HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR
TERHADAP GASTROENTERITIS DI KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA
KOTA TANJUNG BALAI
TESIS
Oleh
SRI BULAN NASUTION 097032115/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR
TERHADAP GASTROENTERITIS DI KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA
KOTA TANJUNG BALAI
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SRI BULAN NASUTION 097032115/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR TERHADAP GASTROENTERITIS DI
KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA KOTA TANJUNG BALAI
Nama Mahasiswa : Sri Bulan Nasution Nomor Induk Mahasiswa : 097032115
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil) (Ir. Indra Chahaya, M.Si
Ketua Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Telah diuji
pada Tanggal : 20 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil Anggota : 1. Ir. Indra Chahaya, M.Si
2.
PERNYATAAN
HUBUNGAN KUALITASAIR SAAT PASANG DAN SURUT SERTA KARAKTERISTIK PENGGUNAAN AIR SUNGAI SILAU HILIR
TERHADAP GASTROENTERITIS DI KECAMATAN TANJUNG BALAI UTARA KOTA TANJUNG BALAI
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2013
ABSTRAK
Daerah Aliran Sungai Silau berdasarkan Data Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjung Balai tingkat kualitas airnya menurun. Indikator kualitas pencemaran air sebagai berikut : pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l. Escherichia Coli 210/100 ml, suhu 28o
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas air pasang surut serta penggunaan air sungai Silau Hilir terhadap gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Selatan Kota Tanjung Balai. Jenis penelitian analitik dengan desain explanotary research. Populasi adalah sebanyak 509 KK dan besar sampel 121 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square pada taraf kepercayaan
c, warna air keruh, berasa payau dan berbau anyir. Masyarakat menggunakan air Sungai Silau untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK) yang dapat menyebabkan anggota keluarga mengalami keluhan gastroenteritis.
α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air pasang dari segi persyaratan secara fisik berasa anyir dan berwarna kuning sedikit keruh dan air surut berbau anyir, berwarna kuning keruh. Dari segi kimia, kadar BOD air pasang 10,8 mg/l, COD 27 mg/l dan pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. Pada air surut kadar BOD 11,2 mg/l, COD 25 mg/l, pH 73 dan E. Coli 240 MPN/100 ml. Kualitas air pasang dan surut di atas baku mutu yang ditetapkan. Hasil uji statistik ada hubungan kualitas air pada saat pasang dan surut serta penggunaan air sungai silau hilir (tempat tinggal, lama menetap, frekuensi pemakaian air, jenis pemanfaatan air) terhadap keluhan penyakit gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara dengan p < 0,05.
ABSTRACT
Based on the data of Tanjung Balai Municipal Environmental Board, it is fopund out that the quality of water in the watershed of Silau River is declining. The indicators of water pollution quality are as follows: pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l, Escherichia Coli 210/100 ml,m temperature 28o
The purpose of this analytical explanatory study was to find out the relationship between the quality of water during low tide and the use of the water of Silau River on gastroenteritis in Tanjung Balai Selatan Subdistrict, the City of Tanjung Balai. The population of this study was 509 heads of families and 121 of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test at level of confidence α = 0.05.
C, water color is turbid, brackish taste, and rancid. The community members use the water of Silau River for bathing, washing and toileting that can cause their family members complaining of diarrhea.
In terms of requirement, the result of this study showed that, physically, the quality of water during high and low tides was rancid and turbid yellow, and chemically, the level of BOD during high tide was 10.8 mg/l, COD 27 mg/l and pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. The quality of water during high and low tides was above the quality set. The result of statistic test showed that there was a relationship between the quality of water during high and low tides and the use of the water in the downstream of Silau River (residence, length of stay, frequency of water use, kind of water use) on the complaint of gastroenteritis in Tanjung Balai Utara Subdistrict with p < 0.05.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas berkat dan limpahan rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Kualitas Air Saat Pasang dan Surut Serta Penggunaan Air Sungai Silau Hilir terhadap Keluhan Penyakit Gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai”.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manejemen
Kesehatan Lingkungan Industri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil dan Anggota
Komisi Pembimbing Ir.Indra Chahaya, M. Si atas segala ketulusannya dalam
menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran, masukan
dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.
2. Tim Penguji Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia
3. Ibu Direktur Poltekes Medan Serta Ibu Ketua Jurusan Hj.Nelma Hsb, Ssi, MKes
yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam
rangka menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. dan dr. Taufik Ashar, M.K.M yang telah
4. Para Dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2
Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas
Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Ucapan terima kasih yang tulus saya tujukan kepada Ayahanda H. Nasrun
Nasution dan Hj. Rida Wati Rambe serta keluarga besar yang telah memberikan
dukungan moril serta doa dan motivasi selama penulis menjalani pendidikan.
6. Teristimewa buat suami tercinta H. Syahrinal Azhar Lubis, S.Ag menjadi
motivator untuk menyelesaikan studi ini dan Ketiga Putri Fauza Bulqais Lubis,
Rifqiya Farhah Lubis dan Wizra Mutuma Innaini Lubis sebagai motivator dan
pemberi semangat bagi penulis menyelesaikan tesis ini.
7. Begitu juga buat saudara-saudara sekandung yang selalu memberi semangat dan
bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara, atas bantuannya dan memberikan semangat dalam
penyusunan tesis ini.
Akhirnya saya menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu, saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan
dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, September 2013 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Sri Bulan Nasution, lahir pada tanggal 6 April 1971 di Medan, beragama
Islam, anak pertama dari sembilan bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Nasrun
Nasution dan Hj. Rida Wati Rambe (Almh), bertempat tinggal di Jalan Kesehatan
No.11 Medan.
Penulis mulai melaksanakan pendidikan SDN XIV Tanjung Balai tamat pada
tahun 1984, melanjutkan pendidikan SMPN I Tanjung Balai tamat pada tahun 1987
dan melanjutkan pendidikan SMAK Dharma Analitika tamat pada tahun 1990.
