• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengumpulan dan Pengangkutan

3) Sanitary Landfill

4.9.4. Pengelolaan Sampah melalui Prinsip 3 R ( reduse, reuse, recycle,)

Tabel 26. Pengetahuan Responden Tentang Sistem Pengelolaan Sampah dengan Menerapkan Prinsip 3 R

No Tempat sampah Frekuensi Persentase(%)

2. Tidak Tahu 80 80,80

Jumlah 99 100

Sumber hasil penelitian kuesioner 2011

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 80,81 % responden tidak tahu tentang sistem pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip 3 R. Hanya 19,19 % responden yang mengetahui sistem pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip 3 R.

Menurut penulis masyarakat perlu meninggalkan pola lama dalam mengelola sampah domestik seperti membuang sampah ke sungai, lahan kosong, paret dan pembakaran sampah yang dapat mengganggu pernapasan. Dengan menerapkan prinsip 3 R yakni reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle (daur ulang) serta melakukan pemisahan sampah organik dan sampah anorganik.

Untuk itu menurut penulis pemerintah atau stakeholder perlu bergandengan tangan untuk memberikan penyuluhan atau bimbingan kepada masyarakat luas agar masyarakat lebih memahami sistem pengelolaan sampah melalui prinsip 3 R. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengurangi sampah dari sumbernya sehingga dapat memperpanjang umur TPA dan mengurangi sampah yang dibuang secara liar. Dengan sosialisasi dan bimbingan kepada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan dan pentingnya memilah sampah menjadi lebih ekonomis.

Dari hasil wawancara dengan responden bahwa alasan dari 64,65 % responden yang tidak mengetahui sistem pengelolaan sampah melalui prinsip 3 R menyatakan tidak ada yang memberitahu sistem pengelolaan sampah melalui prinsip 3 R, sedangkan sisanya 12,12 % menyatakan bahwa resoonden tidak mengetahui sisitem pengelolaan sampah tersebut karena sibuk seharian mencari nafkah.

Meskipun beberapa responden tahu tentang sistem pengelolan sampah dengan prinsip 3 R, namun hanya 6,06 % yang paham tentang sistem tersebut. Meskipun sudah paham, tetapi responden belum menerapkan sistem tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Jadi dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik masyarakat dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggungjawab atas keterlibatannya.

Tabel 27. Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi Menurut Beberapa Ahli Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi

(Hamijoyo, 2007: 21; Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

(Hamijoyo, 2007: 21; Holil, 1980: 81 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

(Hamijoyo, 2007: 21 & Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11)

Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)

Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.

(Chapin, 2002: 43 & Holil, 1980: 81)

Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda,

tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif. (Hamijoyo;2007;21)

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

1. Keterlibatan masyarakat dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

2. Kemauan masyarakat untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Partisipasi masyarakat dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin.

Pada hakekatnya permasalahan dalam pengelolaan sampah bukan hanya tanggungjawab satu pihak, tetapi merupakan tanggungjawab semua pihak (stakeholders). Salah satu faktor penentu dalam keberhasilan upaya pengelolaan sampah adalah keterlibatan/partisipasi masyarakat setempat. Sebab masyarakat pada hakekatnya adalah sumber awal penumpukan sampah. Untuk itu, masyarakat pulalah yang harus berperan untuk menjalankan fungsi tertentu dalam konteks manajemen persampahan. Dalam hal ini, salah satu peran penting yang dapat dijalankan oleh masyarakat adalah melakukan pemisahan sampah sejak dari sumbernya (individu penghasil sampah seperti rumah tangga, sekolah, rumah sakit, dan lain sebagainya)

Tabel 28. Bentuk Partisipasi Nyata Yang Telah Dilaksanakan Responden di Kelurahan Binjai

No Variabel Frekuensi Persentase(%)

1. 2. 3. 4.

Partisipasi Uang Partisipasi harta benda Partisipasi tenaga Partisipasi Keterampilan 15 28 56 0 15,15 28,28 56,57 0,00 Jumlah 99 100

Sumber hasil penelitian kuesioner 2011

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan hasil bahwa bentuk partisipasi yang nyata yang ada di Kelurahan Binjai adalah:

1) Partisipasi uang yaitu bentuk partisipasi dengan cara memberikan sejumlah uang kepada masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan pengelolaan sampah untuk membeli rokok, kue dan uang jajan kepada anggota masyarakat yang ikut dalam kegiatan karena yang bersangkutan berhalangan untuk hadir dalam kegiatan tersebut. Dilihat dari tabel diatas sebanyak 15 orang atau 15,15 % responden menyatakan bahwa bentuk partisipasi yang dilakukan adalah partisipasi uang.

