• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4.1 Tempat Berobat

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan dimana tempat berobat yang dipilih oleh responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan tempat berobat adalah untuk mengetahui apakah responden memanfaatkan fasilitas kesehatan atau tidak sebagai tempat berobat yang dipilih. Tempat berobat yang dipilih responden (Tabel 4.20).

Tabel 4.20

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Berobat Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu

Pilihan Tempat Berobat

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Puskesmas 11 40,7% 6 35,3% Bidan 4 14,8% 3 17,6% Klinik kesehatan 4 14,8% 0 0% Rumah sakit 4 14,8% 1 5,9% Puskesmas,klinik kesehatan 4 14,8% 2 11,7% Puskesmas, bidan 0 0% 2 11,7% Klinik kesehatan, rumah sakit 0 0% 1 5,9% Puskesmas, klinik kesehatan, tempat 0 0% 1 5,9%

pengobatan alternatif

Pilihan Tempat Berobat

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Pengobatan Alternatif 0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.20 menunjukan tempat berobat penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak sama memilih tempat berobat ke Puskesmas, dengan persentase di kota 40,7% dan desa 35,3%.

Persentase diatas didukung oleh hasil wawancara sebagai berikut :

Responden 1 :“Saya berobat ke RS Umum di Purwodadi sampai

sekarang tiap 1 bulan sekali saya cek up ke RS itu” Responden 2 :“Pertama saya pergi berobat di dokter praktek di

Purwodadi”

Responden 3 :“Pergi ke Puskesmas itu tadi..”

Responden 4 :“Pertama kali saya bawa ke Puskesmas mbak, kata

Puskesmas suruh bawa cek kedokter…Lalu saya

bawa ke Dokter Utomo setelah itu tidak kuat lagi biayanya mahal jadi saya sekarang pergi ke

pengobatan alternatif”

Responden 5 :“Cuma 1 bulan itu saya pergi ke Puskesmas setelah itu

ke Bidan desa mbak…”

4.4.2 Alasan Tempat Berobat Yang Dipilih

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan alasan yang mendasari pemilihan tempat berobat responden. Yang menjadi dasar

mengetahui apa saja alasan kuat yang mendasari responden memilih tempat pengobatan. Apa saja alasan responden memilih tempat berobat (Tabel 4.21)

Tabel 4.21

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Tempat Berobat Yang Dipilih Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu

Alasan Tempat Berobat Yang Dipilih

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ekonomi 5 18,5% 9 52,9%

Jarak lebih dekat 2 7,4% 0 0%

Fasilitas 9 33,3% 6 35,3%

Ekonomi, jarak lebih dekat

7 25,9% 1 5,9%

Jarak lebih dekat, fasilitas 3 11,1% 0 0% Fasilitas, lebih percaya berobat ke dokter 1 3,7% 0 0%

Fasilitas, terjamin dan pemeriksaan yang lengkap

0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.21 menunjukan alasan tempat berobat yang dipilih oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan di kota terbanyak memilih tempat berobat dengan alasan fasilitas 33,3% sedangkan di desa terbanyak memilih tempat berobat dengan alasan ekonomi 52,9%.

Persentase pada data diatas didukung oleh hasil wawancara kepada responden sebagai berikut :

Responden 1 :“Karena letaknya dekat dengan rumah saya, saya domisili memang di purwodadi jadi untuk mempersingkat waktu meringankan biaya karena saya kan seorang PNS jadi agak ringan biayanya

kalau priksa di RS Umum”

Responden 2 :“Terus terang saya lebih percaya jika saya berobat ke

dokter dibanding pergi ketempat lain”

Responden 4 :“Alasanya yang pertama ya tidak punya uang

itu…uangnya pas-pasan, saya ini cuma ibu

rumahtangga, suami saya cuma kuli bangunan ya

mbak…mau ke dokter tapi mahal mbak..”

