• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kualitas Air Saat Pasang dan Surut Serta Penggunaan Air Sungai Silau Hilir terhadap Keluhan Penyakit Gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kualitas Air Saat Pasang dan Surut Serta Penggunaan Air Sungai Silau Hilir terhadap Keluhan Penyakit Gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR

TERHADAP GASTROENTERITIS DI KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA

KOTA TANJUNG BALAI

TESIS

Oleh

SRI BULAN NASUTION 097032115/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR

TERHADAP GASTROENTERITIS DI KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA

KOTA TANJUNG BALAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI BULAN NASUTION 097032115/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR TERHADAP GASTROENTERITIS DI

KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA KOTA TANJUNG BALAI

Nama Mahasiswa : Sri Bulan Nasution Nomor Induk Mahasiswa : 097032115

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil) (Ir. Indra Chahaya, M.Si

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

pada Tanggal : 20 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya, M.Si

2.

(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR

TERHADAP GASTROENTERITIS DI KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA KOTA TANJUNG BALAI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

(6)

ABSTRAK

Daerah Aliran Sungai Silau berdasarkan Data Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjung Balai tingkat kualitas airnya menurun. Indikator kualitas pencemaran air sebagai berikut : pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l. Escherichia Coli 210/100 ml, suhu 28o

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas air pasang surut serta penggunaan air sungai Silau Hilir terhadap gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Selatan Kota Tanjung Balai. Jenis penelitian analitik dengan desain explanotary research. Populasi adalah sebanyak 509 KK dan besar sampel 121 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square pada taraf kepercayaan

c, warna air keruh, berasa payau dan berbau anyir. Masyarakat menggunakan air Sungai Silau untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK) yang dapat menyebabkan anggota keluarga mengalami keluhan gastroenteritis.

α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air pasang dari segi persyaratan secara fisik berasa anyir dan berwarna kuning sedikit keruh dan air surut berbau anyir, berwarna kuning keruh. Dari segi kimia, kadar BOD air pasang 10,8 mg/l, COD 27 mg/l dan pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. Pada air surut kadar BOD 11,2 mg/l, COD 25 mg/l, pH 73 dan E. Coli 240 MPN/100 ml. Kualitas air pasang dan surut di atas baku mutu yang ditetapkan. Hasil uji statistik ada hubungan kualitas air pada saat pasang dan surut serta penggunaan air sungai silau hilir (tempat tinggal, lama menetap, frekuensi pemakaian air, jenis pemanfaatan air) terhadap keluhan penyakit gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara dengan p < 0,05.

(7)

ABSTRACT

Based on the data of Tanjung Balai Municipal Environmental Board, it is fopund out that the quality of water in the watershed of Silau River is declining. The indicators of water pollution quality are as follows: pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l, Escherichia Coli 210/100 ml,m temperature 28o

The purpose of this analytical explanatory study was to find out the relationship between the quality of water during low tide and the use of the water of Silau River on gastroenteritis in Tanjung Balai Selatan Subdistrict, the City of Tanjung Balai. The population of this study was 509 heads of families and 121 of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test at level of confidence α = 0.05.

C, water color is turbid, brackish taste, and rancid. The community members use the water of Silau River for bathing, washing and toileting that can cause their family members complaining of diarrhea.

In terms of requirement, the result of this study showed that, physically, the quality of water during high and low tides was rancid and turbid yellow, and chemically, the level of BOD during high tide was 10.8 mg/l, COD 27 mg/l and pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. The quality of water during high and low tides was above the quality set. The result of statistic test showed that there was a relationship between the quality of water during high and low tides and the use of the water in the downstream of Silau River (residence, length of stay, frequency of water use, kind of water use) on the complaint of gastroenteritis in Tanjung Balai Utara Subdistrict with p < 0.05.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan limpahan rahmatNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Kualitas Air Saat Pasang dan Surut Serta Penggunaan Air Sungai Silau Hilir terhadap Keluhan Penyakit Gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manejemen

Kesehatan Lingkungan Industri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil dan Anggota

Komisi Pembimbing Ir.Indra Chahaya, M. Si atas segala ketulusannya dalam

menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran, masukan

dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

2. Tim Penguji Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia

3. Ibu Direktur Poltekes Medan Serta Ibu Ketua Jurusan Hj.Nelma Hsb, Ssi, MKes

yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam

rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. dan dr. Taufik Ashar, M.K.M yang telah

(9)

4. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas

Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda H. Nasrun

Nasution dan Hj. Rida Wati Rambe serta keluarga besar yang telah memberikan

dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.

6. Teristimewa buat suami tercinta H. Syahrinal Azhar Lubis, S.Ag menjadi

motivator untuk menyelesaikan studi ini dan Ketiga Putri Fauza Bulqais Lubis,

Rifqiya Farhah Lubis dan Wizra Mutuma Innaini Lubis sebagai motivator dan

pemberi semangat bagi penulis menyelesaikan tesis ini.

7. Begitu juga buat saudara-saudara sekandung yang selalu memberi semangat dan

bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam

penyusunan tesis ini.

Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan

harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan

dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, September 2013 Penulis

(10)

RIWAYAT HIDUP

Sri Bulan Nasution, lahir pada tanggal 6 April 1971 di Medan, beragama

Islam, anak pertama dari sembilan bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Nasrun

Nasution dan Hj. Rida Wati Rambe (Almh), bertempat tinggal di Jalan Kesehatan

No.11 Medan.

Penulis mulai melaksanakan pendidikan SDN XIV Tanjung Balai tamat pada

tahun 1984, melanjutkan pendidikan SMPN I Tanjung Balai tamat pada tahun 1987

dan melanjutkan pendidikan SMAK Dharma Analitika tamat pada tahun 1990.

Penulis melanjutkan pendidikan Sarjana Teknik Kimia Dr. Rusdi, tamat pada tahun

2000. Kemudian pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana

Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan

Lingkungan Industri Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menikah pada tanggal 19 Maret 2000 dengan Syahrinal Azhar Lubis,

S.Ag. Penulis mulai bekerja sebagai PNS sebagai staf di Akademik di Analis Poltekes

(11)

DAFTAR ISI

2.1.2 Penyebab Terjadinya Pasang Surut ... 10

2.1.3 Alat-alat Pengukuran Pasang Surut ... 10

2.1.4 Fenomena Pasang Surut ... 11

2.2.6 Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan dan 2.2.7 Lingkungan ... 20

2.2.8 Hubungan Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan .... 22

2.3Pencemaran Lingkungan ... 24

Penanggulangan Pencemaran Badan Air ... 22

2.3.1 Penyakit Menular dalam Air ... 26

2.4Lama Menetap di Bantaran Sungai ... 27

2.5Pemukiman Penduduk di Daerah Aliran Sungai ... 29

2.5.1 Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai 32 2.6Gastroenteritis ... 33

(12)

