• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengeluaran rumahtangga berdasarkan persamaan (2.40) terdiri dari konsumsi untuk komoditas yang dihasilkan rumahtangga (kerupuk), konsumsi barang/jasa yang dibeli di pasar dan konsumsi waktu santai (leisure). Pada

penelitian ini tidak memasukkan jenis pengeluaran untuk konsumsi kerupuk dan konsumsi leisure karena jenis pengeluaran ini nilainya sangat kecil dan sulit untuk

Kerupuk yang dihasilkan rumahtangga untuk dijual merupakan kerupuk yang masih mentah sehingga jika ingin mengkonsumsinya maka rumahtangga harus melakukan aktivitas kerja tambahan yaitu memasak dan menyajikannnya. Biasanya kerupuk disajikan untuk cemilan atau sebagai lauk pauk. Karena nilai yang dikonsumsi sangat kecil maka rumahtangga tidak memperhitungkan jenis pengeluaran ini.

Konsumsi leisure tidak dimasukkan dalam model karena keterbatasan

untuk menilainya. Aktifitas leisure dapat berupa ngobrol santai dengan

keluarga/tetangga, menonton televisi, membaca koran dan lain-lain. Aktifitas yang menghabiskan waktu rumahtangga tersebut (meningkatkan utilitas) sulit untuk menghitung nilainya. Elinur (2004) memasukkan rekreasi sebagai salah satu jenis pengeluaran rumahtangga untuk leisure. Penelitian ini tidak memasukkan peubah

tersebut karena selama setahun (waktu penelitian lapang) rumahtangga tidak melakukan aktifitas rekreasi.

Jenis pengeluaran dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ditunjukkan pada persamaan (2.40). Sebagian besar rumahtangga melakukan pengeluaran untuk membeli barang/jasa yang di jual di pasar (Xm). Jenis pengeluaran rumahtangga meliputi konsumsi pangan, konsumsi non-pangan, investasi pendidikan dan penyusutan (pembelian dan perbaikan mesin atau alat-alat produksi).

KPRT = f(TYRT, TANG)... (2.52) KNPRT = f(TYRT, IED, TANG) ... (2.53) IED = f(TYRT, TEDK, EDRT, UMP)... (2.54) DEP = f(TYRT, UMPROD, PGLN, TAB) ... (2.55)

dimana:

KPRT = konsumsi pangan rumahtangga

KNPRT = konsumsi non-pangan rumahtangga IED = investasi pendidikan

DEP = pengeluaran penyusutan TANG = total anggota rumahtangga TEDK = total anak yang bersekolah

UMPROD = umur mesin atau alat-alat produksi TAB = nilai tabungan rumahtangga

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2007 di Desa Ngaluran dan Desa Karangasem, Kabupaten Demak. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Ngaluran

dan Desa Karangasem merupakan salah satu industri kecil kerupuk terbesar di Kabupaten Demak (Lampiran 3). Diharapkan dari kedua desa tersebut dapat diperoleh informasi mengenai keragaan perilaku ekonomi rumahtangga usaha kecil kerupuk Kabupaten Demak. Informasi yang diperoleh tersebut dapat dijadikan rekomendasi bagi pemerintah, khususnya pemerintah Kabupaten Demak untuk memperbaiki kinerja usaha kecil kerupuk terkait dengan kebijakan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kerat lintang (cross section). Data cross section digunakan untuk menggambarkan keadaan

objek penelitian mengenai fakta-fakta yang terjadi pada selang waktu tertentu yang dikumpulkan dari berbagai sumber (responden). Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung terhadap responden yaitu rumahtangga usaha kecil kerupuk dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner), Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Pemerintah Daerah Kabupaten Demak dan Kepala Seksi Pengembangan Modal Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kabupaten Demak. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat

Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Demak dan Propinsi Jawa Tengah, jurnal-jurnal ilmiah, tesis maupun desertasi serta dokumen atau publikasi dari instansi terkait lainnya.

