• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN - DOCRPIJM 15031148847. Bab 7 Rencana Pembangunan dan Matrix Kab Wakatobi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN - DOCRPIJM 15031148847. Bab 7 Rencana Pembangunan dan Matrix Kab Wakatobi"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 7

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

PERMUKIMAN

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kabupaten Wakatobi

Sebagai pusat aglomerasi, Kabupaten Wakatobi tidak akan terlepas dari kehadiran para pendatang,

khususnya di Ibu Kota Kabupaten Wakatobi Wangi-Wangi. Di samping penduduk asli, jumlah

penduduk di Kabupaten Wakatobi mengalami pertambahan oleh keberadaan kaum migran tetap,

sirkuler maupun commuter (penglaju) yang berasal dari daerah sekitar Kabupaten Wakatobi.

Namun, fakta menunjukkan bahwa Pulau Wangi-Wangi tidak cukup mampu untuk memenuhi

kebutuhan tempat tinggal secara layak bagi penduduknya karena keterbatasan lahan. Gambaran

pola permukiman di Ibu Kota Kabupaten Wakatobi Wangi-Wangi pada umumnya adalah

membentuk permukiman atau perkampungan kota.

Pola Permukiman dan Perumahan di Kabupaten Wakatobi

Pola tempat tinggal atau perumahan di permukiman ibukota kabupaten dan kecamatan pada

umumnya mempunyai ciri yang kurang teratur, prasarana dan sarana kurang memenuhi syarat,

penduduknya membaur antara penduduk kelas ekonomi atas dan ekonomi tidak layak. Tingkat

ekonomi memiliki spectrum dari yang miskin sampai menengah. Disamping itu, permukiman di

setiap pulau Kabupaten Wakatobi mempunyai tingkat kepadatan yang sedang atau hanya sekitar

5% saja yang mampu dan mempunyai minat untuk pindah. Sedangkan 95% karena kemampuan

ekonomi yang kurang dan mata pencaharian yang tergantung pada wilayah kabupaten sehingga

mempunyai kecenderungan untuk tetap bertempat tinggal dekat dengan tempat kerjanya.

Perkembangan Perumahan dan Permukiman

Akhir–akhir ini, walaupun wilayah permukiman penduduk tampak masih dalam kota, namun ada

tanda-tanda bergeser kearah pinggiran kota dengan menggusur lahan pertanian. Pada kawasan

“pinggiran kota” ini di mungkinkan adanya pembangunan perumahan baru. Seiring dengan

perkembangan Kabupaten Wakatobi, maka banyak tumbuh pusat-pusat perekonomian baru

berbentuk “ruko” (rumah toko), khususnya pada Ibukota Kabupaten Wakatobi walaupun masih

mempergunakan bangunan lama dan tanah yang ada. Belum ada pembelian kawasan khusus dari

investor untuk pembangunan ruko yang dengan serta merta menggusur permukimam penduduk.

Arah perumahan dan permukiman yang tadinya berada di sekitar permukiman ibukota kecamatan,

sudah mulai di alihkan ke pinggiran. Beberapa lokasi permukiman terdapat di Kecamatan

Wangi-Wangi Selatan (sekitar Kawasan Mola) untuk lokasi perumahan masyarakat kurang mampu (MBR).

Tahun 2011 sd 2012 ini, Pemerintah Kabupaten Wakatobi melaksanakan Program Pembangunan

(2)

dan tak mampu (MBR) di Pulau Wangi-Wangi dan Pulau Tomia. Sementara dari kalangan swasta,

ada perumahan di Motika Mandati III dan Numana yang disediakan untuk kalangan ekonomi

menengah, sangat cocok untuk PNS/TNI Polri.

7.1.1.1. Pulau Wangi-Wangi

Wangi-wangi adalah merupakan salah satu pulau yang ada di Kabupaten Wakatobi yang tersisir dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Wangi-Wangi dan Kecamatan Wangi-Wangi Selatan yang merupakan pusat ibukota Kabupaten Wakatobi atau merupakan PKW Perkotaan Wangi-Wangi yang terdapat dalam dokumen RTRW Kabupaten Wakatobi. Identifiktasi kawasan permukiman di pulau wangi-wangi terdiri dari Kawasan Permukiman Mola, Mandati, Wandoka, Pongo, Kapota dan Kawasan Patuno.

A. Kawasan Mola

Kawasan Permukiman Mola terletak di Kelurahan Mola Utara, Mola Selatan, Mola Bahari, Mola Samaturu, Mola Nelayan Bakti atau merupakan penggabungan Kawasan Mola Raya, yang merupakan bagian dari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan.

Berdasakan identifikasi yang ada diketahui bahwa kawasan Mola merupakan Kawasan yang perkembangan penduduknya cukup padat dengan ditandai oleh tingkat kepadatan bangunan yang rapat, jumlah kepada keluarga dalam 1 rumah dihuni oleh minimal 5 Kepala Keluarga, dan merupakan kawasan yang dulunya merupakan kawasan yang berada diatas air. (Bajo Mola), seiring perkembangan pembangunan kawasan ini menjadi daratan akibat masyarakat yang melakukan penimbunan sedikit demi sedikit pada bagian bangunan rumah diatas air. Kawasan permukiman Mola Raya menghadapi beberapa kendala dan masalah antara lain :

o Sistem Penyediaan air minum yang tingkat pelayanannya baru mencakup 50 % dari

populasi penduduk yang ada di Kawasan tersebut.

o Tidak terdapat ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan sebegai ruang publik yang

dapat mendukung kawasan

o Jaringan drainase tidak ada baik kanal saluran pembuang maupun drainase primer o Sebagian material bangunan yang ada menggunakan bahan material kayu yang terlihat

lapuk dan menambah kesan kumuh

o MCK langsung dibuang kelaut o Minim fasilitas

o 1 Rumah dihuni Oleh 5 Kepala Keluarga o Sampah Langsung dibuang kelaut.

o Jalan titian terputus yang dimanfaatkan oleh warga sebagai penghubung antar bagian

rumah dan posisinya berada ditengah akses keluat masuk perahu

o Sanitasi sangat buruk

(3)

B. Kawasan Mandati

Kawasan Mandatidapat dikatakan sebagai kawasan perkotaan wangi-wangi yang ditandai dengan aktivitas perkantroan dan perdagangan jasa perkotaan wangi-wangi. Sebagai kawasan perkotaan maka kondisi sarana dan prasarana yang ada dikawasan ini cenderung lebih baik ketimbang daerah lain yang ada dikawasan perkotaan.

Kondisi jaringan jalan yang sudah cukup baik dimana arteri primer sudah merupakan jalan dengan kondisi beraspal hotmix termasuk kelengkapan sarana dan prasarananya. Masalah utama pada kawasan ini adalah masalah drainase yang belum terkoneksi dengan baik terutama masalah elevasi saluran drainase yang menyebabkan genangan pada saat musim hujan ditambah lagi dengan persoalan penegasan sempadan bangunan yang sangat rapat dengan badan jalan.

Eksisting condtion dan berapa permasalahan menyangkut keciptakaryaan dapat ditemui sebagai berikut :

o Sistem drainase belum terkoneksi dengan baik, termasuk masalah pembangunan drainase

yang belum meperhatikan elevasi saluran.

o Masalah penegasan garis sempadan bangunan

o Jaringan air minum PDAM bermasalah dengan sumber air baku yang berkurang pada

musim hujan dimana sumber air utama kawasan merupakan mata air goa dengan sistem pompanisasi.

o Kurangnnya kurangnya keselamatan pejalan kaki dan akses kendaraan terhadap

penanggulangan bencana kekabakaran yang masih memerlukan penanganan.

C. Kawasan Wandoko dan Pongo

Kawasan Wandoka dan Pongo dengan delineasi kawasan seluas 115 Ha. Yang merupakan kawasan perkotaan wangi-wangi pada sisi utara berbatasan dengan Mola dan Mandati pada sisi utara kota. Kawasan wandoka dan pongo merupakan kawasan permukiman perkotaan dengan tingkat kepadatan antara 868, 9 – 1.377,14 Jiwa/Ha.

Lingkungan Sea ditandai juga oleh Bangunan di kawasan tepian air yang berkembang cepat, padat, tidak tertata dan tidak memberikan karakteristik spesifik dari kawasan tepian. Bangunan rumah juga tumbuh menempati area sempadan pantai hingga ruang di atas air. Hal ini mengindikasikan perumahan tersebut tidak memenuhi persyaratan kelestarian lingkungan pantai Kolaka.

(4)

Eksisting condtion dan berapa permasalahan menyangkut keciptakaryaan dapat ditemui sebagai berikut :

o Kualitas Lingkungan yang buruk ditandai dengan sanitasi yang tidak memadai o Kondisi permukiman yang kumuh dan tidak tertata

o Sistem jaringan drainase belum ada

o Sistem penyediaan air minum telah terlayani oleh PDAM, namun kapasitas penyediaan air

minum belum merlayani secara keseluruhan.

o Tingkat kepadatan bangunan cukup tinggi

o Masalah sosial lainnya terutama Terjadi konflik pemanfaatan ruang di daerah sempadan

pantai. Berbagai kegiatan yang ada Kegiatan tersebut membuat area pantai kurang bersifat publik bagi warga kotanya, namun berbagai kegiatan tersebut memberikan karakteristik kota tepian pantai. Kegiatan ini perlu dilestarikan karena memberikan gambaran sosial budaya masyarakat nelayan dan berkaitan dengan perekonomiannya. Namun perlu dipikirkan upaya penataan untuk meminimalkan konflik pemanfaatan ruang publik.

o Kawasan tumbuh cepat ke arah area sempadan pantai bahkan di atas air (laut) sehingga

berpotensi merusak kelestarian lingkungan. Padahal bila bangunan rumah tersebut ditata baik, dapat memberikan keunikan fasade bagunan rumah panggung yang menjadi daya tarik pariwisata budaya.

