• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.4. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) 1.Kondisi Eksisting

7.4.1.1. Pengelolaan Air Limbah

Pada dasarnya pengelolaan air limbah permukiman dapat dilakukan dengan sistem on-site atau sistem off-site atau kombinasi dari kedua sistem ini :

1. Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

2. Sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau dilokasi sumber.

Untuk gambaran secara umum pengelolaan air limbah di Kabupaten Wakatobi untuk saat ini masih sebatas pada pengolahan air limbah rumah tangga dengan pembuatan MCK sistem Komunal dan MCK++ dengan menggunakan teknologi biogester. MCK sistem Komunal terdapat di Kelurahan Wanci. Sedangkan untuk MCK++ dengan sistem teknologi Biogester terdapat di Kelurahan Mandati III Kecamatan Wangi-Wangi dan Kelurahan Onemay Kecamatan Tomia. Pemilihan Sistem/Teknologi yang digunakan tergantung dari kondisi dan kepadatan penduduk selaku pengguna, dan hasil kesepakatan warga calon pengguna MCK. Sedangkan limbah rumah tangga berupa air buangan dari dapur/kamar mandi belum ada sistem pengolahan khusus, dan untuk saat ini limbah rumah tangga tersebut dibuang langsung ke pekarangan rumah dan saluran drainase (khusus Ibukota Kabupaten Wakatobi) atau dibuang ke laut khususnya permukiman Bajo bahkan masih terdapat beberapa rumah tangga yang membuang langsung limbahnya ke tanah.

Untuk perusahan/industri yang menampung limbahnya atau belum ada instalasi pengolahan limbah sebelum dibuang ke laut yaitu perusahaan Pabrik Es di Kelurahan Wandoka, seluruh hotel di Ibukota Kabupaten Wakatobi, perusahan PT.Patuno Beach Resort, PT.Tomia Dive Center dan PT.Wakatobi Dive Resort.

Pada saat ini penduduk pada umumnya membuang air limbahnya ke berbagai macam saluran pembuangan yang ada. Untuk limbah air kotor akibat aktifitas keseharian (diluar limbah tinja) misalnya dari buangan air cuci, air mandi dan lain-lain, rata-rata dibuang langsung ke dalam saluran pekarangan rumah, septic tank khusus limbah, atau drainase setempat/saluran sekunder maupun primer yang terdekat dari rumah penduduk. Sedangkan buangan limbah tinja oleh penduduk, dapat dibedakan aliran tempat membuangnya berdasarkan letak lokasi rumah penduduk sebagai berikut :

Penduduk yang bermukim di daerah perkotaan (pusat kota, pusat perdagangan, perumahan massal) rata-rata membuang limbah tinja di tempat penampungan atau septictank individual seperti di Kawasan Patuno hingga Kota Wangi-Wangi Kecamatan Wangi-Wangi, Kawasan

Kapota-Wisata Kollo dan Kawasan Liya Mawi Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kawasan Ambeua-Laulua Kecamatan Kaledupa, Kawasan Sandi-Langge Kecamatan Kaledupa Selatan, Kawasan Waha-Onemay hingga Waitii Kecamatan Tomia, Kawasan Usuku Kecamatan Tomia Timur, Kawasan Sowa-Popalia Kecamatan Togo Binongko dan Kawasan Rukuwa-Palahidu Barat Kecamatan Binongko.

Penduduk yang bermukim di bantaran sungai/kali, rata-rata membuang limbah tinjanya walaupun menggunakan sarana WC tetapi muaranya tetap dibuang di pesisir pantai (tanpa septictank), seperti sebagian daerah di Kawasan Patuno Kecamatan Wangi-Wangi, sebagian Kawasan Kapota-Wisata Kollo, Kawasan Mola Raya Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kecamatan Kaledupa (Lewuto-Samabahari, Buranga) ,Kecamatan Kaledupa Selatan (Tanjung), Kecamatan Tomia (pesisir Lamanggau, Onemay dan Waha). Kebanyakan warga yang membuang lansung ke laut yaitu warga yang rumahnya terletak di pinggir pantai atau kali.