Penulis melanjutkan pendidikan Sarjana Teknik Kimia Dr. Rusdi, tamat pada tahun
2000. Kemudian pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan
Lingkungan Industri Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis menikah pada tanggal 19 Maret 2000 dengan Syahrinal Azhar Lubis,
S.Ag. Penulis mulai bekerja sebagai PNS sebagai staf di Akademik di Analis Poltekes
DAFTAR ISI
2.1.2 Penyebab Terjadinya Pasang Surut ... 10
2.1.3 Alat-alat Pengukuran Pasang Surut ... 10
2.1.4 Fenomena Pasang Surut ... 11
2.2.6 Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan dan 2.2.7 Lingkungan ... 20
2.2.8 Hubungan Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan .... 22
2.3Pencemaran Lingkungan ... 24
Penanggulangan Pencemaran Badan Air ... 22
2.3.1 Penyakit Menular dalam Air ... 26
2.4Lama Menetap di Bantaran Sungai ... 27
2.5Pemukiman Penduduk di Daerah Aliran Sungai ... 29
2.5.1 Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai 32 2.6Gastroenteritis ... 33
2.6.2 Tanda dan Gejala Penyakit Gastroenteritis ... 34
2.6.3 Cara Penularan Gastroenteritis ... 34
2.6.4 Faktor Lingkungan dan Perilaku ... 35
2.6.5 Faktor – Faktor Berhubungan dengan Kejadian Gastroenteritis ... 35
2.6.6 Pencegahan Gastroenteritis ... 37
2.6.7 Peran Serta Masyarakat ... 38
3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen Variabel) 48 3.6.2 Variabel Terikat (Dependen Variabel) ... 51
3.7Metode Analisis Data ... 51
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 52
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 52
4.2 Karakteristik Responden ... 53
4.3 Analisis Univariat ... 54
4.3.1 Kualitas Air Pasang ... 54
4.3.2 Kualitas Air Pasang Masuk ke Dalam Rumah ... 55
4.3.3 Pengguna Air Sungai ... 56
4.3.4 Keluhan Penyakit Gastroenteritis ... 57
4.4 Analisis Bivariat ... 62
4.4.1 Hubungan Frekuensi Air yang Masuk Ke Rumah dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis ... 58
BAB 5. PEMBAHASAN ... 63
5.2. Hubungan Lama Menetap dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau
Hilir Kotamadya Tanjung Balai ... 65
5.3. Hubungan Frekuensi Pemakaian Air dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung Balai ... 66
5.4. Hubungan Jenis Pemakaian Air dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung Balai ... 68
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN... 70
6.1Kesimpulan ... 70
6.2Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1 Definisi Operasional ... 46
4.1. Karakteristik Responden di Pinggiran Sungai Silau Hilir
Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2013 ... 53 4.2 Distribusi Kualitas Air Pasang di Pinggiran Sungai Silau Hilir
Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2013 ... 54 4.3. Distribusi Frekuensi Kualitas Air Pasang Masuk ke Dalam
Rumah di Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung
Balai Tahun 2013 ... 55 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Mengenai Tempat
Tinggal, Lama Menetap, Frekuensi Pemakaian Air dan Jenis Pemanfaatan Air di Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya
Tanjung Balai Tahun 2013 ... 56 4.5. Distribusi Frekuensi Keluhan Gastroenteritis pada Responden di
Pinggiran Sungai Silau Hilir Kotamadya Tanjung Balai Tahun
2013 ... 57 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jawaban Responden tentang
Keluhan Gastroenteritis di Pinggiran Sungai Silau Hilir
Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2013 ... 57 4.7. Hubungan Frekuensi Air Masuk ke Rumah, Tempat Tinggal,
Lama Menetap, Frekuensi Pemakaian Air dan Jenis Pemanfaatan Air dengan Keluhan Penyakit Gastroenteritis pada Masyarakat Pinggiran Sungai Silau Hilir Kota Madya Tanjung
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1. Fenomena Air Pasang ... 9
2.2. Proses Terjadinya Pasang Surut Akibat Pengaruh Pergerakan Bulan Mengelilingi Bumi ... 12
2.3. Paradigma Kesehatan Lingkungan ... 39
2.4. Kerangka Konsep ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 74
2. Pengolahan Data ... 78
3. Master Data ... 87
4. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu
KesehatanMasyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU... 91
5. Surat Telah Selesai Meneliti dari Kantor Camat Tanjung Balai
ABSTRAK
Daerah Aliran Sungai Silau berdasarkan Data Badan Lingkungan Hidup Kota Tanjung Balai tingkat kualitas airnya menurun. Indikator kualitas pencemaran air sebagai berikut : pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l. Escherichia Coli 210/100 ml, suhu 28o
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas air pasang surut serta penggunaan air sungai Silau Hilir terhadap gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Selatan Kota Tanjung Balai. Jenis penelitian analitik dengan desain explanotary research. Populasi adalah sebanyak 509 KK dan besar sampel 121 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square pada taraf kepercayaan
c, warna air keruh, berasa payau dan berbau anyir. Masyarakat menggunakan air Sungai Silau untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK) yang dapat menyebabkan anggota keluarga mengalami keluhan gastroenteritis.
α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air pasang dari segi persyaratan secara fisik berasa anyir dan berwarna kuning sedikit keruh dan air surut berbau anyir, berwarna kuning keruh. Dari segi kimia, kadar BOD air pasang 10,8 mg/l, COD 27 mg/l dan pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. Pada air surut kadar BOD 11,2 mg/l, COD 25 mg/l, pH 73 dan E. Coli 240 MPN/100 ml. Kualitas air pasang dan surut di atas baku mutu yang ditetapkan. Hasil uji statistik ada hubungan kualitas air pada saat pasang dan surut serta penggunaan air sungai silau hilir (tempat tinggal, lama menetap, frekuensi pemakaian air, jenis pemanfaatan air) terhadap keluhan penyakit gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara dengan p < 0,05.
ABSTRACT
Based on the data of Tanjung Balai Municipal Environmental Board, it is fopund out that the quality of water in the watershed of Silau River is declining. The indicators of water pollution quality are as follows: pH 7, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l, Escherichia Coli 210/100 ml,m temperature 28o
The purpose of this analytical explanatory study was to find out the relationship between the quality of water during low tide and the use of the water of Silau River on gastroenteritis in Tanjung Balai Selatan Subdistrict, the City of Tanjung Balai. The population of this study was 509 heads of families and 121 of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were statistically analyzed through Chi-square test at level of confidence α = 0.05.
C, water color is turbid, brackish taste, and rancid. The community members use the water of Silau River for bathing, washing and toileting that can cause their family members complaining of diarrhea.
In terms of requirement, the result of this study showed that, physically, the quality of water during high and low tides was rancid and turbid yellow, and chemically, the level of BOD during high tide was 10.8 mg/l, COD 27 mg/l and pH 7, dan Coli 1100 MPN/100 ml. The quality of water during high and low tides was above the quality set. The result of statistic test showed that there was a relationship between the quality of water during high and low tides and the use of the water in the downstream of Silau River (residence, length of stay, frequency of water use, kind of water use) on the complaint of gastroenteritis in Tanjung Balai Utara Subdistrict with p < 0.05.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Stategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan yang sehat diarahkan
untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian kata dalam
pembangunan kesehatan untukmewujudkan Indonesia sehat. (Depkes RI., 2008).
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan
penyakit umumnya gastroenteristis
Air permukaan yang berasal dari sungai sangat mudah tercemar akibat
kegiatan manusia, fauna, flora serta zat-zat lain. Air permukaan merupakan salah satu
sumber penting sebagai bahan baku air bersih sehingga perlu memperhatikan kualitas
baku mutu, serta jumlah kuantitasnya (Budiman 2008).