D. Kawasan Patuno

Kawasan Patuno dengan delineasi kawasan seluas 1.1869 Ha. Yang merupakan kawasan permukiman perkotaan yang dipersiapkan untuk tumbuh dan berkembang sebagai pusat pertumbuhan permukiman baru dan pusat kegiatan pariwisata Kabupaten Wakatobi dengan tingkat kepadatan antara 166,83/Ha atau memiliki kepadatan rendah.

Kawasan Patuno ditandai oleh perkembangan pusat kegiatan wisata hal ini terlihat dari obyektivitas lokasi yang telah tumbuh dan berkembang sebagai kawasan pariwisata termasuk pengembangan Bandara Matahora. Kondisi permukiman dikawasan patuno masih belum padat dan dominan sebagai areal yang masih kosong dan diperlukan infiltrasi pembangunan pada kawasan ini.

Eksisting condtion dan berapa permasalahan menyangkut keciptakaryaan dapat ditemui sebagai berikut :

o Dominan sebagai kawasan yang masih kosong

o Muncul sebagai kawasan pertumbuhan priwisata Kabupaten Wakatobi ditandai dengan

adanya resort yang menyediakan fasilitas pendukung kegiatan wisata,

o Masalah Pengolahan air limbah yang terpusat belum dimiliki oleh masing-masing

(5)

o Munculnya spekulasi lahan akibat adanya pengembangan kawasan

o Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung kawasan terutama untuk kegiatan

permukiman baru yang dipersiapkan sebagai kawasan Siap bangun dan Lingkungan siap bangun (KASIBA-LISIBA)

o Potensi pengembangan pariwisata yang belum dikelolah dengan baik.

o Dimensi jalan yang kurang lebar untuk diamanfaatkan sebagai akses utama penghubung

antara bandara Matahora dengan Kawasan perkotaan wangi-wangi.

7.1.1.2. Pulau Kaledupa

Kawasan Kaledupa terdiri dari dari sembilan 9 kawasan prioritas yang teridentifikasi sebagai kawasan prioritas Pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan dari 9 kawasan prioritas yang ada masing-masing memiliki karasteristik tersendiri antara lain jika dipilah berdasarkan tipologinya maka kawasan permukiman pesisir merupakan kawasan permukiman yang lebih dominan dibandingkan dengan kawasan permukiman daratan. Kawasan Kaledupa juga terdapat Kawasan permukiman diatas air yang merupakan permukiman suku bajo (membangun diatas air) terutama pada daerah Mantigola, Sampela dan Lohoa. Sebilan kawasan yang dimaksud antara lain :

1. Kawasan Waduri 2. Kawasan Buranga 3. Kawasan Peropa 4. Kawasan Sombano

5. Kawasan Tanomeha/Langge 6. Kawasan Lalulua/Ambeua

7. Kawasan Lohoa (Permukiman diatas Air) 8. Kawasan Matigola (Permukiman diatas Air) 9. Kawasan Sampela (Permukiman diatas Air)

Eksisting condtion dan berapa permasalahan menyangkut keciptakaryaan dapat ditemui dimasing-masing Kawasan antara lain sebagai berikut :

o Dominan bangunan yang ada dikategorikan sebagai kawasan kumuh pesisir o Jaringan Jalan Masih merupakan jalan Tanah perkerasan

o Sebagian Jalan lingkungan rabat beton rusak berat

o Jalan titian di kawasan permukiman bajo lohoa kondisinya sangat membahanyakan pengguna

dan penghuni dkawasan Permukiman diatas air Bajo Lohoa

o Kondisi Jalan titian/Jembatan titian terputus dan tidak terkoneksi, termasuk fasilitas

(6)

o Jaringan Drainase di wilayah daratan tidak terkoneksi o Sanitasi Buruk

o Jaringan Air Minum masih belum melayani seluruh lapisan masyaraka, terdapat pipa distribusi

air minum tetapi sumber air minumnya masih bermaslah dengan sistem pompanisasi yang belum dimiliki (Belum memiliki Pompa)

o Jaringan listrik yang masih menggunakan sambungan sederhana dan panel surya sebagai

alternatif

o Pendidikan masyarakat rendah terutama kawasan bajo lohoa o Inftrastruktur pendukung permukiman seperti jalan titian terputus o Budaya hidup mengelompok masyarakat betah hidup diatas air.

o Aktivitas dan budaya Penduduk memanfaatkan Laut sebagai lapangan kerja utama (nelayan)

dengan tetap menjaga dan melestarikan alam.

o Tidak ada tambatan perahu o Padat hunian dan tergolong kumuh o Tipologi bangunan rumah panggung

o Listrik beroperasi malam hari antara Pukul 18.00-06. Pagi hari o Tidak memiliki Tempat Pembuangan Sampah

o Masalah Luapan Sumber air pada musim hujan yang perlu penanganan o Masalah Kualitas Hunian

7.1.1.3. Pulau Tomia

Kawasan Tomia terdiri dari dari sembilan 3 kawasan prioritas yaitu kawasan prioritas Bahari Usuku, Kawasan Waha Onemay dan Kawasan Lamanggau. yang teridentifikasi sebagai kawasan prioritas Pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Kawasan Tomia

Karasteristik kawasan Tomia juga ditandai dengan adanya Bandara Khusus Wisatawan (Bandara Mangrango) yang merupakan Bandara yang diperuntuukan untuk kegiatan wisata dengan rute penerbangan Wisata Bali dan Singapura. Pesawat khusus yang mendarat di Bandara ini merupakan Pesawat Carteran yang dipersiapkan oleh salah satu Investor asal Australia dengan nama Resort One Mobaa atau masyakat menyebutnya dengan Resort Lorens yang menyewa Lahan milik masyarakat untuk kegiatan pembangunan Resort. Kawasan tomia juga merupakan Kawasan yang paling banyak memiliki tempat penyelaman bawah laut dan terindah di Kabupaten Wakatobi. Kawasan prioritas di Tomia terdiri dari 3 kawasan prioritas yaitu :

(7)

Kondisi Eksisting dan berapa permasalahan menyangkut keciptakaryaan dapat ditemui dimasing-masing kawasan antara lain yaitu :

o Revitalisasi kawasan benteng patua terkendala oleh biaya dan konstruksi yang besar

o Adanya Penerusan jalan baru yang berada dibibir Pantai membutuhkan konstruksi yang lebih

baik (membuka Akses Baru) dan merupakan jalan lingkar luar Kawasan

o Kondisi jalan rusak berat di kawasan kulati-laghole dan dan sebagian kawasan di tomia induk o Jaringan drainase yang belum terubung/ terkoneksi dengan baik

o Jaringan air Air belum melayani seluruh kawasan

o Jaringan listrik yang menggunakan tenaga genset dan panel surya sebagai alternatif o Belum terdapat tempat Pembuangan Sampah Sementara

o Belum adanya ruang publik RTH..

o Sebagian jaringan jalan yang belum teraspal

7.1.1.4. Pulau Binongko

Kawasan prioritas Binongko terdiri dari 4 Kawasan prioritas yaitu Popalia, Wali, Rukua dan Taipabu yang merupakan permukiman Ibukota Kecamatan Binongko dan Togo binongko.

Mata pencarian penduduk dikawasan perkotaan Binongko adalah sebagai nelayan tradisional dan bekerja pada sektor industri kerajinan tangan (Pandai Besi) untuk itu Kawasan ini dikenal dengan sebutan Kepulauan Tukang Besi, Karena Kawasan Binongko merupakan penghasil kerajinan Parang dengan kualitas yang sangat dicari dikawasan timur indonesia, nilai jual kerajinan tangan ini masih kurang bersaing dengan daerah lainnya sehingga tingkat pendapatan penduduk pada kawasan perkotaan binongko masih cukup rendah. Dalam dokumen RTRW dikatakan bahwa kawasan Perkotaan Binongko merupakan kawasan tertinggal dan dilihat dari kepentingan ekonomi Kabupaten kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Industri Kerajinan Tangan Non Polutan. 1. Kawasan Popalia

2. Kawasan Wali 3. Kawasan Rukuwa 4. Kawasan Taipabu

Kondisi Eksisting dan berapa permasalahan menyangkut keciptakaryaan dapat ditemui dimasing-masing Kawasan antara lain sebagai berikut :

o Masih banyaknya obyek wisata yang belum dikembangan guna meningkatkan pendapatan

masyarakat yang akan mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi

o Infrastruktur jaringan jalan rusak berat.

o Masih terdapat Jalan Lingkungan dengan Kondisi Jalan tanah

(8)

o Kualitas hunian yang buruk o Masalah penambangan pasir pantai

o Berada dalam kawasan rawan bencana gelombang pasang dan abrasi pantai

o Tidak ada penanganan /pengembangan pada lokasi yang berpotensi sebagai pusat pariwisata. o Potensi abrasi sangat besar karena berada diantara laut banda dan laut flores

o Tanggul penahan ombak rusak dibeberapa tempat

o Infrastruktur sangat minim (masuk dalam kategori kawasan tertinggal) jalan, drainase, dll. o Kondisi permukiman tidak layak, bermukim di tebing/tepi pantai (Popalia)

o Sanitasi terbatas

o Iistrik hanya beroprasi di malam hari

o Akses pasar terbatas dan Nilai jual Hasil industri yang masih rendah.

