• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Perbekalan dan Persediaan Obat

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 39-82)

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN

3.4 Pengelolaan Perbekalan dan Persediaan Obat

3.4.1. Fungsi Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk obat buffer dan obat program. Obat yang diterima di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi berasal dari hasil pengadaan sendiri dan pemberian dari Kementerian Kesehatan. Obat-obat yang

Kejadian Luar Biasa (KLB), atau untuk kegiatan/program tertentu seperti program TBC, program Kesehatan Ibu Anak (KIA), gizi dan lain-lain.

3.4.2. Manajemen Persediaan Obat

Perencanaan obat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dilakukan oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan. Rincian kebutuhan obat diberikan ke tim pengadaan yang berada di bawah subbagian tata usaha untuk selanjutnya diadakan. Tim pengadaan obat akan melakukan pengadaan obat-obat yang direncanakan. Saat obat diantar oleh produsen/distributor obat, maka obat diterima oleh tim penerima barang lalu diperiksa oleh tim pemeriksa barang dan akan diserahterimakan kepada Koordinator Gudang Farmasi Kabupaten/Kota. Kemudian obat disimpan di dalam gudang dengan menggunakan sistem FEFO dan FIFO. Proses distribusi obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi berlangsung secara sistem 1 pintu, yang berarti obat masuk dan keluar melalui 1 pintu yang dalam hal ini adalah Koordinator Gudang Farmasi Kabupaten/Kota.

Perubahan kepemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004) tentang Pemerintahan Daerah membawa perubahan besar dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Sistem pemerintahan ini berdampak pada terbaginya kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, termasuk di antaranya pelayanan kesehatan. Hal ini berlaku pula di provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan Pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Stuktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dikepalai oleh Kepala Suku Dinas yang membawahi satu Subbagian Tata Usaha dan empat seksi yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Seksi Pelayanan Kesehatan (Yankes), Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan (PM Kes). Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Keempat seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.

Adapun ruang lingkup kerja Suku Dinas Kesehatan tidak hanya melaksanakan pelayanan perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan tetapi juga melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat, serta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di Kota Administrasi yang bersangkutan. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat dilaksanakan pada Seksi SDK.

Kegiatan yang dilaksanakan di Seksi SDK terbagi menjadi tiga, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tenaga kesehatan, kegiatan yang berhubungan dengan farmasi, makanan, dan minuman, serta kegiatan yang berhubungan dengan standardisasi mutu kesehatan.

Setiap tahun jumlah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan semakin meningkat. Hal ini berarti setiap tahun terdapat sarana-sarana kesehatan yang mengajukan perizinan usaha. Agar proses perizinan berlangsung tertib dan lancar, diperlukan suatu sistem tata cara perizinan sarana kesehatan dan sistem ini sudah diterapkan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat. Seluruh proses perizinan dilakukan di unit pelayanan terpadu. Pada Pusat Pelayanan Terpadu pemohon dapat memperoleh informasi mengenai persyaratan-persyaratan administrasi yang harus disertakan untuk mengajukan perizinan sarana atau tenaga kesehatan. Seluruh berkas untuk perizinan diserahkan dan diperiksa, jika memenuhi syarat maka akan dibawa ke bagian Tata Usaha untuk mendapatkan nomor surat dan nomor registrasi perizinan. Seluruh berkas tersebut diserahkan ke seksi yang berwenang untuk diproses lebih lanjut dan dilakukan peninjauan lokasi. Tujuan dari peninjauan lokasi ini untuk melihat kesesuaian sarana dan prasarana yang ada dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Jika pemeriksaan memenuhi syarat maka izin dapat dikeluarkan. Setelah disetujui dan disahkan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, surat izin dapat diambil oleh pemohon di Pusat Pelayanan Terpadu. Jika sarana kesehatan masih belum memenuhi persyaratan, maka sarana kesehatan tersebut diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan dalam jangka waktu satu minggu sampai satu bulan.

Proses perizinan sarana kesehatan atau tenaga kesehatan di Suku Dinas Kesehatan dilakukan dalam waktu lima belas (15) hari kerja, terhitung sejak berkas permohonan yang lengkap dan memenuhi persyaratan administrasi masuk ke Suku Dinas Kesehatan. Untuk mencapai waktu penyelesaian proses perizinan selama 15 hari kerja, seluruh seksi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat memberlakukan suatu sistem monitoring dimana dalam tiap berkas permohonan yang masuk disertai sebuah form yang berisi tahapan-tahapan proses perizinan, dari mulai masuknya berkas sampai pengambilan surat izin. Dalam form tersebut, di tiap tahapan proses perizinannya akan diisikan tanggal mulai

berkas permohonan izin masuk hingga pengambilan surat izin sehingga akan lebih memudahkan proses pengerjaannya maupun pemantauannya. Sistem monitoring ini merupakan salah satu sistem manajemen mutu yang dapat membantu proses perizinan sarana kesehatan selesai tepat pada waktunya. Selain itu, sistem monitoring ini juga membantu mempermudah pengawasan jika terjadi keterlambatan dalam proses perizinan serta dapat menjadi suatu evaluasi tentang kinerja Suku Dinas Kesehatan.