2.6.2 Tanda dan Gejala Penyakit Gastroenteritis ... 34

2.6.3 Cara Penularan Gastroenteritis ... 34

2.6.4 Faktor Lingkungan dan Perilaku ... 35

2.6.5 Faktor – Faktor Berhubungan dengan Kejadian Gastroenteritis ... 35

2.6.6 Pencegahan Gastroenteritis ... 37

2.6.7 Peran Serta Masyarakat ... 38

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen Variabel) 48 3.6.2 Variabel Terikat (Dependen Variabel) ... 51

3.7Metode Analisis Data ... 51

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 52

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52

4.2 Karakteristik Responden ... 53

4.3 Analisis Univariat ... 54

4.3.1 Kualitas Air Pasang ... 54

4.3.2 Kualitas Air Pasang Masuk ke Dalam Rumah ... 55

4.3.3 Pengguna Air Sungai ... 56

4.3.4 Keluhan Penyakit Gastroenteritis ... 57

4.4 Analisis Bivariat ... 62

4.4.1 Hubungan Frekuensi Air yang Masuk Ke Rumah dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis ... 58

BAB 5. PEMBAHASAN ... 63

(13)

5.2. Hubungan Lama Menetap dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau

Hilir Kotamadya Tanjung Balai ... 65

5.3. Hubungan Frekuensi Pemakaian Air dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung Balai ... 66

5.4. Hubungan Jenis Pemakaian Air dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung Balai ... 68

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN... 70

6.1Kesimpulan ... 70

6.2Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1 Definisi Operasional ... 46

4.1. Karakteristik Responden di Pinggiran Sungai Silau Hilir

Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2013 ... 53 4.2 Distribusi Kualitas Air Pasang di Pinggiran Sungai Silau Hilir

Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2013 ... 54 4.3. Distribusi Frekuensi Kualitas Air Pasang Masuk ke Dalam

Rumah di Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung

Balai Tahun 2013 ... 55 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Mengenai Tempat

Tinggal, Lama Menetap, Frekuensi Pemakaian Air dan Jenis Pemanfaatan Air di Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya

Tanjung Balai Tahun 2013 ... 56 4.5. Distribusi Frekuensi Keluhan Gastroenteritis pada Responden di

Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung Balai Tahun

2013 ... 57 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden tentang

Keluhan Gastroenteritis di Pinggiran Sungai Silau Hilir

Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2013 ... 57 4.7. Hubungan Frekuensi Air Masuk ke Rumah, Tempat Tinggal,

Lama Menetap, Frekuensi Pemakaian Air dan Jenis Pemanfaatan Air dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau Hilir Kota Madya Tanjung

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Fenomena Air Pasang ... 9

2.2. Proses Terjadinya Pasang Surut Akibat Pengaruh Pergerakan Bulan Mengelilingi Bumi ... 12

2.3. Paradigma Kesehatan Lingkungan ... 39

2.4. Kerangka Konsep ... 41

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 74

2. Pengolahan Data ... 78

3. Master Data ... 87

4. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu

KesehatanMasyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU... 91

5. Surat Telah Selesai Meneliti dari Kantor Camat Tanjung Balai

(17)

ABSTRAK

Daerah Aliran Sungai Silau berdasarkan Data Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjung Balai tingkat kualitas airnya menurun. Indikator kualitas pencemaran air sebagai berikut : pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l. Escherichia Coli 210/100 ml, suhu 28o

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas air pasang surut serta penggunaan air sungai Silau Hilir terhadap gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Selatan Kota Tanjung Balai. Jenis penelitian analitik dengan desain explanotary research. Populasi adalah sebanyak 509 KK dan besar sampel 121 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square pada taraf kepercayaan

c, warna air keruh, berasa payau dan berbau anyir. Masyarakat menggunakan air Sungai Silau untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK) yang dapat menyebabkan anggota keluarga mengalami keluhan gastroenteritis.

α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air pasang dari segi persyaratan secara fisik berasa anyir dan berwarna kuning sedikit keruh dan air surut berbau anyir, berwarna kuning keruh. Dari segi kimia, kadar BOD air pasang 10,8 mg/l, COD 27 mg/l dan pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. Pada air surut kadar BOD 11,2 mg/l, COD 25 mg/l, pH 73 dan E. Coli 240 MPN/100 ml. Kualitas air pasang dan surut di atas baku mutu yang ditetapkan. Hasil uji statistik ada hubungan kualitas air pada saat pasang dan surut serta penggunaan air sungai silau hilir (tempat tinggal, lama menetap, frekuensi pemakaian air, jenis pemanfaatan air) terhadap keluhan penyakit gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara dengan p < 0,05.

(18)

ABSTRACT

Based on the data of Tanjung Balai Municipal Environmental Board, it is fopund out that the quality of water in the watershed of Silau River is declining. The indicators of water pollution quality are as follows: pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l, Escherichia Coli 210/100 ml,m temperature 28o

The purpose of this analytical explanatory study was to find out the relationship between the quality of water during low tide and the use of the water of Silau River on gastroenteritis in Tanjung Balai Selatan Subdistrict, the City of Tanjung Balai. The population of this study was 509 heads of families and 121 of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test at level of confidence α = 0.05.

C, water color is turbid, brackish taste, and rancid. The community members use the water of Silau River for bathing, washing and toileting that can cause their family members complaining of diarrhea.

In terms of requirement, the result of this study showed that, physically, the quality of water during high and low tides was rancid and turbid yellow, and chemically, the level of BOD during high tide was 10.8 mg/l, COD 27 mg/l and pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. The quality of water during high and low tides was above the quality set. The result of statistic test showed that there was a relationship between the quality of water during high and low tides and the use of the water in the downstream of Silau River (residence, length of stay, frequency of water use, kind of water use) on the complaint of gastroenteritis in Tanjung Balai Utara Subdistrict with p < 0.05.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Stategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan yang sehat diarahkan

untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian kata dalam

pembangunan kesehatan untukmewujudkan Indonesia sehat. (Depkes RI., 2008).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan

penyakit umumnya gastroenteristis

Air permukaan yang berasal dari sungai sangat mudah tercemar akibat

kegiatan manusia, fauna, flora serta zat-zat lain. Air permukaan merupakan salah satu

sumber penting sebagai bahan baku air bersih sehingga perlu memperhatikan kualitas

baku mutu, serta jumlah kuantitasnya (Budiman 2008).

. Penyediaan air bersih baik dari segi kualitas

maupun, kuantitasnya di suatu daerah dapat ditekan seminimal mungkin agar

penyebaran penyakit disebabkan oleh air yang tercemar dapat diatasi.Semakin maju

tingkat hidup seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air bersih dari

masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum dibutuhkan air rata rata 5 liter/hari

secara keseluruhan kebutuhan air dalam rumah tangga masyarakat Indonesia

diperkirakan sebesar 60 liter/hari, (Totok, 2004).

