PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ACARA “TUKAR NASIB” (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri
Medan terhadap Acara Reality Show “Tukar Nasib” di SCTV)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1)
Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun Oleh : YESSI KRISTINA SIHITE
050904010
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan :
Nama : Yessi Kristina Sihite
NIM : 050904010
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib”
(Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan
Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show “Tukar
Nasib” di SCTV)
Medan, September 2009
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Drs. Safrin, M.Si Drs. Amir Purba, M.Si NIP. 131 654 104
Dekan
NIP. 131 757 010
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib”yang disiarkan di SCTV.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah teori media massa, SOR, dan teori persepsi. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3.378 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari data populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 orang.
Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling serta accidental sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data
dilapangan dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal melalui SPSS (Statistical
Product Service Solution) 15.00.
Hasil penelitian menunjukkan gambaran bahwa mayoritas masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan memberikan tanggapan bahwa acara reality show “Tukar Nasib” ini belum dapat dikatakan sebagai acara yang mendidik dan tidak bermanfaat. Masyarakat menanggapi keberadaan acara ini semata mengeksploitasi kemiskinan dengan tidak adanya solusi bagi kemiskinan itu sendiri. Dalam penelitian ini juga dapat dilihat pembentukan persepsi masyarakat bahwa untuk mensyukuri yang kita miliki bukan berarti harus menertawakan nasib orang lain.
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib“ (Studi Deskriptif Tentang
Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show
“Tukar Nasib“ di SCTV). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan
peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna di hari
yang akan datang.
Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih dari dasar hati yang terdalam,
penulis persembahkan kepda Bapak S. Sihite dan Ibu D. Napitipulu yang selalu
memberikan dukungan moril dan materil, serta kasih sayang yang selalu
dicurahkan kepada peneliti. Kepada saudara-saudara penulis : Yanti Dameria, dan
Wira Wigrha Sihite yang telah memberikan semangat, dukungan, dan pengertian
Terimakasih yang setulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Safrin, M.Si, selaku dosen pembimbing yang banyak
memberikan masukan, bimbingan dan dorongan kepada penulis. Terima
kasih atas pengetahuan dan wawasan baru yang diberikan kepada penulis,
semua itu sangat berarti bagi penulis.
4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, selaku dosen wali penulis.
5. Seluruh dosen/ staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu
Komunikasi. Terimakasih yang tulus penulis sampaikan atas jasa-jasa yang
telah diberikan selama perkuliahan.
6. Bapak Khairuddin Burhan, selaku Lurah Cinta Damai, Kecamatan Medan
Helvetia yang telah memberi izin untuk meneliti di Perumahan Bumi Asri
Medan.
7. Ibu Dra.Dewi Kurniawati, M.Si, Kak Icut, Kak Ros, Rotua, dan Maya yang
selalu ada di departemen yang setia membantu penulis dalam menyelesaikan
urusan administrasi.
8. Someone special…….Tony, yang selalu mengerti dan selalu ada untuk
9. Sahabat penulis Icha Marina dan Dame Serepina yang selalu memberikan
dukungan, semangat, dan perhatian dalam melakukan aktivitas perkuliahan.
Terima kasih telah menjadi sahabat yang baik bagi penulis.
10. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2005 : Raflin, Yeyen, Eva Regina, Bancin,
Lilis, Verikasih, dan teman-teman lainnya tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
11. Kakakku Any, yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tulus.
12. Semua pihak yang secara sadar atau tidak, telah ikut serta membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih
yang tulus.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah
diberikan oleh semua pihak, semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya
dengan limpahan rahmat kepada kita semua. Harapan penulis semoga skripsi ini
kelak dapat berguna dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Medan, September 2009
Peneliti,
II.3 S-O-R ... 46
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 57
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Variabel Operasional ... 17
Tabel 2 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan ... 31
Tabel 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Perumahan Bumi Asri Lingkungan 8 Kecamatan Medan Helvetia ... 58
Tabel 4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Perumahan Bumi Asri Lingkungan 8 Kecamatan Medan Helvetia ... 58
Tabel 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sarana dan Prasarana di Perumahan Bumi Asri Lingk 8 Kecamatan Medan Helvetia ... 59
Tabel 6 Jenis Kelamin ... 68
Tabel 7 Usia ... 69
Tabel 8 Tingkat Pendidikan ... 69
Tabel 9 Pekerjaan ... 70
Tabel 10 Frekwensi Menonton Responden ... 71
Tabel 11 Waktu Menonton ... 71
Tabel 12 Frekwensi Menonton “Tukar Nasib” ... 72
Tabel 13 Waktu Pemutaran ... 73
Tabel 14 Durasi Penyiaran ... 74
Tabel 15 Frekwensi Penyiaran ... 75
Tabel 16 Tema Acara ... 76
Tabel 17 Alur Cerita... 77
Tabel 18 Penggunaan Peserta ... 78
Tabel 19 Pemilihan Peserta ... 79
Tabel 20 Gaya / Bahasa Tubuh ... 80
Tabel 22 Pemilihan Musik Pendukung ... 82
Tabel 23 Kejelasan Pesan ... 83
Tabel 24 Lama Menonton “Tukar Nasib” ... 84
Tabel 25 Persepsi Terhadap Acara “Tukar Nasib” ... 85
Tabel 26 Makna Tersirat ... 87
Tabel 27 Makna Tersurat... 88
Tabel 28 Menggugah Emosi/Perasaan ... 89
Tabel 29 Perasaan Ketika Menyaksikan Acara “Tukar Nasib” ... 90
Tabel 30 Tanggapan terhadap pandangan tentang acara “Tukar Nasib”... 93
Tabel 31 “Tukar Nasib” Meningkatkan Kepedulian Sosial ... 96
Tabel 32 “Tukar Nasib” Acara Bermanfaat ... 97
DAFTAR BAGAN
Model Teoritis ... 17
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib”yang disiarkan di SCTV.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah teori media massa, SOR, dan teori persepsi. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3.378 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari data populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 orang.
Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling serta accidental sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data
dilapangan dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal melalui SPSS (Statistical
Product Service Solution) 15.00.
Hasil penelitian menunjukkan gambaran bahwa mayoritas masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan memberikan tanggapan bahwa acara reality show “Tukar Nasib” ini belum dapat dikatakan sebagai acara yang mendidik dan tidak bermanfaat. Masyarakat menanggapi keberadaan acara ini semata mengeksploitasi kemiskinan dengan tidak adanya solusi bagi kemiskinan itu sendiri. Dalam penelitian ini juga dapat dilihat pembentukan persepsi masyarakat bahwa untuk mensyukuri yang kita miliki bukan berarti harus menertawakan nasib orang lain.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan industri pertelevisian dewasa ini, membuat
persaingan antara media massa televisi tidak terelakkan lagi. Tingginya
persaingan itulah yang membuat mereka takut kehilangan pemirsa setianya,
sehingga mendorong setiap stasiun televisi untuk mampu mempertahankan
eksistensinya dengan memproduksi acara-acara baru, lebih menarik, cepat, tetapi
tetap tidak lepas dari keinginan pasar. Dengan kenyataan ini, televisi tumbuh
menjadi sebuah industri yang memperoleh keuntungan dari aktifitas “jual beli”
informasi dan hiburan.
Sebagai media audio visual, televisi dinilai sebagai media yang paling
berhasil dalam menyebarkan informasi dan disampaikan dalam kemasan yang
lebih menarik dan menyenangkan pemirsa dibandingkan dengan media
komunikasi lainnya, seperti media cetak dan radio. Oleh karena itu, televisi dalam
kehidupan manusia dipandang mampu menghadirkan sebuah peradaban,
khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa.
Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa menghadirkan suatu
efek sosial yang berisi perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia,
dikarenakan kekuatan audiovisual televisi yang mampu menyentuh secara
langsung segi-segi kejiwaan manusia. Dan fenomena inilah yang akhirnya dibaca
oleh para kreator program televisi untuk menciptakan suatu program yang
hati pemirsanya, sehingga muncullah acara realita atau lebih dikenal dengan
“reality show”.
Reality show adalah jenis program acara televisi dimana
pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi skenario dan menggunakan
pemain dari khalayak umum biasa. Berbagai tema yang biasa diangkat dalam
reality show diantaranya permasalahan sosial, kompetisi, kemanusiaan, pencarian
bakat, mengekspose kehidupan sehari-hari, percintaan, bahkan menjahili orang
(www.wikipedia.com).
Geliat reality show di Indonesia muncul ketika disiarkannya sebuah
program yang bertema cinta yang diberi nama “Katakan Cinta”. “Katakan Cinta”
adalah reality show pertama di Indonesia yang disiarkan sejak 19 Januari 2003 di
RCTI setiap hari Minggu pukul 16.30 WIB. Menurut data rating AC Nielsen yang
kini telah berganti nama menjadi AGB Nielsen, “Katakan Cinta” adalah program
reality show dengan shared audience mencapai 25% dari seluruh pemirsa televisi
yang menyaksikan seluruh acara televisi pada jam siarnya. Selain itu, “Katakan
Cinta” terpilih sebagai reality show terfavorit dalam ajang Panasonic Awards
2003, dan nominator reality show terfavorit Panasonic Awards 2004.
Kesuksesan RCTI menyiarkan “Katakan Cinta” menggugah stasiun
televisi lain untuk membuat acara reality show serupa sebagai pesaing. Reality
show dengan tema percintaan menjadi semakin booming, seperti SCTV dengan
Playboy Kabel, Kontak Jodoh, dan Harap-harap Cemas (H2C), Pacar Usil, Cinta
Lama Bersemi Kembali (CLBK), Cinta Lokasi, Masihkah Kau Mencintaiku, dan
masih banyak lainnya. Lalu ketika reality show bergerak dari tema percintaan
Ekspedisi Alam Gaib, Indosiar yang mengusung Tantangan, Kontes Pencarian
Bakat yang diberi nama AFI yang mengadopsi La Academica dari Meksiko,
sehingga menginspirasi munculnya Indonesian Idol oleh RCTI yang juga turut
mengadopsi American Idol., Anteve yang menayangkan aksi para artis untuk
membantu kesulitan seseorang yang diberi nama Selebriti Jam, bahkan Metro TV
tidak ketinggalan dengan menayangkan The Scholar Indonesia.
Namun ternyata daya kreatif para kreator televisi tidak terhenti pada
lingkup tema-tema tersebut, hingga muncullah reality show bertema sosial dengan
mengangkat sesuatu yang berbau kemiskinan dan privaci. Trans Tv dengan
Termehek-Mehek, Orang Ketiga, Jika Aku Menjadi. RCTI dengan program
Bedah Rumah, Uang Kaget, Rezeki Nomplok, Nikah Gratis, Mata-Mata dan di
akhir periode ini SCTV juga kembali memunculkan program terbarunya Tukar
Nasib.
“Tukar Nasib”, adalah reality show yang mengangkat tema tentang
pertukaran nasib antara keluarga kaya dan keluarga miskin, yang ditayangkan
setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 16.00 s/d 17.00 dengan durasi 60 menit.
Pertukaran nasib ini dilaksanakan selama tiga hari lamanya, dengan mencakup
rumah tinggal, seluruh fasilitas, gaya hidup dan juga pekerjaan. Dalam setiap
episode pemutarannya, keluarga kaya ditugaskan melakukan tiga pekerjaan utama
yang sehari-hari dilakukan oleh keluarga miskin, juga sebaliknya.