Seksi Sumber Daya Kesehatan juga memberikan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) kepada sarana apotek, toko obat, IKOT, dan PPIRT. Binwasdal bertujuan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjamin, dan terjangkau bagi masyarakat dengan sarana kesehatan yang menunjang pelayanan kesehatan prima. Kegiatan Binwasdal ini dilakukan dengan meninjau langsung ke lokasi sarana kesehatan. Pembinaan dilakukan dengan memberikan sosialisasi dan penyuluhan, pengawasan dilakukan dengan melaksanakan kunjungan ke lokasi sarana kesehatan melalui kegiatan supervisi, pengendalian dilakukan dengan memberikan tindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan seperti surat peringatan ataupun sanksi. Berita acara Binwasdal akan dibuat sebagai hasil supervisi yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan yang kemudian akan didokumentasikan oleh seksi Sumber Daya Kesehatan.

Kegiatan binwasdal dilakukan di apotek dan toko obat baik yang telah memiliki izin maupun yang belum berizin. Penyuluhan terhadap toko obat berisi tentang obat apa saja yang boleh dijual di toko obat, dan juga yang bertanggung jawab terhadap toko obat tersebut. Perbedaan yang mendasar dari toko obat dan apotek yaitu penanggung jawab toko obat adalah minimal seorang asisten apoteker sedangkan penanggung jawab untuk apotek adalah seorang apoteker yang telah menyelesaikan masa baktinya dan memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). Perbedaan lainnya yaitu toko obat hanya boleh menjual obat bebas dan bebas terbatas, sedangkan apotek diperbolehkan menjual obat bebas, bebas terbatas, obat keras, narkotika dan psikotropika. Penyuluhan ini juga memberitahukan tentang sanksi toko obat yang menjual obat diluar yang diperbolehkan dan toko obat yang tidak memiliki izin. Pada kenyataannya toko

obat masih menjual obat selain yang diperbolehkan seperti obat keras. Untuk mengatasiinya, toko obat disarankan untuk diubah menjadi apotek.

Kegiatan binwasdal untuk apotek meliputi pemeriksaan kartu stok, kelengkapan Surat Izin Apotek (SIA), SIPA Apoteker, Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian, surat pesanan obat, laporan narkotika dan psikotropika, penandaan garis merah pada resep yang mengandung narkotik, jenis obat, dokumentasi resep narkotik, tera timbangan, alat pemadam kebakaran, lemari narkotik, kebersihan ruangan, penataan obat di apotek, pemisahan obat-obat yang telah kadaluwarsa dan sebagainya. Apabila tidak memenuhi kelengkapan atau persyaratan, maka diberi jangka waktu 1-2 bulan sesuai dengan yang tertulis pada Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Jika dalam jangka waktu yang diberikan tetap tidak dilengkapi maka diberikan peringatan hingga sanksi. Tugas lain dari Seksi Sumber Daya Kesehatan yaitu mengelola perbekalan dan persediaan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan. Tugas penyediaan obat di gudang obat dijalankan bersama-sama dengan subbagian tata usaha sehingga manajemen persediaan obat dapat berjalan dengan lancar. Penyimpanan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan ditujukan sebagai stok penjaga apabila puskesmas tiba-tiba membutuhkan obat tertentu atau ketika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Obat-obat untuk keperluan program tertentu, seperti program TBC, demam berdarah, filariasis, dan lain-lain yang ditetapkan oleh Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan serta untuk program KIA dan gizi yang ditetapkan oleh Seksi Kesehatan Masyarakat, juga disimpan di gudang obat Suku Dinas Kesehatan.

