• Tidak ada hasil yang ditemukan

A2B1 A2B2 Luar kota 14.668 a 20.975 b

H. Peran Amplitudo dan Frekuensi Terhadap Kerusakan

Dalam semua jenis wadah terjadi kememaran pada buah yang disebabkan oleh getaran-getaran dan sebagai dampak pengangkutan. Pada umumnya semakin kecil wadahnya, semakin besarlah presentase kememarannya. Besar-kecilnya kememaran selama pengangkutan bergantung pada frekuensi, amplitudo, dan lamanya mengalami getaran; amplitudo getaran dasar peti; ketinggian buah dalam wadah; sifat-sifat jenis buahnya (Pantastico, 1989). Besarnya amplitudo dan tingginya frekuensi yang disebabkan oleh permukaan jalan, sampai satu derajat yang berbeda-beda telah dikurangi oleh sifat-sifat sistem peredam getaran (suspensi) truk.

Pada simulasi pengangkutan buah tomat untuk jalan luar kota atau amplitudo rendah, kerusakan yang dihasilkan setelah simulasi berupa luka gores dan sedikit luka memar. Sedangkan, pada simulasi pengangkutan buah tomat untuk jalan buruk beraspal atau amplitudo tinggi, hasil kerusakan yang dihasilkan berupa luka gores yang cukup parah dan luka memar dan sedikit luka pecah.

Bila kombinasi antara amplitudo dan frekuensi pada bagian atas cukup besar untuk menghasilkan percepatan yang mendekati 1g (percepatan gravitasi), buah-buah di bagian atas bergerak bebas, karena mendapatkan energi yang cukup tadi kehilangan bobotnya dan membuat buah-buah itu seperti melayang. Pada waktu buah melayang bebas, buah-buah itu dapat membentur buah-buah pada lapisan yang sama atau yang ada di bawahnya, dan menimbulkan kememaran di berbagai tempat. Dua faktor yang mempengaruhi tingkat pememaran ialah besarnya gaya dan berapa kali terulang pada tempat yang sama.

38

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kerusakan mekanis tertinggi dialami oleh kemasan dengan lapisan dalam dan bahan pengisi daun pisang kering yaitu sebesar 44.96% diikuti dengan kemasan dengan bahan pengisi daun pisang kering yaitu sebesar 32.97%. Kemasan dengan lapisan dalam dan bahan pengisi cacahan koran mengalami kerusakan mekanis sebesar 27.53% dan kemasan dengan bahan pengisi cacahan koran mengalami kerusakan mekanis paling rendah dibandingkan kemasan lainnya yaitu sebesar 25.20%.

2. Setelah simulasi transportasi, buah tomat mengalami peningkatan pada parameter susut bobot, total padatan terlarut, dan nilai warna a sedangkan kekerasan, nilai warna L (kecerahan) dan nilai warna b mengalami penurunan.

3. Lapisan dalam pada kemasan hanya berpengaruh nyata terhadap kerusakan buah tomat dan susut bobot buah tomat tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot, tingkat kecerahan (nilai L), tingkat kehijauan (nilai a), tingkat kekuningan (nilai b), kekerasan dan total padatan terlarut buah tomat selama masa penyimpanan.

4. Bahan pengisi pada kemasan berpengaruh nyata terhadap kerusakan mekanis, nilai warna L buah tomat selama masa penyimpanan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot, total padatan terlarut, kekerasan, tingkat kehijauan (nilai a), tingkat kekuningan (nilai b) buah tomat selama masa penyimpanan.

5. Kemasan yang terbaik untuk pengangkutan buah tomat selama transportasi adalah kemasan dengan perlakuan bahan pengisi cacahan koran dan tanpa pelapis dalam karena memiliki tingkat kerusakan mekanis paling rendah.

B. Saran

1. Pemberian bahan pengisi pada bagian pinggir dalam kemasan perlu diperbanyak, agar meminimalisir gesekan yang terjadi antara buah tomat dengan kemasan.

2. Perlu analisis lebih lanjut tentang pengaruh kemasan kertas semen terhadap peningkatan kerusakan mekanis buah tomat setelah penggetaran.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh macam-macam penyusunan pada lapisan dasar buah tomat (menggunakan metode diagonal check system atau fcc (face centered cubic)) pada pengemasan buah tomat.