Tingginya kepadatan penduduk yang tidak sebanding dengan lahan yang

(20)

tinggal, sehingga banyak masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai

Silau.Kepadatan penduduknya yang sangat tinggi serta kondisi DAS semangkin

menurun. Peraturan pemerintah yang mengatur tentang kebijakan lingkungan sanitasi

di daerah aliran sungai tertuang dalam PP. No. 35 tahun 1991. Dalam peraturan

pemerintah ini yang dimaksud dengan sungai adalah tempat-tempat dan wadah serta

jaringan pengaliran air mulai dari mata air muara serta hilir dengan dibatasi kanan

dan kirinya serta pengalirannya oleh garis sempadan dan mengacu pada Peraturan

Pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang klasifikasi dan keteria baku mutu air yang

diperoleh berdasarkan kelas.

Di tinjau dari sudut kesehatan masyarakat penyediaan sumber air bersih harus

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebab persediaan air bersih yang terbatas

berdampak pada timbulnya penyakit berbasis lingkungan penyebab

gastroenteristis

Penggunaan air sungai yang tercemar dapat menurunkan derajat kesehatan

masyarakat pengguna dengan timbulnya penyakit bawaan air atau Water Borne

Diseases sumber penyakit tersebar bila Mikroba penyebabnya dapat masuk kedalam

badan air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari hari baik secara misalnya volume rata-rata kebutuhan air bersih setiap individu

bervariasi tergantung pada standard kehidupan dan kebiasaan masyarakat sumber air

bersih yang berasal dari air permukaan di peruntukan bagi kehidupan sehari hari

dapat di konsumsi oleh individu harus berasal dari sumber yang bersih dan aman

bebas dari kuman mikroba, bibit penyakit, bahan kimia bahaya dan beracun tidak

(21)

langsung komsumsi air sungai, MCK atau aktivitas domestik lainnya mencuci baju,

dan mencuci perangkat makan serta digunakan untuk memasak. Demikian halnya

dengan air sungai Silau yang berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat

di sepanjang bantaran sungai jarak rumah dari sungai, masuk tidaknya air sungai saat

pasang surut terjadi dan ketinggian air pasang masuk kedalam rumah penduduk.

Sedangkan jenis Mikroba yang dapat menyebar lewat air sangat banyak macamnya

seperti Virus, Bakteri, Protozoa dan Metazoa. Penyakit tidak menular terjadi karena

air terkontaminasi zat zat berbahaya dan beracun.misalnya kasus keracunan Kobalt,

Mercury, Cadmium. (Effendi, 2003).

Keberadaan sungai Asahan dan sungai Silau merupakan urat nadi

perekonomian Kota Tanjungbalai yang memfungsikan sungai sebagai sumber air

baku serta industri angkutan barang dan jasa dengan keberadaan kapal-kapal besar

baik dalam daerah maupun luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.

Sungai Silau membelah Kota Tanjungbalai sepanjang 6000 meter, lebar 150 meter,

dan kedalaman 6 meter. Merupakan daerah dataran rendah sehingga mengalami

pasang surutnya air laut 2 kali dalam sehari semalam.pagi dan sore hari saat pasang

pagi hari mulai jam 05.00 subuh titik optimal 08.00 WIB pagi air surut mulai jam

09.00 WIB pagi sampai jam 12.00 WIB siang. Sore hari pasang naik pada 15.00

WIB sore titik optimal 18.00 WIB sedangkan surut jam 19.00 sampai 21.00 WIB

malam. Pada keadaan pasang optimal perumahan masyarakat terendam air pasang

(22)

Balai Selatan Kelurahan Indra Sakti terbuat dari kayu dan non permanen dengan tipe

rumah panggung pada umumnya. (Propil Tanjung Balai 2011).

Sungai Silau terletak di Kecamatan Tanjung Balai Utara dengan kelurahan

yaitu: Kelurahan Tanjung Balai Kota I, Tanjung Balai Kota II. Pantai Burung, Karya,

Indra Sakti dan Perwira. Kelurahan yang terletak di DAS Silau bagian hilir yaitu,

Kelurahan Indra Sakti.

Setiap tahunnya lebih dari 3.500.000 anak-anak dibawah umur 3 tahun

diserang oleh berbagai jenis penyakit perut dengan jumlah kematian sekitar 105.000

orang jumlah tersebut akan terus meningkat pada daerah yang keadaan sanitasi

lingkungannya berada pada tingkat yang rendah (Achmadi, 2011).

Berdasarkan penelitian (Rayuana E, 2010), pada daerah aliran sungai tentang

genangan air pasang terhadap keluhan penyakit gastroenteristis di Kabupaten Deli

Serdang (2010), variabel ketinggian air pasang sampai > 10 cm responden mengalami

keluhan penyakit gastroenteristis

Secara nasional penyakit

dan infeksi kulit.

gastroenteristis berdasarkan data dari USAID pada

2008 menyebutkan, masih rendahnya cakupan ketersediaan air bersih di Indonesia.

Pada tahun 2007 baru mencapai 49%. Artinya, lebih dari setengah penduduk

Indonesia masih mengandalkan sumber air minum dari air permukaan, air sumur gali,

air sungai, dan air hujan yang tidak terlindungi. Adapun sebagian besar tercemar oleh

bakteri Escherichia Coli tinja. Gastroenteristis menjadi penyebab kematian nomor 2

(23)

Gastroenteristis

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (2011), Kecamatan Tanjung Balai

Selatan penyakit

yang umum terjadi disebabkan oleh air minum yang tercemar bakteri

Escherichia Coli dari tinja manusia dan hewan (Seafast, 2011).

gastroenteristis, disentri, infeksi usus, kecacingan, scabies, campak,

cacar air, kolera, darah tinggi dan ISPA termasuk dalam 10 penyakit terbesar di

puskesmas tersebut. Dari 10 penyakit terbesar tersebut penyakit yang disebabkan

melalui air yaitu: infeksi usus dengan jumlah kasus 750 (9.9%), scabies dengan

jumlah kasus 737 (9.7%), gastroenteristis

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan Juni 2012 di

DAS sungai Silau tingkat kualitas air sungai Silau menurun. Data yang diperoleh

dari Badan Lingkungan Hidup Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2012. Hal ini dapat

dilihat pada DAS tersebut banyak aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat, industri,

dengan menggunakan air sungai tersebut pada waktu air surut dan air pasang, seperti:

limbah domestik di alirkan ke sungai Silau dan kegiatan mandi, cuci, kakus

(MCK).limbah industri juga terdapat pasar tradisional. Dari hasil observasi yang

dilakukan di DAS tersebut berdasarkan indikator kualitas pencemaran air sebagai

berikut : pH 7.07, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l. Escherichia Coli 210/100 ml,

suhu 28

dengan jumlah kasus 461 atau (6.1%),

disentri dengan jumlah kasus 430 atau (5.7%), kecacingan dengan jumlah kasus 162

(2.1%), kolera dengan jumlah kasus 38 (0.50%), cacar air dengan jumlah kasus 29

(0.38%), campak dengan jumlah kasus 16 (0.21%).

o

c, warna air keruh, berasa dan berbau. Pada saat air surut air menjadi sangat

(24)

Adapun aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam menggunakan air

sungai dimulai jam 5 pagi sampai dengan jam 6 sore setiap harinya. Berdasarkan

uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas air sungai tidak memenuhi syarat.