. Penyediaan air bersih baik dari segi kualitas
maupun, kuantitasnya di suatu daerah dapat ditekan seminimal mungkin agar
penyebaran penyakit disebabkan oleh air yang tercemar dapat diatasi.Semakin maju
tingkat hidup seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air bersih dari
masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum dibutuhkan air rata rata 5 liter/hari
secara keseluruhan kebutuhan air dalam rumah tangga masyarakat Indonesia
diperkirakan sebesar 60 liter/hari, (Totok, 2004).
Tingginya kepadatan penduduk yang tidak sebanding dengan lahan yang
tinggal, sehingga banyak masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai
Silau.Kepadatan penduduknya yang sangat tinggi serta kondisi DAS semangkin
menurun. Peraturan pemerintah yang mengatur tentang kebijakan lingkungan sanitasi
di daerah aliran sungai tertuang dalam PP. No. 35 tahun 1991. Dalam peraturan
pemerintah ini yang dimaksud dengan sungai adalah tempat-tempat dan wadah serta
jaringan pengaliran air mulai dari mata air muara serta hilir dengan dibatasi kanan
dan kirinya serta pengalirannya oleh garis sempadan dan mengacu pada Peraturan
Pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang klasifikasi dan keteria baku mutu air yang
diperoleh berdasarkan kelas.
Di tinjau dari sudut kesehatan masyarakat penyediaan sumber air bersih harus
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebab persediaan air bersih yang terbatas
berdampak pada timbulnya penyakit berbasis lingkungan penyebab
gastroenteristis
Penggunaan air sungai yang tercemar dapat menurunkan derajat kesehatan
masyarakat pengguna dengan timbulnya penyakit bawaan air atau Water Borne
Diseases sumber penyakit tersebar bila Mikroba penyebabnya dapat masuk kedalam
badan air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari hari baik secara misalnya volume rata-rata kebutuhan air bersih setiap individu
bervariasi tergantung pada standard kehidupan dan kebiasaan masyarakat sumber air
bersih yang berasal dari air permukaan di peruntukan bagi kehidupan sehari hari
dapat di konsumsi oleh individu harus berasal dari sumber yang bersih dan aman
bebas dari kuman mikroba, bibit penyakit, bahan kimia bahaya dan beracun tidak
langsung komsumsi air sungai, MCK atau aktivitas domestik lainnya mencuci baju,
dan mencuci perangkat makan serta digunakan untuk memasak. Demikian halnya
dengan air sungai Silau yang berpengaruh langsung terhadap kesehatan masyarakat
di sepanjang bantaran sungai jarak rumah dari sungai, masuk tidaknya air sungai saat
pasang surut terjadi dan ketinggian air pasang masuk kedalam rumah penduduk.
Sedangkan jenis Mikroba yang dapat menyebar lewat air sangat banyak macamnya
seperti Virus, Bakteri, Protozoa dan Metazoa. Penyakit tidak menular terjadi karena
air terkontaminasi zat zat berbahaya dan beracun.misalnya kasus keracunan Kobalt,
Mercury, Cadmium. (Effendi, 2003).
Keberadaan sungai Asahan dan sungai Silau merupakan urat nadi
perekonomian Kota Tanjungbalai yang memfungsikan sungai sebagai sumber air
baku serta industri angkutan barang dan jasa dengan keberadaan kapal-kapal besar
baik dalam daerah maupun luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Sungai Silau membelah Kota Tanjungbalai sepanjang 6000 meter, lebar 150 meter,
dan kedalaman 6 meter. Merupakan daerah dataran rendah sehingga mengalami
pasang surutnya air laut 2 kali dalam sehari semalam.pagi dan sore hari saat pasang
pagi hari mulai jam 05.00 subuh titik optimal 08.00 WIB pagi air surut mulai jam
09.00 WIB pagi sampai jam 12.00 WIB siang. Sore hari pasang naik pada 15.00
WIB sore titik optimal 18.00 WIB sedangkan surut jam 19.00 sampai 21.00 WIB
malam. Pada keadaan pasang optimal perumahan masyarakat terendam air pasang
Balai Selatan Kelurahan Indra Sakti terbuat dari kayu dan non permanen dengan tipe
rumah panggung pada umumnya. (Propil Tanjung Balai 2011).
Sungai Silau terletak di Kecamatan Tanjung Balai Utara dengan kelurahan
yaitu: Kelurahan Tanjung Balai Kota I, Tanjung Balai Kota II. Pantai Burung, Karya,
Indra Sakti dan Perwira. Kelurahan yang terletak di DAS Silau bagian hilir yaitu,
Kelurahan Indra Sakti.
Setiap tahunnya lebih dari 3.500.000 anak-anak dibawah umur 3 tahun
diserang oleh berbagai jenis penyakit perut dengan jumlah kematian sekitar 105.000
orang jumlah tersebut akan terus meningkat pada daerah yang keadaan sanitasi
lingkungannya berada pada tingkat yang rendah (Achmadi, 2011).
Berdasarkan penelitian (Rayuana E, 2010), pada daerah aliran sungai tentang
genangan air pasang terhadap keluhan penyakit gastroenteristis di Kabupaten Deli
Serdang (2010), variabel ketinggian air pasang sampai > 10 cm responden mengalami
keluhan penyakit gastroenteristis
Secara nasional penyakit
dan infeksi kulit.
gastroenteristis berdasarkan data dari USAID pada
2008 menyebutkan, masih rendahnya cakupan ketersediaan air bersih di Indonesia.
Pada tahun 2007 baru mencapai 49%. Artinya, lebih dari setengah penduduk
Indonesia masih mengandalkan sumber air minum dari air permukaan, air sumur gali,
air sungai, dan air hujan yang tidak terlindungi. Adapun sebagian besar tercemar oleh
bakteri Escherichia Coli tinja. Gastroenteristis menjadi penyebab kematian nomor 2
Gastroenteristis
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (2011), Kecamatan Tanjung Balai
Selatan penyakit
yang umum terjadi disebabkan oleh air minum yang tercemar bakteri
Escherichia Coli dari tinja manusia dan hewan (Seafast, 2011).
gastroenteristis, disentri, infeksi usus, kecacingan, scabies, campak,
cacar air, kolera, darah tinggi dan ISPA termasuk dalam 10 penyakit terbesar di
puskesmas tersebut. Dari 10 penyakit terbesar tersebut penyakit yang disebabkan
melalui air yaitu: infeksi usus dengan jumlah kasus 750 (9.9%), scabies dengan
jumlah kasus 737 (9.7%), gastroenteristis
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan Juni 2012 di
DAS sungai Silau tingkat kualitas air sungai Silau menurun. Data yang diperoleh
dari Badan Lingkungan Hidup Kotamadya Tanjung Balai Tahun 2012. Hal ini dapat
dilihat pada DAS tersebut banyak aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat, industri,
dengan menggunakan air sungai tersebut pada waktu air surut dan air pasang, seperti:
limbah domestik di alirkan ke sungai Silau dan kegiatan mandi, cuci, kakus
(MCK).limbah industri juga terdapat pasar tradisional. Dari hasil observasi yang
dilakukan di DAS tersebut berdasarkan indikator kualitas pencemaran air sebagai
berikut : pH 7.07, BOD 4.81 mg/l, COD 16.0 mg/l. Escherichia Coli 210/100 ml,
suhu 28
dengan jumlah kasus 461 atau (6.1%),
disentri dengan jumlah kasus 430 atau (5.7%), kecacingan dengan jumlah kasus 162
(2.1%), kolera dengan jumlah kasus 38 (0.50%), cacar air dengan jumlah kasus 29
(0.38%), campak dengan jumlah kasus 16 (0.21%).
o
c, warna air keruh, berasa dan berbau. Pada saat air surut air menjadi sangat
Adapun aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam menggunakan air
sungai dimulai jam 5 pagi sampai dengan jam 6 sore setiap harinya. Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas air sungai tidak memenuhi syarat.