39

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, RS. 2005. Dampak Kemasan dan Suhu Penyimpanan Terhadap Perubahan Sifat Fisik dan Masa Simpan Brokoli Setelah Transportasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Atherton, J.G. and J. Rudich. 1986. The Tomato Crops, A Scientific Basis for Improvement. Chapman and Hall Ltd. New York-USA.

Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia 2009. Jakarta. Badan Pusat Statistik.

BPPHP. 2002. Penanganan pascapanen dan pengemasan sayuran. http://agribisnis.deptan.go.id/ web/ teknopro/Leaflet%20Teknopro%20No.%2020.htm. [27 Mei 2011]

Buckle et. al. (1987). Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Cahyono, Bambang. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius. Direktorat Gizi Dept. Kes. R.I. 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bhratar : Jakarta. Hambali. 1995. Pola distribusi dan transportasi produk hortikultura. Jurnal Teknologi Industri

Pertanian. Edisi Khusus.

Hanlon, J. F. 1984. Handbook of Package Engineering. McGraw Hill Book Co., New York.

Hasiholan, M. 2008. Peningkatan Performa Pengemasan Jambu Biji (Psidium Guajava L.) Selama Transportasi dengan Penggunaan Bahan Pengisi. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, Fateta, IPB. Bogor

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT. Rieneka Cipta, Jakarta.

Kitinoja, L dan Gorny, J.R. 1999. Postharvest Technology for Small Scale Produce Marketer: Economic Opportunities, Quality and Food Safety. USA. Universityof California, Davis. Marpaung, L. 1997. Pemanenan dan penanganan buah tomat. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Hortikultura, h: 118-127.

Mc. Gregor, B.M. 1989. Tropical Products Transport Handbook. USA. United States Department of Agriculture.

Muchtadi, D. Petunjuk Laboratorium Fisiologi Pasca Panen Buah-buahan dan Sayur-sayuran. Bogor: PAU Pangan dan Gizi IPB.

Pantastico

,

ER.B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran Tropika dan Sub Tropika. (Diterjemahkan oleh Kamariayani; editor Tjitrosoepomo). Yogyakarta: GadjahMada University Press.

40 Poernomo, 1979. Daerah produksi, tempat penumpukan, pengepakan, pengangkutan, pemasaran/distribusi, dan pengemasan hasil hortikultura merupakan masalah penanganan lepas panen. Hortikultura, No. 6: 168-174.

Pradnyawati, P. I. 2006. Pengaruh Kemasan dan Goncangan Terhadap Mutu Fisik Jambu Biji. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB. Bogor.

Prajawati, N.M. 2006. Pengaruh Teknik Pengemasan dan Perlakuan Prakemas Terhadap Laju Penurunan Parameter Mutu Buah Tomat Selama Transportasi. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB. Bogor.

Purwadaria, Hadi K. 1992. Sistem Pengangkutan Buah-Buahan dan Sayuran. Makalah Pelatihan Teknologi Pasca Panen Buah-Buahan dan Sayuran. PAU Pangan dan Gizi, IPB. Bogor. 24 Februari 1992.

Rahmawati, Ii. 2010. Peningkatan Kinerja Pengemasan Pisang Ambon (Musa Paradisiaca L.) Selama Transportasi dengan Penataan Posisi Pisang dan Jenis Bahan Pengisi. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB. Bogor.

Sacharow, Stanley and Jr. Griffin. 1980. Principles of Food Packaging. AVI Publishing Company. Sinaga, R.M. 1984. Hubungan kematangan dan pengepakan terhadap kerusakan buah tomat pada

pengangkutan. Laporan Hasil Penelitian Balit. Horti. Lembang 1982/1983. h: 54-60. Sjaifullah. 1976. Perlakuan Segar Hortikultura. Hortikultura, No. 2: 33-41.

Sjaifullah. 1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soedibyo. 1985. Penanganan Pasca Panen Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran (Khusus Pengepakan, Pengangkutan, dan Penyimpanan). Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian, Sub Balai Penelitian Tanaman Pangan, Jakarta.

Soedibyo Tirtosoekotjo, M. 1992. Alat simulasi pengangkutan buah-buahan segar dengan mobil dan kereta api. Jurnal Hortikultura 2(1): 66-73.