Melihat keadaan badan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan maka dengan

demikian peneliti ingin melihat sejauh mana hubungan kualitas air pasang surut serta

karakteristik penggunaan air yaitu tempat tinggal, lama menetap, frekuensi

penggunaan air dan pemanfaatan air sungai Silau terhadap gastroenteristis.

1.2 Permasalahan

Dengan penurunan kualitas air sungai Silau, di mana air sungai tersebut

dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari baik untuk mandi, cuci

dan kakus baik pada saat air surut maupun pasang, maka permasalahan dalam

penelitian ini sejauh mana hubungan kualitas air saat pasang dan surut serta

karakteristik penggunaan airsungai sungai Silau Hilir (tempat tinggal, lama menetap,

frekuensi penggunaan air dan pemanfaatan air)terhadap gastroenteritisdi Kecamatan

Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan kualitas air saat pasang dan surut serta

karakteristikpenggunaan air sungai Silau Hilir (tempat tinggal, lama menetap,

frekuensi penggunaan air dan pemanfaatan air)terhadap gastroenteritisdi Kecamatan

(25)

1.4. Hipotesis

Ada hubungan kualitas air saat pasang dan surut serta

karakteristikpenggunaan air sungai Silau Hilir terhadap gastroenteritisdi Kecamatan

Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai

1.5Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah Kota Madya Tanjung Balai Asahan penelitian ini bermanfaat

sebagai masukan dalam menyusun pelaksanaan program pengendalian

pencemaran badan air serta pengaruh gangguan kesehatan terhadap masyarakat di

sekitar pinggiran sungai.

2. Memberikan masukan kepada masyarakat pengguna air sungai untuk keperluan

sehari-hari agar dapat mengantisipasi dan mencegah terjadinya pencemaran

terhadap lingkungan pinggiran sungai sehingga kualitas air memenuhi syarat

sesuai dengan peruntukannya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan pengaruh kualitas pasang surut air

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Genangan Pasang dan Surut Pada Badan Air 2.1.1. Definisi Pasang Surut

Merupakan fenomena penggerakan naik turunnya permukaan air laut secara

berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari

benda-benda astronomi terutama oleh matahari ,bumi,dan bulan. Periode pasang surut

adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah

gelombang berikutnya. Waktu periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25

menit hingga 24 jam 50 menit .

Gambar 2.1. Fenomena Air Pasang

(27)

Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer

(atmospheric tide), pasang surutoceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide

of the solid earth).Pasang surut

sentrifugal.

karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.Daerah pesisir

mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode 24 jam.(Priyana,1994).

2.1.2. Penyebab Terjadinya Pasang Surut

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori

kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,

revolusi bumi terhadap matahari. berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan

luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga

terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan

seperti, topografi dasar

berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Diposaptono 2007).

2.1.4. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut

Beberapa alat pengukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tide Staff.

Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter.

Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan. Tide Staff (papan

Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan

(28)

digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti

karat. Syarat pemasangan papan pasang surut adalah :

a. Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang

oleh air

b. Sungai (aliran debit air).

c. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang

menyebabkan air bergerak secara tidak teratur

d. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk

diamati dan dipasang tegak lurus

e. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan

mudah dikaitkan

f. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang

surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi

g. Tanah dan dasar

h. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari

(Diposaptono, 2007).

2.1.6 Fenomena Pasang Surut

Berdasarkan pada definisi pasang surut, di mana merupakan peristiwa

naik-turunnya permukaan air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala,

maka apabila dipasang alat tolok ukur pasang surut secara merata di dunia, dan

dilakukan pengukuran setiap interval satu jam, kemudian hasil pengukuran ini

(29)

Pada grafik tersebut menunjukkan terjadinya air tertinggi setiap 12 jam 25

menit, atau setengah hari siderius (sidereal day), sedang air terendah akan terjadi

setelah 6 jam 12,5 menit dari kedudukan air pasang. Hal ini menjelaskan adanya

kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan pergerakan bulan di langit.

Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, atau

disebut pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). (Alben, 2009).

Gambar 2.2. Proses Terjadinya Pasang Surut Akibat Pengaruh Pergerakan Bulan Mengelilingi Bumi

Sumber : Alben, 2009, Teori Pasang Surut

Selain keadaan di atas, apabila bulan berada pada deklinasi 20º utara dan

keterlambatan waktu antara tinggi air pada saatperhitungan hanya pada bumi bagian

utara, ketika air tertinggi saat itu akan terjadi pada titik X dan Y serta air terendah

(30)

lintang utara berturut-turut pada titik C, maka terjadinya air pasang maksimum, Titik

D air surut dan titik E air pasang tetapi pada waktu ini air tidak lagi setinggi

permukaan air di titik C. Sedangkan pada titik A dan A´ yang berada pada lintang 90º

posisi air paling rendah. Pada titik D mengambil masa yang lebih panjang untuk surut

dibandingkan sewaktu air naik, hal ini karena titik D lebih dekat dengan titik E.

2.2. Air

2.2.1. Definisi Air

Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O. Sebuah

molekul air yang terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom H.

Molekul air yang satu dengan molekul-molekul air yang lainnya bergabung dengan

satu ikatan hydrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain

(Rukaesih, 2004).

Air sangat penting bagi kehidupan manusia.yang berarti besar sekali

peranannya bagi kesehatan manusia.Kekurangan cairan dalam tubuh akan

menyebabkan kematian. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air

daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar

terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badannya terdiri dari air,

(31)

2.2.2. Sumber Air

Air yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.

Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi: (Budiman, 2006).

1. Air Angkasa ( Hujan)

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun

pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cendrung

mengalaimi pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di

atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas ,

misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan amonia.

2. Air Permukaan.

Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,

waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan

yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami

pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

3. Air Tanah

Ait tanah ( ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan

bumi yang kemudian mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang

telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air

tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.

2.2.3. Penggolongan Air

Air pada sumber air menurut kegunaan / peruntukannya digolongkan menjadi:

(32)

1. Kelas I

Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum secara langsung tanpa

pengolahan terlebih dahulu.

2. Kelas II

Air yang dapat dipergunakaan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum

dan keperluan rumah tangga.

3. Kelas III

Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan perternakan

4. Kelas IV

Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaat

untuk usaha industri dan listrik Negara. .