Penduduk yang bermukim dipermukiman kumuh, rata-rata membuang limbah tinjanya secara sporadis baik menggunakan cubluk, WC umum, WC darurat, sungai/kali, saluran air, pantai dan sebagainya. Perilaku tersebut tersebar di beberapa daerah Kecamatan di Kabupaten Wakatobi yang daerahnya masih kategori kumuh.

Penduduk yang bermukim di wilayah permukiman kumuh perdesaan/perbukitan masih sebagian besar membuang limbahnya pada kebun atau kawasan pekarangan rumah, hanya kurang lebih 5 persen dari warga yang sudah mempergunakan cubluk dan WC umum, seperti di Kawasan Matahora dan Longa, Kawasan Tindoi Kecamatan Wangi-Wangi, Kawasan Pajam Kecamatan Kaledupa Selatan, Kawasan Kahianga-Wawotimu-Kulati Kecamatan Tomia Timur. Sesuai dengan program pemerintah yaitu Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) atau yang lebih dikenal dengan SANIMAS, maka di Kabupaten Wakatobi sejak tahun 2011 telah membangun prasarana dan sarana pelayanan air limbah yang berbasis masyarakat seperti yang digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 7.11. Cakupan Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat di Kabupaten Wakatobi Tahun 2006 - 2012

No Kawasan Sistem Dibangun Tahun Cakupan Pelayanan

1 Mandati Raya MCK Plus++ 2011 200-500 KK

2 Onemay Waha MCK Plus++ 2011 200-350 KK

3 Lewuto-Laulua MCK Plus++ 2012 200-450 KK

4 Usuku MCK Plus++ 2012 200-550 KK

5 Wanci MCK Biasa 2012 200-350 KK

6 Mola Utara MCK Komunal 2011 200-550 KK

Total penduduk Kabupaten Wakatobi yang mendapat pelayanan air limbah sistem off-site: - orang atau - % dari total penduduk Kabupaten Wakatobi

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten Wakatobi, 2012

Kondisi saluran pembuangan air limbah di Kabupaten Wakatobi masih bersatu dengan saluran drainase, sehingga penduduknya membuang air limbahnya ke berbagai macam saluran

pembuangan yang ada. Sebagian ada yang membuangnya langsung ke pekarangan halaman rumah, laut/kali dan sebagian lagi ada yang membuang seweragenya ke saluran riool permukiman. Untuk buangan sewerage ada yang langsung membuangnya ke pekarangan halaman rumah, laut/kali, cubluk atau septik tank pribadi.

Mengingat dampak pencenarannya terhadap air tanah, maka pembuangan sewage dengan septik tank, baik pribadi maupun massal perlu lebih dikembangkan secara lebih intensif.

Yang menjadi permasalahan utama dalam pengembangan sistem air limbah di Kabupaten Wakatobi adalah :

Kondisi pada saat ini secara keseluruhan pembuangan air limbah dialirkan ke saluran-saluran yang ada, baik ke halaman pekarangan rumah, saluran buatan (jaringan drainase) maupun saluran alamiah (laut dan kali) yang mengalir ke badan tanah atau perairan laut tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu seperti melalui kolam oksidasi, IPAL atau penjernihan air (recycling).

Belum adanya sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kabupaten Wakatobi hingga Tahun 2012, padahal Kabupaten Wakatobi merupakan wilayah wisata bahari yang mengharapkan hadirnya IPAL bagi keselamatan lingkungan ekosistem Kabupaten Wakatobi. 7.4.1.2. Pengelolaan Persampahan

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir(end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

Skala pengelolaan sampah secara berurutan (draft Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Persampahan, Kementerian PU, 2006) yang meliputi :

1. Skala individual, yaitu pengelolaan individual yang dilakukan oleh satu sumber atas sampah yang dihasilkan sendiri oleh sumber tersebut.

2. Skala kawasan/lingkungan, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 100 Kepala Keluarga tetapi tidak lebih dari 1 wilayah kecamatan.

3. Skala kabupaten/kota, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu yang karena alasan kelayakan ekonomi dan teknis maka perlu terdiri atas sekurang-kurangnya 10% dari jumlah penduduk permukiman tersebut atau sekurang-kurangnya untuk 1 (satu) wilayah administrasi kecamatan.

