• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN LEMBAGA PEGADAIAN MENURUT UU NO. 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

D. Bentuk Usaha Lembaga Pegadaian

Lembaga pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan yang berkembang di Indonesia. Sebagai lembaga keuangan, lembaga pegadaian bergerak di bidang keuangan yakni menghimpun dana, menyalurkan dana/atau kedua-duanya, artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah kegiatannya hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau bahkan kedua-duanya yakni menghimpun dan menyalurkan dana.

Usaha gadai yang dijalankan oleh lembaga pegadaian merupakan kegiatan menjamin barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai. Secara luas Kegiatan jasa keuangan yang dijalankan oleh lembaga pegadaian adalah sebagai berikut :33

1. Jasa gadai. 2. Jasa taksiran. 3. Jasa titipan barang. 4. Kredit.

5. Kerjasama dengan pihak ketiga

33

Disampaikan pada mata kuliah Lembaga Keuangan mata kuliah khusus Departemen Ekonomi oleh Sunarmi pada tanggal 9 Desember 2015.

Usaha gadai yang dijalankan lembaga pegadaian dalam kegiatan jasa keuangannya memiliki ciri sebagai berikut :34

1. Terdapat barang barang berharga yang digadaikan seperti:

a. Perhiasan seperti emas, perak, intan, berlian, mutiara, platina dan jam. b. Kendaraan seperti mobil, motor dan sepeda.

c. Elektronik seperti tv, radio, tape,video, computer, kulkas. d. Mesin seperti mesin jahit dan mesin kapal motor.

e. Tekstil dan barang pecah belah.

2. Nilai jumlah pinjaman tergantung nilai barang yang digadaikan. 3. Barang yang digadaikan dapat ditebus kembali.

Perseroan Terbatas Pegadaian merupakan salah satu BUMN. Hal ini dikarenakan PT. Pegadaian merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Oleh karena itu, struktur permodalan PT. Pegadaian berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dalam menjalankan suatu kegiatan usaha dalam rangka memperoleh pemasukan terhadap kas Negara.

Pasal 1 angka 1 PP No. 51 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) menyatakan “Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian Menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian yang telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan

34 Ibid.

Umum (Perum) Pegadaian, diubah bentuk badan hukumnya menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dalam UU BUMN dalam Peraturan Pemerintah ini disebut Perusahaan Perseroan (Persero).

Bentuk usaha lembaga pegadaian sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero). Dalam UU BUMN pada Pasal 1 angka 2 menyebutkan Perusahaan Perseroan adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.

Permodalan PT. Pegadaian yang terbagi atas saham dapat dimiliki oleh Negara secara penuh. Hal ini dimungkinkan karena dalam ketentuan Pasal 7 ayat (5) UU Perseroan Terbatas yang mengatur bahwa 100% saham Perseroan pesero (BUMN berbentuk Perseroan terbatas) dapat dimiliki Negara RI.35

1. Persero adalah badan usaha.

Struktur modal yang terbagi atas saham memungkinkan terjadinya peralihan/dipindah tangankan (transferable share).

Perusahaan yang dikategorikan sebagai BUMN Persero, yaitu:

2. Persero adalah Perseroan Terbatas (PT).

3. Modal terbagi atas saham negara menguasai paling sedikit 51% saham dalam perusahaan bersangkutan.

4. Tujuan didirikankannya persero adalah untuk mendapatkan keuntungan.

35

Fred B.G. Tumbuan, “ Mencermati Kewenangan dan Tanggung Jawab Direksi, Komisaris dan Pemegang Saham Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1995,” dalam Prosiding: Perseroan Terbatas dan Good Corporate Governance, cet.IV, (Jakarta : Pusat Pengkajian Hukum, 2006), hlm. 192.

Perusahaan Perseroan berlaku juga Prinsip-prinsip yang dimuat dalam ketentuan UU Perseroan Terbatas. Pasal 1 angka 1 UU Perseroan Terbatas menjelaskan Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksananya.

Perseroan Terbatas Pegadaian dikategorikan sebagai perusahaan persero dikarenakan memenuhi ciri perseroan sebagai berikut:

1. PT. Pegadaian memiliki status hukum tersendiri, yaitu sebagai suatu badan hukum, yaitu subjek hukum artificial, yang sengaja diciptakan oleh hukum untuk membentuk kegiatan perekonomian, yang dipersamakan dengan individu manusia, orang perorangan.

