• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada simulasi pengangkutan buah tomat, digunakan kemasan peti kayu tanpa pelapis dalam, peti kayu dengan bahan pelapis dalam kertas semen serta bahan pengisi berupa cacahan koran dan daun pisang kering. Berat buah tomat di dalam masing-masing kemasan adalah ±20 kg, hal ini disesuaikan dengan keadaan sebenarnya di lapangan dimana para petani sebagian besar menggunakan kemasan peti kayu dengan kapasitas 20-30 kg.

Pada kenyataannya di lapangan, pengemasan buah tomat hanya menggunakan peti kayu saja, tanpa penambahan perlakuan apa pun, hal ini menyebabkan jumlah kerusakan mekanis yang terjadi pada buah tomat (luka memar dan luka gores) sangat besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan dalam pengemasan untuk menekan jumlah kerusakan mekanis.

Perbaikan yang dilakukan adalah dengan penambahan bahan pengisi dan lapisan dalam yang diharapkan mampu mengurangi kerusakan mekanis pada buah tomat akibat benturan antara tomat dengan kemasan. Cara penyusunan pun diperhatikan dalam pengemasan buah tomat karena berpengaruh dalam usaha melindungi buah tomat selama pengangkutan.

Buah didalam kemasan disusun secara beraturan sehingga dihasilkan enam lapisan, karena cara penyusunan buah dalam kemasan berpengaruh dalam usaha melindungi buah tomat selama pengangkutan. Menurut Soedibyo (1992) yang terpenting dalam penyusunan buah didalam kemasan adalah penyusunan lapisan dasar yang baik, dengan demikian penyusunan lapisan dasar berikutnya akan mudah dikerjakan. Cara penyusunan buah tomat ke dalam kemasan dapat dilihat pada Gambar 11, 12, 13 dan 14. Kedua bahan pengisi, cacahan koran dan daun pisang kering disusun berada di sela-sela buah sehingga bahan pengisi berfungsi untuk melindungi benturan buah tomat terhadap benturan antar buah. Sedangkan pelapis dalam hanya mengelilingi sisi dalam peti kayu, hal ini menyebabkan pelapis dalam berfungsi untuk melindungi buah tomat terhadap benturan atau gesekan dari kemasan

Gambar 11. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan bahan pengisi cacahan koran

18 Gambar 12. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan bahan pengisi daun

pisang kering

Gambar 13. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan pelapis dalam kertas semen dan bahan pengisi cacahan koran

Gambar 14. Penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu dengan pelapis dalam kertas semen dan bahan pengisi daun pisang kering

19

B. Tingkat Kerusakan Mekanis

Pengukuran kerusakan mekanis dilakukan setelah simulasi transportasi dengan melihat jumlah buah yang rusak pada tiap kemasan. Pengujian dilakukan secara visual berdasarkan criteria kerusakan yang telah ditetapkan di dalam metodologi. Lama simulasi transportasi akan memberikan dampak kerusakan fisik tomat sebagai akibat tekanan yang setara dengan jarak perjalanan dari kebun sampai ke pembeli pertama. Goncangan yang terjadi selama simulasi transportasi menyebabkan terjadinya gesekan atau benturan dalam kemasan, yaitu gesekan antara tomat dengan dinding kemasan dan gesekan antar tomat di dalam kemasan. Kerusakan yang diakibatkan dari gesekan-gesekan tersebut adalah memar, luka dan pecah. Kerusakan memar pada tomat ditandai dengan terbentuknya bagian yang berwarna beda dan agak lunak pada tomat. Kerusakan berupa luka atau pecah pada tomat mengakibatkan terbentuknya jamur pada bagian yang luka atau pecah. Permukaan kulit yang lembab karena proses transpirasi dan respirasi pada buah menyebabkan pertumbuhan jamur. Nilai rata-rata tingkat kerusakan mekanis pada tiap kemasan setelah penggetaran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai rata-rata tingkat kerusakan mekanis pada tiap kemasan

Perlakuan Presentase kerusakan mekanis (%) pada jalan luar

kota Presentase kerusakan mekanis (%) pada jalan buruk beraspal Kontrol 54.36 53.79 A1B1 - 25.10 A1B2 - 32.97 A2B1 14.67 27.53 A2B2 20.97 44.96 Keterangan:

A1 : Tanpa lapisan dalam A2 : Dengan lapisan dalam B1 : Pengisi cacahan koran B2 : Pengisi daun pisang

Pada analisis ragam (Lampiran 4) dan hasil uji lanjut pada Tabel 5 dan Tabel 6 terlihat bahwa lapisan dalam dan bahan pengisi berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan mekanis buah tomat, sedangkan interaksi antara lapisan dalam dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata. Dapat diartikan, perbedaan penggunaan lapisan dalam dan bahan pengisi akan mengakibatkan perbedaan tingkat kerusakan. Kerusakan mekanis akibat goncangan selama pengangkutan, secara ekonomis dapat meningkatkan kerugian karena menambah jumlah buah yang harus dibuang (diapkir) sehingga menurunkan jumlah yang dapat dijual.