3.3. Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan dengan simple random sampling, dengan

responden rumahtangga usaha kecil kerupuk Desa Ngaluran dan Desa Karangasem. Sampel dari kedua desa tersebut diambil secara acak sebanyak 50 responden rumahtangga. Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan karena responden merupakan rumahtangga usaha kecil yang memiliki perilaku ekonomi yang relatif sama (homogen). Populasi yang relatif homogen tersebut akan terdistribusi mendekati normal, yang menurut teorema batas sentral (central limit

theorem), untuk ukuran sampel yang cukup besar, (n ≥ 30), rata-rata sampel akan terdistribusi di sekitar rata-rata populasi yang mendekati distribusi normal (Cooper dan Emory, 1996). Disimpulkan, pengambilan sampel sebanyak 50 rumahtangga sudah memenuhi batas minimum sampel (30 sampel) yang dapat digunakan untuk menduga karakteristik (variasi) dari populasi.

3.4. Metode dan Prosedur Analisis

Analisis untuk menjelaskan alokasi waktu kerja, kontribusi pendapatan serta pola pengeluaran rumahtangga usaha kecil kerupuk dilakukan secara deskriptif dengan metode tabulasi. Alokasi waktu kerja, kontribusi pendapatan, dan pola pengeluaran rumahtangga digambarkan dengan persentase.

Keputusan ekonomi rumahtangga yang meliputi keputusan rumahtangga dalam memproduksi kerupuk, mengalokasikan waktu kerja rumahtangga, pola

pendapatan dan pengeluaran dianalisis dengan menggunakan model ekonomi rumahtangga dalam bentuk model persamaan simultan. Model persamaan simultan adalah spesifikasi model dari suatu permasalahan sebagai suatu sistem persamaan, yaitu berbagai aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi diformulasikan dalam suatu sistem persamaan simultan (Sinaga, 1997). Sejumlah persamaan yang dibangun dalam model tersebut dikelompokkan menjadi empat blok, yaitu blok produksi, blok curahan kerja, blok pendapatan dan blok pengeluaran rumahtangga.

3.4.1. Alokasi Waktu Kerja, Kontribusi Pendapatan dan Pola Pengeluaran Rumahtangga Usaha Kecil Kerupuk

Pola alokasi waktu kerja dan kontribusi pendapatan digambarkan berdasarkan lama waktu kerja dan sumber pendapatan anggota rumahtangga yang berasal dari dalam dan luar usaha kerupuk. Pola pengeluaran rumahtangga menggambarkan alokasi pendapatan yang dibelanjakan untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga, meliputi konsumsi pangan dan non-pangan, investasi pendidikan dan penyusutan (Nugrahadi, 2001 dan Elinur, 2004).

Pengalokasian waktu kerja dari rumahtangga usaha kerupuk dibagi menjadi dua jenis kegiatan, yaitu alokasi waktu kerja dalam usaha kerupuk dan alokasi waktu kerja luar usaha kerupuk.

i i

i DAW LAW

TAW = + ... (3.1) dimana:

TAW = total alokasi waktu kerja (jam/tahun)

DAW = alokasi waktu kerja dalam usaha kerupuk (jam/tahun) LAW = alokasi waktu kerja luar usaha kerupuk (jam/tahun) i = 1, 2, 3 ; 1 = suami

2 = isteri

Pendapatan rumahtangga usaha kerupuk diperoleh dari dua sumber, yaitu pendapatan dari dalam usaha kerupuk dan pendapatan dari luar usaha kerupuk.

i i

i DY LY

TY = + ... (3.2) dimana:

TY = total pendapatan rumahtangga (rupiah/tahun) DY = pendapatan dari dalam usaha (rupiah/tahun) LY = pendapatan dari luar usaha (rupiah/tahun) i = 1, 2, 3 ; 1 = suami

2 = isteri

3 = anak dan anggota rumahtangga lainnya

Pengeluaran rumahtangga digunakan untuk membiayai konsumsi pangan, konsumsi non-pangan, investasi pendidikan dan penyusutan.

