• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.5.1 Cara Pengelolaan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus, peneliti menanyakan pengelolaan apa saja yang dilakukan responden untuk mengendalikan diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui pengelolaan apa saja yang responden lakukan untuk dapat mengendalikan penyakitnya. Serta sejauh mana usaha yang dilakukan responden untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Pengelolaan yang dilakukan oleh responden (Tabel 4.34)

Tabel 4.34

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengelolaan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Pengelolaan Yang Dilakukan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Diet 3 11,1% 7 41,2%

Olahraga 1 3,7% 1 5,8%

Diet, Olahraga 3 11,1% 2 11,8%

Diet, pengobatan 1 3,7% 2 11,8%

Olahraga, pengobatan 1 3,7% 0 0%

Diet, rutin cek darah, pengobatan

7 25,9% 0 0%

Diet, olahraga, rutin cek darah

1 3,7% 2 11,8%

darah, pengobatan

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.34 menunjukan pengelolaan pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan pengelolaan yang dilakukan di kota terbanyak adalah diet, rutin cek kadar glukosa darah, dan pengobatan 25,9%, sedangkan di desa terbanyak adalah pengelolaan dengan cara diet saja 41,2%.

Persentase data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 1 : “melakukan pemeriksaan kadar gula darah rutin 1

bulan sekali, diet dengan cara mengurangi porsi makan yang dahulu 1 piring sekarang menjadi ½ piring dan terkadang nasinya diganti dengan nasi jagung serta lauk pauk porsinya, pengobatan melakukan pengobatan secara farmakologis dan pengobatan tradisional “

Responden 2 : “ pengelolaan dengan olahraga voli dan pola makan

diatur dengan cara mengurangi porsi makan dan

melakukan pengobatan tradisional”

Responden 3 : “Dikelola dengan mengubah pola makan dan

mengurangi porsi makan serta mengganti makan nasi merah, olahraga serta pengobatan tradisional dengan arang batok kelapa serta minum jus wortel

rutin tiap pagi”

Responden 4 : “tidak pernah olahraga ya hanya melakukan pekerjaan

ibu rumahtangga, sama mengurangi porsi makan dan mengganti dengan makan nasi jagung,

pengoabatan di alternatif”

Responden 5 : “ Tidak pernah olahraga hanya bekerja di sawah,

pengobatan di bidan kalau ada uang, sama

4.5.2 Pengelolaan Dengan Diet

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus, peneliti menanyakan apakah pengelolaan yang dilakukan responden dengan melakukan diet serta bagaimana cara melakukan diet tersebut. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui dengan cara seperti apa diet tersebut dilakukan oleh responden dalam mengendalikan diabetes mellitus. Pengelolaan dengan cara diet yang dilakukan responden (Tabel 4.35)

Tabel 4.35

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Cara Melakukan Diet

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Tidak Melakukan Diet 3 11,1% 0 0% Mengurangi porsi makan 1 3,7% 0 0% Mengurangi porsi makan,

mengurangi yang manis-manis

15 55,5% 6 35,3%

Mengurang yang manis-manis, mengganti makanan dengan jenis makanan lain

2 7,4% 2 11,8%

Cara Melakukan Diet

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Mengurangi porsi makan,

mengganti makanan dengan jenis makanan lain

0 0% 1 5,8%

Mengurangi porsi makan, mengurang yang manis-manis, mengganti makanan dengan jenis makanan lain

6 22,2% 8 47%

Tabel 4.35 menunjukan pengelolaan dengan cara diet yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan cara diet yang dilakukan di kota terbanyak adalah mengurangi porsi makan dan mengurangi yang manis-manis 55,5%, sedangkan di desa terbanyak mengurangi porsi makan, mengurangi yang manis-manis, dan mengganti makanan dengan jenis makanan lain 47%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 1 : “Mengurangi porsi makan yang dahulu 1 piring

sekarang menjadi ½ piring serta lauk pauk porsinya dikurangi kemudian mengurangi makan/minum yang manis”

Responden 2 :“Hanya mengurangi makan dan minum yang manis serta porsi dikurangi”

Responden 3 :“Diet dengan cara mengurangi porsi makan dan

mengganti nasi biasa dengan nasi merah”

Responden 4 : “Mengurangi porsi makan dan nasinya diganti dengan

nasi kemarin”

Responden 5 : “Diet dengan cara sehari makan 2 kali pagi dan sore,

pagi makan nasi kemarin dan sore makan nasi jagung, porsi dikurangi”

