• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Konseling Karir Perkembangan Untuk Peningkatan Kematangan Karir Siswa Kelas XI SMA PGRI 2 Di Palembang Tahun Ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Konseling Karir Perkembangan Untuk Peningkatan Kematangan Karir Siswa Kelas XI SMA PGRI 2 Di Palembang Tahun Ajaran 2014/2015."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Bab satu membahas hal-hal yang berkenaan dengan inti dan keseluruhan

arah penelitian. Pada bab ini dipaparkan empat hal yaitu pertama latar belakang

penelitian, kedua rumusan masalah penelitian, ketiga tujuan penelitian dan

keempat mamfaat penelitian.

A. Latar Belakang Penelitian

Kematangan karir adalah kesiapan dan kompetensi individu untuk

membuat keputusan karir. Pieterse (2005, hlm. 16) menyatakan bahwa keputusan

ini didasarkan pada sikap, self-knowledge, pengetahuan tentang kesempatan

pendidikan dan pasar kerja, dan pengetahuan yang cukup tentang proses

pengambilan keputusan karir. Career maturity is the readiness and competency of

individual to take critical career decision. Pieterse (2005,hlm. 16) state that these

decision are based on attitudes, and self-knowledge of the word of educational

opportunities and of the job market, and sufficient knowledge of career decision

making processes.

Dillard (1995, hlm. 32) mengatakan bahwa kematangan karir merupakan

sikap individu dalam pembuatan keputusan karir. Kematangan tersebut

diperlihatkan oleh tingkat konsistensi pilihan karir individu dalam suatu periode

tertentu. Dapat dikatakan bahwa kematangan karir menurut Dillard dikaitkan

dengan pembuatan keputusan karir. Individu yang memiliki kematangan karir

akan membuat suatu keputusan pilihan karir tertentu secara konsisten.

Terkait dengan kematangan karir ini pula, Super (dalam Sharf, 1992, hlm.

153) mengungkapkan bahwa career maturity is the maturity which a person

shows relative to their development stage, that is, comparing the individual’s

stage of maturity with his or her choronological age. Kematangan karir adalah

kematangan individu yang sifatnya relatif terhadap tahap perkembangan mereka.

Dengan demikian, kematangan karir individu tidak akan sama dengan individu

(2)

Nurlela, 2015

mencapai tugas-tugas perkembangan karirnya sesuai dengan tahap perkembangan

karirnya.

Lebih lanjut Super (dalam Andersen & Vandehey, 2006, hlm. 54),

menyebutkan bahwa ada lima tahap perkembangan karir yaitu fase

pengembangan (lahir sampai kurang dari 15 tahun), fase ekplorasi (15 sampai

dengan 24 tahun), fase pemantapan (25 sampai dengan 44 tahun), fase pembinaan

(45 sampai dengan 64 tahun) dan fase kemunduran (usia pensiun). Dengan

demikian, jika merujuk kepada fase perkembangan karir Super ini, remaja (dalam

hal ini adalah peserta didik) pada usia sekolah menengah atas sedang berada pada

fase eksplorasi. Peserta didik dapat dikatakan matang dalam karir apabila peserta

didik dapat memenuhi tugas perkembangan pada fase eksplorasi tersebut.

Sebaliknya, peserta didik yang tidak mampu memenuhi tugas pada tahap ekplorasi

belum dapat dikatakan memiliki kematangan karir.

Kematangan karir jika dikaitkan dengan peserta didik adalah kesiapan dan

kompetensi peserta didik untuk membuat keputusan karir (Suherman, 2013, hlm.

73). Kematangan karir itu sendiri memiliki hubungan yang signifikan dengan

konsep diri, yaitu sebesar 25% (Ilfiandra, 1997). Kematangan karir pada peserta

didik biasanya dihubungkan dengan kesiapan memasuki perguruan tinggi,

pengetahuan tentang pilihan program studi di perguruan tinggi, pengetahuan

tentang dunia pekerjaan, dan informasi-informasi yang berkaitan dengan dunia

perguruan tinggi dan pekerjaan lainnya. Sangat penting peserta didik matang

dalam karirnya, karena hal tersebut berkaitan erat dengan karir masa depan

peserta didik itu sendiri.

Meskipun merupakan sesuatu yang urgen dan berhubungan dengan

kehidupan peserta didik pada masa depan, ada banyak data empiris yang

membuktikan adanya persoalan-persoalan yang menjadi indikasi bagi

ketidakmatangan peserta didik dalam karirnya. Sebagai contohnya adalah adanya

fenomena di lapangan yang menunjukan masih banyak terdapat peserta didik yang

(1) kurang memahami cara memilih jurusan yang sesuai dengan minat, bakat dan

kemampuan; (2) memilih jurusan mengikuti teman atau model yang sudah ada;

(3)

orang tua dalam memilih jurusan yang diambil dan lain sebagainya (Nurlela,

2015).

Hasil analisis teori perkembangan karir Super dalam Suherman, (2006,

hlm. 54), terutama berdasarkan konsep kematangan karir, bahwa remaja dikatakan

bermasalah dalam karirnya manakala tidak mencapai kematangan karir sesuai

dengan tahap dan perkembangan karirnya sebagai berikut: (a) tidak mampu

merencanakan karir dengan baik seperti, tidak adanya kesediaan untuk

memperlajari informasi karir secara memadai, malas membicarakan tentang karir

dengan orang dewasa, malas mengikuti pendidikan tambahan serta malas

mengikuti pelatihan-pelatihan dengan pekerjaan yang didinginkan; (b) malas

melakukan ekplorasi karir seperti, tidak berusaha mengali dan mencari informasi

karir dari berbagai sumber baik dari guru BK, orang tua maupun dengan orang

sukses. Tidak memadai pengetahuan tentang potensi diri; (c) kurang memadainya

pengetahuan tentang membuat keputusan karir seperti, tidak mengetahui cara-cara

membuat keputusan karir, tidak mengetahui langkah-langkah dalam membuat

keputusan karir, tidak mau mempelajari cara orang lain membuat keputusan karir.

kurang mengetahui tentang dunia kerja; (d ) tidak memadai tentang kelompok

pekerjaan yang disukai; (e) tidak mencapai realisme keputusan karir.

Masih kurangnya tingkat kematangan karir peserta didik SMA, didukung

oleh hasil penelitian (Nurlaelasari, 2009) yang menunjukan bahwa pencapaian

tugas-tugas perkembangan karir peserta didik SMA Plus Assalam Bandung tahun

ajaran 2008/2009 dengan katergori matang hanya 12%, cukup matang 74,76%

serta katergori kurang matang 13,33%. Secara umum hanya sedikit peserta didik

SMA Plus Assalam Bandung yang telah mencapai kategori matang pada

tugas-tugas perkembangan karirnya dan sebagian peserta didik memerlukan

pengembangan arah pencapaian karir yang matang.

Sedangkan Supriati (2011, hlm. 36) melakukan survey persiapan karir

sejumlah peserta didik SMA di Surabaya, hasilnya menunjukan bahwa 85%

peserta didik ragu terhadap karir masa depanya, 80% belum menetapkan karir

masa depannya dengan mantap, 75% mengalami kesulitan dalam memutuskan

dan merencanakan karir dengan baik. Walaupun begitu 90% menyadari pemilihan

(4)

Nurlela, 2015

melakukan pilihan-pilihan pendidikan dan pelatihan. Sedangkan menurut hasil

penelitian (Damanik, 2011) menyatakan bahwa hasil kematangan karir peserta

didik kelas XI di SMAN 21 Jakarta termasuk sedang.

Sejalan dengan itu, (Suparman, 2011) menyatakan dari hasil penelitian

menunjukan bahwa kematangan karir peserta didik berada dalam kategori sedang.

Lebih jauh lagi, penelitian (Yovanka, 2012) menunjukan 87% peserta didik kelas

XI SMAN 81 Jakarta tahun ajaran 2011/2012 masih belum memiliki kematangan

pola pikir dalam merencanakan karir masa depan. Di atas 80% tingkat

kematangan karir dari aspek pengetahuan/ informasi dunia kerja dengan idikator

pengetahuan mengenai sikap dan prilaku.

