orang tua. Konseling karir perkembangan
mempercayai bahwa dalam setiap tahap perkembangannya setiap individu
memiliki tugasnya masing-masing. Dengan demikian, konseling karir
perkembangan dapat didefenisikan sebagai pendekatan konseling yang
berlandaskan konsep perkembangan.
2. Kematangan Karir dan Aspeknya
Super dalam (Sharf, 1992, hlm. 153) mengungkapkan career maturity is
the maturity which a person shows relative to their development stage, that is, comparing the individual’s stage of maturity with is or her choronological age.
Maksudnya bahwa kematangan karir adalah kematangan seseorang yang sifatnya
relatif terhadap tahap perkembangan mereka, atau membandingkan tahap
seseorang dalam kematangan usia kronologinya.
Kematangan karir adalah kesiapan dan kompetensi individu untuk
membuat keputusan karir. Pieterse (2005, hlm. 16) menyatakan bahwa keputusan
ini didasarkan pada sikap, self-knowledge, pengetahuan tentang kesempatan
pendidikan dan pasar kerja, dan pengetahuan yang cukup tentang proses
pengambilan keputusan karir.
Kematangan karir adalah kesiapan peserta didik dalam memutuskan
pilihan karir. Secara operasional yang dimaksud kematangan karir dalam
penelitian ini adalah kesiapan peserta didik (peserta didik SMA) dalam
aspek-aspek kematangan karir seperti merencanakan karir, ekplorasi karir, pengambilan
keputusan, realisme karir, pengetahuan tentang dunia kerja, dan pengetahuan
tentang dunia pekerjaan.
Merujuk kepada defenisi operasional di atas, secara utuh yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan konseling perkembangan
untuk membantu peserta didik meningkatkan kesiapan karirnya dalam
F. Intrumen Penelitian
1. Penjelasan Mengenai Instrumen yang digunakan
Untuk mengumpulkan data mengenai kematangan karir peserta didik
digunakan inventori kematangan karir yang dikembangkan oleh Usup Suparman
pada tahun 2011. Instrumen ini terdiri dari 75 item. Tersedia lima pilihan jawaban
dalam model skala Likert untuk masing-masing item, yaitu sangat sesuai (SS),
sesuai (S), ragu-ragu (R), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
Penggunaan instrument ini sendiri telah mendapatkan izin dari pengembang
instrument. Format izin penggunaan instrument dapat dilihat pada lampiran.
Adapun kisi-kisi pengembangan instrument tersebut sebagaimana di kutip dari
Usup Suparman (2011) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Intrumen Kematangan Karir Peserta didik Kelas XI SMA PGRI 2 Palembang Tahun Ajaran 2014/2015
Dimensi Aspek Indikator item
Sikap (non kognitif)
Perencanaan karir (career
planning)
1. Mempelajari semua informasi tentang karir
2. Membicarakan karir dengan orang dewasa
3. Mengikuti kursus sesuai dengan karir yang diinginkan
4. Berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler
5. Mengikuti pelatihan atau pendidikan sebagai bekal karir dimasa depan
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15
Ekplorasi karir (career
exploration)
1. Mencari informasi karir dari berbagai sumber (orang tua, saudara, guru,majalah)
2. Memiliki pengetahuan tentang kemampuan diri
16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
Realisme keputusan karir
(realism
1. Mampu melihat faktor-faktor yang akan mendukung karir yang diinginkan
2. Melihat kesempatan yang ada berkaitan dengan karir yang diinginkan
Nurlela, 2015
3. Mampu menerima keadaan diri secara realistis apa adanya berhubungan dengan karir yang diinginkan 37 2. Kognitif Pengetahuan tentang membuat keputusan
1. Memahami cara dan langkah-langkah membuat keputusan karir
2. Mempelajari bagaimana orang lain membuat keputusan tentang karir
3. Mengunakan pengetahuan dan pemikiran untuk mmembuat keputusan bagi rencana karir
38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 47
Pengetahuan tentang dunia kerja
1. Mengetahui cara orang lain mempeljari pekerjaannya
2. Mengetahui mengapa orang lain berganti pekerjaan
3. Mengetahui rincian tugas dalam pekerjaan pada suatu jabata
48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58 Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan tentang kelompok pekerjaan