4. Skala regional, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian atau keseluruhan masyarakat yang tinggal di lebih dari satu wilayah kota/kabupaten yang mengadakan kerjasama pengelolaan.

5. Pengelolaan sampah dapat dilaksanakan oleh salah satu atau beberapa bentuk pengelola yang dapat berupa :

a) Pengelola Kebersihan Kota/Kabupaten

Pengelola Kebersihan Kota yang merupakan unsur pelaksana teknis di bawah Walikota/Bupati dapat berfungsi sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator). Untuk ini perlu ada unit lain yang berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator).

Status pengelola kebersihan dapat berupa: Perusahaan Daerah, Dinas/Badan (tersendiri), Sub Dinas atau Bidang (di bawah Dinas/Badan gabungan), Badan Layanan Umum (BLU), UPTD atau Seksi di bawah Dinas/Sub Dinas/Kecamatan.

b) Badan Usaha/Swasta

Badan Usaha/Swasta dapat bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) bila mendapatkan penugasan melalui kontrak kerjasama dengan Pengelola Kebersihan Kota yang dalam hal ini berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator). Kerja sama di pihak swasta dapat dilakukan secara investasi dan/atau manajemen di tahap pengangkutan, Stasiun Peralihan Antara (SPA), Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dll.

c) Lembaga Kemitraan

Lembaga kemitraan yang dibentuk bersama antara Pengelola Kebersihan Kabupaten dan Badan Usaha/Swasta dapat bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) bila mendapatkan penugasan melalui kontrak kerjasama dengan Pengelola

Kebersihan Kabupaten yang dalam hal ini berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator)

Pelayanan pengangkutan sampah merupakan pelayanan yang diberikan oleh Dinas KP3K Kabupaten Wakatobi untuk melayani pengangkutan sampah dari masyarakat baik langsung maupun tidak langsung untuk kemudian di teruskan ke TPA. Untuk pelayanan pengangkutan sampah yang ada di Kabupaten Wakatobi terbagi dalam 3 jenis pelayanan pengangkutan yaitu ;

1. Pelayanan Langsung

Pelayanan langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang dilaksanakan secara door to door oleh truk sampah milik Dinas KP3K dan langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Komala. Untuk pelayanan langsung daerahnya mencakup permukiman penduduk yang berada di jalur pelayanan langsung itu sendiri maupun kawasan-kawasan perdagangan seperti pasar-pasar, permukiman dan lain sebagainya. Pelayanan oleh Dinas KP3K hanya pada kawasan Ibukota Kabupaten Wakatobi yakni Kota Wangi-Wangi. Sementara pada kawasan diluar ibukota masih dilaksanakan oleh masyarakat dengan cara dibawa ke kebun, dibuang dipekarangan rumah, dibakar, dibuang dilaut dan dipantai.

2. Pelayanan Tidak Langsung

Pelayanan tidak langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang dilaksanakan dari Tempat Penumpukan/Pembuangan Sementara (TPS) kemudian diangkut ke Tempat Penumpukan Akhir (TPA). Pelayanan tidak langsung ini kebanyakan dilaksanakan untuk wilayah-wilayah permukiman penduduk yang memiliki TPS-TPS. 3. Pelayanan Umum

Pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan pada lokasi-lokasi yang menyangkut kepentingan umum baik itu dari pembersihan sampai pengangkutan, kebanyakan dilaksanakan di tempat fasilitas-fasilitas umum seperti jalan, pasar, dan lain sebagainya. Untuk pelayanan persampahan di Kabupaten Wakatobi dari 8 kecamatan yang ada pada umumnya penanganan sampah yang ada telah dilaksanakan masih belum optimal karena masih ada daerah yang belum terlayani di karenakan terbatasnya fasilitas pengangkut sampah yang dimiliki oleh Dinas KP3K Kabupaten Wakatobi sehingga kebanyakan sampah yang tidak terangkut diambil alih oleh masyarakat setempat dalam menanganinya. Berdasarkan data dari Dinas KP3K Kabupaten Wakatobi, jumlah kelurahan yang telah terlayani pengangkutan sampah sebanyak 14 desa/kelurahan (khusus Ibukota Kabupaten Wakatobi Kota Wangi-Wangi) dan masih ada 86 desa/kelurahan yang belum terlayani (umumnya lokasi desa/kelurahan di Pulau Kapota, Kaledupa, Tomia dan Binongko)