7.1.1.5. Luas Kawasan Kumuh

Keputusan Bupati Wakatobi Nomor 225 Tahun 2015 menetapkan Lokasi Perumahan Kumuh dan Perumahan Kumuh di Kabupaten mencakup 14 (empat belas) lokasi di 8 (delapan) kecamatan dengan luas total sebesar 143,76 (seratus empat puluh tiga koma tujuh puluh enam) hektar.Lokasi merupakan satuan perumahan dan permukiman dalam lingkup wilayah Kabupaten Wakatobi yang dinilai tidak laik huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

7.1.1.6. Evaluasi Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

Penyediaan kawasan permukiman sebagai kebutuah pokok manusia telah mewajibkan Pemda Kabupaten Wakatobi untuk berkomitmen dalam terus mengalokasikan sebagian anggaran belanja daerahnya bagi penyediaan kawasan bermukim layak melalui berbagai pembangunan bidang pengembangan kawasan permukiman. Berikut ini adalah evaluasi program yang telah dan/atau akan dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Wakatobi guna mengembangkan dan menyediakan kawasan bermukim yang layak.

Tabel 7.1. Evaluasi Program Pengembangan Kawasan Permukiman

No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Biaya (Rp) Status

Tahun 2015

1 Pembangunan Jembatan Titian Desa Tanomeha Dusun Lohoa Kec. Kaledupa

Desa Tanomeha Kec.

Kaledupa Paket Rp 315,770,000

2 Pembangunan PavinBlok/Jalan Rabat Puskesdes Wandoka Utara

Kel. Wandoka Utara Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 38,682,000

3

Pembangunan Jalan Pavinblok/Rabat Beton Menuju Puskesdes Desa Posalu Kec. Wangi-Wangi

Desa Posalu Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 38,682,000

4

Pembangunan Pavinblok/Jalan Rabat Ponta Liya Togo Kec. Wangi-Wangi Selatan

Desa Liya Togo Kec.

Wangsel Paket Rp 200,000,000

5 Pembangunan Paving Blok Jalan One Laro

Kel. Wanci Kec.

(9)

No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Biaya (Rp) Status

6

Pembangunan Pavinblok Gang Bunga Kambahu Kel. Pada Raya Kec. Wangi-Wangi

Kel. Padaraya Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 80,200,000

7

Pembangunan Pavinblok/Jalan Rabat Beton Menuju Danau Kapota Kec. Wangsel

Desa Kapota Kec.

Wangsel Paket Rp 172,850,000

8 Pembangunan Pavinblok/Jalan Rabat Kelurahan Sowa Kec. Togo Binongko

Kel. Sowa Kec. Togo

Binongko Paket Rp 170,300,000

9 Pembangunan Rabat/Paving Blok Danau Kapota Kolowowi

Desa Kapota Kec.

Wangsel Paket Rp 461,360,000

10 Pembangunan Rabat/Paving Blok Pantai Kapota (DAK) Tambahan

12 Pembangunan Rabat/Paving Blok Pulau Hoga (DAK) Tambahan

P. Hoga Desa Ambeua

Raya Kec. Kaledupa Paket Rp 200,000,000 13 Pembangunan Rabat/Paving Blok

15 Pembangunan Rabat/Paving Blok Pasar Malam Mola (DAK) Tambahan Menuju Danau kapota (DAK) Tambahan

Desa Kapota Kec.

Wangi-Wangi Selatan Paket Rp 200,000,000

18 Pembangunan Rabat/Paving Blok

Kelurahan Waitii Tomia (DAK) Tambahan Desa Waitii Kec. Tomia Paket Rp 200,000,000 19 Pembangunan Rabat/Pavingblok

Lingkungan Korowawi (DAK) Tambahan Kec. Wangi-Wangi Paket Rp 100,640,000 20 Pembangunan Rabat/Paving Blok Desa

Dete Kec. Tomia (DAK) Tambahan

Desa Dete Kec. Tomia

Timur Paket Rp 200,000,000

21 Pembangunan Jalan Rabat Beton Kel. Sowa

Kel Sowa Kec. Togo

Binongko Paket Rp 150,000,000

22 Jalan Rabat Beton Lingkungan Topa Ling Topa Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 138,000,000

23 Jalan Rabat Beton Desa Sandaha Kec. Wangi2

Desa Posalu Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 138,000,000

24 Jalan Rabat Beton Kel. Wandoka Kel. Wandoka Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 185,000,000

25 Rabat Jalan Masuk ke Masjid Al Hikmah lingkungan Topa I Kel. Wanci

Kel. Wanci Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 66,000,000

26 Rabat Jalan Lingkungan Lontoi Kab. Wakatobi Paket Rp 184,000,000

27 Rabat Tersebar Wandoka Raya Kel. Wandoka Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 184,000,000

28 Rabat Jalan Kel. Ambeua Kel Lau Lua Kec.

Kaledupa Paket Rp 46,000,000

29 Rabat Jalan Desa Liwuto Desa Liwuto Kec.

Kaledupa Paket Rp 46,000,000

30 Rabat Jalan Kel. Mandati III Kel. Mandati III Kec.

Wangsel Paket Rp 90,000,000

31 Rabat Jalan Kel. Mandati I Kel. Mandati I Kec.

Wangsel Paket Rp 90,000,000

32 Rabat Jalan Kel. Palahidu Kec. Binongko Kel. Palahidu Kec.

Binongko Paket Rp 175,000,000

33 Lanjutan Pembangunan Rabat Jalan Air Balalaoni Liya Togo

Desa Liya Togo Kec.

Wangsel Paket Rp 90,000,000

(10)

No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Biaya (Rp) Status

– Oihu Kec. Togo Binongko

35 Rabat Jalan Kelurahan Wanci Kel. Wanci Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 138,000,000

36 Pembangunan Rabat Jalan Letnan Hasan Wandoka

Kel. Wandoka Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 138,000,000

37 Pembangunan Rabat Jalan lingkungan Bente

Kel. Pongo Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 225,000,000

38 Pembangunan Rabat Jalan Kelurahan

Laou Kec. Kaledupa Kel. Laulua Kec. Kaledupa Paket Rp 138,000,000

39 Rabat/Paving Perkuburan Usuku

Kompleks Perkuburan (Ktr. PLN) Kec. Tomia

Timur

Paket Rp 185,000,000

40 Pembangunan Jalan Paving Blok Jalan Mesjid Darul Ilmi

Kel. Wanci Kec.

Wangi-Wangi Paket Rp 95,162,400

41

Pembangunan Jalan Paving Blok Jalan Liya Onemelangka (Patinggu) Kec. Wangsel

Onemelangka (Patinggu) Desa Liya Kec.

Wangi-Wangi Selatan

Paket Rp 95,162,400

42 Pembangunan Rabat/Paving Perkuburan

7.1.2. Sasaran Program Kawasan Permukiman Kabupaten Wakatobi

Gerakan 100 – 0 – 100 telah mentargetkan bahwa luas kawasan kumuh di pada tahun 2019 adalah

0%.Tabel 7.2berikut di bawah ini menyajikan sasaran program penanganan permukiman kumuh di

Kabupaten Wakatobi

7.1.3. Program Kawasan Permukiman Kabupaten Wakatobi

Untuk mencapai tujuan, kebijakan dan strategi yang telah disepakati maka dirumuskan program

pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Wakatobi baik dalam skala kota

ataupun skala kawasan. Perumusan program ini merupakan langkah aplikatif dalam pelaksanaan

strategi (skala kota dan kawasan) dengan tetap memperhatikan implikasi (dampak) dan korelasi

dengan pembangunan sektor lainnya. Tabel program pembangunan permukiman dan infrastruktur

(11)

NO. NAMA LOKASI LUAS (Ha)

LINGKUP ADMINISTRATIF KOORDINAT KEKUMUHAN PERT. LAIN

LEGALITAS

LAHAN PRIORITAS

RT/RW KEL/

DESA

KEC/

DISTRIK LINTANG BUJUR NILAI TINGK NILAI TINGK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Kawasan Mola, Kec. Wangi-Wangi

Selatan 28.00 x x X 5°20'45" 123°32'24.15" 367 Berat Tinggi Legal 1

2 Kawasan Mandati, Kec. Wangi-Wangi

Selatan 22.00 x x X 5°20'07" 123°32'24" 367 Berat Tinggi Legal 1

3 Kawasan Kapota, Kec. Wangi-Wangi

Selatan 0.82 x x X 5°20'21" 123°29'52" 367 Berat Tinggi Legal 1

4 Kawasan Kabita, Kec. Wangi-Wangi

Selatan 1.82 x x X 5°20'31" 123°30'00" 367 Berat Tinggi Legal/Ilegal 1

5 Kawasan Pongo, Kec. Wangi-Wangi 44.36 x x X 5°19'33.03" 123°32'17.10" 367 Berat Tinggi Legal 1

6 Kawasan Wandoka, Kec.

Wangi-Wangi 6.21 x x X 5°17'30" 123°32'45" 367 Berat Tinggi Legal 1

7 Kawasan Laulua, Kec. Kaledupa 3.62 x x X 5°29'55.09" 123°45'08.89" 367 Berat Tinggi Legal/Ilegal 1

8 Kawasan Waduri, Kec. Kaledupa 3.69 x x X 5°30'51.00" 123°46'23" 367 Berat Sedang Ilegal 4

9 Kawasan Sampela, Kec. Kaledupa 9.41 x x X 5°29'22" 123°44'49" 367 Berat Sedang Ilegal 4

10 Kawasan Tanomeha, Kec. Kaledupa

Selatan 5.07 x x X 5°33'00" 123°48'15" 367 Berat Sedang Legal/Ilegal 4

11 Kawasan Onemay, Kec. Tomia 2.79 x x X 5°43'12" 123°54'27" 367 Sedang Tinggi Legal 2

12 Kawasan Bahari, Kec. Tomia Timur 0.96 x x X 5°46'42" 123°56'15" 367 Sedang Tinggi Legal 2

13 Kawasan Taipabu, Kec. Binongko 9.54 x x X 5°55'05.59" 123°58'44.23" 367 Berat Sedang Legal 4

14 Kawasan Popalia, Kec. Togo

Binongko 5.47 x x X 5°57'55.77" 123°59'33.74" 367 Berat Tinggi Legal 1

(12)