2. PT. Pegadaian memiliki harta kekayaan tersendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri, dan pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan, perbuatan, termasuk perjanjian yang dibuat. Ini berarti perseroan dapat mengikatkan dirinya dalam satu atau lebih perikatan, yang berarti menjadikan perseroan sebagai subjek hukum mandiri (persona standi in judicio) yang memiliki kapasitas dan kewenangan untuk dapat menggugat dan digugat di hadapan pengadilan.

3. Kepemilikan PT. Pegadaian tidak digantungkan pada orang-perorangan tertentu, yang merupakan pendiri atau pemegang sahamnya. Setiap saat saham PT. Pegadaian dapat dialihkan kepada siapapun juga menurut ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar dan undang-undang yang berlaku.

4. Pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para pengurus (direksi), dewan komisaris dan/atau pemegang saham tidak melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan.

E. Pengelolaan Lembaga Pegadaian Sebagai Lembaga Keuangan Menurut UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Lembaga pegadaian yang telah berbentuk Perusahaan perseroan mengakibatkan tata kelola lembaga pegadaian didasarkan pada ketentuan UU Perseroan Terbatas. Didalam UU Perseroan Terbatas dijelaskan bahwa Pengelolaan PT yang mencakup pendirian PT, organ PT dan tugas serta kewenangan organ-organ didalam PT. Pengelolaan PT Pegadaian dalam Pasal 1 angka 2 UU Perseroan Terbatas dilakukan oleh RUPS, direktur dan komisaris.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris di dalam pengelolaan PT. Pegadaian dalam batas yang ditentukan oleh Undang-Undang dan/atau anggaran dasar (Pasal 1 angka 4 UU Perseroan Terbatas.). Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan.36

Wewenang RUPS dalam pengelolaan PT. Pegadaian merujuk Pasal 63 ayat (9) UU Perseroan Terbatas, yang berbunyi:

RUPS dalam pengelolaan PT. Pegadaian memegang peranan penting dalam pertanggungjawaban direksi dan komisaris dalam menjalankan kegiatan jasa keuangannya dalam memenuhi kebutuhan likuiditas masyarakat.

36

Abdulkhadir Muhammad, Hukum Perseroan Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 65.

1. Mengangkat Direksi dan Komisaris yang menjadi wewenang RUPS demikian juga dengan pemberhentian direksi dan dewan komisaris.

2. Mengambil keputusan untuk mengubah anggaran dasar.

3. Rencana restrukturisasi usaha juga menjadi wewenang RUPS walaupun merger dan akuisisi merupakan pekerjaan direksi dari perseroan-perseroan yang bersangkutan, hal ini dapat dilakukan jika disetujui RUPS dari masing-masing perseroan. Berarti bahwa tidak ada perusahaan yang akan melakukan merger ataupun akuisisi dengan sah tanpa persetujuan RUPS, maka persetujuan itu adalah wewenang RUPS.

4. Membuat peraturan tentang pembagian tugas dan wewenang setiap anggota direksi serta besar jenis penghasilan direksi.

5. Mengangkat satu orang pemegang saham atau lebih untuk mewakili perseroan dalam keadaan direksi tidak berwenang mewakili perseroan atau terjadi pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan.

6. Mengambil keputusan jika diminta oleh direksi untuk memberikan persetujuan guna mengalihkan atau menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian harta kekayaan perseroan.

7. Mengambil keputusan atas permohonan kepailitan perseroan yang akan dimajukan direksi ke Pengadilan Negeri. Meminta segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan/atau komisaris.

Sebaliknya hal ini merupakan kewajiban dari direksi dan dewan komisaris untuk memberikan keterangan yang diperlukan RUPS.37

Rapat Umum Pemegang Saham PT. Pegadaian yang bertindak sebagai RUPS adalah menteri yang ditunjuk dan atau yang diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku pemegang saham. Dalam PP Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan Pada Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Jawatan (Perjan) kepada Menteri Negara BUMN, sebagian kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan di Bidang Pembinaan dan Pengawasan BUMN sebagian dilimpahkan kepada Menteri Negara BUMN antara lain kedudukan, tugas dan kewenangan sebagai pemegang saham atau RUPS pada persero. Oleh karena itu, yang bertindak selaku RUPS di PT (Persero) Pegadaian adalah Menteri Negara BUMN.