Responden 5 : “Ya itu tadi dekat dari rumah gak ongkos lagi ke

Puskesmas sama biayanya lebih murah mbak maka

dari itu saya pergi berobat ke Bidan desa”

4.4.3 Tingkat Keseringan Berobat

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan tingkat keseringan berobat yang dilakukan responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan tingkat keseringan berobat dikarenakan peneliti ingin mengetahui tingkat kepatuhan pengobatan yang dilakukan responden dengan cara melihat seberapa sering responden pergi berobat. Tingkat keseringan berobat pada responden (Tabel 4.22)

Tabel 4.22

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Keseringan Berobat Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu

Tingkat Keseringan Pergi Berobat/Periksa

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak pernah 2 7,4% 4 23,5% Jarang 2 7,4% 2 11,8% 10 hari sekali 2 7,4% 0 0% 2 minggu sekali 4 14,8% 0 0% 1 bulan sekali 16 59,3% 8 47% 2 bulan sekali 1 3,7% 2 11,8%

3 bulan sekali 0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.22 menunjukan tingkat keseringan berobat pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak sama 1 bulan sekali pergi berobat, dengan persentase di kota 59,3% dan desa 47%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 1 :“Tiap 1 bulan sekali saya cek up ke RS”

Responden 2 :“Dulu 1 bulan sekali kontrol kedokter tetapi sekarang

saya tidak pernah kontrol lagi”

Responden 3 :“Dulu saya 1 bulan sekali cek up di Puskesmas

Ngaringan tapi kebetulan kan saya sudah punya alatnya sendiri untuk jaga-jaga kalau gula darah saya tiba-tiba naik..”

Responden 4 : “Dulu ya 1 bulan sekali saya berobat, sekarang ya

gak pernah mbak…gak punya uang…mending

sekarang ini uangnya buat sekolah anak-anak”

4.4.4 Penggunaan Insulin

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan apakah responden menggunakan pengobatan insulin atau tidak. Hal yang mendasari peneliti menanyakan penggunaan insulin tersebut karena peneliti ingin mengetahui ada tidaknya responden yang menggunakan pengobatan insulin untuk mengontrol kadar glukosa darah dalam keadaan normal. Penggunaan insulin pada responden (Tabel 4.23)

Tabel 4.23

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Apakah Menggunakan Obat Insulin Untuk Mengontrol Kadar Gula Darah

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 1 3,7% 7 41,2%

Tidak 26 96,3% 10 58,8%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.23 menunjukan penggunaan insulin pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak adalah sama tidak menggunakan insulin, dengan persentase di kota 96,3% dan desa 58,8% .

Persentase pada data di atas didukung oleh wawancara kepada 5 responden sebagai berikut :

Responden 1 : “Tidak mbak…” Responden 2 : “Tidak..tidak pernah..”

Responden 3 : “Tidak..tidak pernah sampai sekarang”

Responden 4 : “Gak mbak…saya gak tau itu apa” Responden 5 : “Tidak pernah mbak…”

4.4.5 Lama Penggunaan Insulin

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan sudah berapa lama responden menggunakan pengobatan insulin. Hal yang mendasari peneliti menanyakan lama penggunaan insulin dikarenakan peneliti ingin mengetahui berapa lama penggunaan insulin yang sudah dijalani responden. Selain itu peneliti ingin mengetahui ada tidaknya responden yang tergantung dengan pengobatan insulin. Lama penggunaan insulin pada responden (Tabel 4.24)

Tabel 4.24

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Penggunaan Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan

Desa Truwolu

Lama Penggunaan Pengobatan Insulin

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Tidak Menggunakan Insulin 26 96,3% 10 58,8% < 1 Tahun 1 3,7% 2 11,7% 1 Tahun 0 0% 2 11,7% 2-3 Tahun 0 0% 1 5,9% > 3 Tahun 0 0% 1 5,9% >4 Tahun 0 0% 1 5,9% Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.24 menunjukan lama penggunaan insulin pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan di kota yang menggunakan insulin dengan lama kurang dari 1 tahun 3,7%, sedangkan di desa terbanyak menggunakan insulin selama kurang dari 1 tahun dan 1 tahun masing-masing 11,7%.