DEP IED KNP KP TEXP= + + + ... (3.3) dimana:

TEXP = total pengeluaran rumahtangga (rupiah/tahun) KP = konsumsi pangan (rupiah/tahun)

KNP = konsumsi non-pangan (rupiah/tahun) IED = investasi pendidikan (rupiah/tahun) DEP = pengeluaran penyusutan (rupiah/tahun)

3.4.2. Spesifikasi Model Ekonomi Rumahtangga Usaha Kecil Kerupuk

Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ekonomi rumahtangga adalah dengan menggunakan model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Persamaan dalam model disajikan dalam bentuk persamaan struktural dan persamaan identitas yang saling terkait antara keputusan produksi, konsumsi, curahan kerja dan pendapatan. Spesifikasi model ekonomi rumahtangga diuraikan sebagai berikut:

1. Produksi Kerupuk

Produksi kerupuk yang dihasilkan rumahtangga tergantung dari besar kecilnya input yang digunakan. Input dalam konsep ekonomi dapat berupa input variabel dan input tetap. Input variabel yang digunakan dalam produksi kerupuk berupa jumlah tenaga kerja dan bahan baku sedangkan input tetap adalah nilai dari mesin atau alat-alat produksi (aset).

Tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi dapat berasal dari tenaga kerja rumahtangga maupun tenaga kerja luar rumahtangga. Jumlah tenaga kerja diukur berdasarkan lama waktu (curahan kerja) dalam memproduksi kerupuk. Semakin tinggi curahan kerja dalam usaha rumahtangga maka produksi kerupuk akan meningkat sehingga hubungan antara kedua variabel ini dalam persamaan diduga bernilai positif.

Input variabel lainnya adalah bahan baku. Secara umum bahan baku yang digunakan untuk memproduksi kerupuk adalah tepung tapioka, gandum, kedelai, pemanis, pewarna, penyedap rasa, bawang putih, garam dan ketumbar. Bahan baku selain tepung tapioka tidak dimasukkan ke dalam persamaan yang mempengaruhi produksi karena nilainya tidak signifikan terhadap biaya bahan baku yang digunakan. Dengan memisahkan tepung tapioka dengan biaya bahan baku lainnya dimaksudkan untuk mengetahui keputusan ekonomi rumahtangga kerupuk yang selama ini mengkawatirkan kenaikan harga tepung tapioka.

Mesin atau alat-alat produksi yang digunakan dalam proses produksi kerupuk umumnya masih sederhana. Dengan memasukkan variabel aset dalam fungsi produksi dimaksudkan untuk membuktikan bahwa rumahtangga yang memiliki produksi yang tinggi biasanya didukung oleh kepemilikan nilai aset

yang lebih tinggi (kuantitas maupun kualitas). Kuantitas ditunjukkan dengan jumlah mesin atau alat-alat produksi yang dimiliki sedangkan kualitas ditunjukkan dengan nilai aset tersebut (terkait tingkat teknologi dan aktifitas perawatan aset atau aktifitas rumahtangga untuk mengurangi penurunan depresiasi).

Hubungan antar peubah tersebut dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut : 1 3 2 1 0 + + + +ε =a aTEP a TCKD a AST Q ... (3.4)

Parameter dugaan yang diharapkan: a1, a2 , a3 > 0

dimana:

Q = produksi kerupuk (kg/tahun)

TEP = jumlah bahan baku tepung tapioka(kg/tahun) TCKD = total curahan kerja dalam usaha (rupiah/tahun) AST = nilai aset (rupiah)

2. Permintaan Bahan Baku

Jumlah atau permintaan bahan baku yang digunakan dalam produksi kerupuk diduga dipengaruhi oleh total pendapatan rumahtangga dan tingkat produksi. Rumahtangga akan mengalami peningkatan daya beli jika tingkat pendapatannya semakin tinggi. Kenaikan daya beli tersebut menyebabkan rumahtangga meningkatkan permintaan terhadap barang/jasa yang dijual di pasar, salah satunya adalah bahan baku untuk proses produksi. Jadi, total pendapatan rumahtangga berhubungan positif dengan permintaan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.