Melihat keadaan badan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan maka dengan
demikian peneliti ingin melihat sejauh mana hubungan kualitas air pasang surut serta
karakteristik penggunaan air yaitu tempat tinggal, lama menetap, frekuensi
penggunaan air dan pemanfaatan air sungai Silau terhadap gastroenteristis.
1.2 Permasalahan
Dengan penurunan kualitas air sungai Silau, di mana air sungai tersebut
dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari baik untuk mandi, cuci
dan kakus baik pada saat air surut maupun pasang, maka permasalahan dalam
penelitian ini sejauh mana hubungan kualitas air saat pasang dan surut serta
karakteristik penggunaan airsungai sungai Silau Hilir (tempat tinggal, lama menetap,
frekuensi penggunaan air dan pemanfaatan air)terhadap gastroenteritisdi Kecamatan
Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan kualitas air saat pasang dan surut serta
karakteristikpenggunaan air sungai Silau Hilir (tempat tinggal, lama menetap,
frekuensi penggunaan air dan pemanfaatan air)terhadap gastroenteritisdi Kecamatan
1.4. Hipotesis
Ada hubungan kualitas air saat pasang dan surut serta
karakteristikpenggunaan air sungai Silau Hilir terhadap gastroenteritisdi Kecamatan
Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai
1.5Manfaat Penelitian
1. Bagi pemerintah Kota Madya Tanjung Balai Asahan penelitian ini bermanfaat
sebagai masukan dalam menyusun pelaksanaan program pengendalian
pencemaran badan air serta pengaruh gangguan kesehatan terhadap masyarakat di
sekitar pinggiran sungai.
2. Memberikan masukan kepada masyarakat pengguna air sungai untuk keperluan
sehari-hari agar dapat mengantisipasi dan mencegah terjadinya pencemaran
terhadap lingkungan pinggiran sungai sehingga kualitas air memenuhi syarat
sesuai dengan peruntukannya.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan pengaruh kualitas pasang surut air
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Genangan Pasang dan Surut Pada Badan Air 2.1.1. Definisi Pasang Surut
Merupakan fenomena penggerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari ,bumi,dan bulan. Periode pasang surut
adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Waktu periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25
menit hingga 24 jam 50 menit .
Gambar 2.1. Fenomena Air Pasang
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surutoceanic tide) dan pasang surut bumi padat (tide
of the solid earth).Pasang surut
sentrifugal.
karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.Daerah pesisir
mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode 24 jam.(Priyana,1994).
2.1.2. Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori
kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,
revolusi bumi terhadap matahari. berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan
luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga
terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan
seperti, topografi dasar
berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Diposaptono 2007).
2.1.4. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
Beberapa alat pengukuran pasang surut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter.
Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan. Tide Staff (papan
Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan
digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti
karat. Syarat pemasangan papan pasang surut adalah :
a. Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang
oleh air
b. Sungai (aliran debit air).
c. Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang
menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
d. Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk
diamati dan dipasang tegak lurus
e. Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan
mudah dikaitkan
f. Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang
surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
g. Tanah dan dasar
h. Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari
(Diposaptono, 2007).
2.1.6 Fenomena Pasang Surut
Berdasarkan pada definisi pasang surut, di mana merupakan peristiwa
naik-turunnya permukaan air laut karena pengaruh gaya tarik benda-benda di cakrawala,
maka apabila dipasang alat tolok ukur pasang surut secara merata di dunia, dan
dilakukan pengukuran setiap interval satu jam, kemudian hasil pengukuran ini
Pada grafik tersebut menunjukkan terjadinya air tertinggi setiap 12 jam 25
menit, atau setengah hari siderius (sidereal day), sedang air terendah akan terjadi
setelah 6 jam 12,5 menit dari kedudukan air pasang. Hal ini menjelaskan adanya
kaitan yang kuat antara fenomena pasang surut dengan pergerakan bulan di langit.
Dalam hal ini, selama 24 jam akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, atau
disebut pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). (Alben, 2009).
Gambar 2.2. Proses Terjadinya Pasang Surut Akibat Pengaruh Pergerakan Bulan Mengelilingi Bumi
Sumber : Alben, 2009, Teori Pasang Surut
Selain keadaan di atas, apabila bulan berada pada deklinasi 20º utara dan
keterlambatan waktu antara tinggi air pada saatperhitungan hanya pada bumi bagian
utara, ketika air tertinggi saat itu akan terjadi pada titik X dan Y serta air terendah
lintang utara berturut-turut pada titik C, maka terjadinya air pasang maksimum, Titik
D air surut dan titik E air pasang tetapi pada waktu ini air tidak lagi setinggi
permukaan air di titik C. Sedangkan pada titik A dan A´ yang berada pada lintang 90º
posisi air paling rendah. Pada titik D mengambil masa yang lebih panjang untuk surut
dibandingkan sewaktu air naik, hal ini karena titik D lebih dekat dengan titik E.
2.2. Air
2.2.1. Definisi Air
Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O. Sebuah
molekul air yang terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom H.
Molekul air yang satu dengan molekul-molekul air yang lainnya bergabung dengan
satu ikatan hydrogen antara atom H dengan atom O dari molekul air yang lain
(Rukaesih, 2004).
Air sangat penting bagi kehidupan manusia.yang berarti besar sekali
peranannya bagi kesehatan manusia.Kekurangan cairan dalam tubuh akan
menyebabkan kematian. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air
daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar
terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badannya terdiri dari air,
2.2.2. Sumber Air
Air yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi: (Budiman, 2006).
1. Air Angkasa ( Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun
pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cendrung
mengalaimi pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di
atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas ,
misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan amonia.
2. Air Permukaan.
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami
pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.
3. Air Tanah
Ait tanah ( ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi yang kemudian mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang
telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air
tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.