Tabel 5. Pengaruh lapisan dalam terhadap kerusakan mekanis buah tomat

Lapisan Dalam Kerusakan Mekanis

Tanpa pelapis dalam 29.084b Dengan pelapis dalam 36.244a

20 53.79 25.20 32.97 27.53 44.96 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Kontrol A1B1 A1B2 A2B1 A2B2

K e ru sa k a n m e k a n is ( % ) Jenis Kemasan

Tabel 6. Pengaruh bahan pengisi terhadap kerusakan mekanis buah tomat

Bahan Pengisi Kerusakan Mekanis

Cacahan koran 26.364b

Daun pisang 38.964a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.

Tingkat kerusakan mekanis buah tomat dengan berbagai jenis kemasan pada jalan buruk beraspal dapat dilihat pada Gambar 15. Sedangkan perbandingan tingkat kerusakan mekanis buah tomat untuk kemasan dengan pelapis dalam pada simulasi transportasi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal dapat dilihat pada Gambar 16.

Keterangan:

Kontrol = kemasan peti kayu tanpa penambahan perlakuan

A1B1 = kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran A1B2 = kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering A2B1 = kemasan peti kayu dengan lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran A2B2 = kemasan peti kayu lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering Gambar 15. Pengaruh jenis kemasan terhadap kerusakan mekanis selama penggetaran

pada jalan buruk beraspal

Berdasarkan Gambar 15 dapat dilihat bahwa peti kayu dengan bahan pengisi daun pisang kering untuk kemasan tanpa pelapis dalam dan dengan pelapis dalam memiliki tingkat kerusakan mekanis yang tinggi selama penggetaran, yaitu sebesar 32.97% dan 44.96%, sedangkan peti kayu dengan bahan pengisi cacahan koran untuk kemasan tanpa pelapis dan dengan pelapis memiliki tingkat kerusakan mekanis yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan pengisi daun pisang kering, yaitu sebesar 25.20% dan 27.53%. Tingkat kerusakan mekanis tomat yang tertinggi terjadi pada kemasan dengan lapisan dalam dan bahan pengisi daun pisang kering (A2B2), yaitu 44.96%. Sedangkan yang terkecil pada kemasan tanpa lapisan dalam dan bahan pengisi cacahan koran (A1B1), yaitu 25.20%.

Kerusakan mekanis yang terbanyak terjadi pada bagian pinggir kemasan untuk kemasan tanpa lapisan dalam sedangkan untuk kemasan dengan lapisan dalam bagian bawah atau lapisan dasar mengalami kerusakan mekanis terbanyak. Kerusakan pada bagian pinggir disebabkan karena selama penggetaran terjadi perpindahan buah tomat dari posisi semula sehingga menyebabkan buah tomat bergeser ke arah pinggir kemasan dan terus mengalami tekanan oleh

21 buah lainnya. Hal ini menyebabkan buah tomat berhimpitan dengan celah peti kayu dan menyebabkan kerusakan. Sedangkan kerusakan pada lapisan dasar yang dialami kemasan dengan lapisan dalam dikarenakan, selama penggetaran buah tomat pada bagian dasar menahan beban benturan dari buah tomat di bagian atas. Lapisan dalam memungkinkan buah tomat mengalami sedikit perubahan posisi dan mencegah buah tomat bergesekan dengan kemasan sehingga buah tomat pada lapisan dasar terus menahan beban dan mengakibatkan banyaknya memar.

Pada kemasan dengan bahan pengisi cacahan koran (A1B1), dari jumlah kerusakan mekanis 25.20% terdapat sekitar 11% luka memar, 14.2% luka gores dan tidak terdapat luka pecah. Sedangkan, dari jumlah kerusakan mekanis sebesar 32.97% yang terdapat pada kemasan dengan bahan pengisi daun pisang kering (A1B2), luka memar yang dialami kemasan tersebut sebesar 12.5%, luka gores sebesar 17.47% dan luka pecah sebesar 3%. Untuk kemasan dengan pelapis dalam dan bahan pengisi cacahan koran (A2B1), terdapat 12.03 luka memar, 10.5% luka gores dan 5% luka pecah. Kemasan dengan pelapis dalam dan bahan pengisi daun pisang kering (A2B2), setelah simulasi transportasi menghasilkan luka memar sekitar 20%, luka gores 17.96% dan luka pecah sebesar 7%.

