Bab ini terdiri dari 6 Pasal, yai tu Pasal-pasal 3, 4,
5,
6,, 7 dan 8.Pasal 3 yang terdiri dari 2 ayat menguraikan tujuan dan asas-asas pengelolaan sumberdaya ikan. Untuk pencapaian tujuan peneelolaan kearah terwujudnya manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahte-raan bangsa, maka :
- ·di satu segi diperlukan langkah-langkah secara terpadu dan terarah, karena lingkungan sumberdaya ikan terutama yang di laut juga merupakan wadah dari berlangsungnya berbagai kegiatan misalnya pertambangan, lalu lintas laut d.l.l.
yang dapat mempengaruhi kelestariannya ; dan
- di segi yanb lain diperlukan langkah-langl{ah untuk mewuju£
kan asas pemerataan di dalam pemanfaatannya, yaitu berupa pengendalian pemanfaatan agar unit-unit usaha yang lemah tidak terhimpit oleh unit-unit usaha yang kuat.
Pasal
4
mencantumkan perintah Unang-undang kepada Menteri yang bertanggung jawab di.bidang perikanan untuk mengatur ketentuan-ketentuan yang akan merupakan landasan dan sarana untuk mencapai tujuan pengelolaan surnberdaya ikan sebagaimana di tetapkan dalam Pasal 3. Perintah untuk mengatur kepada Menteri ini didasarkan k~pada pertimbangan, karena sifat daripada sumberdaya ikan
senanti-a~a mengalami perubahan sewaktu--vraktu dan suli t diperhi tungk.an.
Untuk mengatasi suasana yang demikian diperlukan langl\ah-langkah yang cepat dan tepat untulc mengaturnya agar masalahnya dapat di-kendalikan sebaik-baiknya.
Pasal
5
memuat ketentuan tentang karantina ikan, hal ini merupa-kan upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran. penyakit dan l'lama ikan yang mungkin dapat merusalckan }{elestarian sumberdaya ikan~
serta merugikan masyarakat petani 'ikan yang berusaha di bidang bJd didaya ikan.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
23
-Pasal 6 memuat ketentuan yang melarang seseorang menangl\:ap ikan dengan bahan yang dapat membahayakan kelestarian surnberdaya ikan dan lingkungannya. Pelaranean ini sangat penting, karena pengg~
naan bahan-bahan seperti racun, bahan peledak atau aliran listrik untuk menangl~ap ikan akan mengakibatl<:an matinya anak-anak dan te-lur ikan, bahkan dapat merusak lingkungannya ( yaitu karang laut) Dan apabila terlanjur rusak, mal\:a pengembalian secara alamiah k.§
pada keadaan semula alcan memakan waktu yang sangat lama.
Namun karena untuk kepentingan-kepentinean penelitian ilmiah ba-ik. dalam rangka mencari data perikanan atau data lainnya, seka~i
waktu mungkin diperlukan penggunaan bahan peledak atau lainnya, maka terhadap kegiatan-kegiatan yang pada dasarnya merupakan pe-nyimpangan dari ayat (1) perlu di atur dengan Peraturan Pemerin-tah.
Pasal 7 menetapkan larangan bagi seseorang atau badan hulcurn mela-kukan perbuatan yang dapat mengakibatkan kerusakan sumberdaya i-kan dan lingkungannya.
Perbuatan-perbuatan di atas seperti halnya penebangan hutan bakau dengan melanggar ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi, peng-ambilan batu karang dan pembuangan sampah industri di perairan.
Perbua tan-perbua tan yang demikian alcan meneakiba tkan kerusakan sunfuerdaya ikan dan lingkungannya.
Pasal 8 memuat ketentuan tentang pelaksanaan pengawasan di la-pangan oleh petugas-petugas instansi perikanan. Hal ini sangat perlu, karena tanpa adanya pengawasan di lapangan, maka pelang-garan-pelanggaran senantiasa akan terja.di. Untuk itu kepada pe-tugas-petugasnya perlu diberikan landasan hukumny.a.
BAB IV : PEMANJi'AATAN SUHBEH.DAYA IKAN.
Bab ini terdiri dari
5
Pasal, yaitu Pasal 9, 10, 11 , 12 dan 13.Pasal 9 menetapkan bahwa pada dasarnya pengusahaan perikanan di dalam t<lilayah perikanan R.I. hanya boleh d..ilakul{an oleh \-Jarga
neg_ara •••
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
24
-ncgara a tau badan hulcum Indonesia. Ketentu.an ini adalah \vajar dan telah sejalan dengan l{etentuan yane berlal<::u d:~. bJdang pena-P.amen modal. N amun menginga t negara ki ta juga terJ lea t dengan ke-wajiban-kewajiban internnsional, yaitu :
- menghormati kegiatan penangkapan ikan tradisional negara tetanzga yang berbatasan langsung dan telah dilakul<an
se-jak du~u kala, hal ini be.rkaitan dengan rejim hukum nega-ra Nusantanega-ra : dan
.. , lceHa j i ban mengakomodasi l{egia tan penangkapan ikan 1.varga negara l~in di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia sepanjang usaha perikanan Indonesia belum mampu memanen seluruh jum
lah tangkapan yang diperbolehkan (total alld1.·1able catch), hal ini berkai tan dengan rejim hultum Zona Ekonomi
Eksklu-sif •
'
maka pengaturan mengenai hal-hal di atas dituangkan dalam ayat (2).,
PQ .. sc:.tl_lO memua t keten tuan ten tang perJ..zl.nJ..n pengusahaan perikanan.