Suparno. 2005. Kajian Perlakuan Pasca Panen Buah Pepaya (Carica papaya L.) Berbagai Umur Petik. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor.

Syarief et al. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Tannus. 2011. 5 Easy Ways to Lower Blood Pressure. http://effectiveselfdefense.com/health/5-easy-ways-to-lower-blood-pressure/ [27 Mei 2011]

Villareal. 1979. Tomatoes Production in The Tropics – Problems and Progress. 1st international Symposium on Tropical Tomato. AVRDC, Shanhua, Tainan, ROC. 6-12.

Wener. B.Z.H. 2000. Importance of The Tomato. AgriSupportOnline. Melbourne, Australia. Winarno, FG dan M. Aman, 1981. Fisiologi Lepas Panen. PT Sastra Hudaya. Jakarta.

41 Winarno. FG. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. M-Brio press. Bogor

42

LAMPIRAN

43 Lampiran 1. Nilai amplitudo dan frekuensi meja getar pada tiap ulangan untuk kondisi jalan luar kota

Parameter Menit ke-0 20 40 60 80 100 120 Rata-rata Waktu (detik) 4.8 4.8 5.1 5.4 4.9 4.7 4.15 4.83 Frekuensi (Hz) 3.33 3.75 3.33 3.65 3.46 3.40 3.23 3.45 Amplitudo (cm) 3.9 2.5 3.0 3.3 3.4 3.7 2.7 3.21

Lampiran 2. Nilai amplitudo dan frekuensi meja getar pada tiap ulangan untuk kondisi jalan buruk beraspal

Parameter Menit ke-0 20 40 60 80 Rata-rata

Waktu (detik) 5.8 5.4 5.2 4 4.3 4.94

Frekuensi (Hz) 3.44 3.33 3.46 3.15 2.79 3.23

44 Lampiran 3. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji Konstruksi BPPT 1986

(Soedibyo, 1992)

Bila alat simulasi dengan goncangan vertical digunakan selama 1 jam, maka jarak yang ditempuh adalah:

= ��������� �� ���� �� ������ℎ������ 1 ��

dimana: x = jumlah luas seluruh getaran vibrator (cm2/jam) z = jumlah seluruh getaran bak truk (cm2/jam) y = jarak yang ditempuh oleh truk (km) Data truk

Lembaga uji konstruksi BPPT tahun 1986 telah mengukur goncangan truk yang diisi 80% penuh dengan kecepatan 60 km/jam dalam kota dan 30 km/jam untuk jalan buruk beraspal (luar kota) dan jalan buruk beraspal (berbatu). Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data pengukuran goncangan truk pada berbagai keadaan jalan Jumlah kejadian

amplitudo/ kali

Amplitudo gerakan vertikal (cm) Jalan dalam kota Jalan luar kota Jalan buruk (aspal) Jalan buruk (berbatu) 1 3.5 3.9 4.8 5.2 500 3.2 3.6 4.2 4.1 1000 2.9 3.3 3.9 3.8 1500 2.5 3.0 3.5 3.6 2000 2.2 2.8 3.1 3.2 2500 1.8 2.5 2.8 2.6 3000 1.6 2.1 2.8 2.6 3500 1.5 2.0 2.0 2.0 4000 1.1 1.7 1.2 1.1 4500 0.9 1.3 0.8 0.7 5000 0.0 0.1 0.2 0.1

Jalan dalam dan luar kota diukur selama 30 menit 30 km, sedangkan jalan buruk (aspal) dan jalan buruk (berbatu) diukur selama 60 menit 30 km.