1. Memahami persyaratan fisik dari pekerjaan yang disukai 2. Mengetahui peralatan atau
perlengkapan yang dibutuhkan dari pekerjaan yang disukai 3. Mampu mengidentifakasi alasan
dalam memilih pekerjaan yang lebih disukai
59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69
2. Pedoman Skoring
Setiap pilihan jawaban pada inventori kematangan karir yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki bobot skor masing-masing, mulai dari 1 sampai
dengan 5. Skor yang diberikan untuk item-item dalam pernyataan negatif berbeda
dengan skor yang diberikan untuk item-item dalam pernyataan positif. Bobot skor
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Instrumen Kematangann Karir Peserta didik Kelas XI SMA PGRI 2 Palembang Tahun Ajaran 2014/2015
Arah pernyataan
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Ragu-Ragu (RR)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat tidak Sesuai
(STS)
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Penentuan model skala sikap Likert dapat dilakukan secara apriori dan
dapat pula secara aposteriori. Secara apriori maka bagi skala yang berarah positif
akan mempunyai kemungkinan-kemungkinan skor 5 bagi yang SS, 4 bagi S, 3
bagi RR, 2 bagi TS, dan 1 bagi STS. Sedangkan yang berarah negatif maka
kemungkinan skor tersebut menjadi sebaliknya. Berikut ini adalah contoh analisis
ketepatan model skala sikap Likert untuk menentukan kematangan karir peserta
didik dapat dilihat pada tabel 3.4 (contoh item negatif) dan 3.5 (contoh item
positif) .
Tabel 3.4
Contoh Analisis Ketepatan Model Skala Sikap Likert untuk Menentukan Kematangan Karir Peserta Didik untuk Item Negatif
No Statistik SS S RR T TS
1. P 0,130 0,430 0,210 0,130 0,100
2. Cp 0,130 0,560 0,770 0,900 1,000
3. Mid point cp 0,065 0,345 0,665 0,835 0,950
4. Z -0,514 -0,3999 0,426 0,974 1,645
5. z + 1,514 0,000 1,115 1,940 2,448 3,159
6. z dibulatkan 0,000 1 2 2 3
Tabel 3.5
Contoh Analisis Ketepatan Model Skala Sikap Likert untuk Menentukan Kematangan Karir Peserta Didik untuk Item positif
No Statistik STS ST RR S SS
Nurlela, 2015
2. Cp 0,049 0,244 0,610 0,951 1000
3. Mid point cp 0,024 0,164 0,427 0,780 0,976
4. Z -1,971 -1,052 -0,184 0,774 1,971
5. z + 1,514 1000 1.918 2,786 3,744 4,941
6. z dibulatkan 1 2 3 4 5
Secara aposteriori maka kemungkinan skor bagi setiap kemungkinan
jawaban itu harus didasarkan atas hasil uji coba (Subino, 1987, hlm 124). Secara
utuh, rekapitulasi uji ketepatan model skala Likert dalam penelitian ini dapat
dilihat pada lampiran 6.
Uji ketepatan skala selanjutnya dilakukan terhadap skor-skor yang telah
didapat oleh peserta didik pada kegiatan penelitian. Skor mentah kemudian
dikonversi kepada skor baku (skor terendah yang dapat digunakan pada angket
adalah nol) dan digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengkonversi skor mentah kepada skor
baku tersebut adalah sebagai berikut (Subino, 1987, hlm. 125):
̅u - ̅
√ ̅ ̅
Keterangan:
̅ = Rata-rata X = Skor
3. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
Agar instrument ini dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap intrumen tersebut. Uji
validitas dilakukan menggunakan rumus korelasi. Hasil uji validitas dengan
menggunakan SPSS version 16.0 for windows menunjukan bahwa dari 75 item
terdapat 6 item yang tidak valid yaitu item no. 4, 5, 6, 11, 45 dan 46, sementara 69
item lainnya terbukti valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Secara
Hasil uji realibilitas pada intrumen kematangan karir dengan
menggunakan software SPSS version 16.0 for windows diperoleh koofisien Alpha
Crombach untuk kematangan karir sebesar α = 0,969. Titik tolak ukur koefesien
reliabilitas digunakan pedoman korelasi dari sugioyona (2010, hlm. 149). Yang
disajikan pada tabel 3.6 berikut
Tabel 3.6
Pedoman interpretasi koefisien korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,000 Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil koefesien alpha crombach yang diperoleh (α = 0,969), maka dapat dikatakan bahwa instrument kematangan karir peserta didik memiliki
reliabilitas sangan tinggi.
