• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib“ (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show “Tukar Nasib“ di SCTV).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib“ (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show “Tukar Nasib“ di SCTV)."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ACARA “TUKAR NASIB” (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri

Medan terhadap Acara Reality Show “Tukar Nasib” di SCTV)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata Satu (S1)

Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh : YESSI KRISTINA SIHITE

050904010

PROGRAM STUDI JURNALISTIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan :

Nama : Yessi Kristina Sihite

NIM : 050904010

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib”

(Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan

Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show “Tukar

Nasib” di SCTV)

Medan, September 2009

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Safrin, M.Si Drs. Amir Purba, M.Si NIP. 131 654 104

Dekan

NIP. 131 757 010

(3)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib”yang disiarkan di SCTV.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah teori media massa, SOR, dan teori persepsi. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3.378 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari data populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 orang.

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling serta accidental sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data

dilapangan dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal melalui SPSS (Statistical

Product Service Solution) 15.00.

Hasil penelitian menunjukkan gambaran bahwa mayoritas masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan memberikan tanggapan bahwa acara reality show “Tukar Nasib” ini belum dapat dikatakan sebagai acara yang mendidik dan tidak bermanfaat. Masyarakat menanggapi keberadaan acara ini semata mengeksploitasi kemiskinan dengan tidak adanya solusi bagi kemiskinan itu sendiri. Dalam penelitian ini juga dapat dilihat pembentukan persepsi masyarakat bahwa untuk mensyukuri yang kita miliki bukan berarti harus menertawakan nasib orang lain.

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur

kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, dan karunia-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Persepsi Masyarakat Terhadap Acara “Tukar Nasib“ (Studi Deskriptif Tentang

Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan Terhadap Acara Reality Show

“Tukar Nasib“ di SCTV). Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat

dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi.

Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penulisan skripsi ini mengingat terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kemampuan

peneliti. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas peneliti menerima

kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang nantinya berguna di hari

yang akan datang.

Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih dari dasar hati yang terdalam,

penulis persembahkan kepda Bapak S. Sihite dan Ibu D. Napitipulu yang selalu

memberikan dukungan moril dan materil, serta kasih sayang yang selalu

dicurahkan kepada peneliti. Kepada saudara-saudara penulis : Yanti Dameria, dan

Wira Wigrha Sihite yang telah memberikan semangat, dukungan, dan pengertian

(5)

Terimakasih yang setulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Safrin, M.Si, selaku dosen pembimbing yang banyak

memberikan masukan, bimbingan dan dorongan kepada penulis. Terima

kasih atas pengetahuan dan wawasan baru yang diberikan kepada penulis,

semua itu sangat berarti bagi penulis.

4. Bapak Drs. Mukti Sitompul, selaku dosen wali penulis.

5. Seluruh dosen/ staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara, khususnya para dosen Departemen Ilmu

Komunikasi. Terimakasih yang tulus penulis sampaikan atas jasa-jasa yang

telah diberikan selama perkuliahan.

6. Bapak Khairuddin Burhan, selaku Lurah Cinta Damai, Kecamatan Medan

Helvetia yang telah memberi izin untuk meneliti di Perumahan Bumi Asri

Medan.

7. Ibu Dra.Dewi Kurniawati, M.Si, Kak Icut, Kak Ros, Rotua, dan Maya yang

selalu ada di departemen yang setia membantu penulis dalam menyelesaikan

urusan administrasi.

8. Someone special…….Tony, yang selalu mengerti dan selalu ada untuk

(6)

9. Sahabat penulis Icha Marina dan Dame Serepina yang selalu memberikan

dukungan, semangat, dan perhatian dalam melakukan aktivitas perkuliahan.

Terima kasih telah menjadi sahabat yang baik bagi penulis.

10. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2005 : Raflin, Yeyen, Eva Regina, Bancin,

Lilis, Verikasih, dan teman-teman lainnya tidak dapat disebutkan

satu-persatu.

11. Kakakku Any, yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tulus.

12. Semua pihak yang secara sadar atau tidak, telah ikut serta membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih

yang tulus.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah

diberikan oleh semua pihak, semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya

dengan limpahan rahmat kepada kita semua. Harapan penulis semoga skripsi ini

kelak dapat berguna dan jika terdapat kesalahan penulis memohon maaf serta

menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Medan, September 2009

Peneliti,

(7)
(8)

II.3 S-O-R ... 46

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ... 57

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Variabel Operasional ... 17

Tabel 2 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan ... 31

Tabel 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku di Perumahan Bumi Asri Lingkungan 8 Kecamatan Medan Helvetia ... 58

Tabel 4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Perumahan Bumi Asri Lingkungan 8 Kecamatan Medan Helvetia ... 58

Tabel 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sarana dan Prasarana di Perumahan Bumi Asri Lingk 8 Kecamatan Medan Helvetia ... 59

Tabel 6 Jenis Kelamin ... 68

Tabel 7 Usia ... 69

Tabel 8 Tingkat Pendidikan ... 69

Tabel 9 Pekerjaan ... 70

Tabel 10 Frekwensi Menonton Responden ... 71

Tabel 11 Waktu Menonton ... 71

Tabel 12 Frekwensi Menonton “Tukar Nasib” ... 72

Tabel 13 Waktu Pemutaran ... 73

Tabel 14 Durasi Penyiaran ... 74

Tabel 15 Frekwensi Penyiaran ... 75

Tabel 16 Tema Acara ... 76

Tabel 17 Alur Cerita... 77

Tabel 18 Penggunaan Peserta ... 78

Tabel 19 Pemilihan Peserta ... 79

Tabel 20 Gaya / Bahasa Tubuh ... 80

(10)

Tabel 22 Pemilihan Musik Pendukung ... 82

Tabel 23 Kejelasan Pesan ... 83

Tabel 24 Lama Menonton “Tukar Nasib” ... 84

Tabel 25 Persepsi Terhadap Acara “Tukar Nasib” ... 85

Tabel 26 Makna Tersirat ... 87

Tabel 27 Makna Tersurat... 88

Tabel 28 Menggugah Emosi/Perasaan ... 89

Tabel 29 Perasaan Ketika Menyaksikan Acara “Tukar Nasib” ... 90

Tabel 30 Tanggapan terhadap pandangan tentang acara “Tukar Nasib”... 93

Tabel 31 “Tukar Nasib” Meningkatkan Kepedulian Sosial ... 96

Tabel 32 “Tukar Nasib” Acara Bermanfaat ... 97

(11)

DAFTAR BAGAN

Model Teoritis ... 17

(12)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Persepsi Masyarakat terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Masyarakat Perumahan Bumi Asri terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib”yang disiarkan di SCTV.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah teori media massa, SOR, dan teori persepsi. Perancangan alat ukur adalah kuesioner, yaitu setiap responden diberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan cara memilih. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 3.378 orang. Untuk menghitung jumlah sampel dari data populasi yang ada digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 97 orang.