Adapun kecamatan dan desa/kelurahanyang telah dilayanioleh angkutan sampah Dinas KP3K Kabupaten Wakatobi yaitu :

1. Kecamatan Wangi-Wangi

Desa/kelurahan yang terlayani terdiri dari : Kelurahan Wandoka Utara, Kelurahan Wandoka Selatan, Kelurahan Wandoka, Kelurahan Pongo, dan Kelurahan Wanci

2. Kecamatan Wangi-Wangi Selatan.

Desa/kelurahan yang terlayani terdiri dari : Kelurahan Mandati I, Kelurahan Mandati II, Kelurahan Mandati III, Desa Mola Utara, Desa Mola Selatan, Desa Mola Bahari, Desa Mola Samaturu, Desa Mola Nelayan Bakti, dan Desa Numana.

Sementara untuk desa/kelurahan yang belum dilayani oleh angkutan sampah Dinas KP3K Kabupaten Wakatobi yaitu :

1. Kecamatan Wangi-Wangi

Ada pun desa/kelurahan yang belum terlayani yaitu : Desa Longa, Desa Patuno, Kelurahan Waetuno, Kelurahan Waelumu, Desa Koroeonowa, Desa Waha, Desa Wapia-pia, Desa Sombu, Desa Waginopo, Desa Tindoi, Desa Tindoi Timur, Desa Pookambua, Desa Posalu, Desa Maleko, Desa Kapota, Desa Kapota Utara, Desa Kabita dan Desa Kabita Togo.

2. Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Desa Wungka, Desa Matahora, Desa Wisata Kollo, Desa Komala, Desa Liya Onemelangka, Desa Liya Mawi, Desa Liya Bahari Indah, dan Desa Liya Togo

3. Kecamatan Kaledpua, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Desa Sombano, Desa Lewuto, Desa Laulua, Kelurahan Ambeua Raya, Desa Kalimas, Desa Ollo Selatan, Desa Ollo, Desa Horou, Desa Mantigola, Desa Sama Bahari dan Kelurahan Buranga.

4. Kecamatan Kaledupa Selatan desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Desa Sandi, Desa Tampara, Desa Kaswari, Desa Pajam, Desa Peropa, Kelurahan Langge, Desa Tanomeha, Desa Tanjung, dan Desa Darawa.

5. Kecamatan Tomia, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Kelurahan Waha, Kelurahan Onemay, Desa Kollosoha, Desa Lamanggau, Desa Teemoane, Desa Waitii, Desa Waitii Barat, Desa Patua, dan Desa Patua II.

6. Kecamatan Tomia Timur, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Kelurahan Patipelong, Desa Kahianga, Kelurahan Tongano Barat, Kelurahan Bahari, Kelurahan Tongano Timur, Desa Timu Desa Dete, Desa Kulati, dan Desa Wawotimu.

7. Kecamatan Binongko, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Kelurahan Rukuwa, Kelurahan Taepabu, Desa Lagongga, Kelurahan Wali, Desa Kampo-kampo, Kelurahan Palahidu, Desa Makoro, Kelurahan Palahidu Barat, dan Kelurahan Jaya Makmur.

8. Kecamatan Togo Binongko, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Kelurahan Sowa, Kelurahan Popalia, Desa Oihu, Desa Waloindi, dan Desa Haka.

Ada 14 desa/kelurahan di 2 kecamatan yang tersebar di Ibukota Kabupaten Wakatobi dan di setiap lokasi tersebut terdapat fasilitas-fasilitas pewadahan sementara untuk mewadahi sampah lingkungan yang dihasilkan oleh masyarakat setempat untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan di 86 desa/kelurahan dijumpai ada pembangunan fasilitas pewadahan sampah berupa bak sampah, namun tidak dipergunakan sebagaimana mestinya karena pelayanan pengangkutan sampah belum ada dari Dinas TRPK3K Kabupaten Wakatobi

Dokumen terkait