Hasil penelitian (Juwitanigrum, 2011) menunjukan kematangan karir

peserta didik secara umum di SMKN 11 Bandung berkategori sedang. (Suryani,

2010) menyatakan tingkat kematangan karir peserta didik kelas XI SMK Nasional

Depok tahun ajaran 2009/2010 sebagian besar termasuk dalam kategori kurang

matang. Hal tersebut juga dibuktikan oleh individu (Nurlela, 2015) yang

menemukan bahwa kematangan karir peserta didik masih sangat rendah, maka

tidak ada alasan jika kematangan karir peserta didik SMA dibiarkan begitu saja.

Bagaimanapun juga, dalam usaha mencapai kematangan karir peserta

didik, terdapat banyak hambatan, misalnya kurangnya pengetahuan, pemahaman

diri, motivasi, belum memiliki cita-cita yang diinginkan serta masih kuatnya

pengaruh individu-individu terdekat di sekelilingnya dalam hal mengambil

keputusan karir di masa depan. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Ilfiandra

(1997, hlm. 6) yang menunjukan gambaran bahwa “akurasi penilaian diri dan

penguasaaan informasi masih rendah sehingga kemampuan peserta didik untuk

memadukan faktor-faktor pribadi dengan relitas karir masih rendah”. Ini lah

penyebab yang menjadikan peserta didik masih bimbang dan bingung dalam

menetapkan pilihan-pilihan karir. Oleh sebab itu sebaiknya pihak sekolah dan

guru pembimbing mengupayakan keputusan secara tepat agar dapat menghadapi

hidup yang lebih relistis.

Guna membantu peserta didik agar memiliki kematangan karir diperlukan

bimbingan dan konseling. Sebuah penilaian menyeluruh meliputi klien yang

(5)

depan sangat diperlukan. Dalam hal ini sangat diperlukan hasil deskripsi dinamis

yang berfungsi sebagai sumber untuk memahami klien dan tindakan yang tepat

(Jepsen, 2013). Sehubungan dengan hal ini, guru bimbingan dan konseling di

sekolah harus dengan seksama bekerja sama dengan guru mata pelajaran, wali

kelas dan staf yang ada di sekolah agar peserta didiknya dapat matang karirnya.

Guru pembimbing dan pihak-pihak lainnya di sekolah memiliki peranan

yang sangat penting, baik dalam menyediakan informasi mengenai berbagai

program studi dan sebagai persiapan untuk memasuki perguruan tinggi, dunia

pekerjaan, maupun dalam menyajikan beragam kegiatan bimbingan yang

mencakup hal-hal yang berkaitan dengan dunia pekerjaan. Tuntutan pada era

ekonomi global yang menjadikan keharusan untuk memilih di antara beberapa

kemungkinan memangku jabatan tertentu semakin mendesak, karena semakin

tidak mungkin menguasai beberapa bidang pekerjaan sekaligus, juga keharusan

untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik.

Peserta didik mengalami dan menghadapi titik transisi ketika mereka harus

menetapkan suatu pilihan tertentu sehubung dengan karir mereka. Transisi dan

titik kritis tersebut umumnya berhubungan dengan pemilihan perguruan tinggi,

program studi, pelatihan yang akan diikuti dan lain sebagainya (Janet & Denise,

2014). Konselor dan ahli karir dalam hal ini memainkan peran penting dalam

membantu individu berhasil menavigasi perencanaan karir. Bagaimanapun juga

perencanaan untuk masa depan dapat menjadi tugas yang sangat menakutkan bagi

peserta didik pada usia berapapun. Pertanyaan seputar keuangan, kemudahan

dalam mendapatkan pekerjaan, dan lama waktu dan uang yang dibutuhkan untuk

berinvestasi dalam karir yang dipilih menambah berat proses yang dilalui dan

sering menjadi topik pembicaraan dipertemuan keluarga (Janet & Denise, 2014).

Selain konselor, keluarga juga dapat memainkan peran penting dalam

pengembangan pengetahuan diri peserta didik. Keluarga dapat memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan berbagai jenis

individu dalam berbagai kegiatan keluarga yang mengekspos mereka dengan

tempat dan acara yang baru. Hal tersebut dapat membantu peserta didik

memperoleh keterampilan, pengetahuan dan hal-hal lain yang mempengaruhi

(6)

Nurlela, 2015

melibatkan keluarga mereka terkait dengan pilihan pendidikan dan karir. survey

menunjukan bahwa ketika peserta didik ditanya tentang kepada siapa mereka

membicarakan prihal perguruan tinggi dan pilihan karir, jawaban yang paling

disebutkan adalah bersama dengan guru pembimbing dan keluarga (Janet &

Denise, 2014).

Keluarga memiliki peranan penting dalam perkembangan karir peserta

didik karena terjadi interaksi yang konstan antara keduanya. Peserta didik sering

mengamati peran kerja anggota keluarga. Hal ini kemudian mempengaruhi pilihan

peserta didik. Misalnya peserta didik ingin menjadi guru karena orang tuanya

guru. Konselor karir dapat membantu peserta didik dan keluarga mereka

mengembangkan keseimbangan yang sehat antara memperluas pengetahuan

tentang karir dan mengembangkan daftar pilihan yang tampak layak, apakah

pilihan di bidang studi, pekerjaan, atau pekerjaan tertentu. Mereka dapat

mengunakan alat penilaian karir yang handal dan valid (Janet & Denise, 2014).

Fenomena di lapangan khususnya terkait dengan perencanaan karir pada

peserta didik tingkat SMA belum menjadi perhatian utama bagi pihak sekolah,

termasuk guru bimbingan dan konseling. Hal Ini disebabkan oleh kenyataan

bahwa sekolah masih mengutamakan peserta didik berhasil dalam bidang

akademik atau mata pelajaran yang telah diberikan pihak sekolah (Yovanka,

2012). Sementara upaya pemberian bimbingan dan konseling ke arah perencanan

dan kematangan karir peserta didik menjadi program urutan kesekian. Program

bimbingan dan konseling karir di sekolah pada umumnya merupakan salah satu

program dari keseluruhan kegiatan yang ada, namun sekolah tidak memiliki

program yang terencana, terstruktur dan menyeluruh. Oleh karena itu diperlukan

program bimbingan yang dimaksudkan untuk membantu perkembangan karir

peserta didik pada umumnya dan kematangan karir peserta didik khususnya.

Sebagian besar peserta didik sekolah menengah umum dan kejuruan

berada pada tahap perkembangan remaja akhir (Yusuf, 2012, hlm. 65) tugas

perkembangan bagi mereka yang berada pada tahapan usia peserta didik setingkat

SMA/SMK adalah sebagai berikut:

a. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

(7)

b. Mencapai kemtangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam

peranannya sebagai pria dan wanita

c. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat

d. Mengembangakan penguasaan ilmu, teknologi dan seni

e. Mencapai kematangan dalam pemilihan karir

f. Mencapai kemtangan secara emosional

g. Mencapai kematangan dalam gambran dan sikap kehidupan berkeluarga,

masyaratakat, berbangsa dan bernegara

h. Mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi secara sosial dan

intelektual

i. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.

Sejalan dengan pendapat Yusuf ( 2012) bahwa dalam tugas perkembangan

peserta didik SMA maupun SMK yaitu peserta didik menerima fisiknya sendiri

berikut keragaman kualitasnya, mencapai kemandirian emosional, bertingkah laku

yang bertanggung jawab serta memilih dan mempersiapkan karir. Sejalan dengan

tujuan bimbingan dan konseling dalam aspek karir, peserta didik harus memiliki

pemahaman diri terkait dengan pekerjaan, memiliki kemampuan untuk

membentuk identitas karir serta mampu merencanakan dan memebentuk arah

karir masa depan (Yusuf, 2012, hlm. 15).

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20

Tahun 2013 pasal 3 menyebutkan pendidikan nasional berfungsi

mengembangakan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Sehubungan dengan program bimbingan karir ini, Sharf (1992, hlm. 3)

mengatakan bahwa seorang konselor karir sebaiknya tidak yakin dengan teori

perkembangan karir saja tetapi juga memilih dan memutuskan teori apa yang

(8)

Nurlela, 2015

mempertimbangkan pandangan serta tipe konseling yang cocok. Selain itu

konselor karir harus mengetahui karakter dan tingkat pendidikan kliennya.