Perbedaan tingkat kerusakan ini disebabkan oleh tekstur daun pisang kering yang kasar dibandingkan kertas koran sehingga buah tomat yang berada dalam kemasan peti kayu dengan bahan pengisi daun pisang kering lebih banyak mengalami kerusakan mekanis yang diakibatkan gesekan antara buah tomat dengan bahan pengisi. Bahan pengisi cacahan koran mempunyai tekstur berongga, sehingga mampu meredam getaran lebih baik dan berfungsi sebagai bantalan buah tetapi tidak menjamin bahwa buah tidak bergeser selama penggetaran.

Untuk kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam dan kemasan peti kayu dengan lapisan, dimana keduanya memakai cacahan koran sebagai bahan pengisi, dapat dilihat bahwa pada kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam memiliki kerusakan mekanis sedikit lebih rendah dibandingkan kemasan peti kayu dengan lapisan dalam. Dapat dikatakan bahwa kemasan tanpa lapisan dalam dan bahan pengisi cacahan koran merupakan kemasan terbaik untuk pengangkutan buah tomat.

Untuk kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam dan kemasan peti kayu dengan lapisan, dimana keduanya memakai daun pisang kering sebagai bahan pengisi, dapat dilihat bahwa pada kemasan peti kayu tanpa lapisan dalam memiliki kerusakan mekanis yang lebih rendah dibandingkan kemasan peti kayu dengan lapisan dalam. Lapisan dalam yang dikombinasikan dengan daun pisang kering tidak mampu mengurangi kerusakan mekanis dibandingkan dengan kemasan yang tidak menggunakan lapisan dalam. Dapat dikatakan bahwa lapisan dalam apabila dikombinasikan dengan daun pisang kering tidak begitu baik untuk mengurangi kerusakan mekanis.

Selama penggetaran, buah tomat mengalami pergeseran tempat yang menyebabkan benturan antar buah maupun terhadap kemasan. Pemberian pelapis dalam pada kemasan peti kayu dapat mengurangi gesekan antara buah tomat dengan kemasan peti kayu tetapi kerusakan mekanis yang dihasilkan tidak sebaik kemasan yang hanya diisikan bahan pengisi cacahan koran. Dengan kata lain, kemasan peti kayu tanpa pelapis dalam dan berbahan pengisi cacahan koran mampu mengurangi kerusakan mekanis sebesar lebih kurang 50% dari kemasan yang biasa digunakan petani di lapangan, yaitu peti kayu tanpa lapisan dan bahan pengisi (kontrol).

Bila dibandingkan antara kedua kemasan, peti kayu dengan lapisan dalam berbahan pengisi cacahan koran (A2B1) dan peti kayu dengan lapisan dalam berbahan pengisi daun pisang kering (A2B2) pada kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal, dapat terlihat bahwa kondisi jalan buruk beraspal menghasilkan kerusakan mekanis hampir dua kali lipat

22 54.36 14.67 20.97 53.79 27.53 48.43 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Kontrol A2B1 A2B2

K e ru sa k a n m e k a n is ( % ) Kemasan

jalan luar kota jalan buruk beraspal

dibandingkan jalan luar kota (Gambar 16). Hasil uji lanjut pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kemasan peti kayu dengan lapisan dalam dan berbahan pengisi cacahan koran dapat digunakan pada kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal, karena hasil dari uji lanjut menunjukkan bahwa apabila kemasan tersebut diaplikasikan pada kedua kondisi jalan, maka tidak memberikan pengaruh yang nyata. Berbeda dengan kemasan peti kayu dengan lapisan dalam dan berbahan pengisi daun pisang kering, bersasarkan hasil uji lanjut pada Tabel 7, pengaruh kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal berbeda nyata terhadap kemasan, sehingga kemasan ini tidak dapat digunakan pada kondisi jalan buruk beraspal karena akan menghasilkan kerusakan mekanis yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan jalan luar kota.

Tabel 7. Pengaruh kondisi jalan luar kota dan jalan buruk beraspal terhadap kerusakan mekanis

Jalan Kemasan

A2B1 A2B2

Dokumen terkait