• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur data yang telah didapat setelah penelitian dimana merupakan data valid dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Pengujian validitas instrumen digunakan dengan menggunakan program SPSS 12.0 for Windows, dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika r hitung > r tabel , maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid. 2) Jika r hitung < r tabel , maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrumen penelitian. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2003: 110).

Pengujian dilakukan dengan program SPSS 12.0 for Windows. Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika ralpha positif atau > rtabel maka pertanyaan reliabel. 2) Jika ralpha negatif atau < rtabel maka pertanyaan tidak reliabel.

9. Metode Analisis Data

1. Metode Deskriptif

Metode ini data-data yang telah diperoleh digolongkan, diklasifikasikan, diinterpretasikan dan selanjutnya dianalisis, sehingga diperoleh suatu gambaran umum tentang data-data yang diteliti.

2. Metode Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software SPSS Versi 12.0 for Windows. Bentuk perumusannya sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e…………..Sugiono (2004:211) Dimana : Y = Keputusan Pembelian Minuman Fruit Tea

a = Konstanta

X1 = Skor indikator Portability X2 = Skor indikator Memorable X3 = Skor indikator Easy to Read X4 = Skor indikator Visual Protection

B1…4 = Koefisien Regresi e = Standar error

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik kemudian akan dianalisis pengujian hipotesis sebagai berikut :

1) Uji Serempak (Uji F)

Untuk membuktikan bahwa setiap variabel bebas (Xi) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Yi) secara serentak.

Ho : bi = 0, artinya jika tidak terdapat pengaruh bi terhadap keputusan pembelian minuman Fruit Tea.

Ho : bi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh terhadap keputusan pembelian minuman Fruit Tea.

Kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. a) Ho diterima jika Fhitung < Ftabel (α)

b) H1 diterima jika Fhitung > Ftabel (α)

2) Uji Secara Parsial (Uji t)

Untuk melihat pengaruh variabel setiap kemasan Fruit Tea (Xi) terhadap variabel keputusan pembelian (Yi), maka dalam hal ini peneliti menggunakan uji t satu sisi.

Ho : bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari setiap variabel kemasan Fruit Tea (Xi) terhadap variabel keputusan pembelian minuman Fruit Tea (Yi).

H1 : bi ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari setiap variabel kemasan Fruit Tea (Xi) terhadap variabel keputusan pembelian minuman Fruit Tea (Yi).

Kriteria pengambilan keputusan dengan tingkat kesalahan sebesar 5%. a) Ho diterima apabila t hitung < t tabel (α)

b) H1 diterima apabila t hitung > t tabel (α)

3) Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel kemasan Fruit Tea (X) terhadap keputusan pembelian minuman Fruit

Tea (Y). Jika nilai R² mendekati satu (1) maka semakin kuat pengaruhnya, sebaliknya jika mendekati nol (0) maka pengaruhnya semakin lemah.

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Siska Aprilia (2006) judul skripsi : “Pengaruh Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Minuman Fanta Pada Siswa SMU ST. Thomas 1 Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel dari kemasan antara lain Portability, Memorable, Easy to Read dan Visual Protection terhadap keputusan pembelian minuman Fanta.

Hasil dari analisis data primer dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel bebas yang memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu Memorable, Easy to Read dan Visual Protection, sedangkan variabel Portability tidak mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian minuman Fanta.

Juwita Sari (2005) judul skripsi : “Pengaruh Kemasan Sunslik Terhadap Keputusan Pembelian Pada Siswa SMU Negri 1 Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel dari kemasan antara lain Portability, Memorable, Easy to Read dan Visual Protection terhadap keputusan pembelian Sunslik..

Hasil dari analisis data primer dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel bebas yang memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap variabel terikat yaitu

tidak mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian minuman Fanta.

B. Pengemasan Produk

1. Pengertian Kemasan

Menurut Angipora (2003: 151) kemasan adalah seluruh kegiatan merancang dan memproduksi pembungkus suatu produk.