Berdasarkan data pada tabel di atas maka:

Amplitudo rata-rata getaran bak truk (P) =

∑ �(�� �)

∑ � (��)

dimana : P = rata-rata getaran bak truk (cm) N = jumlah kejadian amplitudo

A = amplitudo gerakan vertikal (cm) jalan luar kota Tabel 1 Luas satu siklus truk = ∫ �0 sin�

dimana : W = kecepatan sudut (getaran/detik) T = periode (detik/getaran)

45 Lampiran 3. Lanjutan

Amplitudo rata-rata getaran bak truk bila melalui jalan luar kota :

P = (1 3.9)+(500 3.6)+ (1000 3.3)+ …+(5000 0.1)

1+500+1000+⋯+5000

= 1.742 cm

Diketahui frekuensi bak truk = 1.4 Hz maka T = 1/f = 1/ 1.4 = 0.714 detik/getaran

W = 2π/T = 2(3.14)/ 0.714 = 8.8 getaran/detik Luas satu siklus getaran bak truk di jalan luar kota

=∫00.7141.742 sin(8.8 ) = 1.742∫00.714sin(8.8 ) = 1.742 �− 1 8.8cos⁡(8.8 )�0.714 0 = 1.742�− 1 8.8(cos(8.8 0.714)− ��0)� = 0.00119 cm2/getaran Frekuensi bak truk = 1.4 Hz

Luas satu siklus getaran bak truk = 0.00119cm2/getaran

Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam = 30 menit x 60 detik/menit x 1.4 getaran/detik x 0.00119 cm2/getaran = 2.999 cm2

Amplitudo rata-rata getaran bak truk bila melalui jalan buruk beraspal:

P = (1 4.8)+(500 4.2)+ (1000 3.9)+ …+(5000 3.5)

1+500+1000+⋯+5000

=

1.791 cm

Diketahui frekuensi bak truk = 1.4 Hz maka T = 1/f = 1/ 1.4 = 0.714 detik/getaran

W = 2π/T = 2(3.14)/ 0.714 = 8.8 getaran/detik Luas satu siklus getaran bak truk di jalan luar kota =∫0.7141.791 sin(8.8 ) 0 = 1.791∫0.714sin(8.8 ) 0 = 1.791 �− 1 8.8cos⁡(8.8 )�0.714 0 = 1.791�− 1 8.8(cos(8.8 0.714)− ��0)� = 1.222 x 10-3 cm2/getaran Frekuensi bak truk = 1.4 Hz

Luas satu siklus getaran bak truk = 1.222 x 10-3 cm2/getaran

Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan buruk beraspal selama 1 jam = 60 menit x 60 detik/menit x 1.4 getaran/detik x 1.222 x 10-3 cm2/getaran = 6.16 cm2

46 Lampiran 3. Lanjutan

Kesetaraan simulasi pengangkutan yang dilakukan dengan menggunakan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan di bawah ini (jalan luar kota):

f = 3.45 Hz A = 3.21 cm T = 1 = 1 3.45 = 0.289 detik/getaran W = 2� = 2� 0.289 = 21.67 getaran/detik

Luas satu siklus getaran vibrator = ∫0 sin�

= 3.21∫00.289sin(21.67) = 3.21�− 1 21.67cos(21.67 )�0.289 0 = 3.21�− 1 21.67(cos(21.67 � 0.289)− ��0)� = 8.84 x 10-4 cm2/getaran Jumlah seluruh getaran vibrator selama satu jam

= 1 jam x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 3.45 getaran/detik = 12 420 getaran/jam

Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama satu jam = 12 420 getaran/jam x 8.84x 10-4 cm2/getaran = 10.98 cm2/jam

Berdasarkan konversi angkutan truk selama 30 menit 30 km pada Lampiran 1, maka simulasi pengangkutan dengan truk selama satu jam di jalan luar kota

= ���� ℎ ���� ������ ℎ ������ �������� ������ 1 ��

���� ℎ ������ �� ��� ��������� �� ����

= 10.98 cm2/jam x 30 km = 54.31 km 2.997 cm2/0.5jam

47 Lampiran 3. Lanjutan

Kesetaraan simulasi pengangkutan yang dilakukan dengan menggunakan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan di bawah ini (jalan buruk beraspal):

f = 3.23 Hz A = 4.75 cm

T = 1 = 0.309 detik/getaran W= 2� = 2�

0.309 = 20.29 getaran/detik

Luas satu siklus getaran vibrator = ∫0 sin�

= 4.75∫00.309sin(20.29) = 4.75�− 1 20.29cos(20.29 )�0.309 0 = 4.75�− 1 20.29(cos(20.29 � 0.309)− ��0)� = 1.41 x 10-3 cm2/getaran Jumlah seluruh getaran vibrator selama satu jam

= 1 jam x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 3.23 getaran/detik = 11 628 getaran/jam

Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama satu jam = 11 628 getaran/jam x 1.40 x 10-3cm2/getaran = 16.34 cm2/jam

Berdasarkan konversi angkutan truk selama 60 menit 30 km pada Lampiran 1, maka simulasi pengangkutan dengan truk selama satu jam di buruk beraspal

= ���� ℎ ���� ������ ℎ ������ �������� ������ 1 ��

���� ℎ ������ �� ��� ��������� �� ����

= 16.34 cm2/jam x 30 km = 79.59 km 6.16 cm2/1jam

Bila digetarkan selama 80 menit, maka simulasi pengangkutan dengan truk di jalan buruk beraspal = 106.13 km

48 Lampiran 4. Analisis ragam kerusakan mekanis buah tomat

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 1 0 2 . 52 2 65 01 1 0 2 . 52 2 65 01 9 . 8 1 0 . 0 2 59

Ba h a n pe n gisi 1 3 1 7 . 50 3 78 53 3 1 7 . 50 3 78 53 3 0 . 3 9 0 . 0 0 27

La pisa n _ d* ba h a n

49 Lampiran 5. Analisis ragam susut bobot buah tomat

Susut bobot hari ke- 2

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 7 . 5 3 92 1 96 8 7 . 5 3 92 1 96 8 1 1 . 6 3 0 . 0 0 10

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 1 1 59 0 18 7 0 . 1 1 59 0 18 7 0 . 1 8 0 . 6 7 35

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 0 . 2 0 69 9 54 7 0 . 2 0 69 9 54 7 0 . 3 2 0 . 5 7 35

Susut bobot hari ke- 4

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 3 6 . 4 98 5 55 22 3 6 . 4 98 5 55 22 1 3 . 8 3 0 . 0 0 04

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 0 0 59 3 45 0 0 . 0 0 59 3 45 0 0 . 0 0 0 . 9 6 23

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 1 . 5 4 82 3 01 3 1 . 5 4 82 3 01 3 0 . 5 9 0 . 4 4 59

Susut bobot hari ke- 6

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 3 0 . 9 04 0 97 76 3 0 . 9 04 0 97 76 4 . 7 0 0 . 0 3 29

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 0 8 88 3 57 9 0 . 0 8 88 3 57 9 0 . 0 1 0 . 9 0 77

50 Lampiran 6. Analisis ragam warna (nilai L) buah tomat

Warna (nilai L) hari ke- 0

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 0 . 1 0 26 7 50 0 0 . 1 0 26 7 50 0 0 . 0 1 0 . 9 0 99

Ba h a n _ pe n g isi 1 3 1 . 2 01 8 75 00 3 1 . 2 01 8 75 00 4 . 0 9 0 . 0 7 06

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 1 9 . 7 89 0 08 33 1 9 . 7 89 0 08 33 2 . 6 0 0 . 1 3 83

Warna (nilai L) hari ke- 2

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 1 1 . 6 42 7 00 00 1 1 . 6 42 7 00 00 2 . 4 5 0 . 1 4 86

Ba h a n _ pe n g isi 1 4 5 . 4 74 1 33 33 4 5 . 4 74 1 33 33 9 . 5 7 0 . 0 1 14

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 2 3 . 8 57 2 00 00 2 3 . 8 57 2 00 00 5 . 0 2 0 . 0 4 90

Warna (nilai L) hari ke- 4

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 0 . 0 0 33 3 33 3 0 . 0 0 33 3 33 3 0 . 0 0 0 . 9 7 72

Ba h a n _ pe n g isi 1 5 2 . 8 36 0 33 33 5 2 . 8 36 0 33 33 1 3 . 6 0 0 . 0 0 42

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 8 . 2 3 36 3 33 3 8 . 2 3 36 3 33 3 2 . 1 2 0 . 1 7 61

Warna (nilai L) hari ke- 6

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 0 . 1 3 23 0 00 0 0 . 1 3 23 0 00 0 0 . 0 3 0 . 8 7 68

Ba h a n _ pe n g isi 1 5 1 . 5 84 5 33 33 5 1 . 5 84 5 33 33 9 . 8 6 0 . 0 1 05

51 Lampiran 7. Analisis ragam warna (nilai a) buah tomat

Warna (nilai a) hari ke- 0

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 1 2 5 . 32 4 03 33 1 2 5 . 32 4 03 33 6 . 4 6 0 . 0 2 93

