• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengelolaan sistem drainase di banyak kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat

parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu kepada SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Operation (Operasi) dan M aintanance (Pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman mengenai sistem drainase kepada pihak yang terlibat baik pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan.

7.4.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Drainase

A. Isu Strategis Pengembangan Drainase

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia antara lain:

1. Belum adanya ketegasan fungsi system drainase

Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air permukaan/ mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“ grey w ater” ). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membaw a masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.

2. Pengendalian debit puncak

Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan- penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap- atap gedung, didasar-dasar bangunan, w aduk, lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.

3. Kelengkapan perangkat peraturan

Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase permukiman di daerah adalah:

 Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan air

V II-114  Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman,

posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.

 Kejelasan keterlibatan masyarakat dan sw asta, sehingga masyarakat dan sw asta dapat mengetahui tugas, tanggung jaw ab dan w ew enangnya.

 Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan daerah.

4. Peran Serta M asyarakat dan Dunia Usaha/ Sw asta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan, kolam ikan dll.

5. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.

6. Penanganan Drainase belum Terpadu

Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di w ilayah yang dikembangkannya saja.

Adapun isu strategis pengembangan drainase di Kabupaten Timor Tengah Utara adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan Studi terkait drainase b. Penyediaan regulasi tentang drainase

c. Penyediaan embung sebagai retarding basin air hujan d. Penataan saluran drainase

e. Penyediaan sumur resapan

Berdasarkan isu permasalahan strategis dibidang drainase, maka dirumuskan suatu sasaran kebijakan nasional sebagai arahan mendasar dari kondisi yang akan dicapai dan diwujudkan dalam pengembangan bidang drainase di masa yang akan datang.

V II-115  Terlaksananya pengembangan sistem drainase yang terdesentralisir, efisien, efektif dan

terpadu.

 Terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan melalui kew ajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang berw aw asan lingkungan.

 Terw ujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan ekonomis melalui minimalisasi resiko biaya sosial dan ekonomi serta biaya kesehatan akibat genangan dan bencana banjir.

 Terciptanya peningkatan koordinasi antara Kabupaten/ Kota dalam penanganan sistem drainase.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

Kota Kefamenanu adalah Kota dengan topografi cendrung datar, sehingga pengaliran air permukaan relatif susah. Kondisi ini mengakibatkan kota Kefamenanu sangat raw an terhadap genangan. W alaupun demikian kondisi genangan di Kaw asan permukiman di kaw asan perkotaan sampai saat ini belum mengkaw atirkan dikarenakan masih rendahnya tingkat kepadatan penduduk, masih luasnya kaw asan berupa tanah kosong yang dapat menampung air pada saat musim penghujan , sudah terbangunnya drainase tersier pada beberapa kaw asan permukiman dan juga curah hujan yang relatif rendah, kondisi ini membuat kaw asan permukiman di Kota Kefamenanu tidak mengalami genangan air. Untuk pengelolaan drainase kota di Kota Kefamenanu pada aw alnya di kelola oleh Dinas PU Kabupaten TTU akan tetapi sejak tahun 2011 kegiatan pembangunan infrastruktur Keciptakaryaan diserahkan sepenuhnya kepada Dinas Perumahan Penataaan Ruang dan Kebersihan (PPRK) Kabupaten TTU, penyerahan tanggung jaw ab ini tidak disertai dengan penjelasan tentang data kondisi infrastruktur drainase perkotaan di Kota Kefamenanu, sehingga data yang terkait dengan infrastruktur drainase hanya tahun 2012 saja. Secara visual dan survey lapangan pada kondisi normal di kota Kefamenanu tidak terjadi genangan yang menggangu. Genangan terjadi hanya pada saat musim penghujan dan itu pun hanya pada kaw asan tertentu saja, kondisi drainase relatif cukup baik, saluran drainase yang tersumbat oleh sampah hanya pada kaw asan pasar, sedangkan yang lain relatif lancar. Sampai dengan tahun 2012 hanya 35% infrastruktur drainase saja yang masih dalam kondisi baik.

Untuk genangan air yang terjadi di Kabupaten TTU hanya ada di kaw asan permukiman pengungsi, kaw asan permukiman ini belum memiliki sistim drainase yang baik untuk mengalirkan air menuju badan penerima air. Jika terjadi curah hujan yang tinggi maka

V II-116