4.5.3 Frekuensi Makan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti menanyakan berapa kali sehari responden melakukan makan. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui kepatuhan menjalani diet itu sendiri dalam

hal frekuensi makan dalam sehari. Frekuensi makan yang dilakukan oleh responden (Tabel 4.36)

Tabel 4.36

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Frekuensi Makan Dalam 1 Hari

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

2 kali sehari 7 25,9% 8 47%

3 kali sehari 17 63% 9 53%

>3 kali sehari 3 11,1% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.36 menunjukan frekuensi makan pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan frekuensi makan yang dilakukan terbanyak baik di kota maupun di desa yaitu 3 kali sehari, dengan persentase di kota 63% dan desa 53%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 1 : “Frekuensi makan tetap 3 kali sehari walaupun porsi

makan dikurangi”

Responden 2 : “Frekuensi makan tetap 3 kali sehari” Responden 3 : “Dalam satu hari tetap makan 3 kali”

Responden 4 :“Dulu kalau belum tahu kena diabetes ya 3-4 kali sehari

sekarang cuma 2 kali sehari pagi sama sore..biar

cepet sembuh mbak…”

Responden 5 : “1 hari tu mbak kadang saya makan 1 kali kadang 2

kali gak tentu. Makan nasi jagung sedikit nanti makan ketelanya sedikit…1 piring itu gak penuh mbak”

4.5.4 Makanan Tambahan Lain Yang Di Konsumsi

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti menanyakan ada tidaknya makanan tambahan lain yang dikonsumsi oleh responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui dalam melakukan diet, apakah responden menggunakan makanan tambahan lain untuk dikonsumsi serta tetap mempertahankan asupan gizi responden. Adanya makanan tambahan lain yang dikonsumsi responden (Tabel 4.37)

Tabel 4.37

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Makanan Tambahan Lain Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu

Adakah Makanan Tambahan Lain Yang di Konsumsi

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 14 51,9% 9 52,9%

Tidak 13 48,1% 8 47,1%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.37 menunjukan ada tidaknya makanan tambahan lain yang dikonsumsi pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak sama yaitu mengkonsumsi makanan tambahan lain, dengan persentase di kota 51,9% dan desa 52,9%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 2 : “Menggunakan makanan tambahan lain seperti nasi jagung, kentang dan ubi-ubian”

Responden 4 : “Terkadang mengkonsumsi singkong dan ubi”

Responden 5 : “Mengkonsumsi nasi jagung”

4.5.5 Jenis Makanan Tambahan Lain

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti menanyakan apa saja jenis makanan tambahan lain yang dikonsumsi oleh responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui jenis makanan tambahan apa saja yang responden konsumsi untuk mengelola diet itu sendiri. Jenis makanan tambahan lain yang dikonsumsi responden (Tabel 4.38)

Tabel 4.38

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Makanan Tambahan Lain Yang di Konsumsi Pada Penderita Diabetes Mellitus

di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu Jenis Makanan Tambahan Yang di Konsumsi

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Tidak ada tambahan

makanan lain 13 48,1% 8 47% Ubi-ubian 3 11,1% 2 11,8% Nasi jagung 3 11,1% 0 0% Beras merah 1 3,7% 0 0% Buah 2 7,4% 0 0%

Ubi-ubian, nasi jagung 2 7,4% 3 17,6%

Ubi-ubian, buah 1 3,7% 1 5,9%

Jenis Makanan Tambahan Yang di Konsumsi

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Makanan ringan, buah 1 3,7% 0 0%

Buah, nasi jagung 0 0% 1 5,9%

Ubi-ubian, kacang-kacangan, nasi jagung

1 3,7% 1 5,9%

Ubi-ubian, nasih wadang dan nasi jagung

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.38 menunjukan jenis makanan tambahan lain yang di konsumsi oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa jenis makanan tambahan lain yang dikonsumsi terbanyak sama yaitu ubi-ubian dan nasi jagung, dnegan persentase di kota 11,1% dan desa 17,6%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 2 : “Menggunakan makanan tambahan lain seperti nasi

jagung, kentang dan ubi-ubian”

Responden 4 : “Terkadang mengkonsumsi singkong dan ubi”

Responden 5 : “Mengkonsumsi nasi jagung”

4.5.6 Pelaksanaan Diet

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti menanyakan apakah responden melaksanakan diet setiap hari. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui kepatuhan responden dalam melaksanakan diet. Pelaksanaan diet yang dilakukan responden (Tabel 4.39)