Sejalan dengan pendapat Super (1957 dalam Suherman, tt, hlm. 220)

mengatakan bahwa orientasi karir seharusnya dimulai sejak awal dan diteruskan

sampai pensiun dari dunia kerja. Dia melihat pengembangan karir sebagai

rangkaian kesatuan dengan konseling karir perkembangan yang berkelanjutan dan

menyamakan hubungan antara konselor dengan konseli dalam konseling karir.

contohnya yaitu hubungan antara orang-orang yang memiliki gelar dokter dan

pengacara yang mempunyai komunitas dalam waktu yang cukup lama.

Penelitian ini difokuskan pada konseling karir perkembangan untuk

peningkatkan kematangan karir peserta didik kelas XI SMA PGRI 2 Palembang

tahun ajaran 2014/2015.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Terkait dengan permasalahan karir remaja, banyak remaja yang kurang

memahami akan kemana selanjutnya ketika mereka lulus nanti. Sekolah

Menengah Atas (SMA) merupakan pendidikan formal yang ditempuh oleh peserta

didik. Mereka melanjutkan sekolah kadang mengikuti teman satu kelompoknya,

mengikuti keinginan orang tua, mengikuti model yang sudah ada, serta memilih

jalan pintas tanpa ada usaha yang keras dari dalam dirinya. Tanpa memikirkan

apakah mereka lebih baik masuk sekolah umum atau sekolah kejuruan.

Bimbingan dan konseling karir, baik sebagai istilah maupun sebagai ide,

telah distimulasi oleh kepesatan perkembangan pendidikan karir sejak 1971,

karena merupakan produk-produk perubahan sosial dan okupasional, kematangan

perspektif-perspektif teoritis, dan muncul kesadaran bahwa salah satu aspek

layanan dalam bimbingan belum lagi dipersiapkan secara sistematis, yakni

bimbingan dan konseling karir bagi anak-anak muda dan individu dewasa.

Konteks permasalahan bimbingan dan konseling karir menempatkan pada

masalah pribadi dan sosial yang lebih luas. Ini berarti bahwa penonjolan dan

setralitasnya ialah membantu individu dari semua tingkat usia dalam mengambil

(9)

Tujuan pendidikan nasional salah satunya mempunyai kepribadian yang

baik. Maksud mempunyai kepribadian yang baik peserta didik harus memiliki

kemampuan minat dan bakat yang juga disertai matang dalam merencanakan karir

masa depan. Di SMA PGRI 2 Palembang bimbingan dan konseling karir masih

kurang, baik dari segi literatur, informasi yang berkaitan dengan dunia kerja serta

masih kurangnya partisipasi semua guru dan staf yang ada di sekolah bahwa

kematangan karir peserta didiknya sangat penting. Berdasarkan kondisi tersebut

maka dirasa perlu melakukan sebuah penelitian guna pengembangan kematangan

karir peserta didik. Di dalam penelitian individu menggunakan konseling karir

perkembangan sesuai dengan konsep utama teori Super diantaranya: 1)

Tahap-tahap karir; 2) Tugas-tugas perkembangan yang dicapai ketika berhasil melewati

tahap tertentu; 3) Pengimplemtasian konsep diri bagi pengembangang identitas

karir; 4) Perkembangan kedewasaan karir; serta 5) Pola karir

Crites (1981, p 14-15), menyebutkan aspek-aspek penting pada konseling

karir di antaranya, kebutuhan akan konseling karir lebih besar dari pada

kebutuhan untuk psikoterapi. Konseling karir dapat menjadi terapi dan konseling

karir lebih sulit daripada psikoterapi (Gladding, 2009, hlm. 403).

Dengan adanya fenomena yang empiris ini mendorong individu untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang profil kematangan karir di SMA

tersebut. Oleh karena itu, peneliti sangat membutuhkan sekali data-data tentang

peserta didik untuk peningkatan karirnya dapat terealisasikan dengan baik. Untuk

itu dikembangkan pertanyaan penelitian yang menarik untuk diteliti, yaitu

“strategi apa untuk peningkatan kematangan karir peserta didik agar dapat

menyadari betapa pentingnya mempersiapkan karir sejak dini”.

Berdasarkan hasil indenfikasi yang telah diuraikan diatas pertanyaan

berikut:

1. Bagaimana profil kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2

Palembang tahun pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimana rumusan program konseling karir perkembangan untuk

meningkatkan kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2

(10)

Nurlela, 2015

3. Bagaimana efektivitas konseling karir perkembangan untuk meningkatkan

kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2 Palembang tahun

pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan profil kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI

2 Palembang Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Merumuskan program konseling karir perkembangan untuk meningkatkan

kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2 Palembang Tahun

Pelajaran 2014/2015

3. Menganalisis efektivitas konseling karir perkembangan dalam peningkatan

kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2 Palembang Tahun

Pelajaran 2014/2015.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu dikumpulkan informasi

tentang efektifitas konseling karir perkembangan dalam peningkatan kematangan

karir peserta peserta didik XI di SMA PGRI 2 Palembang Tahun Pelajaran

2014/2015.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Menjadi sumber pengetahuan, bahan kajian dan sumber rujukan tentang

konseling karir perkembangan

b. Memperkaya dan mengembangkan teori tentang konseling karir

perkembangan

c. Menjadi sumber pengetahuan, bahan kajian dan sumber rujukan tentang

konseling karir perkembangan untuk peningkatan kematangan karir

peserta didik

2. Manfaat Praktis

a. Informasi yang diberikan dapat digunakan sebagai upaya preventif bagi

(11)

b. Melibatkan wali kelas dan guru mata pelajaran bahwa pentingnya para

peserta didik untuk matang dalam memilih karirnya

c. Bermamfaat bagi peserta didik khususnya dalam memberikan pengetahuan

dan keterampilan untuk dimamfaatkan dalam meningkatkan kematangan

(12)

Nurlela, 2015

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab tiga berisi rancangan pelaksanaan penelitian. dalam bab ini dibahas

beberapa hal, pertama pendekatan penelitian, kedua metode penelitian, ketiga

desain penelitian, keempat partisipan penelitian, kelima defenisi operasional

penelitian, keenam instrument penelitian dan ketujuh teknik analisa data.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data numerik berupa

peningkatan kematangan karir peserta didik kelas XI di SMA PGRI 2 Palembang.

Creswell (2008) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif dipilih sebagai

pendekatan penelitian ketika tujuan penelitian yaitu menguji teori,

mengungkapkan fakta-fakta, menunjukan hubungan antar variabel dan

memberikan deskripsi. Merujuk kepada ungkapan Creswell di atas, penelitian ini

tepat jika dikatakan sebagai penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif

karena dimaksudkan untuk menguji keefektifan konseling karir perkembangan

untuk meningkatkan kematangan karir peserta didik .

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

eksperimen. Dalam kuasi ekperimen peneliti mengunakan kelompok-kelompok

yang sudah terbentuk secara alamiah seperti sebuah kelas, organisasi atau sebuah

keluarga. Artinya masing-masing partisipan tidak ditugaskan secara acak

(non-randomly assignment) (Cresswell, 2013, hlm. 232). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan kelas sebagai kelompok yang telah terbentuk secara alami.

Penggunaan kelompok baru dirasa akan mengganggu pelaksanaan proses

(13)

C. Desain Penelitian

Ada beberapa desain penelitian dalam metode kuasi ekperimen.

diantaranya, (a). Rancangan Kelompok Kontrol (Pra Tes dan Pos-Tes)

Nonekuivalen (Nonequivalent [PreTest and Post-Test] Control-Group Design,

(b). Rangkaian Serangkaian-Waktu yang Diputus oleh Satu-Kelompok

(Single-Group Interrupted Time-Series Design), (c). Rancangan Serangkaian-Waktu yang

Diputus oleh Kelompok-Kontrol (Control-Group Interrupted Time-Series

Design).

Secara khusus desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pre-test post-test nonequivalent control group design, yaitu dengan

mengunakan kelas-kelas yang diperkirakan memiliki kondisi yang sama.

Masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen diberikan pre-test dan post-test. Setelah

pre-test diberikan, kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan melalui

konseling karir perkembangan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap kematangan karir peserta didik.

Sementara kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Desain penelitian pre-test

post-test non-equivalent control group dapat diilustrasikan sebagai berikut:

(Creswell. 2013, hlm. 242):

Kelompok A O --- X --- O

___________________________________

Kelompok B O --- O

Keterangan:

A = Kelompok Eksperimen

B = Kelompok Kontrol

O = Pre-test, Post test

X = Perlakuan

Masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen diberikan pre-test dan

post-test. Setelah pre-test diberikan, kelompok eksperimen akan diberikan

perlakuan melalui konseling karir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

(14)

Nurlela, 2015

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015, hlm. 117).

Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI SMA PGRI 2

Palembang. Jumlah populasi penelitian dapat dilihat secara rinci pada tabel di

bawah ini:

Tabel 3.1

Jumlah Peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Setiap Kelas XI SMA PGRI 2 Palembang Tahun Ajaran 2014/2015

Jika populasi penelitian adalah keseluruhan peserta didik kelas XI, maka

sampel penelitian adalah peserta didik kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2. Kelas

XI IPA.1 yang berjumlah 41 orang merupakan kelompok eksperimen sementara

kelas XI IPA.2 yang berjumlah 44 orang merupakan kelompok kontrol.

Pemilihan kelas tersebut didasari oleh informasi dan saran yang diberikan oleh

guru bimbingan dan konseling sekolah. Guru bimbingan dan konseling merasa

bahwa kelas tersebut layak untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Informasi

ini kemudian didukung oleh hasil studi pendahuluan berupa kegiatan pre test.

Kegiatan pre test menunjukan bahwa peserta didik-peserta didik dalam kedua

kelas ini memiliki karakteristik yang sesuai sebagai sampel penelitian yaitu

peserta didik yang memiliki kematangan karir dalam kategori rendah dan sedang.

Sampel penelitian ditentukan menggunakan teknik nonprobability

sampling. nonprobability sampling adalah teknik sampling dimana para responden

dipilih berdasarkan kemudahan (convenience) dan ketersediaanya (Babbie, 1990

dalam creswell, 2013, hlm 220), dengan kata lain, responden tidak ditentukan

Kelas/Jurusan Laki-laki Perempuan Jumlah

XI. IPA. 1 11 28 39

XI. IPA. 2 12 28 40

XI. IPS. 1 14 14 28

XI. IPS. 2 15 12 27

XI. IPS. 3 14 13 27

XI. IPS. 4 13 14 27

XI. IPS. 5 15 12 27

(15)

secara acak. Secara spesifik teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling.

E. Defenisi Operasional Variabel

Ada dua variabel utama dalam penelitian ini yaitu konseling karir

perkembangan dan kematangan karir. Konseling karir perkembangan adalah

variabel bebas sementara kematangan karir adalah variabel terikat. Agar diperoleh

kesamaan persepsi tentang kedua variabel tersebut di atas, maka perlu dirumuskan

defenisi operasional untuk masing-masing variabel. Masing-masing variabel

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Konseling Karir Perkembangan

Konseling karir perkembangan (developmental career counseling)

menekankan pada hubungan kematangan karir seseorang dengan masalah

pembuatan keputusan, dan suatu tindakan yang disampaikan konseli dalam

konseling karir. Konseling karir perkembangan berada pada jajaran karir

perkembangan secara umum dari permasalahan sederhana sampai pada

permasalahan yang kompleks. Komunikasi dan hubungan merupakan dua bentuk

perkembangan karir pada umumnya (Suherman, tt, hlm 219).

Pendekatan perkembangan memberikan dimensi waktu pada konseling

karir dan kemungkinan seluruh perubahan dalam perilaku termasuk vokasional,

personal, dan sosial yang dapat terjadi sepanjang dimensi waktu (Crites, 1981,

hlm. 118). Lebih jauh dikatakan bahwa, konseling karir perkembangan memiliki

keunikannya sendiri jika dibandingkan dengan konseling karir lainnya, karena

penekanannya pada konsep perkembangan karir seumur hidup, dari anak-anak

sampai dengan lanjut usia (Crites, 1981, hlm. 118-119).

Pada dasarnya dalam konseling karir perkembangan terdapat dua tahapan

yaitu sebagai berikut: tahap eksplorasi dan tahap integrasi. Tahap eksplorasi

terdiri dari eksplorasi diri klien, mengenal indentitas diri, tema kehidupan dan

identitas karir. Pada tahap integrasi konselor fokus terhadap upaya

pengintegrasian faktor internal dan ekternal diri klien sekaitan dengan pilihan

(16)

Nurlela, 2015

Konseling karir perkembangan merupakan salah satu pendekatan dalam

konseling karir yang terkenal dengan konsep perkembangan karir seumur hidup

yaitu dari anak-anak sampai dengan orang tua. Konseling karir perkembangan

mempercayai bahwa dalam setiap tahap perkembangannya setiap individu

memiliki tugasnya masing-masing. Dengan demikian, konseling karir

perkembangan dapat didefenisikan sebagai pendekatan konseling yang

berlandaskan konsep perkembangan.

2. Kematangan Karir dan Aspeknya

Super dalam (Sharf, 1992, hlm. 153) mengungkapkan career maturity is

the maturity which a person shows relative to their development stage, that is, comparing the individual’s stage of maturity with is or her choronological age.

Maksudnya bahwa kematangan karir adalah kematangan seseorang yang sifatnya

relatif terhadap tahap perkembangan mereka, atau membandingkan tahap

seseorang dalam kematangan usia kronologinya.

Kematangan karir adalah kesiapan dan kompetensi individu untuk

membuat keputusan karir. Pieterse (2005, hlm. 16) menyatakan bahwa keputusan

ini didasarkan pada sikap, self-knowledge, pengetahuan tentang kesempatan

pendidikan dan pasar kerja, dan pengetahuan yang cukup tentang proses

pengambilan keputusan karir.

Kematangan karir adalah kesiapan peserta didik dalam memutuskan

pilihan karir. Secara operasional yang dimaksud kematangan karir dalam

penelitian ini adalah kesiapan peserta didik (peserta didik SMA) dalam

aspek-aspek kematangan karir seperti merencanakan karir, ekplorasi karir, pengambilan

keputusan, realisme karir, pengetahuan tentang dunia kerja, dan pengetahuan

tentang dunia pekerjaan.

Merujuk kepada defenisi operasional di atas, secara utuh yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah penggunaan pendekatan konseling perkembangan

untuk membantu peserta didik meningkatkan kesiapan karirnya dalam

(17)

F. Intrumen Penelitian

1. Penjelasan Mengenai Instrumen yang digunakan

Untuk mengumpulkan data mengenai kematangan karir peserta didik

digunakan inventori kematangan karir yang dikembangkan oleh Usup Suparman

pada tahun 2011. Instrumen ini terdiri dari 75 item. Tersedia lima pilihan jawaban

dalam model skala Likert untuk masing-masing item, yaitu sangat sesuai (SS),

sesuai (S), ragu-ragu (R), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).

Penggunaan instrument ini sendiri telah mendapatkan izin dari pengembang

instrument. Format izin penggunaan instrument dapat dilihat pada lampiran.