4. Kategori Kematangan Karir Peserta Didik
Terkait dengan upaya pengelompokan kematangan karir peserta didik,
digunakan ketentuan pengelompokan peserta didik sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kategorisasi Kematangan Karir Peserta didik Kelas XI SMA PGRI 2 Palembang Tahun Ajaran 2014/2015
No Kategori Kriteria
1 Matang X > Min Ideal + 2 Interval
2 Kurang matang Min Ideal + Interval < x Min Ideal + 2 Interval
3 Tidak matang X Min Ideal + Interval
Sumber: (Sudjana, 1996, hlm 47)
Tabel 3.8
Kriteria gambaran umum kematangan karir peserta didik
Nurlela, 2015
1 X> 253 Matang
2 161 < X ≤ 253 Kurang matang
3 X ≤ 161 Tidak matang
G. Pengembangan Program
Program layanan menggunakan konseling karir perkembangan untuk
meningkatkan kematangan karir peserta didik dikembangkan melalui supervisi
ketat dari dosen pembimbing. Program dirancang sesuai dengan deskripsi
kebutuhan peserta didik dan aspek-aspek kematangan karir yang akan
dikembangkan. Agar program dapat digunakan sebagai layanan di lapangan,
program yang telah disusun kemudian dijudge oleh para pakar yang ahli di
bidangnya. Pakar yang dilibatkan dalam judgment program ini yaitu. Syamsu
Yusuf, Mubiar Agustin, dan Nani M. Sugandhi. Ketiga pakar ini adalah dosen
pada program studi bimbingan dan konseling. Selanjutnya saran-saran dan
komentar-komentar dari para pakar digunakan untuk memperbaiki program.
H. Prosedur Penelitian
Borg dan Gall (Creswell, 2013, hlm. 248-249), meringkas enam langkah
yang biasanya digunakan dalam prosedur rancangan pre-test post-test control
group. Ke enam langkah tersebut yaitu: 1) membuat ukuran-ukuran variabel
terikat atau variable yang sangat berkolerasi dengan variabel terikat untuk setiap
partisipan penelitian; 2) menempatkan para partisipan secara berpasangan
berdasarkan skor-skor dalam ukuran-ukuran mereka sebagaimana yang telah
diidentifikasikan pada langkah 1; 3) menempatkan secara acak satu anggota dari
setiap pasangan ini dalam kelompok ekperimen dan dan anggota lain dalam
kelompok kontrol; 4) melakukan treatmen ekperimental pada kelompok
ekperimen dan diberikan treatmen alternatif (atau bahkan tanpa treatmen) pada
kelompok control; 5) membuat ukuran-ukuran variabel terikat untuk kelompok
ekperimen dan kelompok kontrol; 6) membandingkan performa kelompok
kontrol dan kelompok ekperimen pada akhir tes (post-test) dengan mengunakan
tes-tes signifikansi statistik.
Keseluruhan proses penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur umum
treatmennya sendiri (konseling karir perkembangan) dilakukan dalam delapan
sesi. Dua sesi digunakan untuk pemberian pre-test dan post-test, sementara enam
sesi lainnya digunakan sebagai layanan inti berupa konseling karir
perkembangan. Keenam sesi ini dimaksudkan untuk mengembangkan enam
aspek kematangan karir peserta didik. Prosedur pemberian treatmen tersebut
secara rinci dapat dilihat dalam skema berikut:
Gambar 3.1: Prosedur Pelaksanaan Konseling Karir Perkembangan PesertaDidik Kelas XI SMA PGRI 2 Palembang Tahun Ajaran 2014/2015
I. Langkah-langkah konseling
1. Langkah Konseling secara Umum
Secara umum proses konseling dibagi atas tiga tahapan yaitu: 1). Tahap
awal konseling, 2). Tahap pertengahan (tahap kerja), dan 3). Tahap pertengahan
(tahap kerja), (Willis, 2013, hlm. 50-54). Masing-masing tahapan tersebut dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut: Pre-Test
Konseling Karir
Perkembangan
Post-Test
Sesi 1 Perencanaan Karir
Sesi 2 Eksplorasi Karir
Sesi 3 Keputusan Karir
Sesi 4
Pengetahuan Tentang Dunia Kerja
Sesi 5
Pengetahuan Kelompok Pekerjaan
Sesi 6
Nurlela, 2015
a. Tahap awal konseling: Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor
hingga berjalan proses konseling sampai konselor dan klien menemukan
defenisi masalah klien atas dasar isu, kepedulian atau masalah klien. Adapun
proses konseling tahap awal dilakukan konselor sebagai berikut:
1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien
2) Memperjelas dan mendefenisikan masalah
3) Membuat penaksiran dan penjajakan
4) Menegosiasikan kontrak
b. Tahap pertengahan (tahap kerja): Menilai kembali masalah konselor yang
akan membantu klien memperoleh perspektif baru, alternatif baru, yang
mungkin berbeda dari yang sebelumnya, dalam rangka mengambil keputusan
dan tindakan. Dengan adanya perspektif baru, berarti ada dinamika pada diri
klien menuju perubahan. Tanpa perspektif maka klien sulit untuk berubah.
