• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Organisasi DPD PDIP dalam Mengawal Masalah Keistimewaan Yogyakarta

Dalam dokumen Partai Politik dan Konsolidasi Demokrasi (Halaman 31-39)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Pengelolaan Organisasi DPD PDIP dalam Mengawal Masalah Keistimewaan Yogyakarta

PDIP mulai dari tingkat kantor pusat, kantor publik (legislatif), maupun akar rumput secara konsisten mendukung dan terus mengawal Keistimewaan Yogyakarta. PDI Perjuangan sejak awal mendorong pemerintah pusat saat itu agar mengajak bicara Sultan Hamengku Buwono X dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk membahas Rancangan Undang-Undang tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. PDI Perjuangan berpendapat bahwa Keistimewaan DIY diperoleh dalam kancah perjuangan kemerdekaan Indonesia, di mana Kesultanan

Ngayogyakarta Hadiningrat secara sadar mengintegrasikan diri dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Deklarasi dukungan Kesultanan telah memperkuat eksistensi NKRI yang belum lama diproklamasikan. Selain itu, konstitusi Pasal 18 telah memberikan dasar yang kuat atas keistimewaan DIY, termasuk penetapan Sultan Hamengku Buwono sebagai gubernur DIY dan Paku Alam sebagai wakil gubernur.0 Hal tersebut menjadi landasan bagi PDIP untuk terus mengawal UUK mulai dari RUU, penetapan sampai pada proses implementasi. PDIP menjadi partai yang sejak awal memiliki konsen yang baik melalui kebijakan kantor pusat untuk mendukung Keistimewaan Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan pemaparan Ketua DPD PDIP DIY sebagai berikut:

“Dalam hal Keistimewaan, kita yg paling konsisten. Dari awal tahun 2000. Ini jadi prinsip, secara nasional di Dewan Pimpinan Pusat sudah komitmen dengan Keistimewaan. Seberapa jauh hubungan dengan Kesultanan, kita baik, damai, bisa komunikasi, mendukung kebijakan dan peraturan daerah. Jadi bisa dibilang satu-satunya partai yang konsisten dengan Keistimewaan adalah PDIP.”0

Hal tersebut semakin diperjelas oleh Wakil Ketua Fraksi PDIP DPRD DIY sebagai berikut:

0 Anonim,”Sultan dan Raja Se-Nusantara Dukung Jogja,” Radar Cirebon, 9 Desember 2010, diakses pada 1 Juni 2017, http://www.radarcirebon.com/sultan-dan-raja-se-nusantara-dukung-jogja.html.

0 Anonim,”Ajak Bicara Masyarakat,” ditulis pada 8 Desember 2010, diakses pada 1 Juni 2017, http://www.tjahjokumolo.com/2010/12/ajak-bicara-masyarakat/.

“Patokan kita adalah mendorong UU Keistimewaan, lepas dari internal Keraton. PDIP tidak akan keluar dari jalur. DPP mengamanatkan untuk membuat UU Keistimewaan. Jadi perda turun langsung dari UU Keistimewaan, ini unik dan satu-satunya di Indonesia. Ketika itu ada Pak Ganjar sebagai komandan, dengan segala perdebatan sengit akhirnya UU Keistimewaan disahkan.”0

Di level kantor publik (legislatif), Keistimewaan DIY menjadi bagian dari perjuangan masyarakat yang harus direspons oleh PDI Perjuangan. Fraksi PDI Perjuangan saat itu, berusaha melihat RUU Khusus DIY dari semua aspek. Menyerap aspirasi masyarakat Jogya menjadi kemutlakan. Aspek historis juga jadi pertimbangan utama. Gelagat arah politik akan dicermati dengan hati-hati oleh Fraksi PDI Perjuangan saat itu. Fraksi PDIP di DPR berpandangan bahwa DIY sebagai bagian dari NKRI yang harus utuh berwibawa bermartabat.0 PDIP sendiri terus mendorong pemerintah pusat saat itu untuk melihat perkembangan kebutuhan masyarakat dan mendorong untuk pemberian Keistimewaan Yogyakarta.0 Sampai akhirnya UUK ditetapkan PDIP melalui DPD dan kadernya di kantor publik terus mengawal kebijakan terkait dengan pelaksanaan Keistimewaan Yogyakarta.