Menurut situs resmi SCTV, acara tersebut hadir untuk melebur jurang
pemisah antara kekayaan dan kemiskinan, karena selama ini kaya dan miskin
bagaikan dua kutub yang saling bertolak belakang. Jurang pemisah itu semakin
sedangkan keluarga miskin harus bekerja keras demi sesuap nasi. Lalu muncul
ide, bagaimana bila keluarga miskin mencicipi kemewahan dan berleha-leha
seperti keluarga kaya, lalu bagaimana pula rasanya keluarga kaya hidup dalam
keterbatasan ekonomi (Suara Merdeka edisi Minggu, 26 April 2009).
Dalam setiap episode penyiarannya, reality show “Tukar Nasib” ini
memiliki sebuah misi yang harus diwujudkan. Landung Y. Saptoto produser
“Tukar Nasib” mengatakan misi berhasil ketika keluarga kaya telah mampu
mensyukuri segala kelebihan yang mereka miliki jika dibandingkan dengan
keluarga miskin, serta keluarga miskin juga tetap bersyukur dengan kehidupan
mereka dan bertekad akan bekerja lebih keras untuk dapat menikmati kehidupan
seperti keluarga kaya.
Seiring dengan penyiarannya, reality show ini memperoleh tanggapan
yang berbeda-beda dari khalayak pemirsa. Tanggapan tersebut diekspresikan
dalam bentuk persepsi. Pesan moral yang mulia yang disampaikan kepada pemirsa
dalam acara ini, juga diimbangi oleh tanggapan masyarakat bahwa disisi lain
dengan alih-alih kemanusiaan, acara sejenis ini telah menjadi lahan empuk bagi
para kreator televisi dalam mengeksploitasi kemiskinan dikarenakan tingginya
rating yang sangat menjanjikan dalam menghasilkan keuntungan, khususnya bagi
produsen.
Ditambahkan dengan pernyataan Head of Corporate Affairs SCTV Budi
Darmawan dalam wawancaranya yang mengatakan bahwa ”Pertunjukan ini
adalah gabungan drama, komedi, dan satire dari kesenjangan budaya,”, dan itu
tampak jelas dalam berbagai adegan. Selalu muncul keluarga kaya kerepotan
bengong keluarga miskin ketika melihat dan menggunakan fasilitas mewah sangat
mewarnai reality show ini. Bagaimanapun juga visualisasi yang ekspresif sangat
diperkuat dalam acara ini.
Menu atau hidangan yang ada layaknya reality show seolah makanan,
sejauh masyarakat suka dengan mengunyah, lalu menelannya, produksi akan
dibuat secara massal. Maka tak jarang warna yang dibangun di setiap stasiun
televisi menjadi sama dan seragam karena di campur dalam satu tempat dengan
satu tema dan satu tujuan yang sama yakni pasar.
Peneliti tertarik menjadikan masyarakat Perumahan Bumi Asri yang
berada pada tingkat ekonomi menengah keatas sebagai objek penelitian
dikarenakan persepsi yang dapat dibangun akan lebih bervariasi, dibandingkan
masyarakat yang berada pada tingkat ekonomi lemah. Keberadaan ekonomi
mereka yang lemah, dengan sangat mudah akan membangun sifat sensitif mereka
karena merasa telah dijadikan objek oleh para produsen dalam menciptakan acara
televisi yang mengandalkan keuntungan pasar. Reality show yang ada selama ini
juga mayoritas menggunakan masyarakat miskin sebagai pesertanya. Namun
dalam acara reality show ”Tukar Nasib” ini, masyarakat dari kalangan menengah
keatas juga diikutsertakan. Sehingga peneliti juga tertarik untuk mengetahui
tingkat kesediaan mereka untuk menjadi peserta dalam acara reality show ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti Persepsi
Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap Acara reality show “Tukar
1.2 . Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas,
maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
”Bagaimanakah persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan
terhadap acara reality show ”Tukar Nasib”di SCTV?”
1.3. Pembatasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya lebih
khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Subjek penelitian ini adalah acara reality show ”Tukar Nasib”, yang
ditayangkan di SCTV setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 16.00-17.00
WIB.
2. Objek penelitian ini adalah masyarakat Perumahan Bumi Asri, Kelurahan
Cinta Damai, Lingkungan 8, Kecamatan Medan Helvetia.
3. Penelitian ini terbatas pada persepsi masyarakat terhadap acara reality
show ”Tukar Nasib” di SCTV, yang akan dilihat melalui perangkat teori
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menemukan tingkat ketertarikan masyarakat Perumahan Bumi Asri
Medan menonton acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV
2. Untuk menemukan frekwensi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan
menonton acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV
3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan
terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV
1.4.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
peneliti dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya Bidang Jurnalistik
b. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif dan memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di
lingkungan FISIP USU, khususnya di departemen Ilmu Komunikasi.
c. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian
1
1..55..KKerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus menyusun kerangka teori.
Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan
proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut (Rakhmat, 2004:6).
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana
peneliti melihat masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1995:39).
Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah :
1.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin, “Communicatio”.
Istilah ini bersumber dari perkataan “Communis” yang berarti sama. Sama yang
dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003 :30). Dari hal tersebut
dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan
komunikan, maka komunikasi tidak akan terjadi.
Lasswell menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi
adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Say What In Which Channel To Whom
With What Effect. Jadi, jika dipilah-pilah akan terdapat lima unsur atau komponen
di dalam komunikasi, yaitu Siapa yang mengatakan ; Apa yang dikatakan ; Media
Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses
komunikasi meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek (Effendy,
2003:253).
Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang
menggunakan media massa baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik
(radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di
banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum,
disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik
(Mulyana, 2002 :75).
Komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang
berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada
khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti
radio, televisi, dan film (Cangara, 2006:36). Pengertian komunikasi massa
terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi
massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Disamping itu ada
pula makna lain yang dianggap makna asli dari kata massa, yakni suatu makna
yang mengacu pada kolektifitas tanpa bentuk yang komponen-komponennya sulit
dibedakan satu sama lain. Kamus Bahasa Inggris ringkas memberikan defenisi
“massa” sebagai suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan
individualitas. Defenisi ini hampir manyerupai pengertian massa yang digunakan
oleh para ahli sosiologi khususnya bila dipakai dalam kaitannnya dengan khalayak
1.5.2. Media Massa Televisi
Dalam bahasa Inggris, televisi disebut dengan television. Istilah
“television” berasal dari perkataan Yunani : Tele artinya far, off, jauh. Ditambah
dengan : Vision yang berasal dari bahasa Latin, yang artinya to see, melihat. Jadi
artinya secara harfiah, melihat jauh.
Penemuan Televisi telah melalui berbagai percobaan yang dilakukan oleh
berbagai ilmuan akhir abad ke 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh
James Clark Maxwell dan Henrich Hertz. Televisi sebagai pesawat transmisi
dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins.
Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai
daya tarik yang kuat disebabkan adanya unsur kata-kata, musik dan sound effect,
juga memiliki keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat
menimbulkan kesan mendalam bagi pemirsanya. Dalam usaha untuk
mempengaruhi khalayak dengan menggugah emosi dan pikiran pemirsanya,
televisi lebih mempunyai kemampuan menonjol dibanding media massa lainnya
(Atmowiloto, 1996:6).
Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi
sikap, persepsi, perilaku, pandangan dan perasaan para penonton, dan ini adalah
hal yang wajar. Jadi jika ada hal-hal yang menyebabkan penonton terharu,
terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh
psikologi dalam televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga
penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi (Efendy 2004
Mengutip pernyataan Drs. Jalaluddin Rakhmat M.Sc, berdasarkan uraian
diatas, juga dapat disimpulkan bahwa pesan komunikasi atau stimulus yang
disampaikan melalui media massa televisi akan mendapatkan berbagai tanggapan
individu-individu. Artinya, walaupun peristiwanya sama, orang akan menanggapi
berbeda-beda sesuai dengan keadaan dirinya (Darwanto, 2007:60)
Semua ini tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif agar
pemirsa dapat menyerap makna pesan secara tepat, yakni mengedepankan lima
sifat dari media massa televisi tersebut, yakni: Publisitas, Perioditas,
Universalitas, Aktualitas, dan Kontinuitas (Kuswandi, 1996:18).
1.5.3. SOR
S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori
ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu.
Maksudnya, keadaan internal organisme befungsi menghasilkan respon tertentu
jika ada kondisi stimulus tertentu juga. Prinsip ini adalah prinsip belajar yang
sederhana dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tersebut.
Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003:255), dalam bukunya “Sikap Manusia,
Perubahan, Serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis, dan
Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap baru ada tiga variabel
penting, yaitu:
a. Perhatian
b. Pengertian
Berdasarkan uraian diatas, maka proses komunikasi dalam teori SOR ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini
adalah (Effendi, 2003: 254-255) :
a. Stimulus – S (Pesan) yang dimaksud adalah acara reality show “Tukar
Nasib” di SCTV
b. Organism – O (Komunikan) yang dimaksud adalah khalayak pemirsa,
yakni masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan
c. Response – R (Efek) yang berupa persepsi masyarakat Perumahan
Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV
1.5.4. Persepsi
Menurut beberapa ahli, seperti yang diungkapkan oleh Desiderato yang
dikutip oleh Rahkmat dalam buku Psikologi Komunikasi menyatakan bahwa
persepsi adalah pengalaman tentang hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
Stimulus (S)
Organism (O):
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu, persepsi memberikan
makna pada stimuli inderawi yang melibatkan sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi,
dan memori (Rahkmat, 2005 :51).
Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh beberapa faktor seperti faktor
fungsional maupun faktor struktural. Para ahli mengatakan bahwa pengaruh
suasana emosional terhadap persepsi, secara hipnotis diciptakan oleh tiga macam
suasana emosional yaitu suasana bahagia, suasana kritis dan suasana gelisah.
Ekspresi mengenal orang lain merupakan studi awal tentang persepsi. Darwin
mendorong munculnya permasalahan persepsi dengan pernyataan, “Apa ciri-ciri
keputusan yang baik tentang orang lain?”.
Secara etimologi, persepsi atau dalam Bahasa Inggris perception berasal
dari bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau
mengambil.
Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Menurut DeVito (1997:75), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan
banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.
Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti
komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik
dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak
jelas pada defenisi John R. Wenburg dan Willian W. Wilmot: “persepsi dapat
Verderber: “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi” (Mulyana,
2005:167).
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat,
kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan
kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi
derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering
mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung
membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:167-168).
PROSES PERSEPSI
Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa
psikologi sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang
merupakan perantara ransangan diluar organisme dengan tanggapan fisik
organisme yang dapat diamati terhadap ransangan. Menurut rumusan ini, yang
dikenal dengan teori ransangan-tanggapan (stimulus-respons/SR), persepsi
merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah
ransangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis adalah pengenalan,
perasaan, dan penalaran.
Seperti dinyatakan pada bagan berikut, persepsi dan kognisi diperlukan
dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling
sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya ransangan menerima dan dengan cara
menahan dampak dari ransangan. Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan
disebut sebagai variabel psikologis yang muncul diantara ransangan dan
Penalaran
Ransangan Persepsi Pengenalan Tanggapan
Perasaan
Variabel Psikologis Antara Ransangan dan Tanggapan
1.6. Kerangka Konsep
Kerangka adalah hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang
bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan
dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).
Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti
yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak
kejadian, keadaan, kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu
pengetahuan sosial (Singarimbun, 1995:57).
Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam
menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah
yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka
harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X)
Variabel Bebas adalah variabel yang mengandung gejala / faktor / unsur
yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah acara reality show ‘Tukar
Nasib” di SCTV.
2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y)
Variabel terikat adalah sejumlah gejala yang muncul dipengaruhi variabel
bebas (X) dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995:57).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat
Perumahan Bumi Asri Medan
3. Variabel Antara atau Intervening Variabel (Z)
Variabel antara adalah variabel yang menjembatani atau yang
menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
intervening ini mempengaruhi hubungan langsung antara variabel
independent dan variabel dependent, sehingga terjadi hubungan yang tidak
langsung (Husein umar, 2002:61).
Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.
1.7. Model Teoritis
Variabel Bebas(X)
Acara reality show “Tukar Nasib”
Variabel Terikat(Y)
1.8. Variabel Operasional
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di
atas, agar kerangka konsep yang telah disusun dapat diteliti dengan rinci, maka
diperlukan suatu operasional variabel-variabel yaitu sebagai berikut :
Tabel 1
Variabel Operasional
Variabel Teoritis Variabel Operasional
1.9. Defenisi Variabel Operasional
Defenisi variabel operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang
konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variabel yang
terdapat dalam penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut :
1. Variabel bebas (Acara Reality show”Tukar Nasib” di SCTV) yang terdiri dari:
a. Frekwensi Menonton, yakni frekwensi pemirsa dalam menonton acara
reality show “Tukar Nasib” di SCTV setiap minggunya.
b. Waktu Penyiaran
- Jam Siar, yakni jam penyiaran reality show “Tukar Nasib” di
SCTV setiap episodenya, yakni pada pukul 16.00 s/d
17.00 WIB.
- Durasi penyiaran, yakni waktu penyiaran reality show “Tukar
Nasib” di SCTV setiap episodenya, yakni 1 jam.
- Frekwensi penyiaran, yakni frekwensi penyiaran reality show
“Tukar Nasib” di SCTV setiap minggunya, yakni 2x
dalam seminggu
c. Isi acara
- Tema acara, yakni materi acara yang dihadirkan dalam reality
show “Tukar Nasib”
- Alur cerita, yakni rangkaian cerita yang ditampilkan dalam
pertukaran nasib tersebut
- Peserta/pemain, yakni keluarga yang menjadi para pelaku acara
- Gaya/Bahasa tubuh, yakni gaya dan bahasa tubuh para pelaku
acara reality show “Tukar Nasib” ketika melakukan
perannya
- Musik pendukung, yakni yakni musik/lagu yang digunakan
sebagai musik /lagu pembuka, mengiringi pergantian
adegan serta menutup acara.
d. Kejelasan makna, yakni kejelasan makna tersurat dan tersirat dalam
setiap episode penyiaran reality show “Tukar Nasib”.
2. Variabel terikat (Persepsi Masyarakat) yang terdiri dari :
a. Pengenalan, yakni pengenalan masyarakat terhadap acara reality show
“Tukar Nasib” yang disiarkan di SCTV
b. Penalaran, yakni proses berfikir oleh masyarakat yang menuju pada
penarikan kesimpulan
c. Perasaan, yakni pengakuan diri terhadap kesamaan rasa
d. Tanggapan, yakni pandangan yang diberikan oleh masyarakat
terhadap acara reality show “Tukar Nasib”
3. Variabel Antara (Karakteristik Responden ) yang terdiri dari :
a. Usia, yakni banyaknya usia yang dimiliki oleh para responden
b. Jenis Kelamin, yakni pria dan wanita
c. Pendidikan, yakni pendidikan terakhir yang dimiliki oleh para
responden
BAB II
URAIAN TEORITIS
II. 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa II. 1. 1. Komunikasi
II. 1. 1. 1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila orang telah
mengadakan hubungan yang tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan
akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan
mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila
muncul. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial mampunyai
dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya
adalah komunikasi. Karenanya, komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak
bagi kehidupan manusia (Widjaja, 2002:4)
Secara etimologi (bahasa), kata “komunikasi” berasal dari Bahasa Inggris
“communication” yang mempunyai akar kata dari Bahasa Latin “comunicare”.
Kata “comunicare” sendiri mempunyai 3 (tiga) kemungkinan arti :
1. “to make common” atau membuat sesuatu menjadi umum
2. “cum+munus” berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah
3. “cum+munire” yaitu membangun pertahanan bersama
Sedangkan secara epistemologis (istilah), terdapat ratusan uraian eksplisit
(nyata) dan implisit (tersembunyi). Diantara ratusan defenisi tersebut, salah satu
defenisi komunikasi adalah proses atau tindakan menyampaikan pesan (message)
yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam defenisi ini, komunikasi
haruslah bersifat intentional (disengaja) serta membawa perubahan (Mufid,
2005:1-2).
Raymond S. Ross, mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses
menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga
membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikiran yang
serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator (Wiryanto, 2000:6).
Sedangkan defenisi lain menyebutkan bahwa komunikasi adalah suatu
transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang yang mengatur
lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2)
melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang
lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2006:18).