Adapun tujuan-tujuan tahapan pertengahan/kerja yaitu:
1) Menjelajahi dan mengekplorasi masalah, isu dan kepedulian klien lebih jauh
2) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara
3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak
c. Tahap akhir konseling (tahap tindakan): Pada tahap akhir konseling
ditandai beberapa hal yaitu:
1) Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan
keadaan kecemasannya
2) Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat dan dinamik
3) Ada rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas
4) Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengkoreksi diri dan
meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, guru,
teman, keadaan tidak menguntungkan dan sebagainya. Adapun tujuan-tujuan
tahap akhir ini adalah sebagai berikut: 1) Memutuskan perubahan sikap dan
perilku yang memadai, 2) Terjadinya perubahan pada diri klien, 3)
Melaksanakan perubahan prilaku dan 4) Mengakhiri hubungan konseling
Pada dasarnya proses konseling karir terdiri dari dua tahapan yaitu tahap
eksplorasi (exsploring phase) dan tahap integrasi (integration phase) (Vandehey
& Andersen, 2012 hlm 152-162). Keseluruhan proses dalam konseling karir
perkembangan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan tahapan konseling
karir sebagaimana disebutkan oleh Vandehey & Andersen tersebut di atas. Pada
tahap eksplorasi karir ada beberapa hal yang dieksplorasi oleh konselor
(Vandehey & Andersen, 2012 hlm 152-162).
a. Eksplorasi diri klien (self exsploration): pada tahap ini konselor membantu
klien untuk meningkatkan kesadaran diri klien terhadap karateristik
pribadinya, yang memiliki hubungan dengan aktivitas karir. Dengan kata lain
tahapan ini berfungsi untuk memfasilitasi self awareness klien.
b. Mengenal identitas diri (identity exsproration): setelah pada tahap pertama
konselor membantu klien untuk meningkatkan self awarenessnya, proses
konseling dilanjutkan dengan membantu klien mengeksplorasi dirinya.
Beberapa hal yang dibicarakan dalam proses ini yaitu terkait dengan
aturan-aturan dalam keluarga (family roles), pengalaman hidup klien dan lain
sebagainya.
c. Tema kehidupan (life theme) dalam proses ini konselor mengeksplorasi
tema-tema sentral dalam kehidupan klien seperti yang berhubungan dengan proses
kelahiran, atmosfer dalam keluarga yang memberi inspirasi terhadap pilihan
karir tertentu dan lain sebagainya.
d. Identitas karir (career identity): pada proses ini konselor berusaha
megeksplorasi identitas karir klien. Konselor dapat mengunakan berbagai cara
untuk mengeksplorasi identitas karir kliennya, seperti mengunakan Holland
codes dan The Myers Briggs Type Indicator (MBTI) dan lain sebagainya.
Holland codes digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan eksplorasi
terhadap identitas karir peserta didik.
Jika pada tahap eksplorasi konselor berupaya mengenali karateristik
pribadi klien baik berkenaan dengan kelebihan dan kekurangan, aturan-aturan
dalam keluarga, pengalaman-pengalaman pribadi klien dan identitas karir klien
maka pada tahap ke dua konselor fokus terhadap upaya mengintegrasikan faktor
Nurlela, 2015
ini klien mulai mempersempit pilihan karirnya, dengan kata lain klien siap untuk
fokus pada pilihan karir tertentu. Dapat diartikan bahwa pada tahap ini konselor
fokus pada upaya membantu klien dalam membuat suatu pilihan karir tertentu.