Langkah-langkah dalam pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling serta accidental sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data

dilapangan dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal melalui SPSS (Statistical

Product Service Solution) 15.00.

Hasil penelitian menunjukkan gambaran bahwa mayoritas masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan memberikan tanggapan bahwa acara reality show “Tukar Nasib” ini belum dapat dikatakan sebagai acara yang mendidik dan tidak bermanfaat. Masyarakat menanggapi keberadaan acara ini semata mengeksploitasi kemiskinan dengan tidak adanya solusi bagi kemiskinan itu sendiri. Dalam penelitian ini juga dapat dilihat pembentukan persepsi masyarakat bahwa untuk mensyukuri yang kita miliki bukan berarti harus menertawakan nasib orang lain.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan industri pertelevisian dewasa ini, membuat

persaingan antara media massa televisi tidak terelakkan lagi. Tingginya

persaingan itulah yang membuat mereka takut kehilangan pemirsa setianya,

sehingga mendorong setiap stasiun televisi untuk mampu mempertahankan

eksistensinya dengan memproduksi acara-acara baru, lebih menarik, cepat, tetapi

tetap tidak lepas dari keinginan pasar. Dengan kenyataan ini, televisi tumbuh

menjadi sebuah industri yang memperoleh keuntungan dari aktifitas “jual beli”

informasi dan hiburan.

Sebagai media audio visual, televisi dinilai sebagai media yang paling

berhasil dalam menyebarkan informasi dan disampaikan dalam kemasan yang

lebih menarik dan menyenangkan pemirsa dibandingkan dengan media

komunikasi lainnya, seperti media cetak dan radio. Oleh karena itu, televisi dalam

kehidupan manusia dipandang mampu menghadirkan sebuah peradaban,

khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa.

Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa menghadirkan suatu

efek sosial yang berisi perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia,

dikarenakan kekuatan audiovisual televisi yang mampu menyentuh secara

langsung segi-segi kejiwaan manusia. Dan fenomena inilah yang akhirnya dibaca

oleh para kreator program televisi untuk menciptakan suatu program yang

(14)

hati pemirsanya, sehingga muncullah acara realita atau lebih dikenal dengan

“reality show”.

Reality show adalah jenis program acara televisi dimana

pendokumentasiannya berlangsung tanpa dilengkapi skenario dan menggunakan

pemain dari khalayak umum biasa. Berbagai tema yang biasa diangkat dalam

reality show diantaranya permasalahan sosial, kompetisi, kemanusiaan, pencarian

bakat, mengekspose kehidupan sehari-hari, percintaan, bahkan menjahili orang

(www.wikipedia.com).

Geliat reality show di Indonesia muncul ketika disiarkannya sebuah

program yang bertema cinta yang diberi nama “Katakan Cinta”. “Katakan Cinta”

adalah reality show pertama di Indonesia yang disiarkan sejak 19 Januari 2003 di

RCTI setiap hari Minggu pukul 16.30 WIB. Menurut data rating AC Nielsen yang

kini telah berganti nama menjadi AGB Nielsen, “Katakan Cinta” adalah program

reality show dengan shared audience mencapai 25% dari seluruh pemirsa televisi

yang menyaksikan seluruh acara televisi pada jam siarnya. Selain itu, “Katakan

Cinta” terpilih sebagai reality show terfavorit dalam ajang Panasonic Awards

2003, dan nominator reality show terfavorit Panasonic Awards 2004.

Kesuksesan RCTI menyiarkan “Katakan Cinta” menggugah stasiun

televisi lain untuk membuat acara reality show serupa sebagai pesaing. Reality

show dengan tema percintaan menjadi semakin booming, seperti SCTV dengan

Playboy Kabel, Kontak Jodoh, dan Harap-harap Cemas (H2C), Pacar Usil, Cinta

Lama Bersemi Kembali (CLBK), Cinta Lokasi, Masihkah Kau Mencintaiku, dan

masih banyak lainnya. Lalu ketika reality show bergerak dari tema percintaan

(15)

Ekspedisi Alam Gaib, Indosiar yang mengusung Tantangan, Kontes Pencarian

Bakat yang diberi nama AFI yang mengadopsi La Academica dari Meksiko,

sehingga menginspirasi munculnya Indonesian Idol oleh RCTI yang juga turut

mengadopsi American Idol., Anteve yang menayangkan aksi para artis untuk

membantu kesulitan seseorang yang diberi nama Selebriti Jam, bahkan Metro TV

tidak ketinggalan dengan menayangkan The Scholar Indonesia.

Namun ternyata daya kreatif para kreator televisi tidak terhenti pada

lingkup tema-tema tersebut, hingga muncullah reality show bertema sosial dengan

mengangkat sesuatu yang berbau kemiskinan dan privaci. Trans Tv dengan

Termehek-Mehek, Orang Ketiga, Jika Aku Menjadi. RCTI dengan program

Bedah Rumah, Uang Kaget, Rezeki Nomplok, Nikah Gratis, Mata-Mata dan di

akhir periode ini SCTV juga kembali memunculkan program terbarunya Tukar

Nasib.

“Tukar Nasib”, adalah reality show yang mengangkat tema tentang

pertukaran nasib antara keluarga kaya dan keluarga miskin, yang ditayangkan

setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 16.00 s/d 17.00 dengan durasi 60 menit.

Pertukaran nasib ini dilaksanakan selama tiga hari lamanya, dengan mencakup

rumah tinggal, seluruh fasilitas, gaya hidup dan juga pekerjaan. Dalam setiap

episode pemutarannya, keluarga kaya ditugaskan melakukan tiga pekerjaan utama

yang sehari-hari dilakukan oleh keluarga miskin, juga sebaliknya.

Menurut situs resmi SCTV, acara tersebut hadir untuk melebur jurang

pemisah antara kekayaan dan kemiskinan, karena selama ini kaya dan miskin

bagaikan dua kutub yang saling bertolak belakang. Jurang pemisah itu semakin

(16)

sedangkan keluarga miskin harus bekerja keras demi sesuap nasi. Lalu muncul

ide, bagaimana bila keluarga miskin mencicipi kemewahan dan berleha-leha

seperti keluarga kaya, lalu bagaimana pula rasanya keluarga kaya hidup dalam

keterbatasan ekonomi (Suara Merdeka edisi Minggu, 26 April 2009).