Ba h a n _ pe n g isi 1 8 . 7 3 81 3 33 8 . 7 3 81 3 33 0 . 4 5 0 . 5 1 74

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 4 4 6 . 03 2 13 33 4 4 6 . 03 2 13 33 2 2 . 9 8 0 . 0 0 07

Warna (nilai a) hari ke- 2

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 3 2 . 8 68 3 00 0 3 2 . 8 68 3 00 0 1 . 5 2 0 . 2 4 60

Ba h a n _ pe n g isi 1 4 2 . 7 89 6 33 3 4 2 . 7 89 6 33 3 1 . 9 8 0 . 1 9 00

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 3 0 8 . 45 8 80 00 3 0 8 . 45 8 80 00 1 4 . 2 5 0 . 0 0 36

Warna (nilai a) hari ke- 4

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 3 6 . 1 92 1 33 3 3 6 . 1 92 1 33 3 2 . 1 7 0 . 1 7 16

Ba h a n _ pe n g isi 1 6 2 . 3 80 8 00 0 6 2 . 3 80 8 00 0 3 . 7 4 0 . 0 8 20

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 3 0 2 . 40 4 80 00 3 0 2 . 40 4 80 00 1 8 . 1 2 0 . 0 0 17

Warna (nilai a) hari ke- 6

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 2 2 . 6 32 5 33 3 2 2 . 6 32 5 33 3 0 . 9 7 0 . 3 4 86

Ba h a n pe n gisi 1 8 3 . 8 46 5 33 3 8 3 . 8 46 5 33 3 3 . 5 8 0 . 0 8 77

52 Lampiran 8. Analisis ragam warna (nilai b) buah tomat

Warna (nilai b) hari ke- 0

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 2 . 4 8 43 0 00 0 2 . 4 8 43 0 00 0 0 . 4 0 0 . 5 3 90

Ba h a n _ pe n g isi 1 5 . 0 1 81 3 33 3 5 . 0 1 81 3 33 3 0 . 8 2 0 . 3 8 72

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 0 . 6 6 27 0 00 0 0 . 6 6 27 0 00 0 0 . 1 1 0 . 7 4 93

Warna (nilai b) hari ke- 2

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 1 2 . 0 80 1 33 33 1 2 . 0 80 1 33 33 1 . 2 8 0 . 2 8 36

Ba h a n _ pe n g isi 1 1 3 . 4 40 8 33 33 1 3 . 4 40 8 33 33 1 . 4 3 0 . 2 5 96

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 1 . 3 0 68 0 00 0 1 . 3 0 68 0 00 0 0 . 1 4 0 . 7 1 72

Warna (nilai b) hari ke- 4

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 1 0 . 4 90 7 00 00 1 0 . 4 90 7 00 00 0 . 9 0 0 . 3 6 54

Ba h a n _ pe n g isi 1 5 . 4 6 75 0 00 0 5 . 4 6 75 0 00 0 0 . 4 7 0 . 5 0 92

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 0 . 1 7 76 3 33 3 0 . 1 7 76 3 33 3 0 . 0 2 0 . 9 0 43

Warna (nilai b) hari ke- 6

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 0 . 0 8 84 0 83 3 0 . 0 8 84 0 83 3 0 . 0 1 0 . 9 4 34

Ba h a n pe n gisi 1 1 1 . 5 44 4 08 33 1 1 . 5 44 4 08 33 0 . 6 9 0 . 4 2 50

53 Lampiran 9. Analisis ragam kekerasan buah tomat

Kekerasan hari ke- 0

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 0 . 0 0 00 0 41 7 0 . 0 0 00 0 41 7 0 . 0 0 0 . 9 9 79

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 4 5 65 0 41 7 0 . 4 5 65 0 41 7 0 . 7 5 0 . 3 9 35

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 0 . 8 4 00 0 41 7 0 . 8 4 00 0 41 7 1 . 4 4 0 . 2 5 00

Kekerasan hari ke- 2

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 0 . 3 8 76 0 41 7 0 . 3 8 76 0 41 77 2 . 6 0 0 . 1 1 95