Tabel 4.39

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 23 85,2% 16 94,1%

Tidak 4 14,8% 1 5,9%

Total 27 100% 7 100%

Tabel 4.39 menunjukan keseringan dalam melakukan diet oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota dan di desa sebagian besar melakukan diet setiap hari, dengan persentase di kota 85,2% dan desa 94,1%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 2 : “Setiap hari mbak..porsi dikurangi tetapi tetap makan 3

kali sehari”

Responden 3 : “Iya harus patuh tiap hari…karena saya merasa

mempunyai resiko kencing manis dari bapak saya sehingga saya tetap mengelola badan saya sendiri supaya tidak terjadi komplikasi makanya saya patuh diet tiap hari…tetap makan dan tetap diet gitu mbak…” Responden 5 : “Ya setiap hari sampai bosan…terkadang itu pengen

makan nasi beras beli diwarung tapi

jarang-jarang…Dulunya saya makan 3 kali sehari saya

kurangi jadi 2 kali sehari kadang malah 1 kali

sehari…kalau ketela biasanya dibuat cemilan aja…”

4.5.7 Penurunan Berat Badan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti menanyakan ada tidaknya penurunan berat badan saat melakukan diet dan berapa kg penurunan berat badan yang dialami. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti

ingin mengetahui saat melakukan diet, apakah responden mengalami penurunan berat badan secara signifikan atau tidak. Penurunan berat badan responden (Tabel 4.40)

Tabel 4.40

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan Berat Badan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Jumlah kg Penurunan Berat Badan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Tidak ada penurunan 23 85,2% 13 76,5%

2 kg 2 7,4% 2 11,7%

3 kg 1 3,7% 1 5,9%

4 kg 0 0% 1 5,9%

6 kg 1 3,7% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.40 menunjukan penurunan berat badan pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa yang paling mendominasi adalah tidak adanya penurunan berat badan yang dialami, dengan persentase di kota 85,2% dan desa 76,5%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 1 : “ Tidak ada penurunan berat badan mbak...malah naik karena saya banyak ngemil”

Responden 2 : “Kurang lebih 4 kg turun berat badan saya”

Responden 3 : “ya sekitar 2-3 kg mungkin dari efek saya diet tadi

Responden 4 : “Efeknya ya badan saya menjadi lebih kurus mungkin turun berat badan saya tetapi saya tidak pernah

timbang mbak”

Responden 5 : “Berat badan turun 2 kg mbak…tapi sayabiarkan saja”

4.5.8 Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan diet, peneliti menanyakan adakah pemantauan/evaluasi diet dari tenaga kesehatan dan apa saja hal-hal yang dipantau oleh tenaga kesehatan. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya pemantauan/evaluasi dari tenaga kesehatan tentang diet yang dijalani responden. Serta hal-hal apa saja yang tenaga kesehatan pantau dalam menjalani diet. Pemantauan diet dari tenaga kesehatan pada responden (Tabel 4.41)

Tabel 4.41

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu

Adanya Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak ada 8 29,6% 9 52,9%

Kepatuhan diet 7 25,9% 3 17,6%

Makanan untuk diet 1 3,7% 1 5,9%

Berat badan 1 3,7% 0 0%

Kepatuhan diet, makanan untuk diet

1 3,7% 2 11,7%

Kepatuhan diet, waktu diet

4 14,8% 1 5,9%

Adanya Pemantauan Diet Dari Tenaga Kesehatan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Kepatuhan diet, berat

badan

1 3,7% 0 0%

Kepatuhan diet, waktu diet, makanan untuk diet

Kepatuhan diet, makanan untuk diet, berat badan

0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.41 menunjukan pemantauan diet dari tenaga kesehatan yang pernah dialami oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak adalah tidak adanya pemantauan diet dari tenaga kesehatan, dengan persentase di kota 29,6% dan desa 52,9%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 1 : “Tidak ada”

Responden 2 : “Setahu saya tidak pernah”

Responden 3 : “Dulu tidak ada pantauan sekarang saya tidak pernah

pergi periksa lagi” Responden 4 : “Tidak pernah”

Responden 5 : “Tidak ada pemantauan mbak…orang desa kok”

4.5.9 Manfaat Latihan Jasmani

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan pengetahuan responden mengenai manfaat latihan jasmani/olahraga bagi penderita diabetes mellitus. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui pengetahuan tentang

manfaat olahraga/ latihan jasmani yang diketahui oleh responden dalam mengendalikan diabetes mellitus. Pengetahuan manfaat olahraga/ latihan jasmani pada responden (Tabel 4.42)