Dalam setiap episode penyiarannya, reality show “Tukar Nasib” ini

memiliki sebuah misi yang harus diwujudkan. Landung Y. Saptoto produser

“Tukar Nasib” mengatakan misi berhasil ketika keluarga kaya telah mampu

mensyukuri segala kelebihan yang mereka miliki jika dibandingkan dengan

keluarga miskin, serta keluarga miskin juga tetap bersyukur dengan kehidupan

mereka dan bertekad akan bekerja lebih keras untuk dapat menikmati kehidupan

seperti keluarga kaya.

Seiring dengan penyiarannya, reality show ini memperoleh tanggapan

yang berbeda-beda dari khalayak pemirsa. Tanggapan tersebut diekspresikan

dalam bentuk persepsi. Pesan moral yang mulia yang disampaikan kepada pemirsa

dalam acara ini, juga diimbangi oleh tanggapan masyarakat bahwa disisi lain

dengan alih-alih kemanusiaan, acara sejenis ini telah menjadi lahan empuk bagi

para kreator televisi dalam mengeksploitasi kemiskinan dikarenakan tingginya

rating yang sangat menjanjikan dalam menghasilkan keuntungan, khususnya bagi

produsen.

Ditambahkan dengan pernyataan Head of Corporate Affairs SCTV Budi

Darmawan dalam wawancaranya yang mengatakan bahwa ”Pertunjukan ini

adalah gabungan drama, komedi, dan satire dari kesenjangan budaya,”, dan itu

tampak jelas dalam berbagai adegan. Selalu muncul keluarga kaya kerepotan

(17)

bengong keluarga miskin ketika melihat dan menggunakan fasilitas mewah sangat

mewarnai reality show ini. Bagaimanapun juga visualisasi yang ekspresif sangat

diperkuat dalam acara ini.

Menu atau hidangan yang ada layaknya reality show seolah makanan,

sejauh masyarakat suka dengan mengunyah, lalu menelannya, produksi akan

dibuat secara massal. Maka tak jarang warna yang dibangun di setiap stasiun

televisi menjadi sama dan seragam karena di campur dalam satu tempat dengan

satu tema dan satu tujuan yang sama yakni pasar.

Peneliti tertarik menjadikan masyarakat Perumahan Bumi Asri yang

berada pada tingkat ekonomi menengah keatas sebagai objek penelitian

dikarenakan persepsi yang dapat dibangun akan lebih bervariasi, dibandingkan

masyarakat yang berada pada tingkat ekonomi lemah. Keberadaan ekonomi

mereka yang lemah, dengan sangat mudah akan membangun sifat sensitif mereka

karena merasa telah dijadikan objek oleh para produsen dalam menciptakan acara

televisi yang mengandalkan keuntungan pasar. Reality show yang ada selama ini

juga mayoritas menggunakan masyarakat miskin sebagai pesertanya. Namun

dalam acara reality show ”Tukar Nasib” ini, masyarakat dari kalangan menengah

keatas juga diikutsertakan. Sehingga peneliti juga tertarik untuk mengetahui

tingkat kesediaan mereka untuk menjadi peserta dalam acara reality show ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti Persepsi

Masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan terhadap Acara reality show “Tukar

(18)

1.2 . Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas,

maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

”Bagaimanakah persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan

terhadap acara reality show ”Tukar Nasib”di SCTV?”

1.3. Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas dan menjadikannya lebih

khusus maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Subjek penelitian ini adalah acara reality show ”Tukar Nasib”, yang

ditayangkan di SCTV setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 16.00-17.00

WIB.

2. Objek penelitian ini adalah masyarakat Perumahan Bumi Asri, Kelurahan

Cinta Damai, Lingkungan 8, Kecamatan Medan Helvetia.

3. Penelitian ini terbatas pada persepsi masyarakat terhadap acara reality

show ”Tukar Nasib” di SCTV, yang akan dilihat melalui perangkat teori

(19)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menemukan tingkat ketertarikan masyarakat Perumahan Bumi Asri

Medan menonton acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

2. Untuk menemukan frekwensi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan

menonton acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan

terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan

peneliti dibidang Ilmu Komunikasi, khususnya Bidang Jurnalistik

b. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif dan memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan di

lingkungan FISIP USU, khususnya di departemen Ilmu Komunikasi.

c. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada

pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian

(20)

1

1..55..KKerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus menyusun kerangka teori.

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan

proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan

menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala

tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir

dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka

teori yang merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana

peneliti melihat masalah yang akan diteliti (Nawawi, 1995:39).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah :

1.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin, “Communicatio”.

Istilah ini bersumber dari perkataan “Communis” yang berarti sama. Sama yang

dimaksud adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila

terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh

komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003 :30). Dari hal tersebut

dapat diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan

komunikan, maka komunikasi tidak akan terjadi.

Lasswell menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi

adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Say What In Which Channel To Whom

With What Effect. Jadi, jika dipilah-pilah akan terdapat lima unsur atau komponen

di dalam komunikasi, yaitu Siapa yang mengatakan ; Apa yang dikatakan ; Media

(21)

Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-unsur proses

komunikasi meliputi komunikator, pesan, media, komunikan dan efek (Effendy,

2003:253).

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang

menggunakan media massa baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik

(radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang tersebar yang

dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di

banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum,

disampaikan secara cepat, serentak, selintas, khususnya media elektronik

(Mulyana, 2002 :75).

Komunikasi massa juga dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang

berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada

khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti

radio, televisi, dan film (Cangara, 2006:36). Pengertian komunikasi massa

terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi

massal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Disamping itu ada

pula makna lain yang dianggap makna asli dari kata massa, yakni suatu makna

yang mengacu pada kolektifitas tanpa bentuk yang komponen-komponennya sulit

dibedakan satu sama lain. Kamus Bahasa Inggris ringkas memberikan defenisi

“massa” sebagai suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan

individualitas. Defenisi ini hampir manyerupai pengertian massa yang digunakan

oleh para ahli sosiologi khususnya bila dipakai dalam kaitannnya dengan khalayak

(22)

1.5.2. Media Massa Televisi

Dalam bahasa Inggris, televisi disebut dengan television. Istilah

“television” berasal dari perkataan Yunani : Tele artinya far, off, jauh. Ditambah

dengan : Vision yang berasal dari bahasa Latin, yang artinya to see, melihat. Jadi

artinya secara harfiah, melihat jauh.