Ada beberapa alasan mengapa kemasan sangat diperlukan antara lain : a. Pengemasan sebagai alat untuk melindungi produk

Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen. Kemasan dirancang dengan tepat akan melindungi produk dari hal-hal yang dapat mengurangi mutu, jumlah dan penampilan.

b. Pengemasan sebagai sarana yang dapat memberikan kemudahan penggunaan

Kemasan harus dapat memberikan kemudahan dalam penggunaan produk. Misalnya kemasan harus mudah dibuka dan ditutup, tidak boleh terlalu berat.

c. Kemasan berguna dalam melaksanakan program pemasaran perusahaan Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif sehingga produk dapat dibedakan dari produk pesaing. Beberapa kemasan dapat menjadi daya tarik sendiri dalam penjualan sehingga sekaligus menjadi media promosi.

2. Kemasan Produk di dalam Pemasaran

Perkembangan baru dalam kemasan terjadi dengan cepat sekali sehingga manajemen perusahaan dituntut memperhatikan pembaharuan dalam desain kemasan produk misalnya bahan baru menggantikan bahan lama, bentuk dan ukuran yang dibuat semakin menarik dan ciri-ciri lain model kemasan dengan ukuran isi.

Pengemasan menjadi alat pemasaran yang cukup potensial sekarang ini. Kemasan yang terancang dengan baik dapat memberikan kenyamanan bagi konsumen dan promosi bagi produsen menurut Susanto (2001: 593).

Berbagai faktor berperan dalam meningkatkan penggunaan kemasan sebagai alat pemasaran antara lain :

a. Swalayan: Produk yang dijual didalam swalayan jumlahnya sangat banyak, konsumen pasti melewati berbagai merek produk, jenis produk, dan lain sebagainya. Peran kemasan disini harus menarik perhatian, menjelaskan tampilan produk, memberikan keyakinan pada konsumen, dan menimbulkan kesan yang menyenangkan.

b. Kemampuan konsumen: Meningkatkan kemampuan konsumen berarti konsumen bersedia membayar lebih banyak untuk kenyamanan, penampilan, dan prestise dari kemasan yang lebih baik.

c. Citra Perusahaan dan Merek: Perusahaan mengakui kekuatan kemasan yang terancang baik dalam menghasilkan pengakuan seketika atas perusahaan atau merek.

3. FUNGSI KEMASAN

Kemasan memiliki fungsi yang sangat penting, Setiadi (2005:46) memberikan beberapa prinsip bagi perancang kemasan agar memahami proses kemasan antara lain :

a. Kemasan berfungsi sebagai informasi, sehingga desain kemasan harus jujur dan memberikan informasi tentang produk. Artinya kemasan harus sesuai dengan desain yang tertera pada kemasan dengan isinya.

b. Kemasan memiliki fungsi sebagai pelindung produk serta memiliki fungsi kepraktisan yang harus sesuai dengan pandangan konsumen.

c. Kemasan memilki fungsi branding/merek sebagai sarana komunikasi citra dan posisi produk dipasar.

Peranan fungsi kemasan dalam pemasaran juga ditimbulkan oleh beberapa faktor antara lain :

a. Meningkatkan standar kesehatan dan sanitasi yang dituntut oleh masyarakat.

b. Mahalnya harga tempat untuk peragaan produk yang diperlukan oleh pihak produsen dan sulitnya memperoleh tempat ditoko-toko eceran. c. Susahnya menghadapi pengecer yang hanya mau menjual produk

dengan kemasan yang efektif saja.

4. Strategi Kemasan

Strategi pengemasan menurut Sastradipoera (2003: 129) adalah strategi pengemasan ynga meliputi rencana dan metode yang cermat untuk melindungi dan memberikan kemudahan penggunaan produk dan memberikan kemasan yang tepat pada produk tersebut bagi kepentingan penjualan.

Usaha untuk menentukan penampilan produk yang lebih baik memiliki beberapa strategi kemasan yang dapat memberikan kemasan yang tepat pada produk tersebut bagi kepentingan penjualan.