Adapun kisi-kisi pengembangan instrument tersebut sebagaimana di kutip dari

Usup Suparman (2011) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Intrumen Kematangan Karir Peserta didik Kelas XI SMA PGRI 2 Palembang Tahun Ajaran 2014/2015

Dimensi Aspek Indikator item

Sikap (non kognitif)

Perencanaan karir (career

planning)

1. Mempelajari semua informasi tentang karir

2. Membicarakan karir dengan orang dewasa

3. Mengikuti kursus sesuai dengan karir yang diinginkan

4. Berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler

5. Mengikuti pelatihan atau pendidikan sebagai bekal karir dimasa depan

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15

Ekplorasi karir (career

exploration)

1. Mencari informasi karir dari berbagai sumber (orang tua, saudara, guru,majalah)

2. Memiliki pengetahuan tentang kemampuan diri

16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24

Realisme keputusan karir

(realism

1. Mampu melihat faktor-faktor yang akan mendukung karir yang diinginkan

2. Melihat kesempatan yang ada berkaitan dengan karir yang diinginkan

(18)

Nurlela, 2015

3. Mampu menerima keadaan diri secara realistis apa adanya berhubungan dengan karir yang diinginkan 37 2. Kognitif Pengetahuan tentang membuat keputusan

1. Memahami cara dan langkah-langkah membuat keputusan karir

2. Mempelajari bagaimana orang lain membuat keputusan tentang karir

3. Mengunakan pengetahuan dan pemikiran untuk mmembuat keputusan bagi rencana karir

38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 47

Pengetahuan tentang dunia kerja

1. Mengetahui cara orang lain mempeljari pekerjaannya

2. Mengetahui mengapa orang lain berganti pekerjaan

3. Mengetahui rincian tugas dalam pekerjaan pada suatu jabata

48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58 Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan tentang kelompok pekerjaan

1. Memahami persyaratan fisik dari pekerjaan yang disukai 2. Mengetahui peralatan atau

perlengkapan yang dibutuhkan dari pekerjaan yang disukai 3. Mampu mengidentifakasi alasan

dalam memilih pekerjaan yang lebih disukai

59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69

2. Pedoman Skoring

Setiap pilihan jawaban pada inventori kematangan karir yang digunakan

dalam penelitian ini memiliki bobot skor masing-masing, mulai dari 1 sampai

dengan 5. Skor yang diberikan untuk item-item dalam pernyataan negatif berbeda

dengan skor yang diberikan untuk item-item dalam pernyataan positif. Bobot skor

(19)

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Instrumen Kematangann Karir Peserta didik Kelas XI SMA PGRI 2 Palembang Tahun Ajaran 2014/2015

Arah pernyataan

Sangat Sesuai (SS)

Sesuai (S)

Ragu-Ragu (RR)

Tidak Sesuai (TS)

Sangat tidak Sesuai

(STS)

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Penentuan model skala sikap Likert dapat dilakukan secara apriori dan

dapat pula secara aposteriori. Secara apriori maka bagi skala yang berarah positif

akan mempunyai kemungkinan-kemungkinan skor 5 bagi yang SS, 4 bagi S, 3

bagi RR, 2 bagi TS, dan 1 bagi STS. Sedangkan yang berarah negatif maka

kemungkinan skor tersebut menjadi sebaliknya. Berikut ini adalah contoh analisis

ketepatan model skala sikap Likert untuk menentukan kematangan karir peserta

didik dapat dilihat pada tabel 3.4 (contoh item negatif) dan 3.5 (contoh item

positif) .

Tabel 3.4

Contoh Analisis Ketepatan Model Skala Sikap Likert untuk Menentukan Kematangan Karir Peserta Didik untuk Item Negatif

No Statistik SS S RR T TS

1. P 0,130 0,430 0,210 0,130 0,100

2. Cp 0,130 0,560 0,770 0,900 1,000

3. Mid point cp 0,065 0,345 0,665 0,835 0,950

4. Z -0,514 -0,3999 0,426 0,974 1,645

5. z + 1,514 0,000 1,115 1,940 2,448 3,159

6. z dibulatkan 0,000 1 2 2 3

Tabel 3.5

Contoh Analisis Ketepatan Model Skala Sikap Likert untuk Menentukan Kematangan Karir Peserta Didik untuk Item positif

No Statistik STS ST RR S SS

(20)

Nurlela, 2015

2. Cp 0,049 0,244 0,610 0,951 1000

3. Mid point cp 0,024 0,164 0,427 0,780 0,976

4. Z -1,971 -1,052 -0,184 0,774 1,971

5. z + 1,514 1000 1.918 2,786 3,744 4,941

6. z dibulatkan 1 2 3 4 5

Secara aposteriori maka kemungkinan skor bagi setiap kemungkinan

jawaban itu harus didasarkan atas hasil uji coba (Subino, 1987, hlm 124). Secara

utuh, rekapitulasi uji ketepatan model skala Likert dalam penelitian ini dapat

dilihat pada lampiran 6.

Uji ketepatan skala selanjutnya dilakukan terhadap skor-skor yang telah

didapat oleh peserta didik pada kegiatan penelitian. Skor mentah kemudian

dikonversi kepada skor baku (skor terendah yang dapat digunakan pada angket

adalah nol) dan digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument.

Adapun rumus yang digunakan untuk mengkonversi skor mentah kepada skor

baku tersebut adalah sebagai berikut (Subino, 1987, hlm. 125):

̅u - ̅

√ ̅ ̅

Keterangan:

̅ = Rata-rata X = Skor

3. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Agar instrument ini dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, terlebih

dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap intrumen tersebut. Uji

validitas dilakukan menggunakan rumus korelasi. Hasil uji validitas dengan

menggunakan SPSS version 16.0 for windows menunjukan bahwa dari 75 item

terdapat 6 item yang tidak valid yaitu item no. 4, 5, 6, 11, 45 dan 46, sementara 69

item lainnya terbukti valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Secara

(21)

Hasil uji realibilitas pada intrumen kematangan karir dengan

menggunakan software SPSS version 16.0 for windows diperoleh koofisien Alpha

Crombach untuk kematangan karir sebesar α = 0,969. Titik tolak ukur koefesien

reliabilitas digunakan pedoman korelasi dari sugioyona (2010, hlm. 149). Yang

disajikan pada tabel 3.6 berikut

Tabel 3.6

Pedoman interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil koefesien alpha crombach yang diperoleh (α = 0,969), maka dapat dikatakan bahwa instrument kematangan karir peserta didik memiliki

reliabilitas sangan tinggi.

4. Kategori Kematangan Karir Peserta Didik

Terkait dengan upaya pengelompokan kematangan karir peserta didik,

digunakan ketentuan pengelompokan peserta didik sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kategorisasi Kematangan Karir Peserta didik Kelas XI SMA PGRI 2 Palembang Tahun Ajaran 2014/2015

No Kategori Kriteria

1 Matang X > Min Ideal + 2 Interval

2 Kurang matang Min Ideal + Interval < x Min Ideal + 2 Interval

3 Tidak matang X Min Ideal + Interval

Sumber: (Sudjana, 1996, hlm 47)

Tabel 3.8

Kriteria gambaran umum kematangan karir peserta didik

(22)

Nurlela, 2015

1 X> 253 Matang

2 161 < X ≤ 253 Kurang matang

3 X ≤ 161 Tidak matang

G. Pengembangan Program

Program layanan menggunakan konseling karir perkembangan untuk

meningkatkan kematangan karir peserta didik dikembangkan melalui supervisi

ketat dari dosen pembimbing. Program dirancang sesuai dengan deskripsi

kebutuhan peserta didik dan aspek-aspek kematangan karir yang akan

dikembangkan. Agar program dapat digunakan sebagai layanan di lapangan,

program yang telah disusun kemudian dijudge oleh para pakar yang ahli di

bidangnya. Pakar yang dilibatkan dalam judgment program ini yaitu. Syamsu

Yusuf, Mubiar Agustin, dan Nani M. Sugandhi. Ketiga pakar ini adalah dosen

pada program studi bimbingan dan konseling. Selanjutnya saran-saran dan

komentar-komentar dari para pakar digunakan untuk memperbaiki program.

H. Prosedur Penelitian

Borg dan Gall (Creswell, 2013, hlm. 248-249), meringkas enam langkah

yang biasanya digunakan dalam prosedur rancangan pre-test post-test control

group. Ke enam langkah tersebut yaitu: 1) membuat ukuran-ukuran variabel

terikat atau variable yang sangat berkolerasi dengan variabel terikat untuk setiap

partisipan penelitian; 2) menempatkan para partisipan secara berpasangan

berdasarkan skor-skor dalam ukuran-ukuran mereka sebagaimana yang telah

diidentifikasikan pada langkah 1; 3) menempatkan secara acak satu anggota dari

setiap pasangan ini dalam kelompok ekperimen dan dan anggota lain dalam

kelompok kontrol; 4) melakukan treatmen ekperimental pada kelompok

ekperimen dan diberikan treatmen alternatif (atau bahkan tanpa treatmen) pada

kelompok control; 5) membuat ukuran-ukuran variabel terikat untuk kelompok

ekperimen dan kelompok kontrol; 6) membandingkan performa kelompok

kontrol dan kelompok ekperimen pada akhir tes (post-test) dengan mengunakan

tes-tes signifikansi statistik.