Penemuan Televisi telah melalui berbagai percobaan yang dilakukan oleh

berbagai ilmuan akhir abad ke 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh

James Clark Maxwell dan Henrich Hertz. Televisi sebagai pesawat transmisi

dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins.

Televisi adalah salah satu bentuk media massa yang selain mempunyai

daya tarik yang kuat disebabkan adanya unsur kata-kata, musik dan sound effect,

juga memiliki keunggulan lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat

menimbulkan kesan mendalam bagi pemirsanya. Dalam usaha untuk

mempengaruhi khalayak dengan menggugah emosi dan pikiran pemirsanya,

televisi lebih mempunyai kemampuan menonjol dibanding media massa lainnya

(Atmowiloto, 1996:6).

Menurut Prof. Dr. R. Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi

sikap, persepsi, perilaku, pandangan dan perasaan para penonton, dan ini adalah

hal yang wajar. Jadi jika ada hal-hal yang menyebabkan penonton terharu,

terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh

psikologi dalam televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga

penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi (Efendy 2004

(23)

Mengutip pernyataan Drs. Jalaluddin Rakhmat M.Sc, berdasarkan uraian

diatas, juga dapat disimpulkan bahwa pesan komunikasi atau stimulus yang

disampaikan melalui media massa televisi akan mendapatkan berbagai tanggapan

individu-individu. Artinya, walaupun peristiwanya sama, orang akan menanggapi

berbeda-beda sesuai dengan keadaan dirinya (Darwanto, 2007:60)

Semua ini tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif agar

pemirsa dapat menyerap makna pesan secara tepat, yakni mengedepankan lima

sifat dari media massa televisi tersebut, yakni: Publisitas, Perioditas,

Universalitas, Aktualitas, dan Kontinuitas (Kuswandi, 1996:18).

1.5.3. SOR

S-O-R adalah singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Menurut teori

ini, organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada kondisi stimulus tertentu.

Maksudnya, keadaan internal organisme befungsi menghasilkan respon tertentu

jika ada kondisi stimulus tertentu juga. Prinsip ini adalah prinsip belajar yang

sederhana dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tersebut.

Prof. Dr. Mar’at (Effendy, 2003:255), dalam bukunya “Sikap Manusia,

Perubahan, Serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis, dan

Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap baru ada tiga variabel

penting, yaitu:

a. Perhatian

b. Pengertian

(24)

Berdasarkan uraian diatas, maka proses komunikasi dalam teori SOR ini

dapat digambarkan sebagai berikut :

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap

stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan

kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini

adalah (Effendi, 2003: 254-255) :

a. Stimulus – S (Pesan) yang dimaksud adalah acara reality show “Tukar

Nasib” di SCTV

b. Organism – O (Komunikan) yang dimaksud adalah khalayak pemirsa,

yakni masyarakat Perumahan Bumi Asri Medan

c. Response – R (Efek) yang berupa persepsi masyarakat Perumahan

Bumi Asri Medan terhadap acara reality show “Tukar Nasib” di SCTV

1.5.4. Persepsi

Menurut beberapa ahli, seperti yang diungkapkan oleh Desiderato yang

dikutip oleh Rahkmat dalam buku Psikologi Komunikasi menyatakan bahwa

persepsi adalah pengalaman tentang hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

Stimulus (S)

Organism (O):

 Perhatian

 Pengertian

 Penerimaan

(25)

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu, persepsi memberikan

makna pada stimuli inderawi yang melibatkan sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi,

dan memori (Rahkmat, 2005 :51).

Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh beberapa faktor seperti faktor

fungsional maupun faktor struktural. Para ahli mengatakan bahwa pengaruh

suasana emosional terhadap persepsi, secara hipnotis diciptakan oleh tiga macam

suasana emosional yaitu suasana bahagia, suasana kritis dan suasana gelisah.

Ekspresi mengenal orang lain merupakan studi awal tentang persepsi. Darwin

mendorong munculnya permasalahan persepsi dengan pernyataan, “Apa ciri-ciri

keputusan yang baik tentang orang lain?”.

Secara etimologi, persepsi atau dalam Bahasa Inggris perception berasal

dari bahasa Latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau

mengambil.

Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara

seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau

pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Menurut DeVito (1997:75), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan

banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera kita.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti

komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik

dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak

jelas pada defenisi John R. Wenburg dan Willian W. Wilmot: “persepsi dapat

(26)

Verderber: “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi inderawi” (Mulyana,

2005:167).

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat,

kita tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan

kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi

derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering

mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung

membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2005:167-168).

PROSES PERSEPSI

Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa

psikologi sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang

merupakan perantara ransangan diluar organisme dengan tanggapan fisik

organisme yang dapat diamati terhadap ransangan. Menurut rumusan ini, yang

dikenal dengan teori ransangan-tanggapan (stimulus-respons/SR), persepsi

merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah

ransangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis adalah pengenalan,

perasaan, dan penalaran.

Seperti dinyatakan pada bagan berikut, persepsi dan kognisi diperlukan

dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling

sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya ransangan menerima dan dengan cara

menahan dampak dari ransangan. Persepsi, pengenalan, penalaran, dan perasaan

disebut sebagai variabel psikologis yang muncul diantara ransangan dan

(27)

Penalaran

Ransangan Persepsi Pengenalan Tanggapan

Perasaan

Variabel Psikologis Antara Ransangan dan Tanggapan

1.6. Kerangka Konsep

Kerangka adalah hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang

bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan

dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti

yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak

kejadian, keadaan, kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu

pengetahuan sosial (Singarimbun, 1995:57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam

menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah

yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka

harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X)

Variabel Bebas adalah variabel yang mengandung gejala / faktor / unsur

yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang

(28)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah acara reality show ‘Tukar

Nasib” di SCTV.

2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala yang muncul dipengaruhi variabel

bebas (X) dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1995:57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat

Perumahan Bumi Asri Medan

3. Variabel Antara atau Intervening Variabel (Z)

Variabel antara adalah variabel yang menjembatani atau yang

menghubungkan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

intervening ini mempengaruhi hubungan langsung antara variabel

independent dan variabel dependent, sehingga terjadi hubungan yang tidak

langsung (Husein umar, 2002:61).

Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

1.7. Model Teoritis

Variabel Bebas(X)

Acara reality show “Tukar Nasib”

Variabel Terikat(Y)

(29)

1.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di

atas, agar kerangka konsep yang telah disusun dapat diteliti dengan rinci, maka

diperlukan suatu operasional variabel-variabel yaitu sebagai berikut :

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional

(30)

1.9. Defenisi Variabel Operasional

Defenisi variabel operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang

konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Maka variabel yang

terdapat dalam penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut :

1. Variabel bebas (Acara Reality show”Tukar Nasib” di SCTV) yang terdiri dari:

a. Frekwensi Menonton, yakni frekwensi pemirsa dalam menonton acara

reality show “Tukar Nasib” di SCTV setiap minggunya.

b. Waktu Penyiaran

- Jam Siar, yakni jam penyiaran reality show “Tukar Nasib” di

SCTV setiap episodenya, yakni pada pukul 16.00 s/d

17.00 WIB.

- Durasi penyiaran, yakni waktu penyiaran reality show “Tukar

Nasib” di SCTV setiap episodenya, yakni 1 jam.

- Frekwensi penyiaran, yakni frekwensi penyiaran reality show

“Tukar Nasib” di SCTV setiap minggunya, yakni 2x

dalam seminggu

c. Isi acara

- Tema acara, yakni materi acara yang dihadirkan dalam reality

show “Tukar Nasib”

- Alur cerita, yakni rangkaian cerita yang ditampilkan dalam

pertukaran nasib tersebut

- Peserta/pemain, yakni keluarga yang menjadi para pelaku acara

(31)

- Gaya/Bahasa tubuh, yakni gaya dan bahasa tubuh para pelaku

acara reality show “Tukar Nasib” ketika melakukan

perannya

- Musik pendukung, yakni yakni musik/lagu yang digunakan

sebagai musik /lagu pembuka, mengiringi pergantian

adegan serta menutup acara.

d. Kejelasan makna, yakni kejelasan makna tersurat dan tersirat dalam

setiap episode penyiaran reality show “Tukar Nasib”.

2. Variabel terikat (Persepsi Masyarakat) yang terdiri dari :

a. Pengenalan, yakni pengenalan masyarakat terhadap acara reality show

“Tukar Nasib” yang disiarkan di SCTV

b. Penalaran, yakni proses berfikir oleh masyarakat yang menuju pada

penarikan kesimpulan

c. Perasaan, yakni pengakuan diri terhadap kesamaan rasa

d. Tanggapan, yakni pandangan yang diberikan oleh masyarakat

terhadap acara reality show “Tukar Nasib”

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden ) yang terdiri dari :

a. Usia, yakni banyaknya usia yang dimiliki oleh para responden

b. Jenis Kelamin, yakni pria dan wanita

c. Pendidikan, yakni pendidikan terakhir yang dimiliki oleh para

responden

(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa II. 1. 1. Komunikasi

II. 1. 1. 1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah inti semua hubungan sosial, apabila orang telah

mengadakan hubungan yang tetap, maka sistem komunikasi yang mereka lakukan

akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan

mereka, mengurangi ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila

muncul. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial mampunyai

dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang, maka salah satu sarananya

adalah komunikasi. Karenanya, komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak

bagi kehidupan manusia (Widjaja, 2002:4)

Secara etimologi (bahasa), kata “komunikasi” berasal dari Bahasa Inggris

“communication” yang mempunyai akar kata dari Bahasa Latin “comunicare”.

Kata “comunicare” sendiri mempunyai 3 (tiga) kemungkinan arti :

1. “to make common” atau membuat sesuatu menjadi umum

2. “cum+munus” berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah

3. “cum+munire” yaitu membangun pertahanan bersama

Sedangkan secara epistemologis (istilah), terdapat ratusan uraian eksplisit

(nyata) dan implisit (tersembunyi). Diantara ratusan defenisi tersebut, salah satu

defenisi komunikasi adalah proses atau tindakan menyampaikan pesan (message)

(33)

yang biasanya mengalami gangguan (noise). Dalam defenisi ini, komunikasi

haruslah bersifat intentional (disengaja) serta membawa perubahan (Mufid,

2005:1-2).

Raymond S. Ross, mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses

menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga

membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikiran yang

serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator (Wiryanto, 2000:6).

Sedangkan defenisi lain menyebutkan bahwa komunikasi adalah suatu

transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang yang mengatur

lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2)

melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang

lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2006:18).

II. 1. 1. 2. Unsur-Unsur Komunikasi

Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan diatas, tampak adanya

sejumlah komponen dan unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan

terjadinya komunikasi. Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah

sebagai berikut (Widjaja, 2002;11-20):

a). Sumber (source)

Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan, yang

digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa

orang, lembaga, buku, dan sejenisnya. Dalam hal sumber ini yang perlu kita

(34)

lain sebagainya. Apabila kita salah dalam mengambil sumber maka kemungkinan

komunikasi yang kita lancarkan akan berakibat lain dari yang kita harapkan.

b). Komunikator

Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis,

kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, film

dan sebagainya. Dalam komunikator menyampaikan pesan kadang-kadang

komunikator dapat menjadi komunikan, dan sebaliknya komunikan menjadi

komunikator. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan oleh seorang komunikator

adalah memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya, keterampilan

berkomunikasi, mempunyai pengetahuan yang luas, sikap dan memiliki daya tarik

dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan

sikap/penambahan pengetahuan bagi/pada diri komunikan.

c). Pesan

Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh

komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di

dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat

disampaikan secara panjang lebar, namun yang perlu diperhatikan dan diarahkan

kepada tujuan akhir dari komunikasinya.

d). Saluran (channel)

Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima

melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yang

sering dilakukan dapat berlangsung menurut 2 saluran yaitu saluran formal atau

(35)

saluran informal atau yang bersifat tidak resmi berupa desas-desus, kabar angin

atau kabar burung.

e). Komunikan

Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu

persona (komunikasi yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal), kelompok

(komunikasi yang ditujukan kepada kelompok tertentu), massa (komunikasi yang

ditujukan kepada massa atau komunikasi yang menggunakan media. Massa disini

adalah kumpulan orang-orang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak

mempunyai struktur tertentu). Komunikasi akan berjalan baik dan berhasil jika

pesan yang disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan dan lingkup

pengalaman komunikan.

f). Hasil (effect)

Effect adalah hasil akhir dari sebuah proses komunikasi, yakni sikap dan

tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap

dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil, demikian juga

sebaliknya.