Obat-obat yang diterima di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat berasal dari hasil pengadaan sendiri dan pemberian dari Kementerian Kesehatan. Pada proses penerimaan obat akan diperiksa kesesuaian jenis dan jumlah obat yang diterima dengan hasil kesepakatan dari pengadaan atau pemberian yang dilakukan sebelumnya. Pemeriksaan obat juga mencakup kualitas dan tanggal daluwarsa obat. Apabila proses penerimaan obat tidak bermasalah, obat akan disimpan di gudang obat. Proses penyimpanan dilakukan dengan sistem FEFO dan FIFO untuk mencegah obat-obat yang terlanjur kedaluwarsa karena tidak sempat didistribusikan. Sistem labelling juga digunakan untuk mempermudah pemantauan obat yang disimpan. Adapun sasaran

mutu untuk pengelolaan persediaan obat adalah obat kedaluwarsa yang didistribusikan sebanyak 0%. Permintaan obat dari puskesmas/atau untuk keperluan kegiatan/program tertentu diajukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Selanjutnya, permintaan ini akan diproses hingga ke Seksi Sumber Daya Kesehatan dan akan dikeluarkan Surat Berita Acara Keluar Barang (SBBK). Dengan adanya SBBK ini, akan dikeluarkan obat-obat dari gudang Suku Dinas Kesehatan sesuai dengan permintaan yang tertera di SBBK. Proses pengelolaan persediaan obat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat berlangsung secara sistem 1 pintu. Proses masuknya (penerimaan) dan keluarnya (distribusi) obat ke/dari gudang obat harus melalui 1 pintu sehingga diharapkan proses pengelolaan persediaan obat akan lebih terkontrol dan penumpukkan obat di gudang obat dapat dicegah.

5.1 Kesimpulan

a. Tugas dan fungsi pokok Suku Dinas Kesehatan adalah melaksanakan pelayanan perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan serta melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat, serta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di kota administrasi yang bersangkutan.

b. Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki tugas pokok dan fungsi dalam memberikan layanan pengelolaan sumber daya kesehatan meliputi perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap sarana apotek, pedagang eceran obat, Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), dan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) serta perizinan tenaga kesehatan meliputi apoteker, asisten apoteker, dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, perawat, bidan, fisioterapi, terapis wicara, refraksionis optisien dan radiografer.

c. Pelayanan perizinan telah berjalan sesuai sasaran mutu dan kegiatan pembinaan, pengawasan serta pengendalian oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan juga telah berjalan dengan baik.

d. Pengelolaan persediaan obat telah berjalan sesuai sasaran mutu.

5.2. Saran

a. Kegiatan-kegiatan binwasdal sarana farmasi, makanan, dan minuman yang telah dilakukan perlu ditingkatkan lagi dalam rangka sosialisasi informasi dan untuk meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tenaga kesehatan dan pemilik sarana kesehatan.

b. Sasaran mutu pelayanan perizinan dan pengelolaan persediaan obat perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan RI Nomor: HK 00.05.5.1639 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).

Jakarta: Author.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 Tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.

Jakarta: Author.

Dinas Kesahatan Provinsi DKI Jakarta. (2009). Rencana Strategis Dinas Kesehatan DKI

Jakarta Tahun 2007-2012. Jakarta : Dinas Kesahatan Provinsi DKI Jakarta.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10

Tahun 2008 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Author.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor

150 Tahun 2009 Tentang Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta:Author.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan. Jakarta: Author.

Menteri Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

Jakarta: Author.

Menteri Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Author.

Kefarmasian.Jakarta: Author.

Menteri Kesehatan RI. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 006 Tahun 2012

Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta: Author. Peraturan Pemerintah

RI. (2009). Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan

Lampiran 4. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

Lampiran 8. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek Lampiran 8. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek Lampiran 8. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek

Lampiran 8. (lanjutan) Lampiran 8. (lanjutan) Lampiran 8. (lanjutan)

Lampiran 9. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek Rakyat Lampiran 9. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek Rakyat Lampiran 9. Berita Acara Pemeriksaan untuk Memperoleh Izin Apotek Rakyat

Lampiran 14. Formulir permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

Lampiran 15. Formulir Permohonan Perubahan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA BARAT

PERIODE 11 MARET – 29 MARET 2013

IMPLEMENTASI SISTEM PELAPORAN NARKOTIKA DAN

PSIKOTROPIKA DI APOTEK

LIDIA ROMITO TAMBUNAN, S.Farm.

( 1206313305 )

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK

JUNI 2013

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA BARAT

PERIODE 11 MARET – 29 MARET 2013

IMPLEMENTASI SISTEM PELAPORAN NARKOTIKA DAN

PSIKOTROPIKA DI APOTEK

LIDIA ROMITO TAMBUNAN, S.Farm.

( 1206313305 )

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JUNI 2013

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI

JAKARTA BARAT

PERIODE 11 MARET – 29 MARET 2013

IMPLEMENTASI SISTEM PELAPORAN NARKOTIKA DAN

PSIKOTROPIKA DI APOTEK

LIDIA ROMITO TAMBUNAN, S.Farm.

( 1206313305 )

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOK JUNI 2013

HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan ... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Apotek... 3 2.2 Narkotika dan Psikotropika ... 6 2.2.1 Narkotika... 6 2.2.2 Psikotropika ... 7

BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN ... 9

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 39-82)

Dokumen terkait