Tahapan-tahapan konseling karir yang disebutkan oleh Vandehey di atas
pada dasarnya sama dengan yang diungkapkan oleh Super (dalam Crites, 1981
hlm 124). Hanya saja keduanya diungkapkan dalam redaksi berbeda. Jika
Vandehey menggunakan istilah exploration phase dan integration phase maka
Super menggunakan istilah determine the career life stage.
Super, (1955 dalam Crites, 1981 hlm 124) menyebutkan beberapa proses
dalam konseling karir perkembangan, pertama yaitu menentukan tahap karir
hidup (the career life stage) klien, kedua menilai derajat kematangan karirnya,
dan ketiga memberikan perlakuan. Perlakuan yang diberikan konselor
kemudianpun tergantung pada informasi yang diperoleh dari proses menentukan
tahap karir hidup dan menilai derajat kematangan karir klien. Jika klien relatif
belum matang dalam perilaku karirnya ketika dibandingkan dengan usianya, maka
konseling karir perkembangan fokus pada orientasi dan eksplorasi terlebih dahulu
sebelum pengambilan keputusan, sebaliknya jika klien telah cukup matang maka
proses konseling fokus pada upaya membantu klien meninjau ulang
pilihan-pilihan karirnya.
J. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
statistic nonparametric yaitu uji Mann-Whitney U (Ruseffendi, 1993, hlm. 498).
Uji statistik ini digunakan karena sampel penelitian dipilih secara non random.
Peningkatan kematangan karir peserta didik sendiri dihitung menggunakan n-gain
yang ternormalisasi (Meltzer, 2002), yaitu:
Nurlela, 2015
LAMPIRAN 6
INVENTORI KEMATANGAN KARIR
(IKK)
a. Identitas
Nama :………. Kelas :…………. Umur :…….. tahun
b. Petunjuk Pengisian Inventori
Inventori ini dari sejumlah pernyataan untuk mengetahui penilaian adik-adik
terhadap karir dan pendidikan yang akan datang. Setiap pernyataan terdiri dari
pernyataan-pernyataan yang mungkin adik-adik alami berkaitan dengan pendidikan,
perencanaan tentang pendidikan dan karir yang menjadi harapan adik-adik.
Tugas adik-adik adalah menjawab setiap pernyataan dengan memberikan
tanda silang (X) pada salah satu dari lima jawaban yang tersedia. Jawaban
hendaknya mengambarkan keadaan diri adik-adik sesuai dengan persepsi sendiri.
Kelima jawaban tersebut adalah :
SS : Sangat sesuai, artinya adik-adik merasa sangat sesuai dengan kondisi yang
mengambarkan keadaa saat ini.
S : Sesuai, artinya adik-adik merasa sesuai dengan kondisi yang mengambarkan
keadaan pada saat ini
R : Ragu-ragu, artinya adik-adik merasa ragu-ragu dengan kondisi yang
mengambarkan keadaan saat ini
TS : Tidak sesuai, artinya adik-adik merasa tidak sesuai dengan kondisi yang
mengambarkan keadaan saat ini
STS : Sangat tidak sesuai, artinya adik-adik merasa sangat tidak sesuai dengan
Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah, tetapi jawaban
yang benar mengambarkan keadaan diri adik-adik yang sesungguhnya. Bacalah
pernyataan pernyataan tersebut dengan cermat dan teliti.