Tabel 7.3. Sasaran Program Kawasan Permukiman Kabupaten Wakatobi

No Uraian Sasaran Program TotalLuas Kawasan (Ha) Sasaran Program (Ha) KET

2015 2016 2017 2018 2019

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Kawasan Mola, Kec. Wangi-Wangi Selatan 28.00 22,4 16,8 11,2 5,6 0

2. Kawasan Mandati, Kec. Wangi-Wangi Selatan 22.00 17,6 13,2 8,8 4,4 0

3. Kawasan Kapota, Kec. Wangi-Wangi Selatan 0.82 0,656 0,492 0,328 0,164 0

4. Kawasan Kabita, Kec. Wangi-Wangi Selatan 1.82 1,456 1,092 0,728 0,364 0

5. Kawasan Pongo, Kec. Wangi-Wangi 44.36 35,488 26,616 17,744 8,872 0

6. Kawasan Wandoka, Kec. Wangi-Wangi 6.21 4,968 3,726 2,484 1,242 0

7. Kawasan Laulua, Kec. Kaledupa 3.62 2,896 2,172 1,448 0,724 0

8. Kawasan Waduri, Kec. Kaledupa 3.69 2,952 2,214 1,476 0,738 0

9. Kawasan Sampela, Kec. Kaledupa 9.41 7,528 5,646 3,764 1,882 0

10. Kawasan Tanomeha, Kec. Kaledupa Selatan 5.07 4,056 3,042 2,028 1,014 0

11. Kawasan Onemay, Kec. Tomia 2.79 2,232 1,674 1,116 0,558 0

12. Kawasan Bahari, Kec. Tomia Timur 0.96 0,768 0,576 0,384 0,192 0

13. Kawasan Taipabu, Kec. Binongko 9.54 7,632 5,724 3,816 1,908 0

(13)

7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1. Kondisi Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Wakatobi

Sebagai kabupaten otonom yang sedang berkembang, pembangunan di Kabupten Wakatobi semakin hari semakin pesat perkembangannya. Hampir setiap saat ijin-ijin pembangunan kawasan permukiman, sebagian bangunan perdagangan (ruko), bangunan toserba/mini mall, bangunan wisata/hotel/losmen, perkantoran, dan pergudangan yang dikeluarkan oleh SKPD terkait. Semakin pesatnya perkembangan pembangunan tersebut bila tidak dilakukan kontrol sejak dini maka Kabupten Wakatobi akan menjadi kabupaten kepulauan yang kumuh, berantakan, miskin, tidak tertata yang pada akhirnya akan tercipta ketidakaturan.

Saat ini dibentuk Tim Koordinasi Perencanaan, Pelaksanaan, Pengendalian Pembangunan dan Penataan Lingkungan Permukiman yang mempunyai tugas:

1. Melakukan koordinasi dengan dinas terkait dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengendalian pembangunan dan penataan lingkungan perkotaan;

2. Menyusun program perencanaan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana lingkungan perkotaan secara lintas sektoral yang terpadu;

3. Melakukan pengendalian terkait dengan perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan ruang dan penataan lingkungan permukiman;

4. Merumuskan dan menganalisis pengambilan keputusan strategis sebagai bahan masukan Bupati Wakatobi dan/atau Wakil Bupati Wakatobi, terkait pembangunan lingkungan permukiman yang berkelanjutan;

5. Melakukan rapat koordinasi secara berkala maupun pertemuan-pertemuan setiap bulan sesuai dengan perkembangan pembangunan dan lingkungan perkotaan yang sedang berjalan;

6. Melaporkan hasilnya kepada Bupati Wakatobi dan/atau Wakil Bupati Wakatobi.

Selain itu aturan-aturan tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan garis SEMPADAN telah diterapkan di Kabupaten Wakatobi sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang telah diperdakan sekarang ini. Guna lebih menata bangunan di Kabupaten Wakatobi telah ditetapkan beberapa zonasi pembangunan seperti zona permukiman di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Zona Pelabuhan dan Industri di Kecamatan Wangi-Wangi, Zona perdagangan dan pusat kota di Kecamatan Wangi-Wangi, Zona Pariwisata, Pendidikan dan Perikanan di Kecamatan Kaledupa dan Tomia, Zona Penyangga Perdagangan/Jasa dan Perikanan di Kecamatan Tomia Timur, dan Kecamatan Binongko dan Togo Binongko merupakan zona home industri.

Seperti halnya kabupaten-kabupaten lain di Indonesia tentunya permasalahan di bidang penataan bangunan pasti ada, begitu pula di Kabupaten Wakatobi. Adapun permasalahan tersebut yaitu: 1. Masih kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan

(14)

2. Masih kurangnya penerapan dan pengawasan aturan garis sempadan jalan, sungai/kali dan laut. 3. Rendahnya kualitas koordinasi dinas terkait tentang pelayanan publik dan perijinan bangunan

gedung.

4. Kurang diperhatikannya aturan pembangunan kawasan dalam pemberian ijin membangun dan ijin usaha, sehingga masih terdapat bangunan yang tidan sesuai dengan peruntukan kawasan. 5. Masih banyak bangunan gedung yang pengembangannya belum berdasarkan Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan.

6. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat, bahaya kebakaran, dan ancaman bencana alam.

7. Kabupaten Wakatobi belum memiliki atau belum membentuk lembaga institusi dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 Penataan bangunan dan lingkungan adalah kegiatan pembangunan untuk merencanakan, melaksanakan, memperbaiki, mengembangkan atau melestarikan bangunan dan lingkungan/kawasan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang dan pengendalian bangunan gedung dan lingkungan secara optimal, yang teridiri atas proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan gedung dan lingkungan. Hasil dari proses perencanaan penataan bangunan dan lingkungan yaitu dokumen RTBL yang memuat panduan-panduan dalam penataan bangunan dan lingkungan.

Kondisi penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Wakatobi untuk saat ini belum selurunya mengacu pada RTBL yang dibuat. Kabupaten Wakatobi terbagi menjadi beberapa zonasi pembangunan seperti zona permukimangreen-metropolitan di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Zona Pelabuhan dan Industri di Kecamatan Wangi-Wangi, Zona perdagangan dan pusat kota di Kecamatan Wangi-Wangi, Zona Pariwisata, Pendidikan dan Perikanan di Kecamatan Kaledupa dan Tomia, Zona Penyangga Perdagangan/Jasa dan Perikanan di Kecamatan Tomia Timur, dan Kecamatan Binongko dan Togo Binongko merupakan zona home industri

7.2.2. Sasaran Program Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Wakatobi

Sasaran program penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Wakatobi dapat dilihat pada tabel 7.3berikut di bawah ini.

7.2.3. Usulan Program Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten Wakatobi

(15)
(16)

Tabel 7.4. Sasaran Program Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Uraian Sasaran Program Sasaran Penanganan Sasaran Program KET

2015 2016 2017 2018 2019

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Revitalisasi Kawasan dan Rencana Tindak Penataan Kawasan Wisata

2.

Menyusun panduan rancang bangun suatu kawasan dengan karakter, tematik kawasan serta bangunan gedung masyarakat lokal yang unik dan menjadi daya tarik wisata. 3. Peningkatan akses pemadam kebakaran dan jalur pejalan

(17)

7.3. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) 7.3.1. Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Wakatobi

Wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Wakatobi dibagi atas kawasan-kawasan untuk setiap wilayah kecamatan dengan tujuan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Adapun pembagian kawasan-kawasan ini adalah sebagai berikut :

Wangi-Wangi / Sumber Kontamale di bagi atas 4 kawasan (Kawasan Wandoka, Kawasan Tindoi, Kawasan Wanci/Pongo dan Kawasan Mandati I - II)

Wangi-Wangi Selatan / Sumber Numana di bagi atas 3 kawasan (Kawasan Mandati, Kawasan Numana, dan Kawasan Mola Raya)

Kapota / Sumber Air Kollowo’uo dibagi atas 2 kawasan (Kawasan Kapota dan Kawasan Kabita)

Bantanbawi Kaledupa Selatan dibagi atas 2 kawasan yakni kawasan Sandi-Langge dan Kawasan Peropa-Kaswari

Lentea dibagai atas 2 kawasan yakni kawasan Lentea dan Kawasan Darawa

Kahianga Tomia Timur di bagi atas 3 kawasan yakni Kawasan Patua, Kawasan Kahianga-Wawotimu-Kulati, dan Kawasan Waitii-Lamanggau

Pemerintah Kabupaten Wakatobi mengadakan survey infrastruktur (khususnya kondisi pelayanan air bersih) dengan kriteria survey air bersih seperti tersebut berikut ini.

Gambaran umum infrastruktur dasar permukiman untuk air minum layanan perpipaan PDAM dapat digambarkan seperti tersebut dibawah ini.