2.2.3. Penggolongan Air
Air pada sumber air menurut kegunaan / peruntukannya digolongkan menjadi:
1. Kelas I
Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
2. Kelas II
Air yang dapat dipergunakaan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum
dan keperluan rumah tangga.
3. Kelas III
Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan perternakan
4. Kelas IV
Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaat
untuk usaha industri dan listrik Negara. .
2.2.4. Karakteristik Air
Karakteristik air sungai perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara
pengolahan yang tepat, sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis
besar karakteristik air sungai ini digolongkan menjadi:
1. Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram
seperti larutan sabun, sedikit berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas,
2. Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia an-organik
yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari
penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya, pada umumnya bersifat basah
pada waktu masih baru, dan cendrung bau asam apabila sudah memulai membusuk.
3. Karakteristik bakteriologi
Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam
air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam
proses pengolahan air buangan (Notoatmodjo,2007).
2.2.5. Kualitas Air
Kelayakan air dapat di ukur secara kualitas dan kuantititas. Kualitas air adalah
sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain dalam air
yang mencangkup kualitas fisik, kimia dan biologis (Arya, 2005).
1. Kualitas fisik
Syarat-syarat sumberair yang bisa digunakan sebagai berikut adalah sebagai
berikut:
a. Kekeruhan
Kekeruhan dapat di timbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik
yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan
industri, Air jernih tidak keruh, tidak mengandung butiran-butiran koloid dari
b. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi
yang bewarna dan senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan .air yang
kwalitasnya baik, bersifat Jernih, tembus pandang, tidak bewarna.
c. Bau
Bau dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta adanya
gas seperti H2
d. Temperatur normal
S yang terbantuk dalam kondisi anaerobik dan akibatnya
senyawa-senyawa organik tertentu. Air yang kwalitasnya baik tidak berbau dan berasa.
Kenaikan temperature air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar
oksigen yang rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi
anaerobik yang mungkin saja terjadi. Air yang baik memiliki temparatur sama
dengan temperatur udara (20 -26 0C)
e. Zat padat terlarut
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk sehingga dapat menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar
matahari ke dalam air. Bahan padatan adalah bahan yang tertinggal sebagai resedu
pada penguapan air.
2. Kualitas kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan sebagai berikut
a. BOD (Biological Oxygen Demand)
(BOD) menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan organik dalam air
dengan memakai ukuran proses biokimia yang terjadi di dalam larutan air limbah
tersebut.
b. COD
Parameter BOD, secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaran air buangan. untuk menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke
muara. BOD adalah parameter penduga jumlah oksigen yang diperlukan oleh perairan
untuk mendegradasi bahan organik yang dikandungnya, sekaligus merupakan
gambaran bahan organik mudah urai (biodegradable ) yang ada dalam air atau
perairan yang bersangkutan (Haryadi, 2004).
(Chemical Oxygen Demand)
COD ( Chemical Oxygen Demand)adalah jumlah oksigen yang diperlukan
untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal
ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan
oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak
sulfat, sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang
kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD
dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di
perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar
dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada (Haryadi,
c. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan
efisiensi klorinasi, beberapa senyawa asam dan basah lebih toksik dalam bentuk
molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut di pengaruhi oleh pH yang
diukur dengan pH meter atau lakmus, air murni mempunyai pH 7.
d. Tidak mengandung bahan kimia beracun
unsur senyawa kimia beracun yang rendah bersifat toksik bagi manusia,
sehingga perlu pembatasan yang dampak negative lain yang timbul adalah timbulnya
rasa dan bau akibat oksidasi oleh oksigen terarut. Air yang berkualitas tidak
mengandung bahan kimia beracun seperti sianida, sulfida, fenolik dll.
e. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam
seperti Fe, Mg, Ca, K, Hg, Cl, Cr, dan lain-lain.
f. Kesadahan rendah
kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya kation
logam yang berhubungan dengan garam-garam terlarut dalam air terutama garam Ca
dan Mg, kualitas bakteriologi. Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi
efektivitas pemakaian sabun dan dapat memberikan rasa yang segar. Adanya
kesadahan dalam air dimana pemakaian air untuk industri tidaklah di kehendaki
lagi.Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang
3. Kualitas biologi
Air tidak boleh mengandung Coliform.Air yang mengandung golongan coli
dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia atau kotoran hewan.Kuman
E.coli dijadikan indikator pada sampel air karena lebih tahan lama berada dalam air
dibandingkan dengan kuman bakteri lainnya (Sutrisno, 2004).Kepmenkes RI Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002, persyaratan bakteriologis air minum adalah dilihat dari
Colifrom per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperolehkan adalah 0.
2.2.6. Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan dan Lingkungan
1. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawah penyakit menular bermacam-macam antara lain
air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, sebagai sarang insekta penyebar
penyakit, sebagai media untuk vektor penyakit. Ada beberapa penyakit yang masuk
dalam kategori water borne diseases atau penyakit-penyakit yang di bawah oleh air
antara lain gatroenteristis, disentry, cholera, hepatitis A, polio melitis, typhus
abdominalis, aschariasis, taeniasis, schistosomiasis, penyakit kulit.
Mengingat air dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit, maka untuk
mengurangi timbulnya penyakit atau menurunkan angka kematian salah satu
usahanya meningkatkan penggunaan air yang memenuhi persyaratan kualitas maupun
kuantitas. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan,
metabolesme mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan
suhu tubuh, jangan sampai tubuh kekurangan cairan yang mengakibatkan kematian
2. Dampak terhadap lingkungan
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air
minum, meracuni makanan menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai,
pengrusakan hutan akibat hujan asam dan sebagainya. Di badan air sungai nitrogen
dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang
di luar kendali di sebut eutrofikasi.Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan
oksigen tersebut di gunakan bersama oleh seluruh hewan dan tumbuhan air menjadi
berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati dekomposisinya menyedot lebih banyak
oksigen akibatnya ikan akan mati dan aktifitas bakteri akan menurun (Achmadi,
2010)
2.2.7. Hubungan Kualitas Air dengan Gangguan Kesehatan
.
Bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air
secara umum dapat dikalsifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya
tak langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia terjadi akibat
mengkonsumsi air sungai yang tercemar dengan kualitas yang buruk, baik secara
langsung diminum atau melalui makanan, serta akibat penggunaan air yang tercemar
untuk kegiatan sehari-hari memasak, mencuci, serta MCK. Kualitas air baik secara
fisik kimia dan biologis berdampak terhadap kesehatan masyarakat yang tinggal di
bantaran sungai dan menggunakan air sungai.
2.2.7.1 Hubungan Kualitas Fisik Air dengan Gangguan Kesehatan Masyarakat
Kualitas fisik air sungai dapat dilihat dari indikator bau, kekeruhan, suhu,
anorganik dan gas terlarut. Bila jumlah zat padat terlarut bertambah maka kesadahan
air akan naik. Zat organik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan
buangan industri dan limbah domestik rumah tangga. Hal ini berdampak buruk
terhadap badan air dan dapat menyebabkan kekeruhan air sungai. Air yang keruh sulit
didisinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga
berdampak terhadap kesehatan (Soemirat, 2001).
Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa suhu air yang tidak sejuk atau
berlebihan dari suhu air yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga
secara tidak langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air.
Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat atau zat organik,
sehingga bila terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang
beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Slamet, 2001).
Deterjen merupakan limbah permukiman yang paling potensial mencemari
air. Pada saat ini hampir setiap rumah tangga menggunakan deterjen, padahal limbah
deterjen sangat sukar diuaraikan oleh bakteri.Sehingga tetap aktif untuk jangka waktu
yang lama.Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa
fosfat pada air sungai atau danau. Fosfat ini merangsang pertumbuhan ganggang dan
eceng gondok. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali
mennyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup, sehingga menghalangi
masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintetis. Jika
tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses pembusukan yang menghabiskan
Kriteria menentukan baik buruknya kualitas air ditentukan oleh banyaknya
bakteri coliform dalam air. Bakteri ini terdapat dalam limbah manusia dan binatang.
Walaupun bakteri coliform tidak menimbulkan penyakit tetapi kehadiran
bakteri-bakteri ini dalam air sebagai indikator adanya bakteri-bakteri-bakteri-bakteri dan virus penyebab
penyakit dalam air. Seperti bibit penyakit tipus, kolera, disentri dan penyakit-penyakit
lainnya penularannya bersumber dari air.
2.2.8Penyakit Menular dalam Air
Banyak penyakit ditularkan kepada manusia melalui air yang terkontaminasi,
tetapi dengan adanya peningkatan dan pengembangan atas air limbah, perlindungan
dan penyehatan air, keberadaan penyakit-penyakit infeksi bersumber dari air telah
berkurang di Negara-Negara maju.
Achmadi (2011), mengklasifikasikan penyakit-penyakit bersumber dari air
atas dasar pertimbangan epidemik yang ditimbulkan, yaitu:
1) Waterborne disease: bibit penyakit masuk ke dalam tubuh manusia melalui air
minum yang terkontaminasi seperti kolera, tipus dan lain-lain
2) Water-Washed disease : penularan bibit penyakit erat hubungannya dengan
sanitasi buruk dan kebiasaan-kebiasaan kotor dan tidak cukupnya air untuk
kebersihan dan untuk mandi. Timbul penyakit pada mata dan jaringan kulit
seperti trachoma, dermatitis, infeksi konjuctivitas, scabies dan penyakit-penyakit
3) Water-Based diseases: kuman pathogen berada dalam air atau tergantung pada
orgaisme aquatic untuk kelangsungan hidupnya. Contoh, schistosomiasis,
ditularkan melalui kontak dengan air tercemar schistosomiasis.
4) Water-Vectored : penyakit-penyakit demam kuning, dengue, filariasis, malaria
dan penyakit tidur ditularkan oleh serangga yang bertelur dalam air seperti
nyamuk atau serangga yang menggigit dekat seperti cacing filariasis, lalat dan
sebagainya
Penduduk yang baru memasuki lingkungannya akan beradaptasi sehingga
menjadi biasa terhadap lingkungannya. Rangsangan-rangsangan berlangsung secara
konstan sehingga reaksi terhadap rangsangan akan semakin kecil, lama kedalaman
akan menjadi terbiasa terhadap lingkungannya.
2.3. Lama Menetap di Pinggir Sungai
Seseorang yang disuatu tempat mempunyai rasa memiliki di daerah yang
ditempatinya. Ada asumsi bahwa semakin lama tinggal seseorang disuatu daerah
maka semakin peduli terhadap apa yang ada di sekitarnya, yaitu dengan
memanfaatkan sumber daya apa yang ada di daerahnya tersebut. Seseorang yang
telah lama tinggal disuatu tempat dan mereka telah memiliki rumah atau tempat
tinggal sendiri, maka rasa memiliki apa yang ada di sekitarnya akan lebih besar dari
pada mereka yang menyewa. Pada saat sekarang pelaksanaan peran serta masyarakat
masih sering dihubungkan dengan hanya memberi sumbangan atau turut bekerja
Menurut penelitian Sri Sutiyanti (2009) pola hubungan yang dapat
diprediksikan adalah semakin lama tinggal di DAS maka semakin tinggi peran
sertanya dalam memelihara kebersihan lingkungan dan kelestarian sungai.
Menurut analisis hakim, (2010) menyebutkan :
1. Sekitar 49% atau sebagian besar masyarakat di permukiman dalam mendapatkan
air bersih mencapai jarak tempuh antara 100-1000 m dan waktu tempuh antara
5-30 menit, yaitu masyarakat yang mendapatkan air bersih dari air kemasan isi
ulang yang dibeli di depot air isi ulang dan dari air kali dengan cara mengambil
dan mengangkut sendiri ke rumah atau langsung di kali.
2. Sekitar 28% masyarakat di permukiman mendapatkan air bersih mencapai jarak
tempuh kurang dari 100 m dan waktu tempuh 5 menit, yaitu masyarakat yang
mendapatkan air bersih dari air hujan yang berada di halaman/ belakang rumah
dan dari air kali yang di peroleh dari pedagang air keliling atau di ambil dan di
angkut sendiri ke rumah.
3. Sisanya sekitar 23% masyarakat di permukiman dalam mendapatkan air bersih
mencapai jarak tempuh waktu tempuh di rumah lebih dari 1 kran, yaitu
masyarakat yang mendapatkan air bersih dari air PDAM dan air Tanah (sumur
dangkal/sumur dalam).
4. Dan 0% atau tidak ada masyarakat di permukiman dalam mendapatkan air bersih
mencapai jarak tempuh lebih dari 1 km dan dalam waktu tempuh lebih dari 30
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jarak dan waktu tempuh
masyarakat mendapatkan air bersih berada dalam jarak tempuh terjauh yaitu 3 – 5 m
atau waktu tempuh mencapai 2 - 5 menit.
2.4. Pemukiman Penduduk di Daerah Aliran Sungai
Salah satu fungsi utama Daerah Aliran Sungai sebagai pemasok air dengan
kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah
bagian hilir sungai. Persepsi umum yang berkembang pada saat ini, koversi hutan
menjadi lahan pertanian mengakibatkan penurunan fungsi hutan dalam mengatur tata
air, mencegah banjir, longsor dan erosi pada Daerah Aliran Sungai (Noordwijh,
2004).
Menurut Suwardji (2007), daerah aliran sungai atau DAS adalah hamparan
pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggungnya perbukitan atau pengunungan
di hulu sungai kearah lembah hilir. DAS merupakan satu kesatuan sumber daya darat
tempat manusia beraktifitas untuk mendapatkan manfaat dari aliran sungai secara
optimal dan berkelanjutan.