II. 1. 1. 3. Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Tujuan komunikasi (Effendy, 2002 :55) yaitu :

a. Mengubah sikap (to change the attitude)

b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)

c. Mengubah perilaku (to change the behavior)

(36)

Sedangkan fungsi komunikasi (Effendy, 2002 :55) yaitu :

a. Menginformasikan (to inform)

b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain)

d. Mempengaruhi (to influence)

II. 1. 1. 4. Tatanan Komunikasi

Tatanan komunikasi adalah proses komunikasi ditinjau dri segi jumlah

komunikan, berdasarkan situasi komunikan seperti itu, maka dapat

diklasifikasikan menjadi bentuk sebagai berikut (Effendy, 2002 :54) :

a. Komunikasi pribadi (personal communication) yang terdiri dari

komunikasi intra pribadi dan komunikasi antar pribadi, seperti tukar

pikiran dan lain sebagainya

b. Komunikasi kelompok (group communication) yang terdiri dari

komunikasi kelompok kecil (ceramah, simposium, diskusi, panel, seminar

dan lain-lain) serta komunikasi kelompok besar

c. Komunikasi massa (mass communication) yang terdiri dari komunikasi

media massa cetak/press seperti surat kabar dan majalah dan komunikasi

media massa elektronik seperti radio, televisi dan lainnya.

II. 1. 1. 5. Dampak Komunikasi

Bagian terpenting dalam berkomunikasi adalah bagaimana caranya agar

(37)

tertentu pada komunikan. Dampak yang timbul dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

a. Dampak Kognitif adalah yang timbul dalam diri komunikan yang

menyebabkan komunikan menjadi tahu atau meningkatnya intelektualitas

b. Dampak Afektif adalah dampak yang timbul dalam diri komunikan bukan

hanya sekedar tahu tetapi tergerak hatinya yang menimbulkan suatu

perasaan tertentu

c. Dampak Behavioral adalah yang timbul pada diri komunikan dalam

bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.

II. 1. 2. Komunikasi Massa

II. 1. 2. 1. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human

communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat

mekanik yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Sebagian atau

sejumlah besar dari peralatan mekanik itu dikenal sebagai alat-alat komunikasi

atau lebih populer dengan nama media massa, yang meliputi semua (alat-alat)

saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah penerima

(komunikan, audience) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang

sangat tinggi. Karena demikian eratnya penggunaan peralatan tersebut, maka

komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang menggunakan

media massa untuk pesan-pesan yang disampaikan.

Komunikasi massa kita adopsi dari istilah Bahasa Inggris, mass

(38)

massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi

yang “mass mediated”. Poll (1973) mendefenisikan komunikasi sebagai

komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan

penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir

kepada penerima melalui saluran-saluran media massa seperti surat kabar,

majalah, radio, film, atau televisi (Wiryanto, 2000:1-3).

Defenisi lain tentang komunikasi massa yang dikemukakan para ahli

komunikasi tentang komunikasi massa, pada dasarnya komunikasi massa adalah

komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab pada awal

perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media

of mass communication (media komunikasi massa). Media komunikasi yang

termasuk komunikasi massa adalah radio siaran dan televisi sebagai media

elektronik, surat kabar dan majalah sebagai media cetak. Salah satu defenisi

komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner (1967) “Mass

communication is the technologically and institutionally based production and

distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial

societies” (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan

teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki

orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004:3-4).

Defenisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright nampaknya

merupakan defenisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik

komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright bentuk baru komunikasi dapat

dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama yaitu

(39)

secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak,

bersifat sekilas, komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi

yang kompleks yang melibatkan biaya besar (Ardianto, 2004:5).

Menurut Little John, komunikasi massa adalah suatu proses dimana

organisasi media memproduksi pesan-pesan dan mengirimkannya kepada publik.

Melalui proses ini diharapkan sejumlah pesan yang dikirimkan akan digunakan

dan dikonsumsi oleh audience (Nurudin, 2004:11).

Rakhmat merangkum defenisi-defenisi komunikasi tersebut menjadi:

“komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada

sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau

elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat

(Ardianto, 2004:7).

II. 1.2.2. Karakteristik Komunikasi Massa

Kita sudah mengetahui bahwa defenisi-defenisi komunikasi massa itu

secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkan antara satu defenisi

dengan defenisi lainnya dianggap saling melengkapi. Melalui defenisi itu pula kita

dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa (Ardianto, 2004: 7-12), antara

lain sbagai berikut :

a). Komunikator Terlembagakan

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita sudah

memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik media

(40)

televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang seperti juru kamera, juru lampu,

pengarah acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain.

b). Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa itu

ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang

tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan

komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua

fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media

massa. Pesan kounikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus

memenuhi kriteria penting atau menarik, ataupun penting sekaligus menarik bagi

sebagian besar komunikan.

c). Komunikannya Anonim dan Heterogen

Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan

(anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka.

Disamping anonim, komunikasi massa adalah heterogen karena terdiri dari

berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan

berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang

budaya, agama, dan tingkat ekonomi.

d). Media massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya

adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak

dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara

serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama juga.

(41)

dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan

penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

e). Komunikasi Mengutamakan Isi daripada Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus.

Pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa,

pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan

dengan karakteristik media massa yang digunakan.

f). Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan

menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka

komunikator dan komunikannya tidak perlu melakukan kontak langsung.

Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan,

namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya

terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian, komunikasi massa itu

bersifat satu arah.

g). Stimulasi Alat Indera Terbatas

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu

kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang “terbatas”. Dalam komunikasi

massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar

dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif,

khalayak hanya mendengar sedangkan pada media televisi dan film, kita

(42)

h). Umpan Balik Tertunda (Delayed)

Komponen umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam

bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari

feedback yang disampaikan komunikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct

feedback) atau umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback).

II. 1.2.3. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi-fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C.

Whitney (1988) antara lain : (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain

(memberi hiburan), (3) to persuade (membujuk), dan (4) the transmission of

culture (transmisi budaya). Sedangkan fungsi komunikasi menurut John Vivian

dalam bukunya The Media of Mass Commnunication (1991) disebutkan : (1)

providing information, (2) providing entertainment, (3) helping the persuade, dan

(4) contributing to sosial cohesion (mendorong kohesi sosial).