A. Kecamatan Wangi-Wangi

Untuk gambaran umum sistem perpipaan PDAM di Kecamatan Wangi-Wangi yaitu pada Kelurahan Pongo, Wanci, Wandoka, Pada Raya, Tindoi, Waginopo, Wandoka Utara, Wandoka Selatan, Sombu, Mandati I dan Kelurahan Mandati II sebagian besar warganya terlayani oleh PDAM. Untuk kasus di Desa Tindoi, Waginopo, Tindoi Timur adanya bak penampungan air dari sumber mata air Wa Gehe-gehe merupakan bantuan dari pihak PDAM yang penggunaannya disalurkan ke perumahan masyarakat dan sesekali untuk mesjid, sehingga komersialisasi perpipaan pribadi yaitu penjualan air kerumah-rumah melalui instalasi individu lebih banyak terpakai oleh warga.

B. Kecamatan Wangi-Wangi Selatan

Untuk gambaran umum kondisi sistem perpipaan di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Kelurahan Mandati III

(18)

mesin pompa biasa dari dalam sumur gali kemudian dialirkan ke rumah-rumah warga dengan perpipaa 1 inchi

2. Desa Numana

Pada Desa Numana pada umumnya warga terlayani oleh PDAM 3. Kawasan Mola Raya

Pada Kawasan Mola Raya, pada umumnya sudah terlayani air bersih utamanya di Mola Utara dan Mola Bahari. Sementara di Mola Nelayan Bakti, Mola Samaturu, dan Mola Selatan masih ada sebagian warga yang mempergunakan air bersih dari milik individu yang bukan PDAM. 4. Kecamatan Kaledupa

Untuk gambaran umum kondisi sistem perpipaan di Kecamatan Kaledupa dapat digambarkan sebagai berikut

C. Kelurahan Ambeua Raya dan Kelurahan Lagiwae

Untuk kasus di Kelurahan Ambeua Raya dan Kelurahan Lagiwae, warga pada umumnya terlayani oleh sumur gali yang dimiliki oleh masing-masing rumah. Ada perpipaan PDAM dari Bente – Pajam namun belum dimanfaatkan dengan baik.

1. Kelurahan Laulua dan Desa Lewuto

Sedangkan pada Kelurahan Laulua dan Lewuto, warga pada umumnya terlayani oleh sumur gali dengan memasang pompa air di masing-masing rumah

2. Desa Sama Bahari

Mengingat desa ini terpisah dengan Pulau Kaledupa, maka kebutuhan air diperoleh dari membeli air di Lewuto melalui pengisian ceregen yang kemudian dimuat di perahu menuju permukiman. Sebenarnya sudah ada perpipaan PDAM ke Sama Bahari namun terkendala penyaluran air dari Bente-Pajam belum maksimal.

3. Kelurahan Buranga, Desa Ollo Selatan, Ollo, Waduri dan Sombano

Sedangkan pada Kelurahan Buranga, Desa Ollo Selatan, Ollo, Waduri dan Sombano, warga pada umumnya mempergunakan air bersih terlayani oleh sumur gali dengan memasang pompa air di masing-masing rumah

D. Kecamatan Kaledupa Selatan

Untuk gambaran umum kondisi sistem perpipaan di Kecamatan Kaledupa Selatan dapat digambarkan sebagai berikut

1. Kelurahan Langge dan Sandi

Pada Kelurahan Langge dan Sandi mempergunakan air bersih dari Pajam/Batanbawi, namun masih sebagian besar masyarakat mempergunakan sumur gali di masing-masing rumah. 2. Desa Peropa dan Sombano

(19)

3. Desa Tanomeha dan Desa Tanjung

Pada kedua desa ini, sebagian besar warganya terlayani air bersih dari sumur yang digali sendiri, yang mana sumber air bersih sangat melimpah

4. Desa Lentea

Desa Lentea mendapat pelayanan air bersih dari PDAM, karena sumber air di Pulau Lentea tidak ada maka pelayanan air diperoleh dari sumber air di Darawa melalui pipa bawah air laut. E. Kecamatan Tomia

Untuk gambaran umum kondisi sistem perpipaan di Kecamatan Tomia dapat digambarkan sebagai berikut

1. Kelurahan Waha dan Onemay

Pada Kelurahan Onemay dan Waha, untuk sementara ini belum ada pelayanan air bersih. Warga memperoleh air bersih dari sumur gali di setiap rumahnya. Namun Tahun 2012 ini baru akan dikembangkan sarana air bersih melalui penyediaan genset, pompa dan pipa pelayanan ke dua kelurahan tersebut.

2. Desa Patua dan Patua II

Kasus Desa Patua dan Patua II, sebenarnya sejak tahun 2008, sudah pernah ada pelayanan PDAM dari Kahianga, namun karena kerusakan pompa, maka sementara terhenti. Desa Patua setelah dilakukan penyempurnaan sarana, maka beberapa waktu yang lalu sudah terlayani melalui optimalisasi bak air. Sementara sebagian besar warganya masih ada mempergunakan sumur gali bantuan PNPM dan penyediaan bak air tadah hujan.

3. Desa Kollo Soha

Sementara kasus Desa Kollo Soha, hingga sekarang juga belum memperoleh pelayanan air bersih dari PDAM. Warga disamping mempergunakan air bersih yang diperoleh di Kelurahan Waha, juga ada sebagian yang membeli air pada pengecer dan sebagian lainnya masih mempergunakan air dari bak tadah hujan.

4. Desa Waitii dan Waitii Barat

Desa Waitii dan Waitii Barat, pelayanan air bersih pada tahun 2003-2005 telah mendapat pelayanan air dari Tee Luo Usuku Binaan Yayasan/LSM, namun alasan debit air yang sedemikian kecil, maka ditutup pelayanan. Setelah itu, masyarakat mempergunakan pelayanan air bersih dari sumur gali yang diperoleh dari PNPM.

5. Desa Lamanggau

(20)

F. Kecamatan Tomia Timur

Untuk gambaran umum kondisi sistem perpipaan di Kecamatan Tomia Timur dapat digambarkan sebagai berikut

1. Kelurahan Tongano Barat, Kelurahan Patipelong, Tongano Timur, Bahari, Timu dan Dete

Untuk gambaran umum kondisi sistem air bersih di Kelurahan Tongano Barat, Kelurahan Tongano Timur, Kelurahan Bahari, Kelurahan Patipelong, Desa Timu dan Desa Dete dapat digambarkan bahwa warga masyarakat mendapat pelayanan air bersih melalui Yayasan Tee Luo.

2. Desa Kahianga

Kasus Desa Kahianga memperoleh air bersih berasal dari air yang di pompa dari mata air Tee Wali yang selama ini dikelola langsung oleh PDAM Kabupaten Wakatobi.

3. Desa Wawotimu dan Kulati

Kedua desa ini, sejak lama masih mempergunakan air dari bak tadah hujan. Walaupun di Desa Kulati ada sumber air Tee Timu namun cukup jauh dari perkampungan dan warga harus turun ke pesisir pantai sedalam 400 meter.

Penyediaan air minum sebagai kebutuah pokok manusia telah mewajibkan Pemda Kabupaten Wakatobi untuk berkomitmen dalam terus mengalokasikan sebagian anggaran belanja daerahnya bagi penyediaan air minum layak melaalui berbagai pembangunan bidang penyediaan air bersih/air minum.

Data-data Program-program kegiatan yang telah dilaksanakan beberapa tahun belakangan ini melalui alokasi dana APBD sebagai bentuk komitmen Pemda/masyarakat swasta setempat maupun terhadap program-program dari Pemerintah Pusat yang dudanai melalui penganggaran APBN terhadap kegiatan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 7.5. Evaluasi Program Penyediaan Air Minum

No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Biaya (Rp) Status

Tahun 2015

2 Relokasi Jaringan Pipa SPAM

Numana Numana Paket Rp 163,400,000

3

Pembangunan Jaringan SPAM Ibukota Kec. Tomia (DAK Tambahan) Kel. Rukuwa - Kel. Palahidu Tahap II

Kelurahan Rukuwa

-Kelurahan Palahidu Paket Rp 99,500,000

6 Pengadaan Dan Pemasangan

(21)

No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Biaya (Rp) Status

14 Pengadaan Mesin Pompa Dan

Genset Paket Rp 696,598,000

Kec. Wangi-Wangi Paket Rp 3,995,000,000

2 Lanjutan Peningkatan Spam

Layanan Tindoi - Tindoi Timur Kec. Wangi-Wangi Paket Rp 503,500,000 3 Peningkatan Spam Layanan

Kapota (Menuju Danau Kapota)

Kec. Wangi-Wangi

Selatan Paket Rp 1,238,600,000

4 Peningkatan Spam Layanan

Ibu Kota Kabupaten Kab. Wakatobi Paket Rp 8,771,755,000

5 Lanjutan Peningkatan Spam

Selatan Paket Rp 1,071,000,000

8 Lanjutan Peningkatan Spam

Layanan Polres - Wandoka Kec. Wangi-Wangi Paket Rp 849,000,000 9 Pembangunan Pagar

Layanan Pulau Hoga Kec. Kaledupa Paket Rp 510,300,000

13 Peningkatan Spam Layanan

Lentea Kec. Kaledupa Selatan Paket Rp 503,000,000

14 Peningkatan Spam Layanan Kahiyanga - Kulati

Kec. Tomia Timur Paket Rp 3,395,000,000

15 Peningkatan Spam Layanan

Tomia Kec. Tomia Paket Rp 950,000,000

16 Lanjutan Peningkatan Spam

(22)