c. Contoh pengerjaan
No Pernyataan Pilihan Jawaban
1 Saya membicarakan tentang pendidikan dan pekerjaan
yang diminati dengan orang tua SS S R TS STS
INVENTORI KEMATANGAN KARIR
(IKK)
No Pernyataan Pilihan Jawaban
1 Saya mempelajari program studi yang akan di pilih di
SMA atau setelah lulus SMA SS S R TS STS
2 Saya mempelajari persyaratan untuk suatu pekerjaan
yang diinginkan SS S R TS STS
3 Saya mempelajari cara meguasai kemampuan yang
dibutuhkan dengan pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS 4 Berkonsultasi dengan guru bimbingan dan konseling
(BK) dalam memilih jurusan di SMA atau rencana jurusan setelah lulus SMA
SS S R TS STS
5 Berkonsultasi dengan guru BK dalam merencanakan
pilihan pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS
6 Berkonsultasi dengan guru BK dalam menyusun strategi pencapaian pilihan pekerjaan yang diingikan agar mudah tercapai
SS S R TS STS
7 Berdialog dengan guru BK dalam mempelajari peluang prestasi dijurusan (SMA) dan pekerjaan yang akan dipilih
SS S R TS STS
8 Berdiskusi dengan orang tua dala memilih jurusan di
SMA atau rencana pekerjaan kelak SS S R TS STS
9 Saya mengikuti kursus tertentu sesuai bidang
pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS
10 Saya mendatangi tempat praktek keterampilan yang
sesuai dengan minat kerja saya untuk mengamatinya SS S R TS STS 11 Saya mengikuti salah satu kegiatan ekstrakulikuler
Nurlela, 2015
ektrakulikuler yang berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkan
13 Saya mengikuti pekerjaan sekolah
mengaplikasikannya dengan pekerjaan yang diinginkan
SS S R TS STS
14 Saya melakukan penambahan jam klatihan pelajaran secara mandiri yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan
SS S R TS STS
15 Saya mengikuti jam tambahan belajar disekolah yang
sesuai dengan pekerjaan yang diiginkan SS S R TS STS
16 Saya mencari informasi karir dari internet SS S R TS STS
17 Saya berusaha mendapatkan informasi pendidikan
lanjutan dari brosur dan leaflet SS S R TS STS
18 Saya mencari informasi pendiidkan dan pekerjaan
dari film tentang kesuksesan orang lain SS S R TS STS
19 Saya mencari informasi studi lanjutan dari kakak
tinhkat yang berpretasi di perguruan tinggi SS S R TS STS 20 Saya mencari iformasi kesuksesan dalam bekerja dari
saudara yang sedang mendapatkan pekerjaan yang sukses
SS S R TS STS
21 Saya memamfaatkan informasi pendidikan dan
pekerjaan dari guru BK SS S R TS STS
22 Saya mengumpulakn informasi peluang kerja dari
Koran untuk acuan penguasaan kemampuan SS S R TS STS
23 Saya memamfaatkan siaran televise (TV) untuk
mendapatkan informasi pekerjaan yang cocok SS S R TS STS
24 Saya mengetahui kecerdasan yang saya miliki secara
akurat SS S R TS STS
25 Saya mengetahui bakat yang saya miliki dan merasa
cocok untuk dikembangkan SS S R TS STS
26 Saya mengetahui kepribadian yang saya
kembangakan untuk mendukung pekerjaan yang diinginkan
SS S R TS STS
27 Saya mengetahui kekuatan yang harus dimiliki dalam
menunjang pilihan karir SS S R TS STS
28 Saya mengetahu kelemahan diri yang dapat
menghambat pilihan karir yang diinginkan SS S R TS STS
29 Saya mengetahui kelebihan diri yang harus dikembangkan sejak dini untuk menunjang karir kelak
SS S R TS STS
30 Saya dapat memilih jenis latihan yang dapat
mendukung pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS
31 Prioritas pengembangan diri yang saya lakukan
32 Keterampilan yang disenangi sekarang diasumsikan
dapat menunjang karir dimasa depan SS S R TS STS
33 Pengembangan kemampuan bahasa asing yang saya lakukan sekarang dapat menunjang kesuksesan karir kelak
SS S R TS STS
34 Pengembangan kualitas disiplin yang saya biasakan