2.2.4. Karakteristik Air

Karakteristik air sungai perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara

pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis

besar karakteristik air sungai ini digolongkan menjadi:

1. Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan

padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram

seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas,

(33)

2. Karakteristik kimiawi

Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia an-organik

yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari

penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya, pada umumnya bersifat basah

pada waktu masih baru, dan cendrung bau asam apabila sudah memulai membusuk.

3. Karakteristik bakteriologi

Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam

air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam

proses pengolahan air buangan (Notoatmodjo,2007).

2.2.5. Kualitas Air

Kelayakan air dapat di ukur secara kualitas dan kuantititas. Kualitas air adalah

sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air

yang mencangkup kualitas fisik, kimia dan biologis (Arya, 2005).

1. Kualitas fisik

Syarat-syarat sumberair yang bisa digunakan sebagai berikut adalah sebagai

berikut:

a. Kekeruhan

Kekeruhan dapat di timbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik

yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan

industri, Air jernih tidak keruh, tidak mengandung butiran-butiran koloid dari

(34)

b. Warna

Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi

yang bewarna dan senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan .air yang

kwalitasnya baik, bersifat Jernih, tembus pandang, tidak bewarna.

c. Bau

Bau dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta adanya

gas seperti H2

d. Temperatur normal

S yang terbantuk dalam kondisi anaerobik dan akibatnya

senyawa-senyawa organik tertentu. Air yang kwalitasnya baik tidak berbau dan berasa.

Kenaikan temperature air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar

oksigen yang rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi

anaerobik yang mungkin saja terjadi. Air yang baik memiliki temparatur sama

dengan temperatur udara (20 -26 0C)

e. Zat padat terlarut

Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk sehingga dapat menyebabkan

menurunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar

matahari ke dalam air. Bahan padatan adalah bahan yang tertinggal sebagai resedu

pada penguapan air.

2. Kualitas kimia

Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan sebagai berikut

(35)

a. BOD (Biological Oxygen Demand)

(BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam air

dengan memakai ukuran proses biokimia yang terjadi di dalam larutan air limbah

tersebut.

b. COD

Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat

pencemaran air buangan. untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke

muara. BOD adalah parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan

untuk mendegradasi bahan organik yang dikandungnya, sekaligus merupakan

gambaran bahan organik mudah urai (biodegradable ) yang ada dalam air atau

perairan yang bersangkutan (Haryadi, 2004).

(Chemical Oxygen Demand)

COD ( Chemical Oxygen Demand)adalah jumlah oksigen yang diperlukan

untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal

ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan

oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak

sulfat, sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang

kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD

dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di

perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar

dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada (Haryadi,

(36)

c. pH

Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan

efisiensi klorinasi, beberapa senyawa asam dan basah lebih toksik dalam bentuk

molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut di pengaruhi oleh pH yang

diukur dengan pH meter atau lakmus, air murni mempunyai pH 7.

d. Tidak mengandung bahan kimia beracun

unsur senyawa kimia beracun yang rendah bersifat toksik bagi manusia,

sehingga perlu pembatasan yang dampak negative lain yang timbul adalah timbulnya

rasa dan bau akibat oksidasi oleh oksigen terarut. Air yang berkualitas tidak

mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, fenolik dll.

e. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam

seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Cl, Cr, dan lain-lain.

f. Kesadahan rendah

kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya kation

logam yang berhubungan dengan garam-garam terlarut dalam air terutama garam Ca

dan Mg, kualitas bakteriologi. Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi

efektivitas pemakaian sabun dan dapat memberikan rasa yang segar. Adanya

kesadahan dalam air dimana pemakaian air untuk industri tidaklah di kehendaki

lagi.Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang

(37)

3. Kualitas biologi

Air tidak boleh mengandung Coliform.Air yang mengandung golongan coli

dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia atau kotoran hewan.Kuman

E.coli dijadikan indikator pada sampel air karena lebih tahan lama berada dalam air

dibandingkan dengan kuman bakteri lainnya (Sutrisno, 2004).Kepmenkes RI Nomor

907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan bakteriologis air minum adalah dilihat dari

Colifrom per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperolehkan adalah 0.

2.2.6. Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan dan Lingkungan

1. Dampak terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawah penyakit menular bermacam-macam antara lain

air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, sebagai sarang insekta penyebar

penyakit, sebagai media untuk vektor penyakit. Ada beberapa penyakit yang masuk

dalam kategori water borne diseases atau penyakit-penyakit yang di bawah oleh air

antara lain gatroenteristis, disentry, cholera, hepatitis A, polio melitis, typhus

abdominalis, aschariasis, taeniasis, schistosomiasis, penyakit kulit.

Mengingat air dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit, maka untuk

mengurangi timbulnya penyakit atau menurunkan angka kematian salah satu

usahanya meningkatkan penggunaan air yang memenuhi persyaratan kualitas maupun

kuantitas. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,

metabolesme mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan

suhu tubuh, jangan sampai tubuh kekurangan cairan yang mengakibatkan kematian

(38)

2. Dampak terhadap lingkungan

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air

minum, meracuni makanan menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai,

pengrusakan hutan akibat hujan asam dan sebagainya. Di badan air sungai nitrogen

dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang

di luar kendali di sebut eutrofikasi.Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan

oksigen tersebut di gunakan bersama oleh seluruh hewan dan tumbuhan air menjadi

berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati dekomposisinya menyedot lebih banyak

oksigen akibatnya ikan akan mati dan aktifitas bakteri akan menurun (Achmadi,

2010)

2.2.7. Hubungan Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan

.

Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air

secara umum dapat dikalsifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya

tak langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia terjadi akibat

mengkonsumsi air sungai yang tercemar dengan kualitas yang buruk, baik secara

langsung diminum atau melalui makanan, serta akibat penggunaan air yang tercemar

untuk kegiatan sehari-hari memasak, mencuci, serta MCK. Kualitas air baik secara

fisik kimia dan biologis berdampak terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di

bantaran sungai dan menggunakan air sungai.

2.2.7.1 Hubungan Kualitas Fisik Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat

Kualitas fisik air sungai dapat dilihat dari indikator bau, kekeruhan, suhu,

(39)

anorganik dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah maka kesadahan

air akan naik. Zat organik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan

buangan industri dan limbah domestik rumah tangga. Hal ini berdampak buruk

terhadap badan air dan dapat menyebabkan kekeruhan air sungai. Air yang keruh sulit

didisinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga

berdampak terhadap kesehatan (Soemirat, 2001).

Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa suhu air yang tidak sejuk atau

berlebihan dari suhu air yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga

secara tidak langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air.

Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat atau zat organik,

sehingga bila terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang

beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Slamet, 2001).

Deterjen merupakan limbah permukiman yang paling potensial mencemari

air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah

deterjen sangat sukar diuaraikan oleh bakteri.Sehingga tetap aktif untuk jangka waktu

yang lama.Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa

fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan

eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali

mennyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup, sehingga menghalangi

masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintetis. Jika

tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan

(40)

Kriteria menentukan baik buruknya kualitas air ditentukan oleh banyaknya

bakteri coliform dalam air. Bakteri ini terdapat dalam limbah manusia dan binatang.