2) Partisipasi harta benda ada sebanyak 28 orang atau 28,28 % . yang dimaksud dengan partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan pengelolaan sampah. Misalnya memberikan sapu ijuk, sapu lidi, sekop, cangkul, tong sampah dan kain sebagainya.

3) Partisipasi yang paling banyak ditemukan di Kelurahan Binjai adalah Partisipasi tenaga sebanyak 56 orang atau 56,57 % yaitu partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan pengelolaan sampah.

Selain bentuk partisipasi diatas di Kelurahan Binjai juga ditemukan partisipasi masyarakat yang sudah memilah sampahnya mulai dari sumbernya. Misalnya sampah dapur berupa campuran nasi, sayur-sayuran dipisahkan dengan sampah plastik, kertas, botol kaca dan botol plastik. Sampah dapur ini diberikan pada orang yang memelihara ternak babi, sampah botol kaca dan botol plastik dijual kepada tukang butut sedangkan sampah plastik dan sampah kertas bisa dibakar didepan atau dibelakang rumah masyarakat.

Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil bahwa selain bentuk partisipasi yang nyata, ada juga bentuk partisipasi yang tidak nyata yang terdapat di Kelurahan Binjai seperti yang terdapat dalam tabel dibawah berikut ini :

Tabel 29. Bentuk Partisipasi Yang Tidak Nyata Yang Ada di Kelurahan Binjai

No Variabel Frekuensi Persentase(%)

1. 2. 3.

4.

Partisipasi buah pikiran Partisipasi sosial

Partisipasi proses pengambilan keputusan Partisipasi refresentatif 20 70 4 5 20,20 70,71 4,04 5,05 Jumlah 99 100

Sumber hasil penelitian kuesioner 2011

Berdasarkan tabel diatas partisipasi tidak nyata yang paling besar dilaksanakan di Kelurahan Binjai adalah partisipasi sosial yaitu sebanyak 70 orang atau 70,71 %. Partisipasi sosial disini adalah Partisipasi yang diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban.

Misalnya menghadiri rapat dikantor kelurahan, dan dapat juga memberikan sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. 4.10. Tingkat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Binjai dalam Pengelolaan Sampah

Domestik

Salah satu faktor penentu dalam keberhasilan upaya pegelolaan sampah perkotaan menuju Kota Medan Bersih dan berwawasan lingkungan sesuai dengan visi Dinas kebersihan Kota Medan adalah keterlibatan/partisipasi masyarakat setempat. Sebab masyarakat pada hakekatnya adalah sumber awal penumpukan sampah, untuk itu masyarakat pulalah yang harus berperan untuk menjalankan fungsi tertentu dalam konteks manajemen persampahan. Dalam hal ini salah satu peran penting yang dapat dijalankan oleh masyarakat adalah melakukan pemisahan sampah sejak dari sumbernya atau mengelola sampah melalui prinsip 3 R yaitu Reuse, Recycle, reduse ( Memakai kembali, mendaur ulang dan mengurangi)

Tingkat partisipasi masyarakat Kelurahan Binjai disini dapat diartikan sebagai tingkat keterlibatan masyarakat secara sadar dan spontan disertai dengan tanggungjawab dalam menjawab tujuan program kebersihan yaitu pengelolaan sampah masyarakat. Dengan demikian diharapkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program kebersihan khususnya kegiatan-kegiatan pengelolaan sampah.

Dalam penelitian ini yang menjadi indikator tingkat partisipasi adalah; 1) Reaksi terhadap halaman kotor

2) Reaksi bila melihat orang lain membuang sampah sembarangan 3) Kehadiran dalam rapat kegiatan kebersihan

4) Keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan/bimbingan tentang program kebersihan 5) Keikutsertaan dalam kegiatan kerja bakti

6) Memberikan masukan tentang program kebersihan pada saat rapat atau kegiatan kerja bakti

7) Membersihan selokan didepan rumah/pinggir sungai 8) Membayar retribusi

Dokumen terkait