Rumahtangga yang memiliki tingkat produksi yang relatif tinggi tentunya membutuhkan bahan baku yang lebih banyak. Antara tingkat produksi dan bahan

baku memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan antar peubah bahab baku, pendapatan dan produksi ditunjukkan dalam persamaan struktural sebagai berikut: 2 2 1 0 bTYRT b Q e b TEP= + + + ... (3.5) Parameter dugaan yang diharapkan :

b1, b2 > 0 dimana:

TYRT = total pendapatan rumahtangga (rupiah/tahun)

3. Curahan Kerja Rumahtangga Dalam Usaha

Curahan kerja anggota rumahtangga dalam usaha diduga dipengaruhi oleh rasio upah di dalam usaha dengan luar usaha, tingkat produksi, jumlah angkatan kerja rumahtangga dan pengalaman usaha. Hubungan antar peubah ditunjukkan dalam persamaan struktural sebagai berikut :

3 5 4 3 2 1 0 + + + + + +ε =c cUD c UL c Q c AKRT c PGLN CKRTD ... (3.6)

Parameter dugaan yang diharapkan: c1 , c3 , c4 , c5 > 0 dan c2 < 0 dimana:

CKRTD = curahan kerja rumahtangga dalam usaha (jam/tahun) UD = upah dalam usaha (rupiah/hari kerja)

UL = upah luar usaha (rupiah/hari kerja) AKRT = angkatan kerja rumahtangga (orang) PGLN = pengalaman usaha (tahun)

Rumahtangga akan mengalokasikan waktu yang tersedia untuk aktifitas kerja yang memberikan kompensasi yang lebih besar. Rumahtangga dihadapkan

pada suatu pilihan bagaimana mengalokasikan waktunya ke aktifitas kerja di dalam usaha atau luar usaha. Rumahtangga akan bekerja di dalam usaha lebih banyak jika upah yang diterima di dalam usaha meningkat dan sebaliknya. Jika upah luar usaha meningkat maka rumahtangga akan mengurangi curahan kerja dalam usaha dan mengalokasikannya ke luar usaha. Asumsi yang digunakan dalam perilaku rumahtangga yang fleksibel dalam penggunaan waktu kerja yaitu rumahtangga bekerja di sektor informal atau tidak ada ikatan (kontrak) kerja. Jenis pekerjaan yang dimaksud seperti buruh tani, buruh bangunan, kuli di pasar dan tukang ojek.

Sama seperti hubungan antara produksi dengan bahan baku, curahan kerja rumahtangga dalam usaha juga berhubungan dua arah dengan tingkat produksi. Rumahtangga yang memiliki tingkat produksi yang relatif lebih tinggi membutuhkan curahan kerja rumahtangga yang lebih tinggi pula.

Jumlah angkatan kerja yang dimiliki rumahtangga akan menentukan besarnya waktu rumahtangga yang tersedia. Jika waktu yang tersedia rumahtangga meningkat maka curahan kerja rumahtangga dalam usaha juga mengalami peningkatan. Sehingga setiap peningkatan jumlah angkatan kerja rumahtangga akan meningkatkan curahan kerja rumahtangga dari dalam usaha.

Pengalaman usaha terkait kenyamanan pengusaha atau rumahtangga terhadap usaha kerupuk yang dikelolanya. Semakin tinggi pengalaman usaha yang dimiliki rumahtangga maka keahlian usaha atau investasi barang-barang modal (kepemilikan aset) juga semakin tinggi. Akibatnya terjadi peningkatan biaya peluang (opportunity cost) jika rumahtangga meninggalkan aktifitas kerja di

dalam usaha. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengalaman usaha maka curahan kerja rumahtangga dalam usaha akan meningkat.

4. Curahan Kerja Pekerja Luar Rumahtangga Dalam Usaha

Curahan kerja pekerja dari luar rumahtangga merupakan permintaan tenaga kerja dari luar rumahtangga yang dinyatakan dalam satuan waktu kerja. Curahan kerja pekerja dari luar rumahtangga diduga dipengaruhi oleh tingkat upah dalam usaha, curahan kerja rumahtangga dalam usaha dan tingkat produksi. Keterkaitan peubah yang mempengaruhi penggunaan tenaga kerja dari luar rumahtangga disajikan dalam bentuk persamaan struktural sebagai berikut:

4 3 2 1 0 + + + +ε =d dUD d CKRTD d Q CKLRTD ... (3.7)

Parameter dugaan yang diharapkan: d3 > 0 dan d1, d2 < 0

dimana:

CKLRTD = curahan kerja luar rumahtangga dalam usaha (jam/tahun) UD = upah dalam usaha (rupiah/hari kerja)

