• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks dan saling terkait, antara lain ditunjukkan dengan masih belum adanya keterpaduan antar sektor, antar instansi dan antar daerah serta partisipasi masyarakat yang belum optimal dalam pengelolaan DAS yang berujung pada kerusakan DAS yang semakin mengkhawatirkan.

Budiharso (2008) mengemukakan DAS merupakan sumberdaya darat yang sangat kompleks dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai peruntukan.

dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan sumberdaya darat. Sehngga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan pada hubungan antar kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Perubahan kualitas dan kuantitas air sungai akibat perubahan tutupan lahan berpengaruh terhadap resiko penyakit bawaan air terhadap penduduk yang tinggal di sepanjang sungai DAS, dari hulu sampai ke hilir. Perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak diikuti dengan pembangunan fasilitas pengolahan air limbah yang memadai akan menyebabkan memburuknya kualitas air sungai untuk keperuntukan sumber air minum, budidaya ikan air tawar, pertanian dan pariwisata.

2.6. Gastroenteritis

2.6.1. Pengertian Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah peradangan pada usus besar, usus halus yang disertai gastritis yang banyak disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus dengan gejala-gejala: berak-berak dengan konsistensi encer dan kadang kadang disertai dengan muntah muntah. Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi.

2.6.2. Tanda dan Gejala Penyakit Gastroenteritis

Biasanya ditemukan buang air besar terus menerus disertai rasa mulas yang berkepanjangan,dehedrasi,mual dan muntah.Gejala lain yang timbul pegal pada

punggung dan perut. berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit tubuh, gastroenteristis dapat dibagi menjadi:

a. Gastroenteristis tanpa dehidrasi

Pada tingkat gastroenteristis ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi gastroenteristis masih dapat ditolerir dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.

b. Gastroenteristis dengan dehidrasi ringan/sedang

Pada tingkat gastroenteristis ini penderita mengalami gastroenteristis 3 kali atau lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang nafsu makan menurun, aktivitas sudah mulai menurun.

2.6.3. Cara Penularan Gastroenteritis

Pada umum penularan Gastroenteritisdisebabkan oleh faktor kebersihan lingkungan, makanan dan minuman yang terkontaminsasi e coli.

1. Makanan dan minuman

Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak, terlalu manis. Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak) yang dapat menimbulkan alergi.

2. Infeksi atau investasi parasit

Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio Cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas. Enterovirus (Echo, Coxsakie,

Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa cacing antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti Entamoeba Histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas Hominis.

3. Jamur (Candida Albicans)

Biardia Lambia, Cryptosporidium 4. Infeksi

Diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis MediaAkut/radang dikuping), Tonsilofaringitis (radang pada leher / tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru).

5. Perubahan udara

Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak dibagian perut, kembung, gastroenteristis dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena cairan tubuh yang terkuras habis.

6. Faktor lingkungan

Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

2.6.4. Faktor–faktor Berhubungan dengan Kejadian Gastroenteritis

Kejadian gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan seperti jamban, sumber air dan juga perilaku seseorang dalam hygiene (kebersihan diri dan lingkungan).

1. Faktor jamban

Rayuana (2010), menemukan bahwa risiko kejadian gastroenteristis lebih besar dari pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamban keluarga dan penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan risiko kemungkinan terjadinya gastroenteristis. Berkaitan dengan personal hygiene dari masyarakat yang ditunjang dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya dan terutama di daerah-daerah dimana air merupakan masalah dan kebiasaan buang air besar yang tidak sehat.

2. Faktor sumber air

Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula yang langsung digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung dari mana sumber air tersebut didapat. Ada beberapa macam sumber air misalnya: air hujan, air tanah (sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam), air permukaan (sungai, kolam, danau) dan mata air. Apabila kualitas air dari sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum memenuhi syarat, harus melalui proses pengeolahan air terlebih dahulu.

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara sedang berkembang, pada dasarnya menyangkut dua aspek utama.Pertama aspek fisik, seperti tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan.

Menurut Notoatmojo, S (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut: 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon

baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut.

2. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah bagaimana respon terhadap sistem pelayanan kesehatan baik yang modern maupun yang tradisional.

3. Perilaku terhadap makanan sebagai kebutuhan vital.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan.

2.6.5 Pencegahan Gastroenteritis

Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah gastroenteritisantara lain:

1. Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksi usus penyebab gastroenteristis ditularkan melalui jalur fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci air tercemar. Masyarakat yang

terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan gastroenteristis yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

2. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman gastroenteristis adalah mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air bersih, sebelum menyiapkan makanan mempunyai dampak dalam kejadian gastroenteristis.

3. Menggunakan Jamban

Upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit gastroenteristis. Keluarga yang tidak mempunyai jamban membuang air besar di sembarang tempat. Menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dengan jarak lebih 10 meter dari sumber air.

2.6.6 Peran Serta Masyarakat

Masyarakat dapat melakukan kegiatan antara lain :

1. Memberikan oralit untuk dibawa pulang, menunjukkan cara pencampuran oralit dan meminumkannya.

2. Melakukan pencatatan tentang umur, alamat, nama penderita dan jenis pertolongan yang diberikan serta melaporkan penggunaan oralit dan meminta tambahan oralit ke puskesmas.

3. Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk berpola hidup bersih dan sehat. 4. Menganjurkan penderita dan keluarganya menjaga lingkungan tempat tinggal

agar selalu bersih.

Dokumen terkait