• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sampah

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah serangkaian kegiatan yang melaksanakan pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah serta pembuangan akhir sampah. Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengubah sampah menjadi bentuk yang tidak mengganggu dan menekan volume sehingga mudah diatur (Outherbridge, 1998).

) bersifat mudah larut dalam air. Ion amonium adalah bentuk transisi dari amonia. Amonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia serta industri bubur kertas dan kertas (pulp dan paper). Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0.1 mg/l (Husnah, 2006) .

Terdapat empat prinsip yang dapat digunakan dalam menangani masalah sampah. Ke empat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang meliputi: Reduce (mengurangi) yaitu melakukan minimalisasi barang atau material yang dipergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Reuse (menggunakan kembali) yaitu pemilihan penggunaan barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang- barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang

waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Recycle (mendaur ulang) yaitu menggunakan barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa di daur ulang. Tidak semua barang bisa di daur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non- formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain. Replace (mengganti) maksudnya teliti terhadap barang yang digunakan setiap hari yaitu dengan mengganti barang barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga menggunakan barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, mengganti kantong keresek dengan keranjang bila berbelanja (Outherbridge, 1998).

Sedangkan pola yang dapat dipakai dalam penanggulangan sampah menurut Said (1987) meliputi Reduce, Reuse, Recycle, dan Composting (3RC) yang merupakan dasar dari penanganan sampah secara terpadu. Reduce atau disebut juga precycling merupakan langkah pertama untuk mencegah penimbunan sampah. Reuse berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai. Apa saja barang yang masih bisa digunakan, seperti kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus kado yang menarik. Menggunakan kembali barang bekas adalah wujud cinta lingkungan, bukan berarti menghina. Recycle juga sering disebut mendapatkan kembali sumberdaya (resource recovery), khususnya untuk sumberdaya alami. Mendaur ulang diartikan mengubah sampah menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama, misalnya kertas, alumunium, gelas dan plastik. Langkah utama dari mendaur ulang ialah memisahkar sampah yang sejenis dalam satu kelompok.

Composting menurut Outherbridge (1998) merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun, sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman.

Tentunya cari ini menurut Outherbridge (1998) akan lebih baik digunakan dari pada dengan cara pembakaran. Karena selain mengurangi ef dengan mengurangi volume gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan, cara ini

tidak mempunyai efek samping baik bagi masyarakat ataupun lingkungan. Seperti kata pepatah menurut Hadiwiyoto (1983) bahwa pencegahan penyakit akan lebih baik dari pada mengobatinya. Kata bijak ini juga bisa digunakan dalam strategi penanganan sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik dari pada mengolah/memusnakan sampah. Karena bagaimanapun mengolah/memusnahkan sampah pasti akan menghasilkan jenis sampah baru yang mungkin saja lebih berbahaya dari sampah yang dimusnakan.

Perbedaan penanganan sampah menurut Hadiwiyoto (1983) yaitu : (1) dengan cara didaur ulang. Cara ini bisa menjadikan semula bukan apa-apa sehingga bisa menjadi barang yang lebih bernilai ekonomis. (2) dengan cara pembakaran. Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras. Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Kelebihan cara membakar ini juga menurut Haeruman (1979) adalah mudah dan tidak membutuhkan usaha keras, membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil, dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit uap air panas, listrik dan pencairan logam.

Hadiwiyoto (1983) juga mengemukakan bahwa pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan sampah antara lain: (1) pengumpulan sampah, (2) tahap pemisahan, (3) tahap pembakaran, dan (4) tahap penimbunan sampah. Hal ini sangat memerlukan penanganan karena masalah sampah berkaitan dengan masalah lingkungan hidup dalam wujud nyata dan mengganggu kehidupan manusia

Menurut Brown et.al., (2003) banyak cara yang dapat ditempuh dalam pengelolaan sampah diantaranya yang dianggap terbaik hingga sekarang adalah sistem penimbunan dan pemadatan secara berlapis (sanitary landfill) untuk mencegah sampah tidak terekspos lebih dari 24 jam. Sedangkan menurut Russell (2005) pengelolaan sampah dapat dilihat mulai dari sumbernya sampai pada tempat pembuangan akhir. Usaha pertama adalah mengurangi sumber sampah dari

segi kuantitas maupun kualitasnya dengan meningkatkan pemeliharaan bahan yang dapat terurai secara alami. Semua usaha ini memerlukan kesadaran dan peran masyarakat.

Pengertian pengelolaan sampah pesisir dikemukakan oleh Coe dan Rogers (1997) yaitu pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumberdaya, yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja tertentu. Dengan demikian pengelolaan merupakan suatu masalah yang besar setelah faktor dan sumberdaya yang sukar untuk dikendalikan dan didayagunakan masuk ke dalam suatu sistem, yaitu manusia. Haeruman (1979) juga menyatakan bahwa perencanaan pengelolaan sampah yang komprehensif perlu memperhatikan sumber sampah, lokasi, pergerakan atau peredaran, dan interaksi dari peredaran sampah dalam suatu lingkungan urban. Untuk mencapai hal tersebut perlu diperhatikan hal-hal seperti penyimpanan sampah, pengumpulan sampah, pembuangan sampah dan pemusnahan sampah.

Outherbridge (1998) menambahkan bahwa cara-cara pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan kesehatan saja melainkan juga untuk keindahan lingkungan , antara lain dengan:

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah.

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka harus membangun tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari tempat pengumpulan, sampah diangkut ke TPS dan selanjutnya ke TPA. 2. Pemusnahan dan pengolahan sampah.

Pemusnahan dan atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut :

a. Ditanam (Landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan pembuatan lubang di tanah, kemudian sampah di masukkan dan ditimbun dengan tanah.

b. Dibakar (Incenerator), yaitu pemusnahan sampah dengan cara membakar di dalam tungku pembakaran.

c. Diolah menjadi pupuk kompos (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, khususnya untuk jenis sampah organik.

Gordon (2006) menyatakan bahwa sistem pengolahan sampah yang banyak dilakukan saat ini adalah system sanitary landfill. Sistem ini di dukung berbagai kegiatan yang memperhatikan aspek kesehatan lingkungan seperti pemasangan geomembran dan geotekstile sebagai dasar konstruksi, drainase air lindi, ventilasi, cover soil, dan lain-lain.

Sistem ini memang dapat meminimalkan timbulnya bau, penyakit, dan kerusakan lingkungan, tetapi memiliki resiko yang tidak dapat dihindarkan seperti terbentuknya gas metan, H2S, NH3,

dan air lindi (leachete). Perpindahan gas dan air lindi dari landfill ke lingkungan sekitarnya akan menyebabkan dampak yang serius pada lingkungan.

USAID (2006) dalam Pengelolaan sampah berbasis masyarakat (Community Based Solid Waste Management) atau yang disingkat CBSWM menyatakan bahwa program pengelolaan ini adalah sistem penanganan sampah yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Prinsip-prinsip CBSWM adalah partisipasi masyarakat, kemandirian, efisiensi, perlindungan lingkungan dan keterpaduan.

Dokumen terkait