Permintaan tenaga kerja luar rumahtangga tergantung pada besarnya biaya tenaga kerja yang dinyatakan dalam tingkat upah. Jika tingkat upah meningkat maka rumahtangga akan mengurangi penggunaan tenaga kerja luar rumahtangga. Pengurangan curahan kerja rumahtangga akan mengakibatkan tingkat produksi turun. Untuk mengantisipasinya rumahtangga akan meningkatan curahan kerja rumahtangga sebagai subtitusi dari curahan kerja luar rumahtangga yang berkurang. Dapat disimpulkan, curahan kerja rumahtangga dalam usaha berhubungan negatif dengan curahan kerja luar rumahtangga dalam usaha.

Semakin tinggi tingkat produksi akan membutuhkan waktu kerja yang lebih tinggi. Kebutuhan akan waktu kerja dapat terpenuhi dengan mencurahkan waktu kerja luar rumahtangga lebih banyak. Peningkatan produksi akan meningkatkan curahan kerja luar rumahtangga dalam usaha.

5. Total Penggunaan Waktu Kerja Dalam Usaha

Total penggunaan tenaga kerja dalam usaha terdiri dari curahan kerja rumahtangga dalam usaha dan curahan kerja luar rumahtangga dalam usaha yang dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

CKLRTD CKRTD

TCKD= + ... (3.8) dimana:

TCKD = total penggunaan tenaga kerja dalam usaha (jam/tahun)

6. Curahan Kerja Rumahtangga Luar Usaha

Curahan kerja rumahtangga ke luar usaha merupakan penawaran tenaga kerja rumahtangga untuk bekerja di luar usaha yang dinyatakan dalam satuan waktu kerja. Curahan kerja rumahtangga luar usaha diduga dipengaruhi oleh tingkat upah di luar usaha, curahan kerja rumahtangga dalam usaha, jumlah angkatan kerja rumahtangga dan tingkat pengalaman usaha. Hubungan antar peubah yang mempengaruhi curahan kerja rumahtangga luar usaha dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural sebagai berikut:

5 4 3 2 1 0 + + + + +ε =e eUL e CKRTD e AKRT e PGLN CKRTL ... (3.9)

Parameter dugaan yang diharapkan: e1 , e3 , > 0 dan e2, e4 < 0

CKRTL = curahan kerja rumahtangga luar usaha (jam/tahun) UL = upah luar usaha (rupiah/hari kerja)

AKRT = angkatan kerja rumahtangga (orang) PGLN = pengalaman usaha (tahun)

Keputusan rumahtangga dalam menawarkan waktu kerja rumahtangga yang tersedia untuk bekerja di luar usaha tergantung dari kompensasi yang akan diterima yaitu dinyatakan dalam tingkat upah. Jika tingkat upah luar usaha meningkat maka rumahtangga terdorong untuk lebih banyak mengalokasikan waktu kerja rumahtangga, sehingga curahan kerja rumahtangga luar usaha akan meningkat.

Rumahtangga memiliki waktu kerja yang tersedia yang terbatas. Waktu kerja tersebut dialokasikan untuk bekerja di dalam usaha dan luar usaha. Jika curahan kerja rumahtangga dalam usaha meningkat maka curahan kerja rumahtangga yang bekerja di luar usaha akan turun. Asumsi yang digunakan adalah rumahtangga bekerja di sektor informal yang tidak terikat dengan kontrak (perjanjian) kerja.

Jumlah angkatan kerja menentukan besar kecilnya waktu kerja yang tersedia yang dimiliki rumahtangga. Jika angkatan kerja rumahtangga meningkat maka curahan kerja tambahan ini mengakibatkan peningkatan pada curahan kerja rumahtangga yang bekerja di luar usaha.

Pengalaman usaha terkait dengan kenyamanan (menghindari resiko) rumahtangga terhadap usaha yang dikelolanya. Adanya peningkatan opportunity

cost yang ditanggung rumahtangga jika rumahtangga mencurahkan waktu

investasinya (aset produksi) di dalam usaha dan faktor keahlian yang telah dimiliki rumahtangga secara turun-temurun. Akibatnya, peningkatan pengalaman usaha diduga akan menurunkan curahan kerja rumahtangga di luar usaha.