Walaupun bakteri coliform tidak menimbulkan penyakit tetapi kehadiran

bakteri-bakteri ini dalam air sebagai indikator adanya bakteri-bakteri-bakteri-bakteri dan virus penyebab

penyakit dalam air. Seperti bibit penyakit tipus, kolera, disentri dan penyakit-penyakit

lainnya penularannya bersumber dari air.

2.2.8Penyakit Menular dalam Air

Banyak penyakit ditularkan kepada manusia melalui air yang terkontaminasi,

tetapi dengan adanya peningkatan dan pengembangan atas air limbah, perlindungan

dan penyehatan air, keberadaan penyakit-penyakit infeksi bersumber dari air telah

berkurang di Negara-Negara maju.

Achmadi (2011), mengklasifikasikan penyakit-penyakit bersumber dari air

atas dasar pertimbangan epidemik yang ditimbulkan, yaitu:

1) Waterborne disease: bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia melalui air

minum yang terkontaminasi seperti kolera, tipus dan lain-lain

2) Water-Washed disease : penularan bibit penyakit erat hubungannya dengan

sanitasi buruk dan kebiasaan-kebiasaan kotor dan tidak cukupnya air untuk

kebersihan dan untuk mandi. Timbul penyakit pada mata dan jaringan kulit

seperti trachoma, dermatitis, infeksi konjuctivitas, scabies dan penyakit-penyakit

(41)

3) Water-Based diseases: kuman pathogen berada dalam air atau tergantung pada

orgaisme aquatic untuk kelangsungan hidupnya. Contoh, schistosomiasis,

ditularkan melalui kontak dengan air tercemar schistosomiasis.

4) Water-Vectored : penyakit-penyakit demam kuning, dengue, filariasis, malaria

dan penyakit tidur ditularkan oleh serangga yang bertelur dalam air seperti

nyamuk atau serangga yang menggigit dekat seperti cacing filariasis, lalat dan

sebagainya

Penduduk yang baru memasuki lingkungannya akan beradaptasi sehingga

menjadi biasa terhadap lingkungannya. Rangsangan-rangsangan berlangsung secara

konstan sehingga reaksi terhadap rangsangan akan semakin kecil, lama kedalaman

akan menjadi terbiasa terhadap lingkungannya.

2.3. Lama Menetap di Pinggir Sungai

Seseorang yang disuatu tempat mempunyai rasa memiliki di daerah yang

ditempatinya. Ada asumsi bahwa semakin lama tinggal seseorang disuatu daerah

maka semakin peduli terhadap apa yang ada di sekitarnya, yaitu dengan

memanfaatkan sumber daya apa yang ada di daerahnya tersebut. Seseorang yang

telah lama tinggal disuatu tempat dan mereka telah memiliki rumah atau tempat

tinggal sendiri, maka rasa memiliki apa yang ada di sekitarnya akan lebih besar dari

pada mereka yang menyewa. Pada saat sekarang pelaksanaan peran serta masyarakat

masih sering dihubungkan dengan hanya memberi sumbangan atau turut bekerja

(42)

Menurut penelitian Sri Sutiyanti (2009) pola hubungan yang dapat

diprediksikan adalah semakin lama tinggal di DAS maka semakin tinggi peran

sertanya dalam memelihara kebersihan lingkungan dan kelestarian sungai.

Menurut analisis hakim, (2010) menyebutkan :

1. Sekitar 49% atau sebagian besar masyarakat di permukiman dalam mendapatkan

air bersih mencapai jarak tempuh antara 100-1000 m dan waktu tempuh antara

5-30 menit, yaitu masyarakat yang mendapatkan air bersih dari air kemasan isi

ulang yang dibeli di depot air isi ulang dan dari air kali dengan cara mengambil

dan mengangkut sendiri ke rumah atau langsung di kali.

2. Sekitar 28% masyarakat di permukiman mendapatkan air bersih mencapai jarak

tempuh kurang dari 100 m dan waktu tempuh 5 menit, yaitu masyarakat yang

mendapatkan air bersih dari air hujan yang berada di halaman/ belakang rumah

dan dari air kali yang di peroleh dari pedagang air keliling atau di ambil dan di

angkut sendiri ke rumah.

3. Sisanya sekitar 23% masyarakat di permukiman dalam mendapatkan air bersih

mencapai jarak tempuh waktu tempuh di rumah lebih dari 1 kran, yaitu

masyarakat yang mendapatkan air bersih dari air PDAM dan air Tanah (sumur

dangkal/sumur dalam).

4. Dan 0% atau tidak ada masyarakat di permukiman dalam mendapatkan air bersih

mencapai jarak tempuh lebih dari 1 km dan dalam waktu tempuh lebih dari 30

(43)

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jarak dan waktu tempuh

masyarakat mendapatkan air bersih berada dalam jarak tempuh terjauh yaitu 3 – 5 m

atau waktu tempuh mencapai 2 - 5 menit.

2.4. Pemukiman Penduduk di Daerah Aliran Sungai

Salah satu fungsi utama Daerah Aliran Sungai sebagai pemasok air dengan

kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah

bagian hilir sungai. Persepsi umum yang berkembang pada saat ini, koversi hutan

menjadi lahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata

air, mencegah banjir, longsor dan erosi pada Daerah Aliran Sungai (Noordwijh,

2004).

Menurut Suwardji (2007), daerah aliran sungai atau DAS adalah hamparan

pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggungnya perbukitan atau pengunungan

di hulu sungai kearah lembah hilir. DAS merupakan satu kesatuan sumber daya darat

tempat manusia beraktifitas untuk mendapatkan manfaat dari aliran sungai secara

optimal dan berkelanjutan.

Batasan mengenai daerah aliran sungai berdasarkan fungsi konserpasi di

kelolah untuk memptahankan kondisi lingkungan agar sungai tidak terdekradasi yang

dapat di indikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air,

kemanpuan menyimpan air dari curah hujan. DAS bagian hulu mempunyai arti

penting terutama dari segi perlindungan funsi tata air degan kata lain ekosistem

(44)

keseluruhan daerah aliran sungai dan keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.

Bagian tengah DAS di fungsikan pada pemanfaatan air sungai yang dikelolah untuk

kepentingan sosial dan ekonomi di indikasikan pada kemampuan penyaluran air, dan

ketinggian permukaan air tanah serta terkait pada prasarana pengairan seperti

pengelolaan sungai akan air bersih serta pengelolaan air limbah. Bahkan keterkaitan

kawasan sungai satu dengan sungai yang lainnya menjadi kesatuan dalam sistem

pembangunan daerah bersangkutan (SEA-UEMA, 2010).