Pengelolaan PT. Pegadaian dijalankan oleh direksi. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan Terbatas untuk kepetingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.38

1. Mengurus segala urusan PT. Pegadaian.

Tugas dan wewenang Direksi dalam mengelola PT. Pegadaian harus merujuk pada anggaran dasar PT, antara lain:

2. Mengurus harta kekayaan PT. Pegadaian.

37

Budiarto Agus, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 60. 38

3. Melakukan perbuatan-perbuatan seperti yang dimaksud dalam Pasal 1796 KUHPdt, yaitu:

a. memindahtangankan hipotik pada brang-barang tetap; b. membebankan hipotik pada barang-barang tetap; c. melakukan dading;

d. melakukan perbuatan lain mengenai hak milik; e. mewakili perseroan di muka dan di luar pengadilan.

4. Hubungan dengan pihak ketiga, direksi mempunyai hak mewakili perseroan mengenai hal-hal dalam bidang usaha yang menjadi tujuan perseroan. Direksi bertanggungjawab penuh mengenai pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

5. Hubungan dengan harta kekayaan perseroan, direksi harus mengurus dengan baik, menginventarisasi secara teliti dan cermat. Segala perbuatan hukum mengenai hak dan kewajiban perseroan wajib dicatat dalam pembukuan sesuai dengan norma-norma pembukuan yang lazim.

6. Melaksanakan pendaftaran dan pengumuman jika akta perseroan susah mendapat pengesahan atau persetujuan dari Menteri Kehakiman, maka pendiri dalam hal ini direksi pertama dari perseroan diwajibkan mendaftakan akta pendirian yang sudah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman kepad kantor Pendaftaran Perusahaan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1983

tentang Wajib Daftar Perusahaan serta mengumumkannya dalam tambahan berita Negara Republik Indonesia.39

Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian PT. Pegadaian apabila yang bersangkutan salah atau lalai dalam menjalankan tugasnya. Tanggung jawab yang dimaksud berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi. Salah atau lalai dalam mengelola PT. Pegadaian (Pasal 97 ayat 2 UU Perseroan Terbatas). Anggota direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana yang dimaksud, apabila dapat membuktikan:

a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.

b. Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan Terbatas.

c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian.

d. Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau selanjutnya kerugian tersebut.

Pengawasan dalam pengelolaan PT. Pegadaian dalam menjalankan kegiatan jasa keuangannya dilakukan oleh dewan komisaris. Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi (Pasal 1 angka 6 UU Perseroan Terbatas).40

Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan PT. Pegadaian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UU Perseroan Terbatas yaitu

39 Ibid., hlm. 63. 40 Ibid., hlm. 79.

dalam hal melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi. Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.

Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan, apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya. Hal ini sesuai dengan Pasal 114 ayat (3) UU Perseroan Terbatas yang berbunyi jika dewan komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota dewan komisaris atau lebih, maka tanggung jawab sebagaimana yang dimaksud berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota dewan komisaris.

F. Aspek Kepatuhan dalam Pengelolaan Lembaga Pegadaian

Lembaga Pegadaian akan menjalankan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Good Corporate Governance yang biasa disingkat GCG. Prinsip ini menjadi garis besar dalam pengelolaan serta kebutuhan yang mendasar yang harus dijalankan PT. Pegadaian dalam memenuhi tantangan dalam menajalankan kegiatan jasa keuangan dalam memenuhi kebutuhan likuiditas masyarakat.

Beberapa sumber mendefinisikan mengenai “Good Corporate Governance” namun dalam penulisan hukum ini, penulis akan mengutip definisi yang menyebutkan bahwa good corporate governance pada dasarnya merupakan konsep yang menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan

pembagian beban tanggung jawab masing-masing unsur dari struktur perseroan. Disamping itu berkaitan juga dengan hubungan antar-unsur struktur perseroan mulai dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), direksi, dewan komisaris, serta mengatur hubungan antara struktur perseroan dan unsur-unsur di luar perseroan yang hakekatnya merupakan stakeholders perseroan, yaitu negara (yang berkepentingan atas pajak) dan masyarakat luas yang meliputi para investor publik perseroan itu (dalam hal perseroan tersebut adalah perusahaan publik), calon investor, kreditor dan calon kreditor.41

Secara teoritis pelaksanaan GCG dalam pengelolaan PT. Pegadaian dapat meningkatkan nilai PT. Pegadaian dengan meningkatkan kinerja keuangannya, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri serta meningkatkan kepercayaan investor.

Perseroan Terbatas Pegadaian sebagai salah satu BUMN menjalankan kegiatan jasa keuangannya mematuhi Peraturan Menteri BUMN No. Per-1/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada UU BUMN dan UU Perseroan Terbatas. Tujuan yang diharapkan terlaksananya prinsip tersebut didalam tata kelola PT. Pegadaian ialah terciptanya PT. Pegadaian sebagai salah satu lembaga keuangan yang mampu bersaing dalam menjalankan kegiatan jasa keuangannya terhadap lembaga keuangan lainnya serta melalui pengelolaan PT. Pegadaian diharapkan mampu member sumbangsih ke dalam keuangan negara sebagai salah satu BUMN.