II. 1. 1. 2. Unsur-Unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan diatas, tampak adanya
sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan
terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah
sebagai berikut (Widjaja, 2002;11-20):
a). Sumber (source)
Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa
orang, lembaga, buku, dan sejenisnya. Dalam hal sumber ini yang perlu kita
lain sebagainya. Apabila kita salah dalam mengambil sumber maka kemungkinan
komunikasi yang kita lancarkan akan berakibat lain dari yang kita harapkan.
b). Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,
kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film
dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang-kadang
komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya komunikan menjadi
komunikator. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang komunikator
adalah memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya, keterampilan
berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, sikap dan memiliki daya tarik
dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan
sikap/penambahan pengetahuan bagi/pada diri komunikan.
c). Pesan
Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di
dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat
disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan
kepada tujuan akhir dari komunikasinya.
d). Saluran (channel)
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima
melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yang
sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran yaitu saluran formal atau
saluran informal atau yang bersifat tidak resmi berupa desas-desus, kabar angin
atau kabar burung.
e). Komunikan
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu
persona (komunikasi yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal), kelompok
(komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu), massa (komunikasi yang
ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media. Massa disini
adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak
mempunyai struktur tertentu). Komunikasi akan berjalan baik dan berhasil jika
pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup
pengalaman komunikan.
f). Hasil (effect)
Effect adalah hasil akhir dari sebuah proses komunikasi, yakni sikap dan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap
dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil, demikian juga
sebaliknya.
II. 1. 1. 3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi
Tujuan komunikasi (Effendy, 2002 :55) yaitu :
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
c. Mengubah perilaku (to change the behavior)
Sedangkan fungsi komunikasi (Effendy, 2002 :55) yaitu :
a. Menginformasikan (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to influence)
II. 1. 1. 4. Tatanan Komunikasi
Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dri segi jumlah
komunikan, berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka dapat
diklasifikasikan menjadi bentuk sebagai berikut (Effendy, 2002 :54) :
a. Komunikasi pribadi (personal communication) yang terdiri dari
komunikasi intra pribadi dan komunikasi antar pribadi, seperti tukar
pikiran dan lain sebagainya
b. Komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari
komunikasi kelompok kecil (ceramah, simposium, diskusi, panel, seminar
dan lain-lain) serta komunikasi kelompok besar
c. Komunikasi massa (mass communication) yang terdiri dari komunikasi
media massa cetak/press seperti surat kabar dan majalah dan komunikasi
media massa elektronik seperti radio, televisi dan lainnya.
II. 1. 1. 5. Dampak Komunikasi
Bagian terpenting dalam berkomunikasi adalah bagaimana caranya agar
tertentu pada komunikan. Dampak yang timbul dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Dampak Kognitif adalah yang timbul dalam diri komunikan yang
menyebabkan komunikan menjadi tahu atau meningkatnya intelektualitas
b. Dampak Afektif adalah dampak yang timbul dalam diri komunikan bukan
hanya sekedar tahu tetapi tergerak hatinya yang menimbulkan suatu
perasaan tertentu
c. Dampak Behavioral adalah yang timbul pada diri komunikan dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
II. 1. 2. Komunikasi Massa
II. 1. 2. 1. Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human
communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat
mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Sebagian atau
sejumlah besar dari peralatan mekanik itu dikenal sebagai alat-alat komunikasi
atau lebih populer dengan nama media massa, yang meliputi semua (alat-alat)
saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah penerima
(komunikan, audience) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Karena demikian eratnya penggunaan peralatan tersebut, maka
komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang menggunakan
media massa untuk pesan-pesan yang disampaikan.
Komunikasi massa kita adopsi dari istilah Bahasa Inggris, mass
massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi
yang “mass mediated”. Poll (1973) mendefenisikan komunikasi sebagai
komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan
penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir
kepada penerima melalui saluran-saluran media massa seperti surat kabar,
majalah, radio, film, atau televisi (Wiryanto, 2000:1-3).
Defenisi lain tentang komunikasi massa yang dikemukakan para ahli
komunikasi tentang komunikasi massa, pada dasarnya komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab pada awal
perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media
of mass communication (media komunikasi massa). Media komunikasi yang
termasuk komunikasi massa adalah radio siaran dan televisi sebagai media
elektronik, surat kabar dan majalah sebagai media cetak. Salah satu defenisi
komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner (1967) “Mass
communication is the technologically and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial
societies” (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:3-4).
Defenisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright nampaknya
merupakan defenisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik
komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright bentuk baru komunikasi dapat
dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu
secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak,
bersifat sekilas, komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi
yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Ardianto, 2004:5).
Menurut Little John, komunikasi massa adalah suatu proses dimana
organisasi media memproduksi pesan-pesan dan mengirimkannya kepada publik.
Melalui proses ini diharapkan sejumlah pesan yang dikirimkan akan digunakan
dan dikonsumsi oleh audience (Nurudin, 2004:11).
Rakhmat merangkum defenisi-defenisi komunikasi tersebut menjadi:
“komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau
elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat
(Ardianto, 2004:7).
II. 1.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa
Kita sudah mengetahui bahwa defenisi-defenisi komunikasi massa itu
secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu defenisi
dengan defenisi lainnya dianggap saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita
dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa (Ardianto, 2004: 7-12), antara
lain sbagai berikut :
a). Komunikator Terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah
memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media
televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang seperti juru kamera, juru lampu,
pengarah acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain.
b). Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa itu
ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang
tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan
komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua
fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media
massa. Pesan kounikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus
memenuhi kriteria penting atau menarik, ataupun penting sekaligus menarik bagi
sebagian besar komunikan.
c). Komunikannya Anonim dan Heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan
(anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka.
Disamping anonim, komunikasi massa adalah heterogen karena terdiri dari
berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan
berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang
budaya, agama, dan tingkat ekonomi.
d). Media massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya
adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak
dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara
serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama juga.
dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan
penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
e). Komunikasi Mengutamakan Isi daripada Hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus.
Pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa,
pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan
dengan karakteristik media massa yang digunakan.
f). Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan
menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka
komunikator dan komunikannya tidak perlu melakukan kontak langsung.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,
namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya
terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian, komunikasi massa itu
bersifat satu arah.
g). Stimulasi Alat Indera Terbatas
Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu
kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang “terbatas”. Dalam komunikasi
massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar
dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif,
khalayak hanya mendengar sedangkan pada media televisi dan film, kita
h). Umpan Balik Tertunda (Delayed)
Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam
bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari
feedback yang disampaikan komunikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct
feedback) atau umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback).