Menurut Manan (1978) seperti yang di kutip Ritongga (2001), ada 5 butir

perkembangan DAS yaitu:

1. Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi serta

peranannya

2. Pertambahan penduduk yang pesat mengakibatkan tekanan terhadap kebutuhan

air bersih

3. Meningkatnya kebutuhan air bersih disebabkan kemajuan teknologi dan tarap

hidup masyarakat

4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir dan erosit

5. Perencanaan DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan sumber daya alam

Untuk mewujudkan DAS yang baik dan sehat diperlukan pengelolaan terpadu,

salah satu konsep pengelolaan terpadu di DAS yang penting adalah kesadaran

masyarakat yang tinggi dalam pelestarian DAS.

Permukiman berdasarkan No 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan

(45)

berupa kawasan perkotaan maupu pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan. Kawasan bantara sungai adalah contoh tipe lahan

dengan karakteristik, dimana mayoritas penduduknya miskin dan bermukim disana,

fasilitas fisik utama dan pelayanan dasar di kawasan tersebut sangatlah tidak

memadai layanan pemerintah terhadap penangganan sampah, penyedian air bersih

dan sanitasi lingkungan belum dapat dikatakan baik (SEA-UEMA, 2010.

Menurut Fardiaz (1992), faktor yang memengaruhi terjadinya keluhan

kesehatan akibat penggunaan air sungai pada masyarakat yang berada pada daerah

aliran sungai adalah : lamanya tinggal di bantaran sungai, frekuensi kontak dengan air

sungai serta lamanya waktu setiap kali kontak dengan air sungai.

Menurut Achmadi, (2010) system komunitas dengan kejadian penyakit

terdapat aspek yang di sebut faktor risiko kependudukan terhadap penyakit yaitu,

Semakin sering masyarakat menggunakan air sungai maka semakin tinggi pula dosis

pemajanan zat-zat kimia yang mencemari air sungai terhadap kulit. Misalnya

perilaku penggunaan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, untuk mandi, cuci dan

kakus.

Proses hubungan interaktif antara komunitas dengan kuman penyebab

penyakit (mikroorganisme) misalnya: virus atau bakteri mengambarkan bahwa

system kekebalan tubuh manusia di antaranya adalah kekebalan tubuh tidak spesifik

untuk menangkal segala masuknya zat dari luar yang asing bagi tubuh dan dapat

(46)

maka akan menyebabkan masuknya bakteri,virus serta zat-zat yang berbahaya

kedalam tubuh mereka melalui air. Kelompok risiko tinggi terkena suatu penyakit

adalah suatu kelompok yang mempunyai resiko lebih besar serta dampaknya yang

lebih berat apabila terpajan penyebab penyakit (Achmadi, 2010).

Perubahan tatanan ekosistem akan memberikan dampak terhadap gangguan

kesehatan pada manusia. Seperti pada badan air atau aliran sungai, dosis zat

pencemar menunjukan tingkat toksisitas artinya peningkatan jumlah zat kimia

pencemaran akan meningkatkan risiko penyakit akibat penggunaan air sungai.

Budaya atau kebiasaan yang di manifestasikan dalam perilaku komunitas tertentu,

sangat berperan dalam kejadian penyakit. Misalnya masyarakat yang tinggal di DAS

memiliki kebiasaan menggunakan air sungai untuk masak, mandi dan cuci untuk

kebutuhan hari hari.

2.5. Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai sebagai bagian dari

pembangunan wilayah sampai saat ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks

dan saling terkait, antara lain ditunjukkan dengan masih belum adanya keterpaduan

antar sektor, antar instansi dan antar daerah serta partisipasi masyarakat yang belum

optimal dalam pengelolaan DAS yang berujung pada kerusakan DAS yang semakin

mengkhawatirkan.

Budiharso (2008) mengemukakan DAS merupakan sumberdaya darat yang

(47)

dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan

sumberdaya darat. Sehngga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan pada

hubungan antar kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya alam untuk

memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Perubahan kualitas dan kuantitas air sungai

akibat perubahan tutupan lahan berpengaruh terhadap resiko penyakit bawaan air

terhadap penduduk yang tinggal di sepanjang sungai DAS, dari hulu sampai ke hilir.

Perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak diikuti dengan pembangunan fasilitas

pengolahan air limbah yang memadai akan menyebabkan memburuknya kualitas air

sungai untuk keperuntukan sumber air minum, budidaya ikan air tawar, pertanian dan

pariwisata.

2.6. Gastroenteritis

2.6.1. Pengertian Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah peradangan pada usus besar, usus halus yang disertai gastritis

yang banyak disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus

dengan gejala-gejala: berak-berak dengan konsistensi encer dan kadang kadang

disertai dengan muntah muntah. Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena

ia disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni

tempat di seluruh permukaan bumi.

2.6.2. Tanda dan Gejala Penyakit Gastroenteritis

Biasanya ditemukan buang air besar terus menerus disertai rasa mulas yang

(48)

punggung dan perut. berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit tubuh,

gastroenteristis dapat dibagi menjadi:

a. Gastroenteristis tanpa dehidrasi

Pada tingkat gastroenteristis ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena

frekuensi gastroenteristis masih dapat ditolerir dan belum ada tanda-tanda

dehidrasi.

b. Gastroenteristis dengan dehidrasi ringan/sedang

Pada tingkat gastroenteristis ini penderita mengalami gastroenteristis 3 kali atau

lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang nafsu

makan menurun, aktivitas sudah mulai menurun.

2.6.3. Cara Penularan Gastroenteritis

Pada umum penularan Gastroenteritisdisebabkan oleh faktor kebersihan

lingkungan, makanan dan minuman yang terkontaminsasi e coli.

1. Makanan dan minuman

Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong

dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam

jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak,

terlalu manis. Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak)

yang dapat menimbulkan alergi.

2. Infeksi atau investasi parasit

Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio Cholerae, E. coli,

(49)

Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa cacing antara lain:

Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti Entamoeba Histolytica,

Giardia lamblia, Tricomonas Hominis.

3. Jamur (Candida Albicans)

Biardia Lambia, Cryptosporidium

4. Infeksi

Diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah

Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis MediaAkut/radang dikuping),

Tonsilofaringitis (radang pada leher / tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru).

5. Perubahan udara

Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak

dibagian perut, kembung, gastroenteristis dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena

cairan tubuh yang terkuras habis.

6. Faktor lingkungan

Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana

air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana

lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga

penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa

menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah

(50)

2.6.4. Faktor–faktor Berhubungan dengan Kejadian Gastroenteritis

Kejadian gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan

seperti jamban, sumber air dan juga perilaku seseorang dalam hygiene (kebersihan

diri dan lingkungan).

1. Faktor jamban

Rayuana (2010), menemukan bahwa risiko kejadian gastroenteristis lebih

besar dari pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamban keluarga dan

penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan risiko kemungkinan terjadinya

gastroenteristis. Berkaitan dengan personal hygiene dari masyarakat yang ditunjang

dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya dan

terutama di daerah-daerah dimana air merupakan masalah dan kebiasaan buang air

besar yang tidak sehat.