Usaha PDIP DIY untuk mengikuti kebijakan dari kantor pusat untuk mendukung Keistimewaan Yogyakarta pada dasarnya adalah upaya partai untuk melaksanakan artikulasi dan agregasi kepentingan. Berbagai ragam pendapat, aspirasi maupun kepentingan yang ada di dalam masyarakat yang disalurkan partai politik dapat berupa tuntutan maupun dukungan. Artikulasi dan agreragasi kepentingan yang dilaksanakan PDIP DIY pada hakikatnya adalah input, kemudian akan disampaikan kepada badan yang mempunyai wewenang untuk menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mempunyai kekuatan mengikat segenap warga melalui kadernya yang ada di kantor publik.0 Kader di kantor publik lah yang berperan dalam mendesak

0 Wawancara dengan Wakil Ketua DPD PDIP DIY bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Wakil Ketua Fraksi PDIP DPRD DIY, Dwi Wahyu Sediyantoro pada April 2017.

0 Tjahjo Kumolo,” RUU Keistimewaan DIY, Semakin Cepat Diajukan Semakin Baik,” ditulis pada 8 Desember 2010, diakses pada 1 Juni 2017, http://www.tjahjokumolo.com/2010/12/ruu-keistimewaan-diy-semakin-cepat-diajukan-semakin-baik/.

0 Anonim,” PDIP: Pemerintah Harusnya Tangkap Aspirasi Warga Yogya,” ditulis pada 3 Desember 2010, diakses pada 1 Juni 2017, http://www.tjahjokumolo.com/2010/12/pdip-pemerintah-harusnya-tangkap-aspirasi-warga-yogya/.

agar Keistimewaan Yogyakarta dapat dibakukan dengan keluarnya Undang-Undang Keistimewaan.

Di satu sisi kecenderungan DPD PDIP DIY dalam mengikuti arahan kantor pusat dalam mengawal Keistimewaan Yogyakarta masih menunjukan bentuk otonomi relatif yang masih ada. Otonomi relatif ini terjadi karena masih kuatnya sentralisasi kantor pusat atas kantor cabang, dalam hal ini terkait dengan relasi DPP dengan DPD DIY. Sistem kepartaian yang muncul belum mampu membuka ruang yang cukup bagi masyarakat untuk mengkontrol demokrasi internal partai. Akibatnya DPD PDIP DIY sebagai kantor cabang kesulitan untuk mengambil kebijakan yang independen dari arahan DPP.0

Besarnya pengaruh DPP terhadap kantor cabang juga tidak terlepas dari ketokohan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Ketokohan Megawati yang sangat sentral sangat mempengaruhi penyikapan dan garis besar kebijakan partai terhadap suatu masalah. Peran sentral ini juga disebabkan oleh loyalitas kader yang tinggi yang menyebabkan Megawati Soekarnoputri terpilih berturut-turut dari Kongres tahun 1999 sampai sekarang. Ketokohan Megawati Soekarnoputri sudah pasti ikut mempengaruhi cara partai mengelola diri dari kantor pusat sampai akar rumput. Desentralisasi kekuasaan yang diberikan kepada pengurus daerah terbilang kurang. Dalam berbagai penyikapan isu termasuk masalah Keistimewaan Yogyakarta bisa jadi berdasar arahan Ketua Umum yang dikeluarkan secara resmi oleh DPP, sehingga otomatis DPD PDIP DIY harus mengikutinya.0

Setelah UUK ditetapkan, DPD PDIP DIY tetap serius dalam mengawal masalah Keistimewaan Yogyakarta melalui kadernya yang ada di kantor publik. Fraksi PDIP baik di tingkat nasional maupun tingkat lokal mampu menggaet partai lain untuk ikut mendukung Keistimewaan Yogyakarta. Dalam penyampaian pandangan fraksi menganggap mekanisme penetapan jabatan gubernur perlu dipertahankan karena di situ lah letak Keistimewaan Yogyakarta. Fraksi berpandangan bahwasannya secara politik keistimewaan dengan sistem penetapan Sultan sebagai kepala pemerintahan (Gubernur) dan Paku Alam sebagai wakilnya, juga harus kita

0 Syamsuddin Haris. Partai dan Parlemen Lokal Era Transisi Demokrasi di Indonesia Studi Kinerja Partai-Partai di DPRD Kabupaten/Kota (Jakarta: LIPI Press, 2007): 15-18.