42 41 Dapat 42

Mengutip pendapat McKinsey dalam tulisan Tanti Rahmayanti, Efektifitas Perubahan Bentuk Hokum Perum Pegadaian Menjadi Persero Dihubungkan Dengan Kewajiban Pelayanan

dikatakan pengelolaan PT. Pegadaian berdasarkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik mendatangkan manfaat bagi PT. Pegadaian dalam menjalankan kegiatan usahanya. Hal ini dikarenakan GCG merupakan prinsip pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.43

Secara teoritis harus diakui bahwa dengan melaksanakan prinsip good corporate governance, ada beberapa manfaat yang bias diambil antara lain : 44

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan faktor kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan sekaligus akan meningkatkan shareholders dan dividen. Khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil privatisasi.

Perseroan Terbatas Pegadaian sebagai salah satu lembaga keuangan dalam menyelenggarakan sektor jasa keuangan secara teratur, adil, transparan, akuntabel, yang mana mengingatkan pemikiran pada prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang

Umum (PSO) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Perubahan Bentuk Badan Hokum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), (Bandung : Universitas Islam Bandung, 2015), hlm. 4.

43

Pasal 1 Angka 1 Peraturan Menteri BUMN No. Per-01/MBU/2011 Tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN.

44

Makalah Zulfi Chairi berjudul “Tanggung Jawab Direksi dalam Menjalankan Prinsip

baik dan benar (Good Corporate Governance) yang terdiri dari 5 prinsip yang disingkat dengan TARIF. Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER – 01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu:45

1. Transparency (Keterbukaan Informasi)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

Prinsip transparansi ini berkaitan dengan dua permasalahan, yaitu:46

a. Pemenuhan informasi penting yang berkaitan dengan kinerja suatu Perseroan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemegang saham atau calon investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 66 ayat (1) dan (2) UU Perseroan Terbatas.

b. Perlindungan terhadap kedudukan pemegang saham dari penyalahgunaan wewenang dan penipuan yang dapat dilakukan oleh direksi perseroan.

45

Bisdan Sigalingging, Analisis Hubungan Kelembagaan Antara Otoritas Jasa Keuangan Dengan Bank Indonesia (Tesis Magister Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013) hal.. 107 dan dalam buku Stephen W. Mayson, Derek French and Christoper L. Ryan,

Company Law, 1996-1997 Edition, (Blackstone Press Limited: 1996), hlm. 104, dalam : Hamud M Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, Cet. 1, (Jakarta : Tatanusa, 2006), hlm. 161.

46

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance : Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2006), hlm.74.

Pedoman pokok pelaksanaan prinsip transparansi dalam pengelolaan PT. Pegadaian sebagai berikut :47

a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota direksi dan anggota dewan komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

2. Accuntability (Akuntabilitas)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

47

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan serta prinsip ini juga turut mendukung keberadaan doktrin fiduciary duties yang pada dasarnya memberikan konsep normatif mengenai wewenang dan tanggung jawab direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan perseroan, sehingga doktrin tersebut dapat diimplementasikan secara konkret.48

Pedoman Pokok Pelaksanaan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan PT. Pegadaian sebagai berikut :

Sebagaimana diatur dalam Pasal 92 ayat (1) UU Perseroan Terbatas diperkuat pada Pasal 97 ayat (1) UU Perseroan Terbatas dan Pasal 108 ayat (1) UU Perseroan Terbatas diperkuat kembali pada Pasal 114 Ayat (1) dan (2) UU Perseroan Terbatas.

49

a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan. b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua

karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

48

Hindarmojo Hinuri, ed., The Essence of Good Corporate Governance; Konsep dan Implementasi pada Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia (Jakarta: Yayasan pendidikan Pasar Modal Indonesia & Sinergy Communication, 2002), hlm. 78.

49

d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).

e. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

Pedoman pokok pelaksanaan prinsip pertanggungjawaban dalam pengelolaan PT. Pegadaian sebagai berikut :50

a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).

b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai. Hal ini berkaitan dengan Pasal 74 UU Perseroan Terbatas yang menyatakan:

50 Ibid.

1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

4. Independency (Kemandirian)

Demi kelancaran pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UU Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa “Perseroan dilarang mengeluarkan

Dokumen terkait