2. Faktor sumber air

Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku tersebut

sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula yang langsung

digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung dari mana

sumber air tersebut didapat. Ada beberapa macam sumber air misalnya: air hujan, air

tanah (sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam), air

permukaan (sungai, kolam, danau) dan mata air. Apabila kualitas air dari sumber air

tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku,

dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum memenuhi syarat, harus melalui

(51)

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara sedang

berkembang, pada dasarnya menyangkut dua aspek utama.Pertama aspek fisik,

seperti tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua

adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan.

Menurut Notoatmojo, S (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah

respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon

baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan

sakit tersebut.

2. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah bagaimana respon terhadap sistem

pelayanan kesehatan baik yang modern maupun yang tradisional.

3. Perilaku terhadap makanan sebagai kebutuhan vital.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap

lingkungan sebagai determinan kesehatan.

2.6.5 Pencegahan Gastroenteritis

Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah gastroenteritisantara lain:

1. Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksi usus penyebab gastroenteristis ditularkan

melalui jalur fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam

mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan,

(52)

terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko lebih kecil dibanding dengan

masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko

terhadap serangan gastroenteristis yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan

melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan

di rumah.

2. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman gastroenteristis adalah mencuci tangan dengan sabun,

terutama sesudah buang air bersih, sebelum menyiapkan makanan mempunyai

dampak dalam kejadian gastroenteristis.

3. Menggunakan Jamban

Upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

risiko terhadap penyakit gastroenteristis. Keluarga yang tidak mempunyai jamban

membuang air besar di sembarang tempat. Menggunakan jamban yang memenuhi

syarat kesehatan dengan jarak lebih 10 meter dari sumber air.

2.6.6 Peran Serta Masyarakat

Masyarakat dapat melakukan kegiatan antara lain :

1. Memberikan oralit untuk dibawa pulang, menunjukkan cara pencampuran oralit

dan meminumkannya.

2. Melakukan pencatatan tentang umur, alamat, nama penderita dan jenis

pertolongan yang diberikan serta melaporkan penggunaan oralit dan meminta

(53)

3. Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk berpola hidup bersih dan sehat.

4. Menganjurkan penderita dan keluarganya menjaga lingkungan tempat tinggal

agar selalu bersih.

2.7Landasan Teori

Landasan toeri dalam penelitian ini mengacu pada konsep teori simpul bahwa

dengan menurunnya kualitas air akan berdampak kepada ganguan kesehatan

masyarakat dan lingkungan.

Gambar 2.3 Paradigma Kesehatan Lingkungan

Sumber: Achmadi, 2010

1. Simpul pertama, yaitu sumber penyakit

titik mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit yang di sebabkan oleh

komponen lingkungan sehingga dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui

Sumber penyakit Udara

Air Pangan Serangga Lingkungan/ manusia

Masyarakat Sehat

Sakit Manajemen

(54)

kontak secara langsung atau media perantara. Dalam penelitian ini sumber

penyakitnya adalah bakteri yang terdapat dalam air dan bahan dan senyawa kimia

toksik.

2. Simpul dua, yaitu media transmisi penyakit

komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit. Dalam penelitian

ini media tramisinya adalah air sungai.

3. Simpul tiga, yaitu perilaku pemajanan.

Hubugan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk yang diukur

dari jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang

mengandung potensi bahaya penyakit. Dalam penelitian ini penduduk yang di

maksud adalah masyarakat yang berada di Kecamatan Datuk Bandar dan selalu

kontak/terpajan dengan air Sungai Silau.

4. Simpul empat yaitu kejadian penyakit

Hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang menyebabkan

gangguan kesehatan. Dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang berada di DAS

Silau di Kecamatan Datuk yang menderita sakit atau gangguan kesehatan akibat

kontak/terpajan dengan air Sungai Silau.

Kelompok variabel lain yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit tersebut

yaitu: iklim (suhu, kelembaban), topografi, kebijakan yang bisa mempengaruhi

(55)

2.8. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian Kualitas Air Sungai

1. Air Pasang

- Fisik (warna, rasa bau)

- Kimia (pH, suhu, BOD, COD) - Biologi (E.Coli)

2. Air Surut

- Fisik (warna, rasa bau)

- Kimia (pH, suhu, BOD, COD)

- Biologi (E.Coli) Gastroenteritis

Karakteristik Penggunaan Air

1. Tempat tinggal 2. Lama menetap

(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian bersifat analitik dengan desain explanotary researchyang

bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas air pada saat pasang dan surut serta

karakteristik penggunaan air sungai silau hilir (tempat tinggal, lama menetap,

frekuensi penggunaan air dan pemamfaatan air)terhadap keluhan penyakit

Gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara.Kota Tanjung Balai.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah aliran Sungai Silau bagian Hilir di Kelurahan

Indra Sakti Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai Juli tahun 2013

mulai dari survey ke lapangan, pengumpulan, pengolahan, analisa data sampai

pembuatan laporan penulisan.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Sungai Silau dan masyarakat di Kelurahan

Indra Sakti dengan jumlah populasi sebanyak 2204 jiwa dan jumlah KK sebanyak

Gambar

Gambar 2.1. Fenomena Air Pasang
Gambar 2.2.  Proses Terjadinya Pasang Surut Akibat Pengaruh
Gambar 2.3 Paradigma Kesehatan Lingkungan
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Kota Pekanbaru, Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Riau Nomor 16 Tahun 2002 tentang Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, penerimaan pendapatan Pajak Air

20 15 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi dan mengaitkannya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan peran saraf

dalam melayani tamu penginapan, karyawan selalu ramah dalam melayani tamu penginapan, kesabaran karyawan dalam memberikan pelayanan, karyawan memberikan jaminan rasa

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Cipondoh pada Wanita Usia Subur (WUS), maka penulis membuat kesimpulan secara keseluruhan, responden yang memiliki

Berdasarkan kedua teori tersebut yaitu Teori Interaksi Simbolik dan Teori Pengurangan Ketidakpastian, maka diperoleh hasil bahwa tindakan yang diambil atau

Sumber lain unsur nitrogen tanah akibat loncatan suatu listrik di udara, nitrogen dapat masuk tanah melalui air hujan dalam bentuk nitrat (Hakim, dkk., 1986). Kandungan Bahan

Riset pemasaran dipandang sebagai suatu penghubung antara pemasar dengan konsumen, pelanggan, dan publik Menurut Dudi Anandya dan Heru Suprihhadi 2005:5 Riset Pemasaran

Varisela adalah suatu infeksi virus akut menular yang disebabkan oleh virus Herpes zoster (juga dikenal sebagai virus Varicella-zoster ) dengan tanda ruam kulit berupa