Ada pula fungsi komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Harold

D. Lasswell yakni, (1) surveillance of the environment (fungsi pengawasan), (2)

correlation of the part of society in responding to the environment (fungsi

korelasi), (3) transmission of the sosial heritage from one generation to the next

(fungsi pewarisan sosial). Sama seperti pendapat Lasswell, Charles Robert Wright

(1988) menambah fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi

massa.

Sedangkan menurut Alexis S. Tan fungsi-fungsi komunikasi bisa

beroperasi dalam 4 (empat) hal. Meskipun secara eksplisit ia tidak mengatakan

(43)

dalam komunikasi massa, tetapi ketika ia menyebut bahwa penerima pesan dalam

komunikasi bisa kumpulan orang-orang (a group of person) atau ia menyebutnya

mass audience, sedangkan pengirim pesan atau komunikatornya termasuk

kelompok orang atau media massa, maka itu sudah bisa dijadikan bukti bahwa

fungsi yang dimaksud adalah fungsi komunikasi massa. Paling tidak ia bisa dilihat

dari ciri komunikator atau audience-nya.

Untuk memperjelas fungsi-fungsi yang disodorkannya, Alexis S. Tan

menyederhanakan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2

FUNGSI KOMUNIKASI MASSA ALEXIS S.TAN

N yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya

(44)

Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan,

tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai petukaran data,

fakta dan ide. Karena itu (Effendy, 2002:27-28) menyebutkan komunikasi massa

dapat berfungsi untuk :

1).Informasi

Yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses,

penyebaran data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan

agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi

internasional, lingkungan, orang lain dan agar dapat mengambil keputusan yang

tepat.

2). Sosialisasi

Yakni penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang

bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang

menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam

masyarakat.

3). Motivasi

Yakni menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun

jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan pilihannya dan

keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan

bersama yang akan dikejar.

4). Perdebatan dan Diskusi

Yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk

memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai

(45)

kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah

yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.

5). Pendidikan

Yakni pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan

intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran

yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

6). Memajukan Kebudayaan

Yakni penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud

melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas

horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas serta

kebutuhan estetikanya.

7). Hiburan

Yakni penyebarluasan sinyal, simbol, suara, citra (image) dari drama, tari,

kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan dan sebagainya untuk

rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.

8). Integrasi

Yakni menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan

memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling

kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.

II. 1.2.4. Efek Komunikasi Massa

Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa

(46)

akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek komunikasi (Effendy,

2003:318-319) dapat diklasifikasikan sebagai :

a) Efek Kognitif (Cognitive Effect)

Efek kognitif berhubungan dengan pikiran dan penalaran, sehingga khalayak

yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mengerti menjadi mengerti dan

bingung menjadi jelas. Contoh pesan komunikasi yang menimbulkan efek kognitif

antara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan

lainnya.

Efek kognitif timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi

dirinya. Efek kognitif ini akan membahas tentang bagaimana media massa dapat

membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan

mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita

memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita

kunjungi secara langsung.

b) Efek Afektif (Affective Effect)

Efek ini kadarnya lebih tinggi dari pada efek kognitif. Dimana efek ini

berkaitan dengan perasaan. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya

memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih daripada itu khalayak

diharapkan dapat turut merasakan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan

sebagainya.

c) Efek Konatif (Behavioral Effect)

Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung

menjadi suatu kegiatan, tindakan atau kebisaaan berperilaku. Karena berbentuk

(47)

behavioral. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media

massa melainkan didahului oleh efek kognitif dan atau efek afektif.

II. 2. Televisi

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa

Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre bahasa Latin) berarti penglihatan.

Dengan demikian yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan

melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang

diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui

sebuah perangkat penerima (televisi set).

Istilah television sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di

kota Paris, yang saat itu di kota tersebut sedang berlangsung pertemuan para ahli

bidang elektronika dari berbagai Negara. Dengan demikian kata televisi disini

diartikan dengan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau

pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem

transmisi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik

diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisikan

melalui pemancar. Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistem antena

yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi

gelombang elektromagnetik itu diubah kembali menjadi gambar dan suara yang

dapat kita nikmati di layar televisi.

Pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi.

Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan

(48)

mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini

terjadi sekitar tahun 1883-1884. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia

diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang (Kuswandi, 1996:6). Televisi

sendiri mulai dinikmati oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1939, yaitu

ketika berlangsungnya “world fair” di kota New York. Hingga saat ini televisi

memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan manusia. Pengaruh itu bisa

berupa pengaruh sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan suatu keamanan

Negara.

Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuannya sendiri

sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan yang dicapai di bidang teknologi,

khususnya teknologi elektronika. Wajarlah bila pengadaan dan pengelolaannya

memerlukan biaya yang sangat mahal dan melibatkan banyak tenaga yang

memiliki keahlian yang berbeda-beda. Landasan tunggal, dari pengelola siaran

televisi yang memiliki keahlian yang berbeda ini ialah kreativitas perorangan.

Tanpa kreativitas siaran televisi akan monoton dan sangat menjemukan

penontonnya (Wahyudi, 1986:49-51).

Dengan teknologi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas Negara pun

tidak lagi merupakan hal yang sulit untuk diterjang, melainkan begitu mudah

untuk diterobos. Karena itu, bila informasi media televisi dari berbagai belahan

dunia tidak terkontrol makan akan menimbulkan efek yang cukup besar, misalnya

penjajahan negara dalam hal informasi.

Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat,

tidak berbeda dengan cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya

(49)

Reader in Human Communication” Random House, New York 1980,

megungkapkan 3 (tiga) fungsi media yaitu :

a. The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan

b. The correlation of the part of society in responding to the environment

yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan

kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada

seleksi evaluasi dan interpretasi.

c. The transmission of the sosial heritage from one generation to the next,

maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke

generasi berikutnya.

Ketiga fungsi diatas pada dasarnya memberikan satu penilaian pada media

massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis menjadi perantara untuk

menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Melihat

posisi dan peranannya, bukan tidak mungkin pada suatu saat, media televisi akan

memberikan kemajuan bagi manusia sebagai aset informasi dan komunikasi

(Kuswandi 1996:24-25).

II. 2.1. Perkembangan Televisi di Indonesia

Ketika peresmian satelit komunikasi Palapa dilakukan oleh Presiden

Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1976, mulailah dunia komunikasi massa di

Indonesia berkembang dengan sendirinya. Satelit Palapa memiliki 12 transponder.