Tabel 4.42

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Manfaat Latihan Jasmani Bagi Penderita Diabetes Pada Penderita Diabetes Mellitus di

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Manfaat Olahraga/Latihan Jasmani Bagi Penderita Diabetes Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak tahu 5 18,5% 10 58,9%

Menurunkan kadar gula darah 6 22,2% 2 11,7% Mencegah kegemukan 4 14,8% 0 0% Mencegah komplikasi 1 3,7% 0 0% Mengeluarkan keringat 0 0% 1 5,9% Badan segar 1 3,7% 0 0%

Menurunkan kadar gula darah, mencegah komplikasi

5 18,5% 2 11,7%

Menurunkan kadar gula darah, mencegah kegemukan, mencegah komplikasi

5 18,5% 2 11,7%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.42 menunjukan pengetahuan manfaat latihan jasmani bagi penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data di atas memperlihatkan di kota terbanyak mengetahui manfaat olahraga yaitu dapat menurunkan kadar glukosa darah 22,2%, sedangkan di desa terbanyak tidak mengetahui manfaat olahraga bagi penderita diabetes mellitus 58,9% .

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 1 : “Sebenarnya olahraga itu baik ya mbak untuk

kesehatan apalagi yang mempunyai sakit diabetes seperti saya ini tetapi terkadang saya malas dan banyaknya rutinitas menjadikan saya lebih malas

lagi…terkadang saya sempatkan jalan-jalan ya

terasa segar jika keringat itu keluar tetapi

kadang-kadang tidak sempat”

Responden 2 : “ Untuk mengendalikan diabetes saya harus olahraga,

maka dari itu tiap hari saya bekerja biar mengeluarkan keringat supaya kadar gula darah saya bisa turun”

Responden 3 : “Manfaat olahraga ya seperti tadi saya sampaikan,

sebagian besar bisa untuk mengurangi kadar gula darah”

Responden 4 : “Seger mbak kalau keringat sudah keluar walaupun

capek pasti…kelihatanya seperti penyakit keluar

lewat keringat saat melakukan pekerjaan tadi”

Responden 5 : “Olahraganya ya disawah itu bertani nanti keluar

keringat sendiri kalau olahraga-olahraga lain gak

pernah”

4.5.10 Pemeriksaan Sebelum Olahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/ latihan jasmani, peneliti menanyakan sebelum melakukan olahraga apakah responden melakukan pemeriksaan medis. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya pemeriksaan medis sebelum responden melakukan olahraga/ latihan jasmani. Pemeriksaan sebelum olahraga yang dilakukan responden (Tabel 4.43)

Tabel 4.43

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Sebelum Olahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu

Apakah Ada Pemeriksaan Medis Sebelum Melakukan Olahraga Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 1 3,7% 0 0%

Tidak 26 96,3% 17 100%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.43 menunjukan ada tidaknya pemeriksaan sebelum olahraga pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa yang paling mendominasi adalah tidak adanya pemeriksaan yang dilakukan sebelum olahraga, dengan persentase di kota 96,3% dan desa 100%. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara kepada 5 responden di kota maupun di desa yang mengatakan tidak adanya pemeriksaan medis sebelum olahraga.

4.5.11 Frekuensi Berolahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/ latihan jasmani, peneliti menanyakan seberapa sering responden melakukan olahraga/ latihan jasmani. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui keseringan melakukan olahraga dalam upaya mengendalikan diabetes mellitus yang dilakukan oleh responden. Frekuensi olahraga yang dilakukan responden (Tabel 4.44)

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Berolahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Frekuensi Olahraga/Latihan Jasmani

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Pernah 8 29,6% 8 47% Setiap hari 11 40,7% 6 35,3% 3 hari sekali 2 7,4% 1 5,9% 1 minggu sekali 5 18,5% 2 11,7% Tidak tentu 1 3,7% 0 0% Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.44 menunjukan frekuensi berolahraga pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak melakukan olahraga setiap hari, dengan persentase di kota 40,7% dan desa 35,3%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 2 : “Melakukan olahraga setiap hari di sekolah seperti

main voli dan bulu tangkis”

Responden 3 : “Duahari sekali…pokoknya rutin 2 hari sekali mbak…”

4.5.12 Jenis Olahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/ latihan jasmani, peneliti menanyakan jenis olahraga apa yang responden lakukan. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui jenis-jenis olahraga seperti apa yang responden lakukan dalam mengendalikan diabetes