Seperti diketahui bahwa di samping keperluannya untuk melegalis~
sf suatt.: usaha, maka perizinan jug.a merupakan sarana untulc 'pe-ngendalian pemanfaatan sumberdaya ikan. Karena tanpa adanya
pe-ngcnd.a.lian, kemungkinan akan terjadinya kelebihan tangkap (over fishing) akan cend.eru.ng merusak kelestarian sumberdaya ikan.
Namun karena proses perizinan menyangkut urusan administrasi pe-rnerintahan dan dent-~an sendirinya senantiasa dikai tkan den~an sy.9:
ra t--~syara t tertentu yang harus dipenuhi oleh pemohon, mal~a kewa-jiban ini tidal{: akan .d11tenakan kepada unit-UJ1i t usaha yang lebih berslfat kecil-kectlan, misalnya hanya sekedar untuk memenuhi
ksz
butuhan-kebutuhan sehari_hari. vJalaupun demikian, karena unit u-s::.tha yang demi.lcLan sang at banya.k jumlahnya, maka lcepada mereka di\la.jihkan . ·ntu1c menca tn. tkan diri pada instansi perikanan terba-vJah ynng hE: r·sane;ku tan. Karena data merelta sang at dJ.perlul\an
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
25
-sebagai dasar pengelolaan. sumberdaya ikan.
Pasal 11 memuat ketentuan tentang pungutan perikanan bagi kegi-atan usaha penangkapan dan budidaya ikan. Sebagaimana dil{etahui bahvta sumberdaya ikan yang· dikuasai oleh negara harus
dimanfaat-kan untuk kesejahteraan seluruh rakyat. Sehubungan deng~n ini, maka barang siapa yang memperoleh manfaat langsung sudah sewajar-nya dibebani pungutan yang harus dibayar kepada negara. Nrunun un-tuk nelayan/petani ikan yang sekedar menangkapjmembudidayakan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari kiranya cukup wajar apabila dibebaskan dari pungutan tersebut.
Mengenai besarnya pungutan atau tingkat usaha yang dapat dikelO,!l!
pokkan sebagai usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari akan di atur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 12 menetapkan bendera kapal perikanan yang boleh digunakan oleh warga negara Indonesia untuk menangkap ikan di dalam wila-yah perikanan Indonesia. Ketentuan seperti ini adalah wajar, ka-rena walaupun disadari bahwa tingkat pemanfaatan terutama di laut pada saat ini masih s.angat rendah, yaitu belum melebihi 25'% dari potensinya, namun apabila tidak ada pembatasan penggunaan bendera, maka tefutama di Perairan Indonesia akan terdapat bermacam-macam bendera kapal, yaitu kapal~kapal asing yang digunakan oleh warga negara Indonesia. Keadaan seperti ini al<::an menimbulkan berbagai kesulitan seperti misalnya, menyulitkan pengawasan karena tidak sedemikian mudah untuk mengetahui apakah sesuatu kapal asing
dl
pergunakan oleh Warga Negara Indonesia atau kapal pencuri ikan, pengawasan keimigrasian dan mungkin pula penyelundupan. Namun me-ngingat terikat~ya negara kita kepada kewajiban-kewajiban inter-nasional sebagaimana telah disebutkan, maka penyimpanGan terhadap ketentuan di atas hanya terbatas sepanjang negara kita melaksana-kan kewajiban-kev1ajiban tersebut.
BIDANG ARSIP DAN MUSEUM
26
-Pasal 13 memberikan perintah kepada Henteri yang bertanggung ja-vrab di bidang perikanan untuk mengatur kegiatan penangkapan atau budidaya ikan yang tidak untuk tujuan komersial. Hal ini sangat diperlukan, khususnya di bidang penangkapan, misalnya yang dila-kukan o1eh para wisatawan, apabila jumlahnya banyak juga akan mem pengaruhi sumberdaya ikan. Sedang di bidang budidaya ikan, misal-nya para pencinta ikan hias, apabila tidak di atur, sekali waktu bisa saja memelihara ikan yang terlarang yang apabila terlepas ke perairan umum dapat membahayakan kelestarian sumberdaya ikan.