4.4.6 Bagian Tubuh Yang Disuntik Insulin

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan di bagian tubuh mana insulin biasa disuntikan. Yang menjadi dasar peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui bagian tubuh mana saja insulin disuntikan dan apakah penyuntikanya dilakukan dibagian tubuh yang sama terus menerus atau tidak. Bagian yang disuntik insulin pada responden (Tabel 4.25)

Tabel 4.25

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Bagian Tubuh Yang Disuntik Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu Bagian Tubuh Yang Disuntik Insulin

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Tidak Menggunakan Insulin 26 96,3% 10 58,8% Lengan Atas 1 3,7% 7 41,2% Bokong 0 0% 0 0% Perut 0 0% 0 0% Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.25 menunjukan bahwa bagian tubuh yang disuntik insulin pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi (3,7%) dan Desa Truwolu (41,2%) adalah sama yaitu disuntikan di lengan atas.

4.4.7 Frekuensi Suntik Insulin

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan berapa kali sehari penyuntikan insulin dilakukan. Yang menjadi dasar peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui

kepatuhan responden dalam menggunakan pengobatan insulin dalam sehari. Frekuensi suntik insulin pada responden (Tabel 4.26)

Tabel 4.26

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Suntik Insulin Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Frekuensi Suntik Insulin

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Tidak menggunakan

insulin

26 96,3% 10 58,8%

Tidak pernah lagi suntik insulin 0 0% 5 29,4% 2 kali sehari 1 3,7% 0 0% 2 bulan sekali 0 0% 1 5,9% 3 bulan sekali 0 0% 0 0% 4 bulan sekali 0 0% 1 5,9% Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.26 menunjukan frekuensi suntik insulin pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan di kota yang melakukan suntik insulin, frekuensi suntik yang dilakukan adalah 2 kali sehari 3,7% sedangkan di desa terbanyak tidak pernah lagi melakukan suntik insulin 29,4%.

4.4.8 Frekuensi Minum Obat

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan berapa kali sehari responden meminum obat oral. Yang menjadi dasar peneliti

menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui kepatuhan responden dalam meminum obat oral. Frekuensi minum obat pada responden (Tabel 4.27)

Tabel 4.27

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Minum Obat Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Frekuensi Meminum Obat Dalam Sehari

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak pernah 2 7,4% 2 11,7%

1 kali sehari 8 29,6% 4 23,5%

2 kali sehari 15 55,6% 10 58,9%

3 kali sehari 2 7,4% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.27 menujukan frekuensi minum obat pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak adalah sama frekuensi minum obat dalam sehari adalah 2 kali sehari, dengan persentase di kota 55,6% dan desa 58,9%.

Persentase pada data diatas di dukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 1 : “Diberi pil mbak biasanya 2 tablet saya minum 1 hari 1

kali”

Responden 3 : “ Saya cuma minum obat sekali saja terus saya rasa

jantung saya berdebar-debar sampai sekarang saya

tidak mau lagi minum obat”

Responden 4 : “kalau obat dari dokter saya minum 3 kali sehari”

Responden 5 : “Sehari Cuma 1 kali mbak…pagi aja minumnya…”

4.4.9 Alasan Memilih Penggunaan Obat Oral

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan alasan yang mendasari responden memilih menggunakan obat oral. Yang menjadi dasar peneliti menanyakan hal tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui apa saja alasan kuat yang mendasari responden memilih menggunakan obat oral. Alasan memilih menggunakan obat oral pada responden (Tabel 4.28)

Tabel 4.28

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Memilih Penggunaan Obat Oral Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan

Purwodadi dan Desa Truwolu Alasan Memilih Penggunaan Obat Oral

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak pernah 2 7,4% 2 11,8%

Anjuran dokter 7 25,9% 8 47%

Cepat menurunkan kadar gula darah

0 0% 1 5,9%

Ekonomis 2 7,4% 3 17,6%

Anjuran dokter, ekonomis

3 11,1% 1 5,9%

Anjuran dokter, lebih terjamin

3 11,1% 0 0%

Anjuran dokter, cepat menurunkan kadar gula darah

3 11,1% 1 5,9%

Cepat menurunkan kadar gula darah, ekonomis

2 7,4% 1 5,9%

Anjuran dokter, cepat menurunkan kadar gula

darah, lebih terjamin

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.28 menunjukan alasan penggunaan obat oral yang digunakan oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa alasan memilih menggunakan obat oral adalah sama karena anjuran dokter, dengan persentase di kota 25,9% dan desa 47%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada 5 responden sebagai berikut :

Responden 1 : “Alasanya cepat menurunkan kadar glukosa darah dan lebih terjamin”

Responden 2 : “ Karena anjuran dokter”

Responden 3 : “Tidak pernah lagi minum obat oral “ Responden 4 : “Karena anjuran dokter”

Responden 5 : “Karena anjuran dokter”

4.4.10 Upaya-Upaya Menurunkan Kadar Gula Darah

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan upaya apa saja yang responden lakukan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui upaya-upaya apa saja yang responden lakukan untuk menurunkan kadar glukosa darah. Serta apakah responden bersikap acuh tak acuh terhadap penyakit yang dideritanya atau tidak.

Upaya-upaya untuk menurunkan kadar glukosa darah pada responden (Tabel 4.29)

Tabel 4.29

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Upaya-Upaya Menurunkan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus di

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu Upaya-upaya Menurunkan Kadar Gula Darah

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Diet 2 7,4% 3 17,6%

Olahraga 1 3,7% 1 5,9%

Obat tradisional 1 3,7% 1 5,9%

Diet, olahraga 6 22,2% 2 11,8%

Upaya-upaya Menurunkan Kadar Gula Darah

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Diet, obat tradisional 8 29,6% 6 35,3% Olahraga, obat

tradisional

1 3,7% 0 0%

Diet, olahraga, obat tradisional

8 29,6% 4 23,5%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.29 menunjukan upaya yang dilakukan penderita diabetes mellitus untuk menurunkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa upaya yang dilakukan terbanyak sama yaitu dengan diet dan obat tradisional, dengan persentase di kota 29,6% dan desa 35,3%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada 5 responden sebagai berikut :

Responden 1 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan yang

pauk porsinya dikurangi kemudian mengurangi makan/minum yang manis, olahraga jalan-jalan didepan rumah selama 30 menit pada sore hari, pengobatan tradisional yang dilakukan dengan menggunakan obat herbal propolis yang diteteskan sebanyak 3-5 tetes kedalam 1 gelas air diminum 3 kali sehari”

Responden 2 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan dan

mengganti nasi dengan makanan lain seperti nasi jagung, kentang dan ubi-ubian, olahraga yang dilakukan seperti voli, bulutangkis setiap hari di sekolah kurang lebih 30 menit - 1 jam, dan menggunakan pengobatan tradisional yaitu jamu yang di buat sendiri yaitu dengan cara merebus daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”

Responden 3 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan dan

mengganti nasi biasa dengan nasi merah, obat tradisionalnya dengan menggunakan air rebusan batok kelapa yang diminum 1 kali sehari.

Responden 4 : “diet dengan cara sehari makan 2 kali pagi dan sore,

pagi makan nasi kemarin dan sore makan nasi jagung, porsi dikurangi, pengobatan tradisionalnya saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua diminum 2 kali sehari”

Responden 5 : “diet dengan cara mengurangi porsi makan dan

nasinya diganti dengan nasi kemarin, pengobatan tradisional yang dilakukan dengan cara meminum air rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”

4.4.11 Upaya Pengobatan Lain Selain Pengobatan Farmakologis

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan apakah ada usaha pengobatan lain yang responden lakukan selain pengobatan farmakologis. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui ada tidaknya usaha pengobatan lain yang responden lakukan selain pengobatan farmakologis. Ada

tidaknya upaya pengobatan selain pengobatan farmakologis pada responden (Tabel 4.30)