Batasan mengenai daerah aliran sungai berdasarkan fungsi konserpasi di
kelolah untuk memptahankan kondisi lingkungan agar sungai tidak terdekradasi yang
dapat di indikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air,
kemanpuan menyimpan air dari curah hujan. DAS bagian hulu mempunyai arti
penting terutama dari segi perlindungan funsi tata air degan kata lain ekosistem
keseluruhan daerah aliran sungai dan keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.
Bagian tengah DAS di fungsikan pada pemanfaatan air sungai yang dikelolah untuk
kepentingan sosial dan ekonomi di indikasikan pada kemampuan penyaluran air, dan
ketinggian permukaan air tanah serta terkait pada prasarana pengairan seperti
pengelolaan sungai akan air bersih serta pengelolaan air limbah. Bahkan keterkaitan
kawasan sungai satu dengan sungai yang lainnya menjadi kesatuan dalam sistem
pembangunan daerah bersangkutan (SEA-UEMA, 2010).
Menurut Manan (1978) seperti yang di kutip Ritongga (2001), ada 5 butir
perkembangan DAS yaitu:
1. Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi serta
peranannya
2. Pertambahan penduduk yang pesat mengakibatkan tekanan terhadap kebutuhan
air bersih
3. Meningkatnya kebutuhan air bersih disebabkan kemajuan teknologi dan tarap
hidup masyarakat
4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir dan erosit
5. Perencanaan DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan sumber daya alam
Untuk mewujudkan DAS yang baik dan sehat diperlukan pengelolaan terpadu,
salah satu konsep pengelolaan terpadu di DAS yang penting adalah kesadaran
masyarakat yang tinggi dalam pelestarian DAS.
Permukiman berdasarkan No 4 Tahun 1992 tentang perumahan dan
berupa kawasan perkotaan maupu pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Kawasan bantara sungai adalah contoh tipe lahan
dengan karakteristik, dimana mayoritas penduduknya miskin dan bermukim disana,
fasilitas fisik utama dan pelayanan dasar di kawasan tersebut sangatlah tidak
memadai layanan pemerintah terhadap penangganan sampah, penyedian air bersih
dan sanitasi lingkungan belum dapat dikatakan baik (SEA-UEMA, 2010.
Menurut Fardiaz (1992), faktor yang memengaruhi terjadinya keluhan
kesehatan akibat penggunaan air sungai pada masyarakat yang berada pada daerah
aliran sungai adalah : lamanya tinggal di bantaran sungai, frekuensi kontak dengan air
sungai serta lamanya waktu setiap kali kontak dengan air sungai.
Menurut Achmadi, (2010) system komunitas dengan kejadian penyakit
terdapat aspek yang di sebut faktor risiko kependudukan terhadap penyakit yaitu,
Semakin sering masyarakat menggunakan air sungai maka semakin tinggi pula dosis
pemajanan zat-zat kimia yang mencemari air sungai terhadap kulit. Misalnya
perilaku penggunaan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, untuk mandi, cuci dan
kakus.
Proses hubungan interaktif antara komunitas dengan kuman penyebab
penyakit (mikroorganisme) misalnya: virus atau bakteri mengambarkan bahwa
system kekebalan tubuh manusia di antaranya adalah kekebalan tubuh tidak spesifik
untuk menangkal segala masuknya zat dari luar yang asing bagi tubuh dan dapat
maka akan menyebabkan masuknya bakteri,virus serta zat-zat yang berbahaya
kedalam tubuh mereka melalui air. Kelompok risiko tinggi terkena suatu penyakit
adalah suatu kelompok yang mempunyai resiko lebih besar serta dampaknya yang
lebih berat apabila terpajan penyebab penyakit (Achmadi, 2010).
Perubahan tatanan ekosistem akan memberikan dampak terhadap gangguan
kesehatan pada manusia. Seperti pada badan air atau aliran sungai, dosis zat
pencemar menunjukan tingkat toksisitas artinya peningkatan jumlah zat kimia
pencemaran akan meningkatkan risiko penyakit akibat penggunaan air sungai.
Budaya atau kebiasaan yang di manifestasikan dalam perilaku komunitas tertentu,
sangat berperan dalam kejadian penyakit. Misalnya masyarakat yang tinggal di DAS
memiliki kebiasaan menggunakan air sungai untuk masak, mandi dan cuci untuk
kebutuhan hari hari.
2.5. Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai sebagai bagian dari
pembangunan wilayah sampai saat ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks
dan saling terkait, antara lain ditunjukkan dengan masih belum adanya keterpaduan
antar sektor, antar instansi dan antar daerah serta partisipasi masyarakat yang belum
optimal dalam pengelolaan DAS yang berujung pada kerusakan DAS yang semakin
mengkhawatirkan.
Budiharso (2008) mengemukakan DAS merupakan sumberdaya darat yang
dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan
sumberdaya darat. Sehngga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan pada
hubungan antar kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya alam untuk
memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Perubahan kualitas dan kuantitas air sungai
akibat perubahan tutupan lahan berpengaruh terhadap resiko penyakit bawaan air
terhadap penduduk yang tinggal di sepanjang sungai DAS, dari hulu sampai ke hilir.
Perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak diikuti dengan pembangunan fasilitas
pengolahan air limbah yang memadai akan menyebabkan memburuknya kualitas air
sungai untuk keperuntukan sumber air minum, budidaya ikan air tawar, pertanian dan
pariwisata.
2.6. Gastroenteritis
2.6.1. Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan pada usus besar, usus halus yang disertai gastritis
yang banyak disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus
dengan gejala-gejala: berak-berak dengan konsistensi encer dan kadang kadang
disertai dengan muntah muntah. Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena
ia disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni
tempat di seluruh permukaan bumi.
2.6.2. Tanda dan Gejala Penyakit Gastroenteritis
Biasanya ditemukan buang air besar terus menerus disertai rasa mulas yang
punggung dan perut. berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit tubuh,
gastroenteristis dapat dibagi menjadi:
a. Gastroenteristis tanpa dehidrasi
Pada tingkat gastroenteristis ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena
frekuensi gastroenteristis masih dapat ditolerir dan belum ada tanda-tanda
dehidrasi.
b. Gastroenteristis dengan dehidrasi ringan/sedang
Pada tingkat gastroenteristis ini penderita mengalami gastroenteristis 3 kali atau
lebih, kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang nafsu
makan menurun, aktivitas sudah mulai menurun.
2.6.3. Cara Penularan Gastroenteritis
Pada umum penularan Gastroenteritisdisebabkan oleh faktor kebersihan
lingkungan, makanan dan minuman yang terkontaminsasi e coli.
1. Makanan dan minuman
Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong
dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam
jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak,
terlalu manis. Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak)
yang dapat menimbulkan alergi.