0 Hadi Mustafa. Skripsi. Kepemimpinan Karismatik: Studi tentang Kepemimpinan Politik Megawati Soekarnoputri dalam PDIP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2011): 55-60.

pertahankan. Tanpa adanya kedua komponen ini (komponen budaya dan politik) maka sesungguhnya tak akan ada lagi makna Keistimewaan Yogyakarta.0

Termasuk ketika UUK dirasa ada masalah dan menyulitkan dalam pembentukan raperdais, kader di kantor publik membuat inisiatif untuk melakukan

judicial review. Esti Wijayati, Anggota Komisi X DPR RI dari Dapil DIY menegaskan bahwasannya UUK DIY dalam pasal 18 tentang syarat calon Gubernur memang bias gender. Seharusnya sebagai produk hukum, UUK DIY tidak boleh diskriminatif. Wakil Ketua Fraksi PDIP DPRD DIY, Dwi Wahyu Budiantoro, mengungkapkan bahwa dirinya akan mendorong pada PDIP untuk menjadi inisiator Judicial Review. Menurutnya, langkah ini adalah solusi atas polemik perbedaan pendapat di masyarakat dan DPRD.0

Tidak hanya terkait masalah politik, munculnya UUK juga memunculkan tantangan terhadap pengelolaan anggaran. Anggaran yang muncul dari Dana Keistimewaan selama ini belum dikelola secara optimal. Hal tersebut diakui oleh Wakil Ketua Fraksi PDIP DPRD DIY sebagai beriku:

“Setelah lahir UU Keistimewaan, ada 1,3 triliun tiap tahun untuk dana daerah Keistimewaan. Anggaran tidak pernah habis, selalu habis setengahnya. DRPD tidak pernah dilibatkan, tapi lucunya dana keistimewaan itu masuk di APBD, namun tidak pernah diajak rembug-an DPRD. Hubungan mesra PDIP dan Ngarso Dalem seperti apa? Mesra sekali. Bisa dibandingkan, menyikapi tentang Keistimewaan (antara partai-partai). Bicara tentang Keistimewaan, sebetulnya dana di DIY itu banyak ada dana desa, DAU, DAK, dana Keistimewaan, namun belum mampu mengatasi kemiskinan.”.0

Belum dikelola dengan baiknya dana Keistimewaan bisa jadi karena masih kurangnya komunikasi antara Sultan sebagai Kepala Pemerintahan dengan para kader PDIP di kantor publik. Meskipun, Kepala DPD PDIP DIY menyatakan bahwasannya hubungan partainya dengan pihak Kasultanan sangat mesra dan baik-baik saja.

0 Anonim,”PDIP, Hanura, PKB Tolak Pemilihan Gubernur DIY,” JPNN, 2 Februari 2011, diakses pada 1 Juni 2017, http://www.jpnn.com/news/pdip-hanura-pkb-tolak-pemilihan-gubernur-diy.

0 Anonim,”Ketua Semar Sembogo Pertanyakan Sikap PDIP,” Tribun Jogja, 23 Maret 2015, diakses pada 1 Juni 2017, http://jogja.tribunnews.com/2015/03/23/ketua-semar-sembogo-pertanyakan-sikap-pdip.

0 Wawancara dengan Wakil Ketua DPD PDIP DIY bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Wakil Ketua Fraksi PDIP DPRD DIY, Dwi Wahyu Sediyantoro pada April 2017.

“Itulah Keistimewaan DIY. Situasi yang panas dapat diredam dgn Ketua-ketua DPRD itu adalah dari kader PDIP. Dalam hal Keistimewaan, kita yang paling konsisten... Jika ditanya konflik di keraton, itu kita tidak ada ikut campur. Jadi jika ada keputusan di Keraton, kita menghargai.”0