Tabel 4.30

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Upaya Pengobatan Lain Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Adakah Upaya Pengobatan Lain Selain Pengobatan Farmakologis Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 18 66,7% 11 64,7%

Tidak 9 33,3% 6 35,3%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.30 menunjukan bahwa ada tidaknya upaya pengobatan lain selain pengobatan farmakologis yang dilakukan oleh penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa terbanyak sama yaitu melakukan upaya pengobatan lain selain pengobatan farmakologis, dengan persentase di kota 66,7% dan desa 64,7%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada 5 responden sebagai berikut :

Responden 1 : “saya gunakan pengobatan lain yaitu pengobatan

tradisional dengan menggunakan obat herbal propolis yang diteteskan sebanyak 3-5 tetes kedalam 1 gelas air diminum 3 kali sehari”

Responden 2 : “iya…pakai pengobatan tradisional yang dilakukan

dengan cara membuat jamu sendiri yaitu dengan cara merebus daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”

Responden 3 : “tidak pernah minum obat lagi jadi menggunakan

pengobatan tradisional yang dilakukan yaitu dengan cara meminum jamu yang dibuat sendiri yaitu batok

kelapa yang dibakar kemudian ditumbuk dan hasil tumbukannya direbus dengan kayu manis dan air 1 liter, ditunggu sampai hanya menjadi ½ liter kemudian diminum 1 kali sehari”

Responden 4 : “karena tidak punya biaya jadi melakukan pengobatan

tradisionalnya saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua diminum 2 kali sehari”

Responden 5 : “pengobatan tradisional dengan cara meminum air

rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”

4.4.12 Penggunaan Pengobatan Tradisional

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan apakah pengobatan lain yang dilakukan selain pengobatan farmakologis adalah pengobatan tradisional. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui apakah responden menggunakan pengobatan tradisional atau tidak untuk menurunkan kadar glukosa darah. Ada tidaknya penggunaan tradisional pada responden (Tabel 4.31)

Tabel 4.31

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Pengobatan Tradisional Pada Penderita Diabetes Mellitus di

Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu Apakah Menggunakan Pengobatan Tradisional

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Ya 18 66,7% 11 64,7%

Tidak 9 33,3% 6 35,3%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.31 menunjukan penggunaan pengobatan tradisional pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa

terbanyak sama yaitu menggunakan pengobatan tradisional, dengan persentase di kota 66,7% dan desa 64,7%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara kepada 5 responden sebagai berikut :

Responden 1 : “Ada mbak…saya dibelikan obat namanya propolis,

itu katanya untuk semua macem penyakit. Saya coba dibelikan itu oleh anak saya beberapa botol kecil lalu saya minum 3 kali sehari.”

Responden 2 : “iya…pakai pengobatan tradisional yang dilakukan

dengan cara membuat jamu sendiri yaitu dengan cara merebus daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”

Responden 3 : “tidak pernah minum obat lagi jadi menggunakan

pengobatan tradisional yang dilakukan yaitu dengan cara meminum jamu yang dibuat sendiri yaitu batok kelapa yang dibakar kemudian ditumbuk dan hasil tumbukannya direbus dengan kayu manis dan air 1 liter, ditunggu sampai hanya menjadi ½ liter kemudian diminum 1 kali sehari”

Responden 4 : “karena tidak punya biaya jadi melakukan pengobatan

tradisionalnya saat pergi ke alternatif diberi jamu 1 botol aqua diminum 2 kali sehari”

Responden 5 : “pengobatan tradisional dengan cara meminum air rebusan lidah buaya, diminum 1 gelas 1 kali sehari”

4.4.13 Alasan Menggunakan Pengobatan Tradisional

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan alasan yang menjadi dasar responden menggunakan pengobatan tradisional. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui alasan kuat yang menjadi dasar responden memilih menggunakan pengobatan tradisional dibandingkan pengobatan

medis . Alasan menggunakan pengobatan tradisional pada responden (Tabel 4.32)

Tabel 4.32

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Alasan Pengobatan Tradisional Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi

dan Desa Truwolu

Alasan Menggunakan Pengobatan Tradisional

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak menggunakan 9 33,3% 6 35,2%

Ekonomi 4 14,8% 3 17,6%

Lingkungan 2 7,4% 1 5,9%

Mudah didapat 4 14,8% 1 5,9%

Ekonomi, mudah didapat 3 11,1% 2 11,8%

Alasan Menggunakan Pengobatan Tradisional

Kategori Kota Persentase Desa Persentase Lingkungan, mudah didapat 2 7,4% 2 11,8% Ekonomi, lingkungan, mudah didapat 3 11,1% 1 5,9%

Ekonomi, tradisi, mudah dapat

0 0% 1 5,9%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4.32 menunjukan alasan pengobatan tradisional yang dipilih pada penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa alasan terbanyak penggunaan pengobatan tradisional sama karena ekonomi, dengan persentase di kota 14,8% dan desa 17,6%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 1 : “Saya dibelikan obat propolis katanya bisa

menyembuhkan berbagai penyakit, maka dari itu saya coba. Mudah didapat tinggal beli di apotik “

Responden 2 : “Pada saat omong-omong sama teman saya mereka

bilang ada namanya daun insulin khasiatnya dapat menurunkan kadar glukosa darah, setelah itu saya coba. Sebenarnya itu tanaman mudah didapat saya sendiri juga tanam sendiri”

Responden 3 : “Karena saya tidak mau lagi minum obat makanya

saya coba pengobatan tradisional, Puji Tuhan

keluhan yang saya alami hilang”

Responden 4 : “Alasannya ya pertama mbak…saya cuma ibu

rumahtangga uangnya pas-pasan mbak…dari

pada buat berobat-berobat mending buat makan anak-anak saya buat sekolah anak-anak saya

mbak”

Responden 5 : “Kata orang-orang bisa menyembuhkan penyakit

gula karena rasanya yang tawar, dan bahannya

mudah didapat di sekitar rumah”

4.4.14 Jenis Obat Tradisional Yang Digunakan

Pada aspek pengobatan, peneliti menanyakan jenis obat tradisional seperti apa yang digunakan responden. Hal yang mendasari peneliti menanyakan hal tersebut dikarenakan peneliti ingin mengetahui jenis obat tradisional seperti apa yang responden gunakan untuk dapat menurunkan kadar glukosa darah. Jenis obat tradisional yang digunakan responden (Tabel 4.33)

Tabel 4.33

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Obat Tradisional Pada Penderita Diabetes Mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa

Truwolu

Jenis Obat Tradisional Yang Digunakan

Kategori Kota Persentase Desa Persentase

Tidak Menggunakan 9 33,3% 6 35,3%

Jamu-Jamuan 12 44,4% 7 41,2%

Total 27 100% 17 100%

Tabel 4. 33 menunjukan jenis obat tradisional yang digunakan penderita diabetes mellitus di Kelurahan Purwodadi dan Desa Truwolu. Data diatas memperlihatkan baik di kota maupun di desa jenis obat tradisional terbanyak yang di gunakan sama yaitu jamu-jamuan, dengan persentase di kota 44,4% dan desa 41,2%.

Persentase pada data diatas didukung oleh wawancara sebagai berikut :

Responden 1 : “saya dibelikan obat herbal namanya propolis, itu

katanya untuk semua macem penyakit. Saya coba dibelikan itu oleh anak saya beberapa botol kecil lalu

saya minum 3 kali sehari”

Responden 2 : “membuat jamu sendiri yaitu dengan cara merebus

daun insulin dengan 1 gelas air, kemudian didinginkan dan diminum 1 kali sehari 1 gelas”

Responden 3 : “meminum jamu yang dibuat sendiri yaitu batok kelapa

yang dibakar kemudian ditumbuk dan hasil tumbukannya direbus dengan kayu manis dan air 1 liter, ditunggu sampai hanya menjadi ½ liter kemudian diminum 1 kali sehari “

Dokumen terkait