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 0 3 15 3 75 0 0 . 0 3 15 3 75 0 0 . 2 1 0 . 6 4 96

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 0 . 0 4 42 0 41 7 0 . 0 4 42 0 41 7 0 . 3 0 0 . 5 9 10

Kekerasan hari ke- 4

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 0 . 0 7 26 0 00 0 0 . 0 7 26 0 00 0 0 . 4 3 0 . 5 1 67

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 0 2 28 1 66 7 0 . 0 2 28 1 66 7 0 . 1 4 0 . 7 1 54

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 0 . 0 6 20 1 66 7 0 . 0 6 20 1 66 7 0 . 3 7 0 . 5 4 88

Kekerasan hari ke- 6

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 0 . 1 2 61 5 00 0 0 . 1 2 61 5 00 0 0 . 5 5 0 . 4 6 43

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 0 6 61 5 00 0 0 . 0 6 61 5 00 0 0 . 2 9 0 . 5 9 52

54 Lampiran 10. Analisis ragam total padatan terlarut (TPT) buah tomat

TPT hari ke- 0

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 0 . 0 1 30 6 66 7 0 . 0 1 30 6 66 7 0 . 1 1 0 . 7 4 60

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 0 0 02 6 66 7 0 . 0 0 02 6 66 7 0 . 0 0 0 . 9 6 30

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 0 . 1 5 68 1 66 7 0 . 1 5 68 1 66 7 1 . 2 9 0 . 2 6 72

TPT hari ke- 2

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 0 . 0 0 71 5 68 4 0 . 0 0 71 5 68 4 0 . 0 8 0 . 7 8 31

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 0 1 19 0 12 9 0 . 0 1 19 0 12 9 0 . 1 3 0 . 7 2 28

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 0 . 1 3 71 7 53 6 0 . 1 3 71 7 53 6 1 . 4 8 0 . 2 3 46

TPT hari ke- 4

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n da la m 1 0 . 0 2 96 3 38 0 0 . 0 2 96 3 38 0 0 . 1 7 0 . 6 8 41

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 0 0 10 2 26 9 0 . 0 0 10 2 26 9 0 . 0 1 0 . 9 3 96

La pisa n _ d* ba h a n _ pe n g 1 0 . 0 8 20 5 60 2 0 . 0 8 20 5 60 2 0 . 4 7 0 . 4 9 96

TPT hari ke- 6

Sou r ce D F Type I I I SS M e a n Squ a r e F Va lu e Pr > F

La pisa n _ da la m 1 0 . 5 0 97 6 87 2 0 . 5 0 97 6 87 2 5 . 1 2 0 . 0 3 26

Ba h a n _ pe n g isi 1 0 . 0 1 03 2 42 8 0 . 0 1 03 2 42 8 0 . 1 0 0 . 7 5 01

55 Lampiran 11. Penampakan buah tomat setelah penggetaran selama penyimpanan

Hari ke- Kemasan

Kontrol A1B1 A1B2

0

2

4

6

Keterangan:

Kontrol = kemasan peti kayu tanpa penambahan perlakuan

A1B1 = kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran A1B2 = kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering A2B1 = kemasan peti kayu dengan lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran A2B2 = kemasan peti kayu lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering

56 Lampiran 11. Lanjutan

Hari ke- Kemasan

A2B1 A2B2 0 2 4 6 Keterangan:

Kontrol = kemasan peti kayu tanpa penambahan perlakuan

A1B1 = kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran A1B2 = kemasan peti kayu tanpa lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering A2B1 = kemasan peti kayu dengan lapisan kertas semen dengan bahan pengisi cacahan koran A2B2 = kemasan peti kayu lapisan kertas semen dengan bahan pengisi daun pisang kering

57 Lampiran 12. Skema penyusunan buah tomat dalam kemasan peti kayu

Tampak atas

58 Lampiran 12. Lanjutan

59 Lampiran 13. Desain peti kayu yang digunakan dalam pengemasan buah tomat

i

PENGKAJIAN KEMASAN DALAM DAN PENGISI TERHADAP MUTU

BUAH TOMAT ( Lycopersicon esculentum Mill.) PADA KEMASAN PETI

Dokumen terkait