2. Infeksi atau investasi parasit
Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan: Vibrio Cholerae, E. coli,
Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus. Beberapa cacing antara lain:
Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides, Protozoa seperti Entamoeba Histolytica,
Giardia lamblia, Tricomonas Hominis.
3. Jamur (Candida Albicans)
Biardia Lambia, Cryptosporidium
4. Infeksi
Diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah
Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis MediaAkut/radang dikuping),
Tonsilofaringitis (radang pada leher / tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru).
5. Perubahan udara
Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak
dibagian perut, kembung, gastroenteristis dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena
cairan tubuh yang terkuras habis.
6. Faktor lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana
air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana
lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar, sehingga
penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa
menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah
2.6.4. Faktor–faktor Berhubungan dengan Kejadian Gastroenteritis
Kejadian gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan
seperti jamban, sumber air dan juga perilaku seseorang dalam hygiene (kebersihan
diri dan lingkungan).
1. Faktor jamban
Rayuana (2010), menemukan bahwa risiko kejadian gastroenteristis lebih
besar dari pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamban keluarga dan
penyediaan sarana jamban umum dapat menurunkan risiko kemungkinan terjadinya
gastroenteristis. Berkaitan dengan personal hygiene dari masyarakat yang ditunjang
dengan situasi kebiasaan yang menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya dan
terutama di daerah-daerah dimana air merupakan masalah dan kebiasaan buang air
besar yang tidak sehat.
2. Faktor sumber air
Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku tersebut
sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula yang langsung
digunakan oleh masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung dari mana
sumber air tersebut didapat. Ada beberapa macam sumber air misalnya: air hujan, air
tanah (sumur gali, sumur pompa tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam), air
permukaan (sungai, kolam, danau) dan mata air. Apabila kualitas air dari sumber air
tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku,
dapat langsung dipergunakan tetapi apabila belum memenuhi syarat, harus melalui
Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara sedang
berkembang, pada dasarnya menyangkut dua aspek utama.Pertama aspek fisik,
seperti tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua
adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan.
Menurut Notoatmojo, S (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah
respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system
pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan yang diuraikan sebagai berikut:
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon
baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan
sakit tersebut.
2. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah bagaimana respon terhadap sistem
pelayanan kesehatan baik yang modern maupun yang tradisional.
3. Perilaku terhadap makanan sebagai kebutuhan vital.
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap
lingkungan sebagai determinan kesehatan.
2.6.5 Pencegahan Gastroenteritis
Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah gastroenteritisantara lain:
1. Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksi usus penyebab gastroenteristis ditularkan
melalui jalur fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan,
terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai risiko lebih kecil dibanding dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko
terhadap serangan gastroenteristis yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan
melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan
di rumah.
2. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman gastroenteristis adalah mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buang air bersih, sebelum menyiapkan makanan mempunyai
dampak dalam kejadian gastroenteristis.
3. Menggunakan Jamban
Upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan
risiko terhadap penyakit gastroenteristis. Keluarga yang tidak mempunyai jamban
membuang air besar di sembarang tempat. Menggunakan jamban yang memenuhi
syarat kesehatan dengan jarak lebih 10 meter dari sumber air.
2.6.6 Peran Serta Masyarakat
Masyarakat dapat melakukan kegiatan antara lain :
1. Memberikan oralit untuk dibawa pulang, menunjukkan cara pencampuran oralit
dan meminumkannya.
2. Melakukan pencatatan tentang umur, alamat, nama penderita dan jenis
pertolongan yang diberikan serta melaporkan penggunaan oralit dan meminta
3. Menganjurkan penderita dan keluarganya untuk berpola hidup bersih dan sehat.
4. Menganjurkan penderita dan keluarganya menjaga lingkungan tempat tinggal
agar selalu bersih.
2.7Landasan Teori
Landasan toeri dalam penelitian ini mengacu pada konsep teori simpul bahwa
dengan menurunnya kualitas air akan berdampak kepada ganguan kesehatan
masyarakat dan lingkungan.
Gambar 2.3 Paradigma Kesehatan Lingkungan
Sumber: Achmadi, 2010
1. Simpul pertama, yaitu sumber penyakit
titik mengeluarkan atau mengemisikan agent penyakit yang di sebabkan oleh
komponen lingkungan sehingga dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui
Sumber penyakit Udara
Air Pangan Serangga Lingkungan/ manusia
Masyarakat Sehat
Sakit Manajemen
kontak secara langsung atau media perantara. Dalam penelitian ini sumber
penyakitnya adalah bakteri yang terdapat dalam air dan bahan dan senyawa kimia
toksik.
2. Simpul dua, yaitu media transmisi penyakit
komponen lingkungan yang dapat memindahkan agent penyakit. Dalam penelitian
ini media tramisinya adalah air sungai.
3. Simpul tiga, yaitu perilaku pemajanan.
Hubugan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk yang diukur
dari jumlah kontak antara manusia dengan komponen lingkungan yang
mengandung potensi bahaya penyakit. Dalam penelitian ini penduduk yang di
maksud adalah masyarakat yang berada di Kecamatan Datuk Bandar dan selalu
kontak/terpajan dengan air Sungai Silau.
4. Simpul empat yaitu kejadian penyakit
Hubungan interaktif antara penduduk dengan lingkungan yang menyebabkan
gangguan kesehatan. Dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang berada di DAS
Silau di Kecamatan Datuk yang menderita sakit atau gangguan kesehatan akibat
kontak/terpajan dengan air Sungai Silau.
Kelompok variabel lain yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit tersebut
yaitu: iklim (suhu, kelembaban), topografi, kebijakan yang bisa mempengaruhi
2.8. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian Kualitas Air Sungai
1. Air Pasang
- Fisik (warna, rasa bau)
- Kimia (pH, suhu, BOD, COD) - Biologi (E.Coli)
2. Air Surut
- Fisik (warna, rasa bau)
- Kimia (pH, suhu, BOD, COD)
- Biologi (E.Coli) Gastroenteritis
Karakteristik Penggunaan Air
1. Tempat tinggal 2. Lama menetap
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat analitik dengan desain explanotary researchyang
bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas air pada saat pasang dan surut serta
karakteristik penggunaan air sungai silau hilir (tempat tinggal, lama menetap,
frekuensi penggunaan air dan pemamfaatan air)terhadap keluhan penyakit
Gastroenteritis di Kecamatan Tanjung Balai Utara.Kota Tanjung Balai.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah aliran Sungai Silau bagian Hilir di Kelurahan
Indra Sakti Kecamatan Tanjung Balai Utara Kota Tanjung Balai
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai Juli tahun 2013
mulai dari survey ke lapangan, pengumpulan, pengolahan, analisa data sampai
pembuatan laporan penulisan.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Sungai Silau dan masyarakat di Kelurahan
Indra Sakti dengan jumlah populasi sebanyak 2204 jiwa dan jumlah KK sebanyak