DPD PDIP DIY tampaknya harus lebih mengintensifkan komunikasi politik dengan Kesultanan. Karena bagaimana pun jua, komunikasi politik adalah salah satu kunci keberhasilan dari proses artikulasi dan agregasi kepentingan yang dilakukan oleh PDIP sebagai parpol. Sebagai sarana komunikasi politik bahwasannya parpol di satu pihak merumuskan kepentingan dan menggabungkan atau menyalurkan kepentingan masyarakat untuk disampaikan dan diperjuangkan pada pemerintah DIY, sedangkan di pihak lain juga berfungsi untuk menjelaskan dan menyebarluaskan kebijaksanaan pemerintah kepada masyarakat (khususnya bagi kader yang ada di kantor publik.0

Dalam mendukung keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, PDIP memiliki mekanisme pengambilan keputusan tersendiri. Adanya dukungan PDIP DIY kepada Keistimewaan Yogya bermula ketika sedang ketidakadaannya kejelasan terkait dengan aturan dan mekanisme mengenai pergantian gubernur dan wakil gubernur. Sebelum adanya UU keistimewaan, gubernur dijabat oleh keturunan keraton, Sedangkan wakil gubernur turun- temurun dari Paku Alaman. Sehingga setiap pergantian gubernur dan wakil gubernur selalu terjadi ontran-ontran.0

Hasil keputusan pemilu pun bersifat bulat atau sesuai dengan aturan keraton. Setelah itu, PDIP DIY mengusulkan adanya pembuatan Undang- Undang keistimewaan, termasuk dalam menangani kasus Ganjar Pranowo. Selain mendukung dan mengusulkan Undang- Undang keistimewaan, PDIP DIY dalam tataran legislatif juga memberikan dukungan penuh yang berupa pembuatan dan pengesahan UU Keistimewaan di Senayan (pusat), sehingga pada tahun 2013 lahirlah Undang-Undang Keistimewaan. UU keistimewaan juga merekomendasikan beberapa perda

0 Wawancara dengan Ketua DPD PDIP DIY, Bambang Praswanto pada April 2017.

0 A. Mukthie Fadjar. Partai Politik dalam Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia (Malang: Setara Press, 2012): 18-19.

0 Wawancara dengan Wakil Ketua DPD PDIP DIY bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Wakil Ketua Fraksi PDIP DPRD DIY, Dwi Wahyu Sediyantoro pada Mei 2017.

yang harus dibuat oleh daerah, seperti Perda di Bidang Pertanahan, Perda di Bidang Tata Ruang, Kebudayaan, dan Kelembagaan.0

Dalam upaya menyukseskan perda yang berada di bawah naungan UU Keistimewaan, PDIP berupaya mengamankan UU Keistimewaan secara kelembagaan dan mengawal proses pengimplementasian perda. Perda yang sudah selesai atau sudah terlaksana dengan baik adalah Perda di bidang pertanahan, sedangkan Perda yang masih dalam tahap proses pengimplementasian, evaluasi, dan persiapan pelaksanaan adalah Perda di bidang Tata Ruang. PDIP hanya melaksanakan dan mengawal keistimewaan DIY secara kelembagaan dan bekerja berdasarkan apa yang menjadi hak dan keawajiban yang telah diatur oleh undang-undang. Apabila terdapat pelanggaran terhadap UU pada internal keraton, PDIP tidak ikut campur. Terkait dengan polemik yang kini terjadi pada internal keraton, tidaklah menjadi kewajiban bagi PDIP untuk masuk ke dalam permasalahan tersebut.0

Berkaitan dengan tugas dan wewenang internal, PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki mekanisme dalam mengambil keputusan yang bersifat program tahunan maupun masalah yang harus segera ditangani. Untuk internal partai, selama lima tahun PDIP melaksanakan hasil keputusan dari kongres. Setelah pelaksanaan kongres, akan disusun Raker (Rencana Kerja) yang terdiri dari Rakerda atau Rencana kerja daerah untuk ditingkat daerah atau provinsi dan Rakerca atau Rencana Kerja Cabang untuk di tingkat cabang (kabupaten/kota). Grand plan dari kinerja partai adalah beradasarkan keputusan kongres dan untuk pelaksanaannya akan dibahas dalam Rapat Kinerja Nasional, termasuk di dalamnya menyiapkan program dan strategi pemenangan pemilu. Untuk PDIP tingkat DPD, akan dilaksanakan Rapat Kinerja Daerah dengan mengundang DPC dan PAC dalam satu wilayah provinsi. Setelah rakerda selesai, DPC akan menindaklanjuti hasil rakerda sesuai dengan kebutuhan- kebutuhan di setiap cabang dengan Rakercab (Rapat Kinerja Cabang) dan mengundang sampe anak ranting. Setelah Rakercab selesai, pada tingkat kecamatan akan melaksanakan Rakerancab (Rapat Kinerja Anak Cabang) yang mengundang seluruh anak ranting dalam satu wilayah Cabang supaya lebih fokus karena pemetaan wilayah di setiap daerah maupun cabang berbeda- beda.