No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Biaya (Rp) Status

17 Peningkatan Spam LayananTeemoane Dan Lamanggau Kec. Tomia Paket Rp 558,100,000

18 Peningkatan Spam Layanan

Togo Binongko Kec. Togo Binongko Paket Rp 8,289,862,000

19 Lanjutan Peningkatan Spam

Layanan Binongko Kec. Binongko Paket Rp 860,500,000

20 Peningkatan Spam Layanan

Jaya Makmur - Wali Kec. Tomia Paket Rp 184,700,000

21

Pengadaan Sambungan Rumah Layanan Ibu Kota Wangi-Wangi

Kab. Wakatobi Paket Rp 186,200,000

22

Pengadaan Sambungan Rumah Murah Layanan Binongko Dan Togo Binongko

Kec. Togo Binongko Paket Rp 133,500,000

23

Pengadaan Sambungan Rumah Murah Layanan Kaledupa Dan Kaledupa Selatan

Kec. Kaledupa Selatan Paket Rp 132,200,000

24

Pengadaan Sambungan Rumah Murah Layanan Tomia Dan Tomia Timur

Kec. Tomia Paket Rp 191,300,000

7.3.2. Sasaran Program Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Wakatobi

Sasaran program sistem penyediaan air minum di Kabupaten Wakatobi dapat dilihatpada tabel 7.4 – Tabel 7.8

7.3.3. Usulan Program Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Wakatobi

(23)

7.3.4. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih

Tabel 7.6. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Wakatobi Tahun 2015

Sumber :Hasil Analisis Tahun 2016

Cakupan Jumlah

Pelayanan SR

ltr/hari ltr/dtk 10% (jiwa)(300 jiwa/Unit) ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk

Binongko 8.463 6.770 6.093 1.219 1.340.539 16 677 2 20.311 0 1.360.850 16 408.255 53 1.769.106 68 442.276 17

Togo Binongko 4.770 3.816 3.435 687 755.600 9 382 1 11.448 0 767.048 9 230.114 30 997.163 38 249.291 10

Tomia 7.089 5.672 5.104 1.021 1.122.961 13 567 2 17.015 0 1.139.976 13 341.993 44 1.481.968 57 370.492 14

Tomia Timur 8.784 7.027 6.325 1.265 1.391.417 16 703 2 21.082 0 1.412.499 16 423.750 54 1.836.249 71 459.062 18

Kaledupa 10.733 8.586 7.728 1.546 1.700.076 20 859 3 25.759 0 1.725.834 20 517.750 67 2.243.585 87 560.896 22

Kaledupa Selatan 7.782 6.226 5.603 1.121 1.232.669 14 623 2 18.677 0 1.251.346 14 375.404 48 1.626.749 63 406.687 16

Wangi - Wangi 26.023 20.818 18.736 3.747 4.122.012 48 2.082 7 62.455 1 4.184.466 48 1.255.340 161 5.439.806 210 1.359.952 52

Wangi - Wangi Selatan 147.599 118.079 106.271 21.254 23.379.682 271 11.808 39 354.238 4 23.733.919 275 7.120.176 916 30.854.095 1.190 7.713.524 298

Jumlah 221.243 176.995 159.295 31.859 35.044.955 406 17.699 59 530.984 6 35.575.939 412 10.672.782 1.373 46.248.720 1.784 11.562.180 446 Kebocoran (25%) Kebutuhan Air Kebutuhan Air

Domestik Non Domestik Kecamatan

Saluran Rumah (SR) Hidran Umum (HU) Kebutuhan Air Kebutuhan Air

Jumlah Penduduk Tahun 2015

Tingkat Pelayanan Air Bersih 80

%

Cakupan Pelayanan 90% (Jiwa)

Jumlah SR 5 Jiwa/Unit

Domestik dan Non

(24)

Tabel 7.7. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Wakatobi Tahun 2016

Cakupan Jumlah

Pelayanan SR

ltr/hari ltr/dtk 10% (jiwa)(300 jiwa/Unit) ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk

Binongko 8.507 6.806 6.125 1.225 1.347.509 16 681 2 20.417 0 1.367.926 16 410.378 53 1.778.303 69 444.576 17

Togo Binongko 4.808 3.847 3.462 692 761.619 9 385 1 11.540 0 773.159 9 231.948 30 1.005.106 39 251.277 10

Tomia 7.118 5.694 5.125 1.025 1.127.507 13 569 2 17.083 0 1.144.590 13 343.377 44 1.487.968 57 371.992 14

Tomia Timur 8.950 7.160 6.444 1.289 1.417.712 16 716 2 21.480 0 1.439.192 17 431.758 56 1.870.950 72 467.737 18

Kaledupa 10.849 8.679 7.811 1.562 1.718.497 20 868 3 26.038 0 1.744.535 20 523.361 67 2.267.896 87 566.974 22

Kaledupa Selatan 8.015 6.412 5.771 1.154 1.269.624 15 641 2 19.237 0 1.288.860 15 386.658 50 1.675.518 65 418.880 16

Wangi - Wangi 26.512 21.209 19.088 3.818 4.199.453 49 2.121 7 63.628 1 4.263.081 49 1.278.924 164 5.542.006 214 1.385.501 53

Wangi - Wangi Selatan 170.455 136.364 122.728 24.546 27.000.104 313 13.636 45 409.092 5 27.409.196 317 8.222.759 1.057 35.631.955 1.375 8.907.989 344

Jumlah 245.215 196.172 176.555 35.311 38.842.024 450 19.617 65 588.516 7 39.430.540 456 11.829.162 1.521 51.259.702 1.978 12.814.925 494 Kebutuhan Air Kebutuhan Air

Kebocoran (25%) Cakupan

Pelayanan 90% (Jiwa)

Jumlah SR 5 Jiwa/Unit

Kebutuhan Air Kebutuhan Air

Domestik Non Domestik Domestik dan Non

(220 ltr/org/hr) (30 ltr/org/hr) (30% dari Domestik) Domestik Kecamatan

Jumlah Penduduk Tahun 2016

Tingkat Pelayanan Air Bersih 80

%

(25)

Cakupan Jumlah

Pelayanan SR

ltr/hari ltr/dtk 10% (jiwa)(300 jiwa/Unit) ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk

Binongko 8.551 6.841 6.157 1.231 1.354.478 16 684 2 20.522 0 1.375.001 16 412.500 53 1.787.501 69 446.875 17

Togo Binongko 4.846 3.877 3.489 698 767.638 9 388 1 11.631 0 779.269 9 233.781 30 1.013.050 39 253.262 10

Tomia 7.147 5.717 5.146 1.029 1.132.053 13 572 2 17.152 0 1.149.205 13 344.762 44 1.493.967 58 373.492 14

Tomia Timur 9.116 7.293 6.564 1.313 1.444.006 17 729 2 21.879 0 1.465.885 17 439.765 57 1.905.650 74 476.413 18

Kaledupa 10.965 8.772 7.895 1.579 1.736.919 20 877 3 26.317 0 1.763.236 20 528.971 68 2.292.207 88 573.052 22

Kaledupa Selatan 8.249 6.599 5.939 1.188 1.306.578 15 660 2 19.797 0 1.326.375 15 397.912 51 1.724.287 67 431.072 17

Wangi - Wangi 27.001 21.600 19.440 3.888 4.276.895 50 2.160 7 64.801 1 4.341.696 50 1.302.509 168 5.644.205 218 1.411.051 54

Wangi - Wangi Selatan 193.311 154.649 139.184 27.837 30.620.526 354 15.465 52 463.947 5 31.084.473 360 9.325.342 1.199 40.409.815 1.559 10.102.454 390

Jumlah 269.186 215.349 193.814 38.763 42.639.094 494 21.535 72 646.047 7 43.285.141 501 12.985.542 1.670 56.270.683 2.171 14.067.671 543 Kebutuhan Air

Kebocoran (25%) Cakupan

Pelayanan 90% (Jiwa)

Jumlah SR 5 Jiwa/Unit

Domestik Domestik dan Non (220 ltr/org/hr) (30 ltr/org/hr) (30% dari Domestik) Domestik

Kebutuhan Air Kebutuhan Air Non Domestik

Saluran Rumah (SR) Hidran Umum (HU) Kebutuhan Air

Kecamatan

Jumlah Penduduk Tahun 2017

Tingkat Pelayanan Air Bersih 80

(26)
(27)

Cakupan Jumlah

Pelayanan SR

ltr/hari ltr/dtk 10% (jiwa)(300 jiwa/Unit) ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk

Binongko 8.595 6.876 6.188 1.238 1.361.448 16 688 2 20.628 0 1.382.076 16 414.623 53 1.796.699 69 449.175 17

Togo Binongko 4.884 3.907 3.517 703 773.657 9 391 1 11.722 0 785.379 9 235.614 30 1.020.993 39 255.248 10

Tomia 7.176 5.740 5.166 1.033 1.136.599 13 574 2 17.221 0 1.153.820 13 346.146 45 1.499.967 58 374.992 14

Tomia Timur 9.282 7.426 6.683 1.337 1.470.300 17 743 2 22.277 0 1.492.578 17 447.773 58 1.940.351 75 485.088 19

Kaledupa 11.082 8.865 7.979 1.596 1.755.341 20 887 3 26.596 0 1.781.937 21 534.581 69 2.316.519 89 579.130 22

Kaledupa Selatan 8.482 6.786 6.107 1.221 1.343.533 16 679 2 20.357 0 1.363.890 16 409.167 53 1.773.056 68 443.264 17

Wangi - Wangi 27.490 21.992 19.792 3.958 4.354.337 50 2.199 7 65.975 1 4.420.312 51 1.326.093 171 5.746.405 222 1.436.601 55

Wangi - Wangi Selatan 216.168 172.934 155.641 31.128 34.240.948 396 17.293 58 518.802 6 34.759.750 402 10.427.925 1.341 45.187.675 1.743 11.296.919 436