7. Biaya Produksi Kerupuk

Biaya produksi kerupuk meliputi biaya bahan baku, biaya upah, biaya bahan bakar, biaya pemotongan kerupuk, dan biaya lain-lain. Bahan baku produk kerupuk terdiri dari tepung tapioka, gandum, kedelai, pemanis, pewarna, penyedap rasa, bawang putih, garam dan ketumbar. Pemisahan peubah biaya bahan baku tepung tapioka dengan biaya bahan baku lainnya dilakukan dengan tujuan untuk melihat dampak dari perubahan harga tepung tapioka terhadap keputusan ekonomi rumahtangga. Selama ini pengusaha kerupuk sering mengeluhkan kenaikan harga tepung tapioka di pasar. Setiap kenaikan harga tepung tapioka akan menurunkan penerimaan rumahtangga.

Keterkaitan antar peubah tersebut dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut: BLL BBM BUP HTEP TEP BPR=( × )+ + + ... (3.10) dimana:

BPR = biaya produksi (rupiah/tahun)

HTEP = harga bahan baku tepung tapioka (rupiah/kg) BUP = biaya upah (rupiah/tahun)

BBM = biaya bahan bakar (rupiah/tahun)

BLL = biaya bahan baku selain tepung tapioka (gandum, kedelai, pemanis, pewarna, penyedap rasa, bawang putih, dan ketumbar) dan biaya tenaga kerja rumahtangga (makan) (rupiah/tahun)

8. Pendapatan Rumahtangga Dalam Usaha

Pendapatan rumahtangga dari dalam usaha merupakan selisih antara penerimaan produksi dengan biaya produksi. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

( )

YRTD= HQ Q∗ −BPR... (3.11) dimana:

YRTD = pendapatan dari dalam usaha (rupiah/tahun)

9. Pendapatan Rumahtangga Luar Usaha

Pendapatan rumahtangga dari luar usaha merupakan perkalian antara curahan kerja rumahtangga di luar usaha dengan tingkat upah luar usaha. Hubungan antar peubah tersebut ditunjukkan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

UL CKRTL

YRTL= ∗ ... (3.12) dimana:

YRTL = pendapatan rumahtangga dari luar usaha (rupiah/tahun) EDRT = pendidikan rata-rata rumahtangga (tahun)

10. Total Pendapatan Rumahtangga

Pendapatan total rumahtangga merupakan penjumlahan dari pendapatan dari dalam usaha, pendapatan dari luar usaha dan pendapatan non upah (kerja). Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

TYRT =YRTD YRTL YNON+ + ... (3.13) dimana:

YNON = pendapatan rumahtangga non upah (rupiah/tahun)

11. Konsumsi Pangan Rumahtangga

Konsumsi pangan rumahtangga diduga dipengaruhi oleh total pendapatan rumahtangga dan total anggota rumahtangga. Dengan mengasumsikan bahwa rumahtangga usaha kerupuk merupakan rumahtangga dengan penghasilan yang masih relatif rendah maka semakin tinggi total pendapatan rumahtangga menyebabkan konsumsi untuk pangan akan meningkat. Besar kecilnya konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh jumlah anggota rumahtangga. Semakin besar anggota rumahtangga maka semakin besar pula kebutuhan akan pangan. Hubungan antar peubah tersebut dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut: 6 2 1 0 + + +ε = f fTYRT f TANG KPRT ... (3.14)

Parameter dugaan yang diharapkan: f1, f2 > 0

dimana:

KPRT = konsumsi pangan rumahtangga (rupiah/tahun) TANG = total anggota rumahtangga (orang)

12. Konsumsi Non-pangan Rumahtangga

Konsumsi non-pangan rumahtangga diduga dipengaruhi oleh total pendapatan rumahtangga, investasi pendidikan dan total anggota rumahtangga. Hubungan antar peubah tersebut dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut: 7 3 2 1 0 + + + +ε

= g gTYRT g IED g TANG

KNPRT ... (3.15)

g1, g3 > 0 dan g2 < 0 dimana:

KNPRT = konsumsi non-pangan rumahtangga (rupiah/tahun) IED = investasi pendidikan (rupiah/tahun)

Investasi pendidikan mempengaruhi konsumsi non-pangan rumahtangga karena rumahtangga menganggap pendidikan anak adalah penting. Ketika pengeluaran untuk pendidikan (investasi pendidikan) meningkat maka rumahtangga cenderung untuk mengurangi konsumsi non-pangan, seperti pengeluaran untuk sandang dan alat-alat rumahtangga.