Keseluruhan proses penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur umum

(23)

treatmennya sendiri (konseling karir perkembangan) dilakukan dalam delapan

sesi. Dua sesi digunakan untuk pemberian pre-test dan post-test, sementara enam

sesi lainnya digunakan sebagai layanan inti berupa konseling karir

perkembangan. Keenam sesi ini dimaksudkan untuk mengembangkan enam

aspek kematangan karir peserta didik. Prosedur pemberian treatmen tersebut

secara rinci dapat dilihat dalam skema berikut:

Gambar 3.1: Prosedur Pelaksanaan Konseling Karir Perkembangan PesertaDidik Kelas XI SMA PGRI 2 Palembang Tahun Ajaran 2014/2015

I. Langkah-langkah konseling

1. Langkah Konseling secara Umum

Secara umum proses konseling dibagi atas tiga tahapan yaitu: 1). Tahap

awal konseling, 2). Tahap pertengahan (tahap kerja), dan 3). Tahap pertengahan

(tahap kerja), (Willis, 2013, hlm. 50-54). Masing-masing tahapan tersebut dapat

dijelaskan secara rinci sebagai berikut: Pre-Test

Konseling Karir

Perkembangan

Post-Test

Sesi 1 Perencanaan Karir

Sesi 2 Eksplorasi Karir

Sesi 3 Keputusan Karir

Sesi 4

Pengetahuan Tentang Dunia Kerja

Sesi 5

Pengetahuan Kelompok Pekerjaan

Sesi 6

(24)

Nurlela, 2015

a. Tahap awal konseling: Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor

hingga berjalan proses konseling sampai konselor dan klien menemukan

defenisi masalah klien atas dasar isu, kepedulian atau masalah klien. Adapun

proses konseling tahap awal dilakukan konselor sebagai berikut:

1) Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien

2) Memperjelas dan mendefenisikan masalah

3) Membuat penaksiran dan penjajakan

4) Menegosiasikan kontrak

b. Tahap pertengahan (tahap kerja): Menilai kembali masalah konselor yang

akan membantu klien memperoleh perspektif baru, alternatif baru, yang

mungkin berbeda dari yang sebelumnya, dalam rangka mengambil keputusan

dan tindakan. Dengan adanya perspektif baru, berarti ada dinamika pada diri

klien menuju perubahan. Tanpa perspektif maka klien sulit untuk berubah.

Adapun tujuan-tujuan tahapan pertengahan/kerja yaitu:

1) Menjelajahi dan mengekplorasi masalah, isu dan kepedulian klien lebih jauh

2) Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara

3) Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak

c. Tahap akhir konseling (tahap tindakan): Pada tahap akhir konseling

ditandai beberapa hal yaitu:

1) Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor menanyakan

keadaan kecemasannya

2) Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat dan dinamik

3) Ada rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas

4) Terjadinya perubahan sikap positif, yaitu mulai dapat mengkoreksi diri dan

meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang tua, guru,

teman, keadaan tidak menguntungkan dan sebagainya. Adapun tujuan-tujuan

tahap akhir ini adalah sebagai berikut: 1) Memutuskan perubahan sikap dan

perilku yang memadai, 2) Terjadinya perubahan pada diri klien, 3)

Melaksanakan perubahan prilaku dan 4) Mengakhiri hubungan konseling

(25)

Pada dasarnya proses konseling karir terdiri dari dua tahapan yaitu tahap

eksplorasi (exsploring phase) dan tahap integrasi (integration phase) (Vandehey

& Andersen, 2012 hlm 152-162). Keseluruhan proses dalam konseling karir

perkembangan dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan tahapan konseling

karir sebagaimana disebutkan oleh Vandehey & Andersen tersebut di atas. Pada

tahap eksplorasi karir ada beberapa hal yang dieksplorasi oleh konselor

(Vandehey & Andersen, 2012 hlm 152-162).

a. Eksplorasi diri klien (self exsploration): pada tahap ini konselor membantu

klien untuk meningkatkan kesadaran diri klien terhadap karateristik

pribadinya, yang memiliki hubungan dengan aktivitas karir. Dengan kata lain

tahapan ini berfungsi untuk memfasilitasi self awareness klien.

b. Mengenal identitas diri (identity exsproration): setelah pada tahap pertama

konselor membantu klien untuk meningkatkan self awarenessnya, proses

konseling dilanjutkan dengan membantu klien mengeksplorasi dirinya.

Beberapa hal yang dibicarakan dalam proses ini yaitu terkait dengan

aturan-aturan dalam keluarga (family roles), pengalaman hidup klien dan lain

sebagainya.

c. Tema kehidupan (life theme) dalam proses ini konselor mengeksplorasi

tema-tema sentral dalam kehidupan klien seperti yang berhubungan dengan proses

kelahiran, atmosfer dalam keluarga yang memberi inspirasi terhadap pilihan

karir tertentu dan lain sebagainya.

d. Identitas karir (career identity): pada proses ini konselor berusaha

megeksplorasi identitas karir klien. Konselor dapat mengunakan berbagai cara

untuk mengeksplorasi identitas karir kliennya, seperti mengunakan Holland

codes dan The Myers Briggs Type Indicator (MBTI) dan lain sebagainya.

Holland codes digunakan dalam penelitian ini untuk melakukan eksplorasi

terhadap identitas karir peserta didik.

Jika pada tahap eksplorasi konselor berupaya mengenali karateristik

pribadi klien baik berkenaan dengan kelebihan dan kekurangan, aturan-aturan

dalam keluarga, pengalaman-pengalaman pribadi klien dan identitas karir klien

maka pada tahap ke dua konselor fokus terhadap upaya mengintegrasikan faktor

(26)

Nurlela, 2015

ini klien mulai mempersempit pilihan karirnya, dengan kata lain klien siap untuk

fokus pada pilihan karir tertentu. Dapat diartikan bahwa pada tahap ini konselor

fokus pada upaya membantu klien dalam membuat suatu pilihan karir tertentu.

Tahapan-tahapan konseling karir yang disebutkan oleh Vandehey di atas

pada dasarnya sama dengan yang diungkapkan oleh Super (dalam Crites, 1981

hlm 124). Hanya saja keduanya diungkapkan dalam redaksi berbeda. Jika

Vandehey menggunakan istilah exploration phase dan integration phase maka

Super menggunakan istilah determine the career life stage.

Super, (1955 dalam Crites, 1981 hlm 124) menyebutkan beberapa proses

dalam konseling karir perkembangan, pertama yaitu menentukan tahap karir

hidup (the career life stage) klien, kedua menilai derajat kematangan karirnya,

dan ketiga memberikan perlakuan. Perlakuan yang diberikan konselor

kemudianpun tergantung pada informasi yang diperoleh dari proses menentukan

tahap karir hidup dan menilai derajat kematangan karir klien. Jika klien relatif

belum matang dalam perilaku karirnya ketika dibandingkan dengan usianya, maka

konseling karir perkembangan fokus pada orientasi dan eksplorasi terlebih dahulu

sebelum pengambilan keputusan, sebaliknya jika klien telah cukup matang maka

proses konseling fokus pada upaya membantu klien meninjau ulang

pilihan-pilihan karirnya.

J. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

statistic nonparametric yaitu uji Mann-Whitney U (Ruseffendi, 1993, hlm. 498).

Uji statistik ini digunakan karena sampel penelitian dipilih secara non random.