II. 1.2.3. Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi-fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C.
Whitney (1988) antara lain : (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain
(memberi hiburan), (3) to persuade (membujuk), dan (4) the transmission of
culture (transmisi budaya). Sedangkan fungsi komunikasi menurut John Vivian
dalam bukunya The Media of Mass Commnunication (1991) disebutkan : (1)
providing information, (2) providing entertainment, (3) helping the persuade, dan
(4) contributing to sosial cohesion (mendorong kohesi sosial).
Ada pula fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold
D. Lasswell yakni, (1) surveillance of the environment (fungsi pengawasan), (2)
correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi
korelasi), (3) transmission of the sosial heritage from one generation to the next
(fungsi pewarisan sosial). Sama seperti pendapat Lasswell, Charles Robert Wright
(1988) menambah fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi
massa.
Sedangkan menurut Alexis S. Tan fungsi-fungsi komunikasi bisa
beroperasi dalam 4 (empat) hal. Meskipun secara eksplisit ia tidak mengatakan
dalam komunikasi massa, tetapi ketika ia menyebut bahwa penerima pesan dalam
komunikasi bisa kumpulan orang-orang (a group of person) atau ia menyebutnya
mass audience, sedangkan pengirim pesan atau komunikatornya termasuk
kelompok orang atau media massa, maka itu sudah bisa dijadikan bukti bahwa
fungsi yang dimaksud adalah fungsi komunikasi massa. Paling tidak ia bisa dilihat
dari ciri komunikator atau audience-nya.
Untuk memperjelas fungsi-fungsi yang disodorkannya, Alexis S. Tan
menyederhanakan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2
FUNGSI KOMUNIKASI MASSA ALEXIS S.TAN
N yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya
Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan,
tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai petukaran data,
fakta dan ide. Karena itu (Effendy, 2002:27-28) menyebutkan komunikasi massa
dapat berfungsi untuk :
1).Informasi
Yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses,
penyebaran data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan
agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi
internasional, lingkungan, orang lain dan agar dapat mengambil keputusan yang
tepat.
2). Sosialisasi
Yakni penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang
menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam
masyarakat.
3). Motivasi
Yakni menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun
jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan pilihannya dan
keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan
bersama yang akan dikejar.
4). Perdebatan dan Diskusi
Yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai
kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah
yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.
5). Pendidikan
Yakni pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran
yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
6). Memajukan Kebudayaan
Yakni penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud
melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas
horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta
kebutuhan estetikanya.
7). Hiburan
Yakni penyebarluasan sinyal, simbol, suara, citra (image) dari drama, tari,
kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan dan sebagainya untuk
rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.
8). Integrasi
Yakni menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan
memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling
kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.
II. 1.2.4. Efek Komunikasi Massa
Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek komunikasi (Effendy,
2003:318-319) dapat diklasifikasikan sebagai :
a) Efek Kognitif (Cognitive Effect)
Efek kognitif berhubungan dengan pikiran dan penalaran, sehingga khalayak
yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi mengerti dan
bingung menjadi jelas. Contoh pesan komunikasi yang menimbulkan efek kognitif
antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan
lainnya.
Efek kognitif timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi
dirinya. Efek kognitif ini akan membahas tentang bagaimana media massa dapat
membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan
mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita
memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita
kunjungi secara langsung.
b) Efek Afektif (Affective Effect)
Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Dimana efek ini
berkaitan dengan perasaan. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya
memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih daripada itu khalayak
diharapkan dapat turut merasakan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan
sebagainya.
c) Efek Konatif (Behavioral Effect)
Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung
menjadi suatu kegiatan, tindakan atau kebisaaan berperilaku. Karena berbentuk
behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media
massa melainkan didahului oleh efek kognitif dan atau efek afektif.
II. 2. Televisi
Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa
Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre bahasa Latin) berarti penglihatan.
Dengan demikian yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan
melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang
diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui
sebuah perangkat penerima (televisi set).
Istilah television sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di
kota Paris, yang saat itu di kota tersebut sedang berlangsung pertemuan para ahli
bidang elektronika dari berbagai Negara. Dengan demikian kata televisi disini
diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau
pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem
transmisi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik
diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisikan
melalui pemancar. Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena
yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi
gelombang elektromagnetik itu diubah kembali menjadi gambar dan suara yang
dapat kita nikmati di layar televisi.
Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi.
Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan
mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini
terjadi sekitar tahun 1883-1884. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia
diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang (Kuswandi, 1996:6). Televisi
sendiri mulai dinikmati oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu
ketika berlangsungnya “world fair” di kota New York. Hingga saat ini televisi
memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan manusia. Pengaruh itu bisa
berupa pengaruh sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan suatu keamanan
Negara.
Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuannya sendiri
sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang teknologi,
khususnya teknologi elektronika. Wajarlah bila pengadaan dan pengelolaannya
memerlukan biaya yang sangat mahal dan melibatkan banyak tenaga yang
memiliki keahlian yang berbeda-beda. Landasan tunggal, dari pengelola siaran
televisi yang memiliki keahlian yang berbeda ini ialah kreativitas perorangan.
Tanpa kreativitas siaran televisi akan monoton dan sangat menjemukan
penontonnya (Wahyudi, 1986:49-51).
Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas Negara pun
tidak lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang, melainkan begitu mudah
untuk diterobos. Karena itu, bila informasi media televisi dari berbagai belahan
dunia tidak terkontrol makan akan menimbulkan efek yang cukup besar, misalnya
penjajahan negara dalam hal informasi.
Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat,
tidak berbeda dengan cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya
Reader in Human Communication” Random House, New York 1980,
megungkapkan 3 (tiga) fungsi media yaitu :
a. The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan
b. The correlation of the part of society in responding to the environment
yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan
kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada
seleksi evaluasi dan interpretasi.
c. The transmission of the sosial heritage from one generation to the next,
maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Ketiga fungsi diatas pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media
massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis menjadi perantara untuk
menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Melihat
posisi dan peranannya, bukan tidak mungkin pada suatu saat, media televisi akan
memberikan kemajuan bagi manusia sebagai aset informasi dan komunikasi
(Kuswandi 1996:24-25).
II. 2.1. Perkembangan Televisi di Indonesia
Ketika peresmian satelit komunikasi Palapa dilakukan oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1976, mulailah dunia komunikasi massa di
Indonesia berkembang dengan sendirinya. Satelit Palapa memiliki 12 transponder.
Tiap transponder, bisa meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran
telepon bolak-balik atau 800 saluran telepon satu arah. Satelit ini dihubungkan
Indonesia, dunia pertelevisian berkembang pesat, terbukti dengan
bermunculannya stasiun-stasiun televisi swasta bersamaan dengan deregulasi
pertelevisian Indonesia oleh pemerintah, sejak tanggal 24 Agustus 1990. Ada
berbagai alternatif tontonan bagi masyarakat Indonesia saat ini yaitu TVRI, RCTI,
SCTV, TPI, ANTV, MetroTV, GlobalTV, TransTV, Trans7, Indosiar, dan
TVOne.
Dengan demikian, semakin maraklah persaingan media televisi di
Indonesia, baik dengan televisi lokal maupun televisi international. Hal ini akan
membawa pengaruh pada pemasangan iklan di media televisi. Seandainya setiap
media televisi lokal di Indonesia tidak mampu mengelola manajemennya dan
personifikasi orang di balik media tersebut secara profesional, bukan tidak
mungkin pada suatu saat, televisi lokal akan “bangkrut” tergilas oleh kehebatan
televisi asing dalam berbagai sajian program maupun iklan.
Tahun 1965, TVRI memiliki 2 stasiun penyiaran dengan 4 stasiun
pemancar dan 5 stasiun penghubung. Antara tahun 1973-1978, TVRI menambah 5
buah stasiun penyiaran dengan 77 buah pemancar dengan 11 stasiun penghubung.
Tahun 1980 terdapat 9 buah stasiun penyiaran dengan dilengkapi 124 pemancar
dan stasiun penghubung. Menurut Deppen, tahun 1991 jaringan nasional TVRI
meliputi sarana yang diklasifikasikan sebagai berikut : 10 stasiun siaran, 7 stasiun
keliling, dan 225 stasiun transmisi.
Badan televisi swasta pertama di Indonesia adalah Rajawali Citra Televisi
Indonesia (RCTI) yang beroperasi sejak bulan April 1989. Kemudian ditetapkan
secara resmi tayang nasional tanggal 24 Agustus 1989 sekaligus pencabutan
melalui tayangan yang menghibur sekaligus informatif dan mendidik. Kemudian
pada bulan Agustus 1989 mengudara Surya Citra Televisi (SCTV), dalam
perkembangannya SCTV merencanakan membangun 20 stasiun relay, dimana
setiap stasiun relay berkekuatan rata-rata 1 kilowatt.
Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang dikelola oleh PT Cipta Televisi
Pendidikan Indonesia (CTPI) pimpinan Siti Hardiyanti Rukmana, diresmikan
penyiarannya oleh Presiden Soeharto tanggal 23 Januari 1991 bertempat di studio
12 TVRI Senayan Jakarta. Meskipun TPI berstatus swasta, tetapi penyiarannya
bekerjasama dengan TVRI. TPI terikat UU No.2/1989 tentang pendidikan
nasional. Hal ini menyebabkan TPI harus bekerjasama dengan Deppen dan
Dekdikbud (Kuswandi, 1996:34-40).
Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV dan TPI maka dunia pertelevisian
di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya
maupun waktu tayangnya. Kemudian pada tahun berikutnya bermunculan stasiun
televisi swasta lainnya seperti Indosiar, Trans TV, Trans7, Global TV, Metro TV,
ANTV, dan TVOne. Sehingga sampai saat ini, terdapat 11 stasiun televisi swasta
yang mengudara secara nasional di Indonesia.
III.2.2. Kekuatan Media Televisi
Kehadiran media massa pada masyarakat Negara berkembang mempunyai
arti yang sangat penting. Terlebih lagi bagi Negara Kepulauan Indonesia. Media
massa terbagi atas dua bagian : (1) media massa elektronik (televisi dan radio) (2)
media massa cetak (koran, majalah, dan sejenisnya). Setiap media massa
merupakan suatu institusi yang melembaga dan bertujuan untuk menyampaikan
informasi kepada khalayak sasaran agar well informed (tahu informasi).
Ada beberapa unsur penting dalam media massa, yaitu :
a. Adanya sumber informasi
b. Isi pesan (informasi)
c. Saluran informasi (media)
d. Khalayak sasaran (masyarakat)
e. Umpan balik khalayak sasaran
Dari 5 (lima) komponen diatas maka terciptalah proses komunikasi antara
pemilik isi sumber pesan (sumber informasi) dengan penerima pesan melalui
saluran informasi (media). Proses komunikasi ini dimaksudkan untuk mencapai
kebersamaan terhadap isi pesan yang disampaikan. Dalam menjalankan
fungsinya, media massa menghadapi berbagai macam khalayak sasaran yang
berbeda status sosial ekonominya.
Media massa televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai
alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara geografis.
Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian pesan media televisi kepada
pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda
menurut visi pemirsa, serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.
Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap
ini pesan televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan
kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang
diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi