BAB 4. PEMBAHASAN
4.3 Pengelolaan Perbekalan dan Persediaan Obat
Tugas lain dari seksi sumber daya kesehatan (SDK) adalah mengelola perbekalan dan persediaan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan. Tugas penyediaan obat di gudang obat ini dijalankan bersama-sama dengan subbagian Tata Usaha sehingga manajemen persediaan obat dapat berjalan dengan lancar.
Penyimpanan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan ditujukan sebagai stok penjaga apabila Puskesmas tiba-tiba membutuhkan obat tertentu atau ketika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Obat-obat untuk keperluan program tertentu, seperti program TBC, demam berdarah, filariasis, dan lain-lain yang ditetapkan oleh Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan serta untuk program KIA dan gizi yang ditetapkan oleh Seksi Kesehatan Masyarakat, juga disimpan di gudang obat Suku Dinas Kesehatan.
Obat-obat yang diterima gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat dapat berasal dari hasil anggaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ataupun hasil pengadaan sendiri. Saat proses penerimaan obat, maka perlu dilakukan pemeriksaan antara kesesuaian jenis dan jumlah obat yang diterima dengan hasil kesepakatan pengadaan atau pemberian yang telah dilakukan sebelumnya. Pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu mengenai bentuk fisik obat seperti kualitas dan tanggal kadaluarsa dari obat tersebut. Jika obat-obat yang diterima tersebut telah sesuai dengan spesifikasi ataupun perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, maka obat-obat tersebut dapat langsung disimpan di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat yang berlokasi di Cengkareng. Proses penyimpanan dilakukan dengan sistem FEFO dan FIFO untuk mencegah obat-obat yang terlanjur kedaluwarsa karena tidak sempat didistribusikan. Penyusunan obat masih dilakukan secara teratur dimana masih banyak beberapa jenis obat yang sama namun diletakkan pada tempat yang berbeda dan sebaliknya beberapa obat yang berbeda malah diletakkan dalam satu kardus di tempat yang sama. Sistem labelling juga telah digunakan untuk mempermudah pemantauan obat yang disimpan berupa kertas dengan penanda warna untuk obat dengan tahun expired tertentu. Sistem ini belum dilakukan secara efektif karena banya label obat yang ditemukan sudah lewat masa expired-nya karena keterbatasan jumlah personel gudang.
Puskesmas yang terdapat di wilayah kota Jakarta Barat dapat melakukan permintaan obat ke gudang obat Sudin Jakbar. Permintaan obat dari Puskesmas ini dapat dilakukan saat Puskesmas mengalami kekurangan stok obat, keperluan obat untuk program tertentu ataupun saat terjadi musibah banjir dan musibah lain serta keadaan lainnya. Untuk melakukan permintaan obat, maka Puskesmas perlu
mengajukan surat permintaan obat kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Kemudian permintaan ini akan diproses hingga ke seksi SDK dan akan dikeluarkan surat berita acara keluar barang (SBBK). Dengan adanya SBBK ini, akan dikeluarkan obat-obat dari gudang Suku Dinas Kesehatan sesuai dengan permintaan yang tertera di SBBK.
Proses pengelolaan persediaan obat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat, berlangsung secara sistem satu pintu. Dalam hal ini, proses penerimaan (masuknya) dan proses pengeluaran (distribusi) obat dari gudang obat harus melalui satu pintu yaitu Koordinator Gudang Obat Farmasi Kabupaten/Kota. Dengan adanya sistem satu pintu ini maka proses pengelolaan persediaan obat akan lebih terkendali sehingga penumpukan obat dan kadaluarsa obat digudang dapat dicegah.
4.3.1 Penerimaan
Proses penerimaan obat di Suku Dinas Jakarta Barat dilakukan oleh petugas penerimaan barang. Sebelum obat diterima maka petugas wajib memeriksa kondisi fisik barang meliputi jumlah, kemasan, no. Batch, pabrik yang memproduksi serta tanggal kadaluarsa dari obat tersebut. Pemeriksaan disesuaikan dengan surat pengiriman barang (Delivery Order/ DO). Apabila barang yang diterima sudah sesuai dengan dokumen pengiriman barang maka petugas penerima barang menandatangani surat penerimaan barang, selanjutnya barang tersebut dicatat di kartu stok barang. Pencatatan yang dilakukan maliputi tanggal penerimaan, nama barang, nama pabrik, no. batch, jumlah barang dan tanggal kadaluarsa obat. Tetapi jika barang yang diterima ternyata tidak sesuai dengan dokumen penerimaan barang, maka petugas penerima barang berhak menolak barang tersebut.
4.3.2 Penyimpanan
Sistem penyimpanan obat di gudang obat Suku Dinas Jakarta Barat menggunakan gabungan antara metode FIFO dan metode FEFO. Metode FIFO (First In First Out), yaitu obat-obatan yang baru masuk diletakkan di belakang obat yang terdahulu, sedangkan metode FEFO (First Expired First Out) dengan cara menempatkan obat-obatan yang mempunyai ED (Expired Date) lebih lama diletakkan di belakang obat yang mempunyai ED lebih pendek. Proses
penyimpanannya memprioritaskan metode FEFO, baru kemudian dilakukan metode FIFO. Barang dengan ED paling dekat diletakkan di depan walaupun barang tersebut datangnya belakangan. Sistem penyimpanan dikelompokkan berdasarkan jenis dan macam sediaan serta suhu penyimpanan dari obat. Kenyataannya, Obat-obat yang harusnya disimpan pada suhu 15 - 25 °C dan diletakkan pada ruangan yang suhu nya telah terkontrol menggunakan pendingin ruangan (AC) dimana suhu ruangan dipantau setiap hari dan dicatat tidak disimpan pada kondisi yang semestinya. Pendingan ruangan yang dapat dioperasikan hanya tersedia 1 buah dan belum adanya kegiatan pemantauan dan pencatatan suhu ruangan penyimpanan di gudang ini.
4.3.3 Pendistribusian
Distribusi obat adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan peneriamaan obat-obatan yang bermutu dari gudang obat secara merata, teratur dan dapat diperoleh pada saat dibutuhkan. Tujuannya adalah terjaminnya mutu dan keabsahan obat serta ketepatan, kerasionalan dan efisiensi penggunaan obat. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian adalah ketepatan, kecepatan, keamanan, sarana fasilitas.
Obat-obat yang dikelola di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, didistribusikan ke Puskesmas Kecamatan yang ada diwilayah Jakarta Barat, beberapa rumah sakit yang telah bekerja sama dan unit-unit lain yang ada dalam ruang lingkup kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat. Porsi pembagian obat ke Puskesmas Kecamatan disesuaikan dengan persentase kunjungan pasien Puskesmas tersebut.
4.3.4 Penitipan Obat dan Alat Kesehatan
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat juga terdapat proses penitipan obat dan alat kesehatan (Alkes). Obat dan alkes yang akan dititipkan ke Gudang Sudin harus melalui proses penerimaan barang sesuai dengan prosedur penerimaan. Lembar berita acara Proses Serah Terima Barang yang dititipkan ini kemudian didokumentasikan secara jelas dan barang titipan disimpan di gudang dengan penandaan yang jelas dan tempat terpisah.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Tugas pokok Suku Dinas Kesehatan adalah melaksanakan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat yang meliputi fungsi pelayanan perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan serta melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat.
b. Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki tugas pokok dalam kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan yang meliputi fungsi dalam perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap sarana Apotek, pedagang eceran obat, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) serta perizinan tenaga kesehatan. c. Tata cara perizinan tenaga kefarmasian (Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat dilakukan di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Perizinan tersebut meliputi Pembuatan SIPA (Surat Izin Profesi Apoteker) atau SIKA (Surat Izin Kerja Apoteker) untuk Apoteker maupun SIKTTK (Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian) untuk tenaga teknis kefarmasian dengan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi. Setiap Apoteker yang ingin melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat Apoteker bekerja.
d. Tata cara perizinan Sarana Farmasi, Makanan, dan Minuman di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat dilakukan di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dimana seluruh proses perizinan harus memenuhi persyaratan untuk mendapatkan izin sarana kesehatan.
e. Pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan dilakukan oleh seksi SDK. Penyimpanan obat dilakukan di gudang obat Suku Dinas Kesehatan, ditujukan sebagai stok penjaga obat di Puskesmas atau ketika terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa). Kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi meliputi
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, Penitipan Obat dan Alat Kesehatan (Alkes), serta Pemusnahan Obat dan Alat Kesehatan.
5.2 Saran
a. Perlu adanya peningkatan kegiatan binwasdal pada sarana farmasi, makanan, dan minuman dalam meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tenaga kesehatan dan pemilik sarana kesehatan untuk meningkatkan pengelolaan kesehatan dalam rangka pengembangan kesehatan masyarakat.
b. Perlu adanya sistem pengelolaan obat secara komputerisasi dan sistem penyimpanan obat yang lebih baik, agar mutu obat tetap terjamin dan mengurangi kesalahan pengambilan obat berdasarkan tanggal daluwarsa.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI Nomor: HK 00.05.5.1639 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).
Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 Tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2009). Rencana Strategis Dinas
Kesahatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012. Jakarta.
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta.
Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 Tentang Tata Kerja Dinas Kesehatan.
Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1331/Menkes/SK X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167/KAB/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Tenaga Teknis Kefarmasian. Jakarta.
Menteri Kesehatan RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 006
Presiden Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
Lampiran 1. Formulir Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)
Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)
Lampiran 5. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)
Lampiran 13. Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)
Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
PEMETAAN TENAGA KEFARMASIAN DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA BARAT TAHUN 2014
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT
Benny Ismayandi, S. Farm. 1306434124
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER
DAFTAR ISI ... ii DAFTAR GAMBAR ... iii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 2.1 Pekerjaan Kefarmasian ... 3 2.2 Apoteker ... 3 2.3 Tenaga Teknis Kefarmasian ... 4 2.4 Pemetaan Tenaga Kefarmasian ... 5
BAB 3 METODOLOGI TINJAUAN ... 6 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus ... 6 3.2 Metode Pengkajian ... 6
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 11