Jumlah 293.158 234.526 211.073 42.215 46.436.164 537 23.453 78 703.578 8 47.139.742 546 14.141.923 1.819 61.281.665 2.364 15.320.416 591 Kebutuhan Air

Kebocoran (25%) Cakupan

Pelayanan 90% (Jiwa)

Jumlah SR 5 Jiwa/Unit

Domestik Domestik dan Non (220 ltr/org/hr) (30 ltr/org/hr) (30% dari Domestik) Domestik

Kebutuhan Air Kebutuhan Air Non Domestik

Saluran Rumah (SR) Hidran Umum (HU) Kebutuhan Air

Kecamatan

Jumlah Penduduk Tahun 2018

Tingkat Pelayanan Air Bersih 80

(28)

Tabel 7.10.Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Kabupaten Wakatobi Tahun 2019

Cakupan Jumlah

Pelayanan SR

ltr/hari ltr/dtk 10% (jiwa)(300 jiwa/Unit) ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk ltr/hari ltr/dtk

Binongko 8.639 6.911 6.220 1.244 1.368.418 16 691 2 20.734 0 1.389.151 16 416.745 54 1.805.897 70 451.474 17

Togo Binongko 4.922 3.938 3.544 709 779.676 9 394 1 11.813 0 791.490 9 237.447 31 1.028.937 40 257.234 10

Tomia 7.204 5.763 5.187 1.037 1.141.145 13 576 2 17.290 0 1.158.435 13 347.531 45 1.505.966 58 376.491 15

Tomia Timur 9.448 7.559 6.803 1.361 1.496.595 17 756 3 22.676 0 1.519.271 18 455.781 59 1.975.052 76 493.763 19

Kaledupa 11.198 8.958 8.063 1.613 1.773.763 21 896 3 26.875 0 1.800.638 21 540.192 69 2.340.830 90 585.207 23

Kaledupa Selatan 8.715 6.972 6.275 1.255 1.380.488 16 697 2 20.916 0 1.401.404 16 420.421 54 1.821.825 70 455.456 18

Wangi - Wangi 27.978 22.383 20.144 4.029 4.431.779 51 2.238 7 67.148 1 4.498.927 52 1.349.678 174 5.848.605 226 1.462.151 56

Wangi - Wangi Selatan 239.024 191.219 172.097 34.419 37.861.370 438 19.122 64 573.657 7 38.435.027 445 11.530.508 1.483 49.965.535 1.928 12.491.384 482

Jumlah 317.129 253.703 228.333 45.667 50.233.234 581 25.370 85 761.110 9 50.994.343 590 15.298.303 1.967 66.292.646 2.558 16.573.162 639 Kebutuhan Air

Kebocoran (25%) Cakupan

Pelayanan 90% (Jiwa)

Jumlah SR 5 Jiwa/Unit

Domestik Domestik dan Non (220 ltr/org/hr) (30 ltr/org/hr) (30% dari Domestik) Domestik

Kebutuhan Air Kebutuhan Air Non Domestik

Saluran Rumah (SR) Hidran Umum (HU) Kebutuhan Air

Kecamatan

Jumlah Penduduk Tahun 2019

Tingkat Pelayanan Air Bersih 80

(29)

7.4. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) 7.4.1. Kondisi Eksisting

7.4.1.1. Pengelolaan Air Limbah

Pada dasarnya pengelolaan air limbah permukiman dapat dilakukan dengan sistem on-site atau sistem off-site atau kombinasi dari kedua sistem ini :

1. Sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).

2. Sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan, yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau dilokasi sumber.

Untuk gambaran secara umum pengelolaan air limbah di Kabupaten Wakatobi untuk saat ini masih sebatas pada pengolahan air limbah rumah tangga dengan pembuatan MCK sistem Komunal dan MCK++ dengan menggunakan teknologi biogester. MCK sistem Komunal terdapat di Kelurahan Wanci. Sedangkan untuk MCK++ dengan sistem teknologi Biogester terdapat di Kelurahan Mandati III Kecamatan Wangi-Wangi dan Kelurahan Onemay Kecamatan Tomia. Pemilihan Sistem/Teknologi yang digunakan tergantung dari kondisi dan kepadatan penduduk selaku pengguna, dan hasil kesepakatan warga calon pengguna MCK. Sedangkan limbah rumah tangga berupa air buangan dari dapur/kamar mandi belum ada sistem pengolahan khusus, dan untuk saat ini limbah rumah tangga tersebut dibuang langsung ke pekarangan rumah dan saluran drainase (khusus Ibukota Kabupaten Wakatobi) atau dibuang ke laut khususnya permukiman Bajo bahkan masih terdapat beberapa rumah tangga yang membuang langsung limbahnya ke tanah.

Untuk perusahan/industri yang menampung limbahnya atau belum ada instalasi pengolahan limbah sebelum dibuang ke laut yaitu perusahaan Pabrik Es di Kelurahan Wandoka, seluruh hotel di Ibukota Kabupaten Wakatobi, perusahan PT.Patuno Beach Resort, PT.Tomia Dive Center dan PT.Wakatobi Dive Resort.

Pada saat ini penduduk pada umumnya membuang air limbahnya ke berbagai macam saluran pembuangan yang ada. Untuk limbah air kotor akibat aktifitas keseharian (diluar limbah tinja) misalnya dari buangan air cuci, air mandi dan lain-lain, rata-rata dibuang langsung ke dalam saluran pekarangan rumah, septic tank khusus limbah, atau drainase setempat/saluran sekunder maupun primer yang terdekat dari rumah penduduk. Sedangkan buangan limbah tinja oleh penduduk, dapat dibedakan aliran tempat membuangnya berdasarkan letak lokasi rumah penduduk sebagai berikut :

(30)

Kapota-Wisata Kollo dan Kawasan Liya Mawi Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kawasan Ambeua-Laulua Kecamatan Kaledupa, Kawasan Sandi-Langge Kecamatan Kaledupa Selatan, Kawasan Waha-Onemay hingga Waitii Kecamatan Tomia, Kawasan Usuku Kecamatan Tomia Timur, Kawasan Sowa-Popalia Kecamatan Togo Binongko dan Kawasan Rukuwa-Palahidu Barat Kecamatan Binongko.

Penduduk yang bermukim di bantaran sungai/kali, rata-rata membuang limbah tinjanya walaupun menggunakan sarana WC tetapi muaranya tetap dibuang di pesisir pantai (tanpa septictank), seperti sebagian daerah di Kawasan Patuno Kecamatan Wangi-Wangi, sebagian Kawasan Kapota-Wisata Kollo, Kawasan Mola Raya Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kecamatan Kaledupa (Lewuto-Samabahari, Buranga) ,Kecamatan Kaledupa Selatan (Tanjung), Kecamatan Tomia (pesisir Lamanggau, Onemay dan Waha). Kebanyakan warga yang membuang lansung ke laut yaitu warga yang rumahnya terletak di pinggir pantai atau kali.

 Penduduk yang bermukim dipermukiman kumuh, rata-rata membuang limbah tinjanya secara sporadis baik menggunakan cubluk, WC umum, WC darurat, sungai/kali, saluran air, pantai dan sebagainya. Perilaku tersebut tersebar di beberapa daerah Kecamatan di Kabupaten Wakatobi yang daerahnya masih kategori kumuh.

Penduduk yang bermukim di wilayah permukiman kumuh perdesaan/perbukitan masih sebagian besar membuang limbahnya pada kebun atau kawasan pekarangan rumah, hanya kurang lebih 5 persen dari warga yang sudah mempergunakan cubluk dan WC umum, seperti di Kawasan Matahora dan Longa, Kawasan Tindoi Kecamatan Wangi-Wangi, Kawasan Pajam Kecamatan Kaledupa Selatan, Kawasan Kahianga-Wawotimu-Kulati Kecamatan Tomia Timur. Sesuai dengan program pemerintah yaitu Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) atau yang lebih dikenal dengan SANIMAS, maka di Kabupaten Wakatobi sejak tahun 2011 telah membangun prasarana dan sarana pelayanan air limbah yang berbasis masyarakat seperti yang digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 7.11. Cakupan Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat di Kabupaten Wakatobi Tahun 2006 - 2012

No Kawasan Sistem Dibangun Tahun Cakupan Pelayanan

1 Mandati Raya MCK Plus++ 2011 200-500 KK

2 Onemay Waha MCK Plus++ 2011 200-350 KK

3 Lewuto-Laulua MCK Plus++ 2012 200-450 KK

4 Usuku MCK Plus++ 2012 200-550 KK

5 Wanci MCK Biasa 2012 200-350 KK

6 Mola Utara MCK Komunal 2011 200-550 KK

Total penduduk Kabupaten Wakatobi yang mendapat pelayanan air limbah sistem off-site: - orang atau - % dari total penduduk Kabupaten Wakatobi

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten Wakatobi, 2012

(31)

pembuangan yang ada. Sebagian ada yang membuangnya langsung ke pekarangan halaman rumah, laut/kali dan sebagian lagi ada yang membuang seweragenya ke saluran riool permukiman. Untuk buangan sewerage ada yang langsung membuangnya ke pekarangan halaman rumah, laut/kali, cubluk atau septik tank pribadi.

Mengingat dampak pencenarannya terhadap air tanah, maka pembuangan sewage dengan septik tank, baik pribadi maupun massal perlu lebih dikembangkan secara lebih intensif.

Yang menjadi permasalahan utama dalam pengembangan sistem air limbah di Kabupaten Wakatobi adalah :

Kondisi pada saat ini secara keseluruhan pembuangan air limbah dialirkan ke saluran-saluran yang ada, baik ke halaman pekarangan rumah, saluran buatan (jaringan drainase) maupun saluran alamiah (laut dan kali) yang mengalir ke badan tanah atau perairan laut tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu seperti melalui kolam oksidasi, IPAL atau penjernihan air (recycling).