Tiap transponder, bisa meneruskan satu saluran televisi berwarna atau 400 saluran

telepon bolak-balik atau 800 saluran telepon satu arah. Satelit ini dihubungkan

(50)

Indonesia, dunia pertelevisian berkembang pesat, terbukti dengan

bermunculannya stasiun-stasiun televisi swasta bersamaan dengan deregulasi

pertelevisian Indonesia oleh pemerintah, sejak tanggal 24 Agustus 1990. Ada

berbagai alternatif tontonan bagi masyarakat Indonesia saat ini yaitu TVRI, RCTI,

SCTV, TPI, ANTV, MetroTV, GlobalTV, TransTV, Trans7, Indosiar, dan

TVOne.

Dengan demikian, semakin maraklah persaingan media televisi di

Indonesia, baik dengan televisi lokal maupun televisi international. Hal ini akan

membawa pengaruh pada pemasangan iklan di media televisi. Seandainya setiap

media televisi lokal di Indonesia tidak mampu mengelola manajemennya dan

personifikasi orang di balik media tersebut secara profesional, bukan tidak

mungkin pada suatu saat, televisi lokal akan “bangkrut” tergilas oleh kehebatan

televisi asing dalam berbagai sajian program maupun iklan.

Tahun 1965, TVRI memiliki 2 stasiun penyiaran dengan 4 stasiun

pemancar dan 5 stasiun penghubung. Antara tahun 1973-1978, TVRI menambah 5

buah stasiun penyiaran dengan 77 buah pemancar dengan 11 stasiun penghubung.

Tahun 1980 terdapat 9 buah stasiun penyiaran dengan dilengkapi 124 pemancar

dan stasiun penghubung. Menurut Deppen, tahun 1991 jaringan nasional TVRI

meliputi sarana yang diklasifikasikan sebagai berikut : 10 stasiun siaran, 7 stasiun

keliling, dan 225 stasiun transmisi.

Badan televisi swasta pertama di Indonesia adalah Rajawali Citra Televisi

Indonesia (RCTI) yang beroperasi sejak bulan April 1989. Kemudian ditetapkan

secara resmi tayang nasional tanggal 24 Agustus 1989 sekaligus pencabutan

(51)

melalui tayangan yang menghibur sekaligus informatif dan mendidik. Kemudian

pada bulan Agustus 1989 mengudara Surya Citra Televisi (SCTV), dalam

perkembangannya SCTV merencanakan membangun 20 stasiun relay, dimana

setiap stasiun relay berkekuatan rata-rata 1 kilowatt.

Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang dikelola oleh PT Cipta Televisi

Pendidikan Indonesia (CTPI) pimpinan Siti Hardiyanti Rukmana, diresmikan

penyiarannya oleh Presiden Soeharto tanggal 23 Januari 1991 bertempat di studio

12 TVRI Senayan Jakarta. Meskipun TPI berstatus swasta, tetapi penyiarannya

bekerjasama dengan TVRI. TPI terikat UU No.2/1989 tentang pendidikan

nasional. Hal ini menyebabkan TPI harus bekerjasama dengan Deppen dan

Dekdikbud (Kuswandi, 1996:34-40).

Dengan kehadiran TVRI, RCTI, SCTV dan TPI maka dunia pertelevisian

di Indonesia telah mengalami banyak perubahan, baik dalam hal mutu siarannya

maupun waktu tayangnya. Kemudian pada tahun berikutnya bermunculan stasiun

televisi swasta lainnya seperti Indosiar, Trans TV, Trans7, Global TV, Metro TV,

ANTV, dan TVOne. Sehingga sampai saat ini, terdapat 11 stasiun televisi swasta

yang mengudara secara nasional di Indonesia.

III.2.2. Kekuatan Media Televisi

Kehadiran media massa pada masyarakat Negara berkembang mempunyai

arti yang sangat penting. Terlebih lagi bagi Negara Kepulauan Indonesia. Media

massa terbagi atas dua bagian : (1) media massa elektronik (televisi dan radio) (2)

media massa cetak (koran, majalah, dan sejenisnya). Setiap media massa

(52)

merupakan suatu institusi yang melembaga dan bertujuan untuk menyampaikan

informasi kepada khalayak sasaran agar well informed (tahu informasi).

Ada beberapa unsur penting dalam media massa, yaitu :

a. Adanya sumber informasi

b. Isi pesan (informasi)

c. Saluran informasi (media)

d. Khalayak sasaran (masyarakat)

e. Umpan balik khalayak sasaran

Dari 5 (lima) komponen diatas maka terciptalah proses komunikasi antara

pemilik isi sumber pesan (sumber informasi) dengan penerima pesan melalui

saluran informasi (media). Proses komunikasi ini dimaksudkan untuk mencapai

kebersamaan terhadap isi pesan yang disampaikan. Dalam menjalankan

fungsinya, media massa menghadapi berbagai macam khalayak sasaran yang

berbeda status sosial ekonominya.

Media massa televisi sebagaimana media massa lainnya berperan sebagai

alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara geografis.

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian pesan media televisi kepada

pemirsa, maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda

menurut visi pemirsa, serta dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam.

Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap

ini pesan televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan

kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang

diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi

Gambar

Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5
Tabel 8 menunjukkan data tingkat pendidikan responden. Data diatas
+7

Referensi

Dokumen terkait

HITAMKANLAH pada salah satu huruf di lembar jawaban yang Anda anggap paling benar.. Apabila ada jawaban yang Anda anggap salah dan Anda ingin memperbaikinya, hapuslah/

Dalam penelitian selanjutnya diharapkan mampu membuat sistem untuk menambah dan melengkapi website Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset untuk saling

Jumlah kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan badan/lembaga di luar negeri.. Persentase kepuasan kerja sama luar negeri negeri

Berdasarkan penampang hasil pengolahan data di desa Nasol Kabupaten Ciamis dengan 2 lintasan yang diperlihatkan pada gambar (3) untuk penampang 2-D hasil model tahanan jenis

Paling tidak kita harus menguasai empat jenis keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu menulis, membaca (bahasa tulisan), mendengar, dan berbicara (bahasa

Hasil penghitungan statistik menunjukan bahwa dimensi perilaku individu telah memberikan pengaruh terhadap kinerja pegawai sebesar 13,0 %. Hasil ini mengisyaratkan bahwa hipotesis

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pembinaan dan pendampingan dengan cara pemberian materi, tanya jawab dan diskusi. Metode ini dimaksudkan

Jadi, sebuah mesin dapat dibagi menjadi empat keadaan: i beroperasi, ii “baik” tapi tidak beroperasi dengan kata lain luang, iii dalam perbaikan, iv menunggu untuk diperbaiki..