sekarang dapat menunjang kesuksesan karir kelak SS S R TS STS 35 Prestasi akademik yang saya raih sekarang dapat
menunjang karir yang diinginkan SS S R TS STS
36 Penguasaan keterampilan yang saya miliki sekarang
dapat mendukung pencapaian karir yang diinginkan SS S R TS STS 37 Peluang pekerjaan yang baik dimasa datang dapat
ditunjang dengan kemampuan yangsedang saya kembangakan sekarang
SS S R TS STS
38 Saya menyadari kemampuan diri yang saya miliki
dapat menunjang karir saya kelak SS S R TS STS
39 Saya mengembangkan kemampuan diri sesuai
kapasitas diri untuk mencapai pilihan karir SS S R TS STS 40 Saya melakukan usaha pencapaian karir sesuai
dengan kondisi diri dan fasilitas yang dimiliki SS S R TS STS 41 Saya dapat menentukan urutan dalam menetukan
keputusan karir yang akan saya ambil SS S R TS STS
42 Saya menerapkan urutan-urutan dalam menentukan pilihan program studi di SMA atau setelah luluis SMA
SS S R TS STS
43 Saya membandikan mana yang lebih rasioanl
mengenai cara dan lagkah pengambilan keputusan SS S R TS STS 44 Saya menyusun rencana pilihan program studi di
SMA sebelum saya mengambil keputusan SS S R TS STS
45 Saya mengamati orang lain menentukan keputusan
karir yang dipilihnya SS S R TS STS
46 Saya membandingkan bagaimana orang lain
melakukan keputusan karir dengan kemampuan diri dalam pengambilan keputusan yang dipilih
SS S R TS STS
47 Saya membandingkan cara orang lain yang sukses
dan yang gagal dalam membuat keputusan karir SS S R TS STS 48 Rencana penentuan pilihan pekerjaan yang diinginkan
dipertimbangkan dengan kondisi kemampuan diri SS S R TS STS 49 Mencari informasi tambahan dalam memutuskan
pilihan pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS
50 Menguji pertimbangan pilihan pengambilan jurusan
di SMA dengan berbagai alternative pilihan SS S R TS STS
51 Saya mengetahui cara dan tahapan saudara saya
Nurlela, 2015
52 Saya mengetahui usaha yang dilakukan saudara saya
dalam mempelajari pekerjaan yang dilakukanya SS S R TS STS 53 Saya mengetahui alasan mengapa orang ada yang
berganti profesi SS S R TS STS
54 Saya mengetahui bergantinya profesi pekerjaan
karena ketidakcocokan kemampuan diri SS S R TS STS
55 Saya mengetahui secara akurat tentang karateristik
khusus dari jurusan yang akan saya ambil SS S R TS STS
56 Saya mengetahuisecara akurat tentang karateristik
khusus pekerjaan yang diinguinkan SS S R TS STS
57 Saya mengetahui beban tugas yang harus dikuasai
terhadap program studi yang akan dipilih SS S R TS STS
58 Saya mengetahui beban tugas yang harus diselesaikan
terhadap pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS
59 Saya mengetahui kecocokan fisik yang dimiliki
terhadap pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS
60 Saya mengetahui batas minimal syarat proposional ukuran fisik yang dimiliki terhadap pekerjaan yang diinginkan
SS S R TS STS
61 Saya mengetahui batas minimal syarat kesehatan fisik yang harus dimiliki terhadap pekerjaan yang
diinginkan
SS S R TS STS
62 Saya mengetahui ketahanan fisik yang harus dimiliki
untuk menunjang pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS
63 Saya mengetahui jenis peralatan yang digunakan
dalam menunjang pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS
64 Saya dapat mengetahui cara mengoperasionalkan peralatan atau perlengkapan yang dapat menunjang pekerjaan yang diinginkan
SS S R TS STS
65 Saya mengetahui standar kualitas peralatan atau perlengkapan baik yang dapat menunjang pekerjaan yang diinginkan
SS S R TS STS
66 Saya mengetahui bagaimana cara membaca manual peralatan/perlengkapan yang dapat menunjang pekerjaan yang diinginkan
SS S R TS STS
67 Saya dapat membandingkan alternatif pilihan
pendidikan atau pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS
68 Saya dapat menjabarkan/merinci prospek pekerjaan
yang diinginkan SS S R TS STS
69 Saya dapat menunjukan kemungkinan mamfaat dari
LAMPIRAN 7
UJI VALIDITAS INSTRUMEN
Item-Total Statistics
Item
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Keterangan
VAR00001 238.1951 1103.611 .482 .969 Valid
VAR00002 238.1951 1095.711 .614 .968 Valid
VAR00003 237.7561 1110.589 .489 .969 Valid
VAR00004 238.3171 1117.222 .172 .969 Tidak Valid
VAR00005 238.6829 1124.722 .053 .970 Tidak Valid
VAR00006 238.4634 1118.755 .167 .969 Tidak Valid
VAR00007 238.1707 1109.095 .326 .969 Valid
VAR00008 238.1220 1094.760 .678 .968 Valid
VAR00009 237.8780 1104.010 .336 .969 Valid
VAR00010 238.7561 1101.739 .512 .969 Valid
VAR00011 238.3902 1113.844 .212 .969 Tidak Valid
VAR00012 238.7561 1099.739 .552 .968 Valid
VAR00013 238.3902 1105.644 .525 .969 Valid
VAR00014 237.9756 1091.774 .648 .968 Valid
VAR00015 238.1707 1086.845 .658 .968 Valid
VAR00016 237.8537 1087.228 .846 .968 Valid
VAR00017 238.4878 1099.706 .587 .968 Valid
VAR00018 238.1220 1087.410 .684 .968 Valid
VAR00019 237.8780 1093.460 .746 .968 Valid
VAR00020 237.8780 1091.860 .743 .968 Valid
VAR00021 238.3659 1092.588 .622 .968 Valid
VAR00022 238.1220 1088.660 .589 .968 Valid
VAR00023 238.7317 1102.151 .451 .969 Valid
VAR00024 238.0488 1091.598 .737 .968 Valid
VAR00025 237.5854 1078.349 .673 .968 Valid
Nurlela, 2015
VAR00027 238.6829 1101.522 .492 .969 Valid
VAR00028 238.6098 1098.444 .577 .968 Valid
VAR00029 238.6098 1099.944 .504 .969 Valid
VAR00030 238.0488 1094.548 .676 .968 Valid
VAR00031 238.0000 1085.100 .696 .968 Valid
VAR00032 238.4634 1100.555 .617 .968 Valid
VAR00033 238.2439 1092.489 .636 .968 Valid
VAR00034 237.8049 1093.411 .814 .968 Valid
VAR00035 238.3902 1105.494 .565 .969 Valid
VAR00036 238.2683 1100.251 .481 .969 Valid
VAR00037 238.6098 1082.694 .722 .968 Valid
VAR00038 238.8293 1092.695 .703 .968 Valid
VAR00039 237.9024 1093.840 .697 .968 Valid
VAR00040 237.9268 1099.720 .602 .968 Valid
VAR00041 238.0488 1092.398 .689 .968 Valid
VAR00042 237.8780 1091.060 .760 .968 Valid
VAR00043 238.7073 1102.262 .492 .969 Valid
VAR00044 238.6585 1098.380 .500 .969 Valid
VAR00045 238.4634 1120.555 .096 .970 Tidak Valid
VAR00046 238.2195 1113.476 .202 .969 Tidak Valid
VAR00047 238.0000 1096.350 .585 .968 Valid
VAR00048 237.8780 1102.010 .591 .968 Valid
VAR00049 237.9024 1103.590 .551 .969 Valid
VAR00050 238.2195 1102.626 .532 .969 Valid
VAR00051 238.2683 1103.501 .423 .969 Valid
VAR00052 238.3659 1103.238 .466 .969 Valid
VAR00053 238.3659 1101.888 .400 .969 Valid
VAR00054 237.8293 1092.845 .504 .969 Valid
VAR00055 238.0000 1100.100 .447 .969 Valid
VAR00056 238.4634 1110.555 .351 .969 Valid
VAR00057 238.3171 1107.322 .456 .969 Valid
VAR00059 238.2439 1096.589 .608 .968 Valid
VAR00060 238.6098 1107.644 .490 .969 Valid
VAR00061 238.1463 1091.228 .537 .969 Valid
VAR00062 238.0732 1097.220 .530 .969 Valid
VAR00063 238.8780 1103.810 .451 .969 Valid
VAR00064 239.1463 1094.928 .576 .968 Valid
VAR00065 239.2195 1097.876 .482 .969 Valid
VAR00066 239.1463 1112.928 .363 .969 Valid
VAR00067 238.9756 1093.424 .641 .968 Valid
VAR00068 238.6341 1110.388 .523 .969 Valid
VAR00069 238.2927 1093.212 .661 .968 Valid
VAR00070 238.7561 1099.739 .552 .968 Valid
VAR00071 238.3902 1105.644 .525 .969 Valid
VAR00072 237.9756 1091.774 .648 .968 Valid
VAR00073 238.1707 1086.845 .658 .968 Valid
VAR00074 237.8537 1087.228 .846 .968 Valid
Nurlela, 2015
UJI REALIBILITAS INSTRUMEN
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 41 100.0
Excludeda 0 .0
Total 41 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items