0 Ibied.,

Terkait dengan kebebasan pengambilan keputusan oleh DPD dari DPP, kebebasan harus tetap berada pada garis keputusan kongres. Secara teknis, muatan lokal ini nantinya akan di breakdown menjadi sebuah konsep yang tentu saja berbeda daerah satu dengan daerah lain. Untuk strategi konsolidasi untuk merebut segmen di masyarakat, terdapat sinergisitas antara partai dengan legislatif. Logikanya, masyarakat memiliki masalah, baik dari segi pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi. Lalu, apa yang akan dilakukan partai politik? Tentu saja bukan kegiatan amal karena pada partai sendiripun mengalami keterbatasan finansial, sehingga partai bisa menyelesaikan permasalahan di masyarakat melalui kebijakan. Partai mengutus wakilnya di legislatif untuk membuat kebijakan yang pro-rakyat untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat dengan anggaran yang sesuai dengan slot di APBD. PDIP sendiri memiliki agenda Rapat Tiga Pilar yang dilaksanakan setiap tiga bulan sekali untuk mempertemukan eksekutif, legislatif, dan partai. Utusan legislatif dari PDIP harus memperjuangkan bagaimana APBD “berwarna merah” sesuai dengan masukan dari masyarakat. Legislatif dan eksekutif membuat suatu kebijakan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Siapa yang akan melaksanakan kebijakan ? tentu saja partai. Oleh karena itu, penyusunan dan perencaan kebijakan harus mengundang partai politik. Untuk keterlibatan anggota (kader) dalam proses penyusunan kebijakan, anggota diberikan hak untuk memberikan usulan atau masukan. Dengan alur dimana kader maupun organisasi sayap pun memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mensejahterakan rakyat. Oleh karena itu, setiap anggota dan organisasi sayap partai diberikan hak untuk memberikan masukan untuk mengambil suatu keputusan.

Hambatan dan tantangan yang dihadapi PDIP dalam mengambil keputusan termasuk dalam pengawalan Keistimewaan Yogyakarta adalah terkadang datang dari masyarakat. Masyarakat selalu menunggu, tidak langsung menyampaikan berkaitan dengan masalah yang dihadapi, sehingga antara partai dengan masyarakat tidak terjalin komunikasi yang baik. Yang diketahui oleh masyarakat adalah bahwasannya anggota dewan itu maling, dan tidak pro- rakyat. Terkadang masyarakat lupa bahwa sebaik apapun kepala daerah membuat suatu kebijakan, tidak akan berjalan tanpa adanya dukungan dari legislatif. Terlebih legislatif inilah yang mengatur anggaran sekaligus mengawasi keluar masuk anggaran dan kinerja eksekutif. Sehingga,

program dari kepala daerah pun juga harus selaras dengan program kinerja parlemen dan dimana setiap kebijakan harus dibuat untuk kepentingan rakyat.

Untuk menyelesaikan permasalahan di masyarakat, PDIP datang dengan pendekatan kultural. Karena tidak penting ketika turun ke masyarakat, dan masyarakat harus tahu siapa identitas kita melalui simbol partai yang dibawa, sehingga pendekatannya pun lebih baik secara kultural. Tanpa identitas partai, masyarakat dapat menilai dan tahu siapa saja yang memang biasanya turun ke masyarakat. Memang pada dasarnya PDIP di DIY dikenal dekat dengan rakyat, sehingga ketika kampanye pun tidak perlu muluk- muluk, karena masyakat tahu dan sudah mampu menilai. Pendekatan ini dilakukan melalui forum yang ditujukan untuk mempertemukan masyarakat dengan partai.

BAB V PENUTUP

Dalam dokumen Partai Politik dan Konsolidasi Demokrasi (Halaman 31-39)

Dokumen terkait