13. Investasi Pendidikan

Investasi pendidikan rumahtangga diduga dipengaruhi oleh total pendapatan rumahtangga, total anggota rumahtangga yang masih sekolah, pendidikan rata-rata rumahtangga dan umur pengusaha. Hubungan antar peubah tersebut dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut:

8 4 3 2 1 0 + + + + +ε

=h hTYRT h TEDK h EDRT hUMP

IED ... (3.16)

Parameter dugaan yang diharapkan: h1, h2, h3, h4 > 0

dimana:

IED = investasi pendidikan (rupiah/tahun)

TEDK = total anggota rumahtangga yang masih sekolah (orang) EDRT = pendidikan rata-rata rumahtangga (tahun)

UMP = umur pengusaha (tahun)

Semakin tinggi tingkat pendapatan rumahtangga maupun jumlah anak yang bersekolah akan meningkatkan investasi pendidikan. Rumahtangga menginginkan kualitas pendidikan anggota rumahtangga sehingga kebutuhan yang

mendukung pendidikan seperti kursus privat, buku pelajaran, baju seragam dan sebagainya akan mengalami peningkatan jika pendapatan rumahtangga meningkat. Tingkat pendidikan rata-rata rumahtangga menujukkan kesadaran rumahtangga akan pentingnya pendidikan. Umur pengusaha terkait dengan anak yang sudah mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang membutuhkan biaya yang lebih tinggi pula. Semakin tinggi pendidikan rata-rata rumahtangga maupun umur pengusaha akan meningkatkan investasi pendidikan rumahtangga.

14. Penyusutan

Pengeluaran penyusutan rumahtangga terdiri dari pembelian dan perawatan mesin serta alat-alat produksi selama setahun dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas. Pengeluaran penyusutan diduga dipengaruhi oleh total pendapatan rumahtangga, umur alat produksi, pengalaman usaha dan tabungan rumahtangga. Jika rumahtangga memiliki pendapatan dan pengalaman usaha yang besar maka ada keinginan untuk membeli atau melakukan perawatan mesin dan peralatan yang lebih baik dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas.

Semakin tua mesin dan alat produksi yang digunakan maka nilai atau biaya penyusutannya semakin besar. Bertambahnya umur mesin dan alat produksi mengakibatkan rumahtangga cenderung mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk perawatan dan pembelian yang baru. Semakin tinggi jumlah pendapatan yang ditabung oleh rumahtangga maka semakin rendah pengeluaran penyusutan yang dilakukannnya. Hubungan antar peubah tersebut dinyatakan dalam persamaan struktural sebagai berikut:

9 4 3 2 1 0 + + + + +ε

=i iTYRT iUMPROD i PGLN i TAB

Parameter dugaan yang diharapkan: i1, i2, i3 > 0 dan i4 < 0

dimana:

DEP = pengeluaran penyusutan (rupiah/tahun) UMPROD = umur produksi (tahun)

PGLN = pengalaman usaha (tahun) TAB = tabungan (rupiah/tahun)

15. Total Pengeluaran

Pengeluaran total rumahtangga terdiri dari konsumsi pangan dan non-pangan, investasi pendidikan dan penyusutan. Hubungan antar peubah tersebut dinyatakan dalam persamaan identitas sebagai berikut:

DEP IED KNPRT KPRT TEXP= + + + ... (3.18) dimana:

TEXP = total pengeluaran rumahtangga (rupiah/tahun)

16. Tabungan

Pengeluaran yang dilakukan rumahtanga dibiayai oleh total pendapatan rumahtangga, baik dari dalam dan luar usaha kecil kerupuk maupun dari pendapatan non upah (sewa, warisan dan hadiah). Kondisi ini menunjukkan bahwa harus terjadi keseimbangan antara total pendapatan rumahtangga dengan

Dokumen terkait