Tabel 4.45

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Olahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Jenis Olahraga Yang Dilakukan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak ada 8 29,6% 8 47% Joging 5 18,5% 2 11,8% Senam 2 7,4% 0 0% Bekerja 4 14,8% 4 23,5% Joging,senam 3 11,1% 2 11,8% Joging,bersepeda 3 11,1% 0 0% Joging,bersepeda,bekerja 1 3,7% 1 5,9% Jalan santai di sekitar

rumah

1 3,7% 0 0%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.45 menunjukan jenis olahraga pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan jenis olahraga yang paling banyak dilakukan di kota adalah jogging 18,5% sedangkan di desa bekerja 23,5%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada 5 responden sebagai berikut :

Responden 2 : “ Olahraganya voli kalau tidak badminton “

Responden 3 : “Senam aerobik mbak… terkadang jalan-jalan/ lari-lari

kecil disekeliling rumah atau dijalan sana 2-3 km sama suami saya mengelilingi sekolahan beberapa

kali begitu…”

Responden 4 : “Tidak mbak…saya cuma ibu rumahtangga jadi

olahraganya ya bersih-bersih rumah, nimba-nimba air, nyuci juga udah bikin badan saya berkeringat” Responden 5 : “Tidak pernah mbak…olahraganya ya disawah itu

bertani nanti keluar keringat sendiri kalau

4.5.13 Lamanya Berolahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/ latihan jasmani, peneliti menanyakan berapa lama responden melakukan olahraga/ latihan jasmani. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui dalam mengelola diabetes mellitus berapa lama responden melakukan olahraga/ latihan jasmani. Lamanya berolahraga yang dilakukan responden (Tabel 4.46)

Tabel 4.46

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lamanya Olahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Lamanya Berolahraga

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak berolahraga 8 29,6% 8 47% 15 menit 4 14,8% 2 11,8% 30 menit 6 22,2% 1 5,9% 45 menit 5 18,5% 2 11,8% >60 menit 4 14,8% 4 23,5% Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.46 menunjukan lamanya berolahraga pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan lama berolahraga yang dilakukan penderita di kota terbanyak 30 menit 22,2%, sedangkan di desa terbanyak lebih dari 60 menit 23,5%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 2 : “kurang lebih 30 menit-60 menitan samapai keluar

keringat”

Responden 3 : “1 jam mbak (60 menit)”

Responden 4 : “olahraganya ya bersih-bersih rumah, nimba-nimba air,

nyuci juga udah bikin badan saya berkeringat yang berjam-jam”

Responden 5 : “ Namanya ibu rumah tangga ya bekerjanya macam

-macam sampai berjam-jam mbak..”

4.5.14 Penurunan Berat Badan Saat Berolahraga

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan ada tidaknya penurunan berat badan yang dialami oleh responden saat melakukan olahraga. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui saat melakukan olahraga/latihan jasmani, responden mengalami penurunan berat badan atau tidak. Penurunan berat badan saat berolahraga yang dialami responden (Tabel 4.47)

Tabel 4.47

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penurunan Berat Badan Saat Berolahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu

Ada tidaknya Penurunan Berat Badan Saat Berolahraga Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 18 66,7 % 6 35,3 %

Tidak 9 33,3 % 11 64,7 %

Total 27 100 % 17 100 %

Tabel 4.47 menunjukan penurunan berat badan pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data

diatas memperlihatkan di kota terbanyak mengalami penurunan berat badan 66,7% sedangkan di desa terbanyak tidak mengalami penurunan berat badan 64,7%.

4.5.15 Keluhan Saat Olahraga/Latihan Jasmani

Pada aspek pengelolaan diabetes mellitus dengan olahraga/latihan jasmani, peneliti menanyakan ada tidaknya keluhan yang responden alami saat melakukan olahraga/latihan jasmani. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya keluhan yang dapat membahayakan responden saat melakukan olahraga. Adanya keluhan saat berolahraga yang dialami responden (Tabel 4.48)

Tabel 4.48

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Saat Olahraga Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Ada tidaknya Keluhan Saat Melakukan Olahraga

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 5 18,5% 3 17,6%

Tidak 22 81,5% 14 82,4%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.48 menunjukan ada tidaknya keluhan saat olahraga pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa yang paling mendominasi adalah tidak adanya keluhan yang dialami saat berolahraga, dengan persentase di kota 81,5% dan desa 82,4%.

Dokumen terkait