Peningkatan kematangan karir peserta didik sendiri dihitung menggunakan n-gain

yang ternormalisasi (Meltzer, 2002), yaitu:

(27)
(28)

Nurlela, 2015

LAMPIRAN 6

INVENTORI KEMATANGAN KARIR

(IKK)

a. Identitas

Nama :………. Kelas :…………. Umur :…….. tahun

b. Petunjuk Pengisian Inventori

Inventori ini dari sejumlah pernyataan untuk mengetahui penilaian adik-adik

terhadap karir dan pendidikan yang akan datang. Setiap pernyataan terdiri dari

pernyataan-pernyataan yang mungkin adik-adik alami berkaitan dengan pendidikan,

perencanaan tentang pendidikan dan karir yang menjadi harapan adik-adik.

Tugas adik-adik adalah menjawab setiap pernyataan dengan memberikan

tanda silang (X) pada salah satu dari lima jawaban yang tersedia. Jawaban

hendaknya mengambarkan keadaan diri adik-adik sesuai dengan persepsi sendiri.

Kelima jawaban tersebut adalah :

SS : Sangat sesuai, artinya adik-adik merasa sangat sesuai dengan kondisi yang

mengambarkan keadaa saat ini.

S : Sesuai, artinya adik-adik merasa sesuai dengan kondisi yang mengambarkan

keadaan pada saat ini

R : Ragu-ragu, artinya adik-adik merasa ragu-ragu dengan kondisi yang

mengambarkan keadaan saat ini

TS : Tidak sesuai, artinya adik-adik merasa tidak sesuai dengan kondisi yang

mengambarkan keadaan saat ini

STS : Sangat tidak sesuai, artinya adik-adik merasa sangat tidak sesuai dengan

(29)

Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah, tetapi jawaban

yang benar mengambarkan keadaan diri adik-adik yang sesungguhnya. Bacalah

pernyataan pernyataan tersebut dengan cermat dan teliti.

c. Contoh pengerjaan

No Pernyataan Pilihan Jawaban

1 Saya membicarakan tentang pendidikan dan pekerjaan

yang diminati dengan orang tua SS S R TS STS

INVENTORI KEMATANGAN KARIR

(IKK)

No Pernyataan Pilihan Jawaban

1 Saya mempelajari program studi yang akan di pilih di

SMA atau setelah lulus SMA SS S R TS STS

2 Saya mempelajari persyaratan untuk suatu pekerjaan

yang diinginkan SS S R TS STS

3 Saya mempelajari cara meguasai kemampuan yang

dibutuhkan dengan pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS 4 Berkonsultasi dengan guru bimbingan dan konseling

(BK) dalam memilih jurusan di SMA atau rencana jurusan setelah lulus SMA

SS S R TS STS

5 Berkonsultasi dengan guru BK dalam merencanakan

pilihan pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS

6 Berkonsultasi dengan guru BK dalam menyusun strategi pencapaian pilihan pekerjaan yang diingikan agar mudah tercapai

SS S R TS STS

7 Berdialog dengan guru BK dalam mempelajari peluang prestasi dijurusan (SMA) dan pekerjaan yang akan dipilih

SS S R TS STS

8 Berdiskusi dengan orang tua dala memilih jurusan di

SMA atau rencana pekerjaan kelak SS S R TS STS

9 Saya mengikuti kursus tertentu sesuai bidang

pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS

10 Saya mendatangi tempat praktek keterampilan yang

sesuai dengan minat kerja saya untuk mengamatinya SS S R TS STS 11 Saya mengikuti salah satu kegiatan ekstrakulikuler

(30)

Nurlela, 2015

ektrakulikuler yang berhubungan dengan pekerjaan yang diinginkan

13 Saya mengikuti pekerjaan sekolah

mengaplikasikannya dengan pekerjaan yang diinginkan

SS S R TS STS

14 Saya melakukan penambahan jam klatihan pelajaran secara mandiri yang berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan

SS S R TS STS

15 Saya mengikuti jam tambahan belajar disekolah yang

sesuai dengan pekerjaan yang diiginkan SS S R TS STS

16 Saya mencari informasi karir dari internet SS S R TS STS

17 Saya berusaha mendapatkan informasi pendidikan

lanjutan dari brosur dan leaflet SS S R TS STS

18 Saya mencari informasi pendiidkan dan pekerjaan

dari film tentang kesuksesan orang lain SS S R TS STS

19 Saya mencari informasi studi lanjutan dari kakak

tinhkat yang berpretasi di perguruan tinggi SS S R TS STS 20 Saya mencari iformasi kesuksesan dalam bekerja dari

saudara yang sedang mendapatkan pekerjaan yang sukses

SS S R TS STS

21 Saya memamfaatkan informasi pendidikan dan

pekerjaan dari guru BK SS S R TS STS

22 Saya mengumpulakn informasi peluang kerja dari

Koran untuk acuan penguasaan kemampuan SS S R TS STS

23 Saya memamfaatkan siaran televise (TV) untuk

mendapatkan informasi pekerjaan yang cocok SS S R TS STS

24 Saya mengetahui kecerdasan yang saya miliki secara

akurat SS S R TS STS

25 Saya mengetahui bakat yang saya miliki dan merasa

cocok untuk dikembangkan SS S R TS STS

26 Saya mengetahui kepribadian yang saya

kembangakan untuk mendukung pekerjaan yang diinginkan

SS S R TS STS

27 Saya mengetahui kekuatan yang harus dimiliki dalam

menunjang pilihan karir SS S R TS STS

28 Saya mengetahu kelemahan diri yang dapat

menghambat pilihan karir yang diinginkan SS S R TS STS

29 Saya mengetahui kelebihan diri yang harus dikembangkan sejak dini untuk menunjang karir kelak

SS S R TS STS

30 Saya dapat memilih jenis latihan yang dapat

mendukung pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS

31 Prioritas pengembangan diri yang saya lakukan

(31)

32 Keterampilan yang disenangi sekarang diasumsikan

dapat menunjang karir dimasa depan SS S R TS STS

33 Pengembangan kemampuan bahasa asing yang saya lakukan sekarang dapat menunjang kesuksesan karir kelak

SS S R TS STS

34 Pengembangan kualitas disiplin yang saya biasakan

sekarang dapat menunjang kesuksesan karir kelak SS S R TS STS 35 Prestasi akademik yang saya raih sekarang dapat

menunjang karir yang diinginkan SS S R TS STS

36 Penguasaan keterampilan yang saya miliki sekarang

dapat mendukung pencapaian karir yang diinginkan SS S R TS STS 37 Peluang pekerjaan yang baik dimasa datang dapat

ditunjang dengan kemampuan yangsedang saya kembangakan sekarang

SS S R TS STS

38 Saya menyadari kemampuan diri yang saya miliki

dapat menunjang karir saya kelak SS S R TS STS

39 Saya mengembangkan kemampuan diri sesuai

kapasitas diri untuk mencapai pilihan karir SS S R TS STS 40 Saya melakukan usaha pencapaian karir sesuai

dengan kondisi diri dan fasilitas yang dimiliki SS S R TS STS 41 Saya dapat menentukan urutan dalam menetukan

keputusan karir yang akan saya ambil SS S R TS STS

42 Saya menerapkan urutan-urutan dalam menentukan pilihan program studi di SMA atau setelah luluis SMA

SS S R TS STS

43 Saya membandikan mana yang lebih rasioanl

mengenai cara dan lagkah pengambilan keputusan SS S R TS STS 44 Saya menyusun rencana pilihan program studi di

SMA sebelum saya mengambil keputusan SS S R TS STS

45 Saya mengamati orang lain menentukan keputusan

karir yang dipilihnya SS S R TS STS

46 Saya membandingkan bagaimana orang lain

melakukan keputusan karir dengan kemampuan diri dalam pengambilan keputusan yang dipilih

SS S R TS STS

47 Saya membandingkan cara orang lain yang sukses

dan yang gagal dalam membuat keputusan karir SS S R TS STS 48 Rencana penentuan pilihan pekerjaan yang diinginkan

dipertimbangkan dengan kondisi kemampuan diri SS S R TS STS 49 Mencari informasi tambahan dalam memutuskan

pilihan pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS

50 Menguji pertimbangan pilihan pengambilan jurusan

di SMA dengan berbagai alternative pilihan SS S R TS STS

51 Saya mengetahui cara dan tahapan saudara saya

(32)