 Belum adanya sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Kabupaten Wakatobi hingga Tahun 2012, padahal Kabupaten Wakatobi merupakan wilayah wisata bahari yang mengharapkan hadirnya IPAL bagi keselamatan lingkungan ekosistem Kabupaten Wakatobi. 7.4.1.2. Pengelolaan Persampahan

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir(end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

(32)

Skala pengelolaan sampah secara berurutan (draft Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Sistem Pengelolaan Persampahan, Kementerian PU, 2006) yang meliputi :

1. Skala individual, yaitu pengelolaan individual yang dilakukan oleh satu sumber atas sampah yang dihasilkan sendiri oleh sumber tersebut.

2. Skala kawasan/lingkungan, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya 100 Kepala Keluarga tetapi tidak lebih dari 1 wilayah kecamatan.

3. Skala kabupaten/kota, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu yang karena alasan kelayakan ekonomi dan teknis maka perlu terdiri atas sekurang-kurangnya 10% dari jumlah penduduk permukiman tersebut atau sekurang-kurangnya untuk 1 (satu) wilayah administrasi kecamatan.

4. Skala regional, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk melayani sebagian atau keseluruhan masyarakat yang tinggal di lebih dari satu wilayah kota/kabupaten yang mengadakan kerjasama pengelolaan.

5. Pengelolaan sampah dapat dilaksanakan oleh salah satu atau beberapa bentuk pengelola yang dapat berupa :

a) Pengelola Kebersihan Kota/Kabupaten

Pengelola Kebersihan Kota yang merupakan unsur pelaksana teknis di bawah Walikota/Bupati dapat berfungsi sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator). Untuk ini perlu ada unit lain yang berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator).

Status pengelola kebersihan dapat berupa: Perusahaan Daerah, Dinas/Badan (tersendiri), Sub Dinas atau Bidang (di bawah Dinas/Badan gabungan), Badan Layanan Umum (BLU), UPTD atau Seksi di bawah Dinas/Sub Dinas/Kecamatan.

b) Badan Usaha/Swasta

Badan Usaha/Swasta dapat bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) bila mendapatkan penugasan melalui kontrak kerjasama dengan Pengelola Kebersihan Kota yang dalam hal ini berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator). Kerja sama di pihak swasta dapat dilakukan secara investasi dan/atau manajemen di tahap pengangkutan, Stasiun Peralihan Antara (SPA), Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dll.

c) Lembaga Kemitraan

(33)

Kebersihan Kabupaten yang dalam hal ini berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendalian (Regulator)

Pelayanan pengangkutan sampah merupakan pelayanan yang diberikan oleh Dinas KP3K Kabupaten Wakatobi untuk melayani pengangkutan sampah dari masyarakat baik langsung maupun tidak langsung untuk kemudian di teruskan ke TPA. Untuk pelayanan pengangkutan sampah yang ada di Kabupaten Wakatobi terbagi dalam 3 jenis pelayanan pengangkutan yaitu ;

1. Pelayanan Langsung

Pelayanan langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang dilaksanakan secara door to door oleh truk sampah milik Dinas KP3K dan langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Komala. Untuk pelayanan langsung daerahnya mencakup permukiman penduduk yang berada di jalur pelayanan langsung itu sendiri maupun kawasan-kawasan perdagangan seperti pasar-pasar, permukiman dan lain sebagainya. Pelayanan oleh Dinas KP3K hanya pada kawasan Ibukota Kabupaten Wakatobi yakni Kota Wangi-Wangi. Sementara pada kawasan diluar ibukota masih dilaksanakan oleh masyarakat dengan cara dibawa ke kebun, dibuang dipekarangan rumah, dibakar, dibuang dilaut dan dipantai.

2. Pelayanan Tidak Langsung

Pelayanan tidak langsung yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah yang dilaksanakan dari Tempat Penumpukan/Pembuangan Sementara (TPS) kemudian diangkut ke Tempat Penumpukan Akhir (TPA). Pelayanan tidak langsung ini kebanyakan dilaksanakan untuk wilayah-wilayah permukiman penduduk yang memiliki TPS-TPS. 3. Pelayanan Umum

Pelayanan umum merupakan pelayanan yang dilakukan pada lokasi-lokasi yang menyangkut kepentingan umum baik itu dari pembersihan sampai pengangkutan, kebanyakan dilaksanakan di tempat fasilitas-fasilitas umum seperti jalan, pasar, dan lain sebagainya. Untuk pelayanan persampahan di Kabupaten Wakatobi dari 8 kecamatan yang ada pada umumnya penanganan sampah yang ada telah dilaksanakan masih belum optimal karena masih ada daerah yang belum terlayani di karenakan terbatasnya fasilitas pengangkut sampah yang dimiliki oleh Dinas KP3K Kabupaten Wakatobi sehingga kebanyakan sampah yang tidak terangkut diambil alih oleh masyarakat setempat dalam menanganinya. Berdasarkan data dari Dinas KP3K Kabupaten Wakatobi, jumlah kelurahan yang telah terlayani pengangkutan sampah sebanyak 14 desa/kelurahan (khusus Ibukota Kabupaten Wakatobi Kota Wangi-Wangi) dan masih ada 86 desa/kelurahan yang belum terlayani (umumnya lokasi desa/kelurahan di Pulau Kapota, Kaledupa, Tomia dan Binongko)

(34)

1. Kecamatan Wangi-Wangi

Desa/kelurahan yang terlayani terdiri dari : Kelurahan Wandoka Utara, Kelurahan Wandoka Selatan, Kelurahan Wandoka, Kelurahan Pongo, dan Kelurahan Wanci

2. Kecamatan Wangi-Wangi Selatan.

Desa/kelurahan yang terlayani terdiri dari : Kelurahan Mandati I, Kelurahan Mandati II, Kelurahan Mandati III, Desa Mola Utara, Desa Mola Selatan, Desa Mola Bahari, Desa Mola Samaturu, Desa Mola Nelayan Bakti, dan Desa Numana.

Sementara untuk desa/kelurahan yang belum dilayani oleh angkutan sampah Dinas KP3K Kabupaten Wakatobi yaitu :

1. Kecamatan Wangi-Wangi

Ada pun desa/kelurahan yang belum terlayani yaitu : Desa Longa, Desa Patuno, Kelurahan Waetuno, Kelurahan Waelumu, Desa Koroeonowa, Desa Waha, Desa Wapia-pia, Desa Sombu, Desa Waginopo, Desa Tindoi, Desa Tindoi Timur, Desa Pookambua, Desa Posalu, Desa Maleko, Desa Kapota, Desa Kapota Utara, Desa Kabita dan Desa Kabita Togo.

2. Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Desa Wungka, Desa Matahora, Desa Wisata Kollo, Desa Komala, Desa Liya Onemelangka, Desa Liya Mawi, Desa Liya Bahari Indah, dan Desa Liya Togo

3. Kecamatan Kaledpua, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Desa Sombano, Desa Lewuto, Desa Laulua, Kelurahan Ambeua Raya, Desa Kalimas, Desa Ollo Selatan, Desa Ollo, Desa Horou, Desa Mantigola, Desa Sama Bahari dan Kelurahan Buranga.

4. Kecamatan Kaledupa Selatan desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Desa Sandi, Desa Tampara, Desa Kaswari, Desa Pajam, Desa Peropa, Kelurahan Langge, Desa Tanomeha, Desa Tanjung, dan Desa Darawa.

5. Kecamatan Tomia, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Kelurahan Waha, Kelurahan Onemay, Desa Kollosoha, Desa Lamanggau, Desa Teemoane, Desa Waitii, Desa Waitii Barat, Desa Patua, dan Desa Patua II.

6. Kecamatan Tomia Timur, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Kelurahan Patipelong, Desa Kahianga, Kelurahan Tongano Barat, Kelurahan Bahari, Kelurahan Tongano Timur, Desa Timu Desa Dete, Desa Kulati, dan Desa Wawotimu.

7. Kecamatan Binongko, desa/kelurahan yang belum terlayani pengangkutan sampah meliputi Kelurahan Rukuwa, Kelurahan Taepabu, Desa Lagongga, Kelurahan Wali, Desa Kampo-kampo, Kelurahan Palahidu, Desa Makoro, Kelurahan Palahidu Barat, dan Kelurahan Jaya Makmur.

Referensi

Dokumen terkait

Respon dengan karakteristik Smaller The Better (Kekasaran Permukaan dan Penyimpangan Dimensi) pada metode Fungsi Utility dan Fuzzy Logic menghasilkan nilai prediksi yang lebih

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pada kesempatan yang berbahagia ini, saya juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat Kabupaten Sambas

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tulisan ini akan mengkaji mengenai pendapatan keluarga, lokasi sekolah, budaya, dan harapan memperoleh pekerjaan sebagai

Kesedihan-kesedihan yang mengiringi karena kenyataan bahwa orangtua angkat tersebut tidak dapat memiliki anak sehingga sangat mungkin orangtua angkat terse but akan

pengguna jasa pekerja/buruh dann perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal dalam

Kinerja keuangan secara umum menunjukkan hasil yang cukup baik bahkan terus mengalami perkembangan yang baik, namun butuh perhatian khusus untuk rasio ROA yang

faktor tipe kepribadian dan harga diri. Untuk itu, dilakukan penelitian yang bersifat komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui perbedaan kecenderungan bunuh

[r]