Nurlela, 2015

52 Saya mengetahui usaha yang dilakukan saudara saya

dalam mempelajari pekerjaan yang dilakukanya SS S R TS STS 53 Saya mengetahui alasan mengapa orang ada yang

berganti profesi SS S R TS STS

54 Saya mengetahui bergantinya profesi pekerjaan

karena ketidakcocokan kemampuan diri SS S R TS STS

55 Saya mengetahui secara akurat tentang karateristik

khusus dari jurusan yang akan saya ambil SS S R TS STS

56 Saya mengetahuisecara akurat tentang karateristik

khusus pekerjaan yang diinguinkan SS S R TS STS

57 Saya mengetahui beban tugas yang harus dikuasai

terhadap program studi yang akan dipilih SS S R TS STS

58 Saya mengetahui beban tugas yang harus diselesaikan

terhadap pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS

59 Saya mengetahui kecocokan fisik yang dimiliki

terhadap pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS

60 Saya mengetahui batas minimal syarat proposional ukuran fisik yang dimiliki terhadap pekerjaan yang diinginkan

SS S R TS STS

61 Saya mengetahui batas minimal syarat kesehatan fisik yang harus dimiliki terhadap pekerjaan yang

diinginkan

SS S R TS STS

62 Saya mengetahui ketahanan fisik yang harus dimiliki

untuk menunjang pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS

63 Saya mengetahui jenis peralatan yang digunakan

dalam menunjang pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS

64 Saya dapat mengetahui cara mengoperasionalkan peralatan atau perlengkapan yang dapat menunjang pekerjaan yang diinginkan

SS S R TS STS

65 Saya mengetahui standar kualitas peralatan atau perlengkapan baik yang dapat menunjang pekerjaan yang diinginkan

SS S R TS STS

66 Saya mengetahui bagaimana cara membaca manual peralatan/perlengkapan yang dapat menunjang pekerjaan yang diinginkan

SS S R TS STS

67 Saya dapat membandingkan alternatif pilihan

pendidikan atau pekerjaan yang diinginkan SS S R TS STS

68 Saya dapat menjabarkan/merinci prospek pekerjaan

yang diinginkan SS S R TS STS

69 Saya dapat menunjukan kemungkinan mamfaat dari

(33)

LAMPIRAN 7

UJI VALIDITAS INSTRUMEN

Item-Total Statistics

Item

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Keterangan

VAR00001 238.1951 1103.611 .482 .969 Valid

VAR00002 238.1951 1095.711 .614 .968 Valid

VAR00003 237.7561 1110.589 .489 .969 Valid

VAR00004 238.3171 1117.222 .172 .969 Tidak Valid

VAR00005 238.6829 1124.722 .053 .970 Tidak Valid

VAR00006 238.4634 1118.755 .167 .969 Tidak Valid

VAR00007 238.1707 1109.095 .326 .969 Valid

VAR00008 238.1220 1094.760 .678 .968 Valid

VAR00009 237.8780 1104.010 .336 .969 Valid

VAR00010 238.7561 1101.739 .512 .969 Valid

VAR00011 238.3902 1113.844 .212 .969 Tidak Valid

VAR00012 238.7561 1099.739 .552 .968 Valid

VAR00013 238.3902 1105.644 .525 .969 Valid

VAR00014 237.9756 1091.774 .648 .968 Valid

VAR00015 238.1707 1086.845 .658 .968 Valid

VAR00016 237.8537 1087.228 .846 .968 Valid

VAR00017 238.4878 1099.706 .587 .968 Valid

VAR00018 238.1220 1087.410 .684 .968 Valid

VAR00019 237.8780 1093.460 .746 .968 Valid

VAR00020 237.8780 1091.860 .743 .968 Valid

VAR00021 238.3659 1092.588 .622 .968 Valid

VAR00022 238.1220 1088.660 .589 .968 Valid

VAR00023 238.7317 1102.151 .451 .969 Valid

VAR00024 238.0488 1091.598 .737 .968 Valid

VAR00025 237.5854 1078.349 .673 .968 Valid

(34)

Nurlela, 2015

VAR00027 238.6829 1101.522 .492 .969 Valid

VAR00028 238.6098 1098.444 .577 .968 Valid

VAR00029 238.6098 1099.944 .504 .969 Valid

VAR00030 238.0488 1094.548 .676 .968 Valid

VAR00031 238.0000 1085.100 .696 .968 Valid

VAR00032 238.4634 1100.555 .617 .968 Valid

VAR00033 238.2439 1092.489 .636 .968 Valid

VAR00034 237.8049 1093.411 .814 .968 Valid

VAR00035 238.3902 1105.494 .565 .969 Valid

VAR00036 238.2683 1100.251 .481 .969 Valid

VAR00037 238.6098 1082.694 .722 .968 Valid

VAR00038 238.8293 1092.695 .703 .968 Valid

VAR00039 237.9024 1093.840 .697 .968 Valid

VAR00040 237.9268 1099.720 .602 .968 Valid

VAR00041 238.0488 1092.398 .689 .968 Valid

VAR00042 237.8780 1091.060 .760 .968 Valid

VAR00043 238.7073 1102.262 .492 .969 Valid

VAR00044 238.6585 1098.380 .500 .969 Valid

VAR00045 238.4634 1120.555 .096 .970 Tidak Valid

VAR00046 238.2195 1113.476 .202 .969 Tidak Valid

VAR00047 238.0000 1096.350 .585 .968 Valid

VAR00048 237.8780 1102.010 .591 .968 Valid

VAR00049 237.9024 1103.590 .551 .969 Valid

VAR00050 238.2195 1102.626 .532 .969 Valid

VAR00051 238.2683 1103.501 .423 .969 Valid

VAR00052 238.3659 1103.238 .466 .969 Valid

VAR00053 238.3659 1101.888 .400 .969 Valid

VAR00054 237.8293 1092.845 .504 .969 Valid

VAR00055 238.0000 1100.100 .447 .969 Valid

VAR00056 238.4634 1110.555 .351 .969 Valid

VAR00057 238.3171 1107.322 .456 .969 Valid

(35)

VAR00059 238.2439 1096.589 .608 .968 Valid

VAR00060 238.6098 1107.644 .490 .969 Valid

VAR00061 238.1463 1091.228 .537 .969 Valid

VAR00062 238.0732 1097.220 .530 .969 Valid

VAR00063 238.8780 1103.810 .451 .969 Valid

VAR00064 239.1463 1094.928 .576 .968 Valid

VAR00065 239.2195 1097.876 .482 .969 Valid

VAR00066 239.1463 1112.928 .363 .969 Valid

VAR00067 238.9756 1093.424 .641 .968 Valid

VAR00068 238.6341 1110.388 .523 .969 Valid

VAR00069 238.2927 1093.212 .661 .968 Valid

VAR00070 238.7561 1099.739 .552 .968 Valid

VAR00071 238.3902 1105.644 .525 .969 Valid

VAR00072 237.9756 1091.774 .648 .968 Valid

VAR00073 238.1707 1086.845 .658 .968 Valid

VAR00074 237.8537 1087.228 .846 .968 Valid

(36)

Nurlela, 2015

UJI REALIBILITAS INSTRUMEN

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 41 100.0

Excludeda 0 .0

Total 41 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Peserta didik Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Setiap Kelas XI SMA
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Intrumen Kematangan Karir Peserta didik Kelas XI SMA PGRI 2
Tabel 3.5 Contoh Analisis Ketepatan Model Skala Sikap Likert untuk Menentukan
Tabel 3.6 Pedoman interpretasi koefisien korelasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, untuk jangka waktu

Terkait hal ini, maka peningkatan terhadap efektivitas kerja menjadi salah satu poin penting, terutama dalam kaitan dengan memadukan peran penting kepemimpinan, budaya organisasi dan

Gambar 2.12 Data FTIR Nanokomposit PP-MMT Aceh Utara dengan adanya.. antioksidan α

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyelenggaraan usaha penangkaran benih padi dan menganalisis besar biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan kelayakan

MASAATUL KARIMAH GK MI MI Swasta MIFTAHUL ULUM

Mode of thought yang digunakan oleh budaya positivisme didalam mencapai hakikat pendidikan yang sebagaimana diharapkan oleh masyarakat kapitalis diatas adalah

Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang.. mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus

[r]