Usaha untuk menentukan penampilan produk yang lebih baik memiliki beberapa strategi kemasan yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan antara lain :

a. Mengubah Kemasan

Menyadari kemasan yang ditampilkan tidak memiliki daya tarik yang begitu baik lagi dari konsumen, sehingga manajemen dihadapkan untuk mengambil tindakan mengubah kemasan dengan alasan :

1. Menangkal menurunnya omset penjualan

2. Memperluas pasar dengan menarik kelompok baru para konsumen 3. Memanfaatkan bahan kemasan baru

4. Membantu program promosi menjadi daya tarik utama dalam iklan. 5. Kemasan lini produk

Suatu perusahaan harus memutuskan apakah mengembangkan kemasan yang sama untuk beberapa produk atau kemasan yang berbeda untuk masing-masing produk. Kemasan kelompok (family packaging) mencakup pemakaian kemasan yang serupa untuk semua produk yang mempunyai kesamaan dalam ciri.

b. Kemasan yang dipakai ulang

Strategi dalam kebijakan kemasan adalah pemakaian ulang kemasan dari produk yang telah laku.

Terdapat kecenderungan dari berbagai perusahaan yang mengarah kepada penggunaan kemasan yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan kemasan aneka ragam dapat meningkatkan penjualan.

Perkembangan dalam kemasan terjadi dengan cepat sekali dan tidak henti-hentinya memaksa pihak manajemen untuk terus memperhatikan pembaharuan dalam desain kemasan mereka, misalnya :

a. Bahan baru menggantikan bahan lama b. Bentuk dan ukuran yang semakin menarik c. Model tutup kemasan yang lebih praktis d. Ciri-ciri lain model kemasan dengan ukuran isi

5. Program Pengemasan

Semua kegiatan pemasaran perlu terprogram. Demikian pula halnya dengan pemasar. Program kemasan dalam pemasaran adalah segala rencana yang menetapkan cara pelaksanaan pengemasan produk.

Program pengemasan ini meliputi :

a. Perencanaan dan pengoordinasian kegiatan-kegiatan pengembangan pengemasan melalui organisasi.

b. Pelaksanaan riset oleh para ahli yang berpengalaman di bidangnya.

c. Pengembangan dan rekayasa yang sesuai dengan tujuan pengemasan dan efisiensi.

d. Pengujian atas hasil pengembangan dan rekayasa yang didasarkan pada hasil riset.

e. Spesifikasi penulisan yang biasanya merupakan gabungan hasil dari spesialis dalam bidang marketing dan kesenian.

f. Pemilihan dan pengawasan warna agar sesuai dengan tuntutan pasar dan teknologi.

g. Pengawasan mutu komponen–komponen pengemasan yang merupakan perpaduan antara ahli-ahli pemasaran dan teknologi.

h. Perakitan dan penyimpanan informasi. i. Penganalisaan terhadap pengemasan produk.

Mengembangkan kemasan yang efektif untuk suatu produk membutuhkan beberapa keputusan antara lain :

a. Konsep pengemasan

Konsep ini mendefinisikan apa bentuk atau fungsi dasar kemasan itu bagi suatu produk. Apakah fungsi utama memberikan perlindungan yang baik bagi produk itu sendiri, memperkenalkan metode penggunaan baru, menyatakan mutu tertentu dari perusahaan.

b. Ukuran, bentuk, bahan, warna, dan lambang merek

Berbagai unsur pengemasan ini harus diselaraskan. Ukuran berhubungan dengan bahan, warna, dan sebagainya.

c. Keputusan mengenai keamanan produk itu sendiri

Keputusan harus dibuat atas peralatan anti bocor mengingat masalah keamanan produk itu sendiri.

d. Keputusan penetapan harga, pengiklanan, dan unsur pemasaran lainnya Mengembangkan pengemasan yang efektif membutuhkan biaya yang besar, dan membutuhkan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun, dan tentu juga iklan yang dibuat harus menjadi lebih menarik.

C. Keputusan Pembelian

1. Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Setiadi (2003: 16) proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian sebagai berikut : pengenalan masalah kebutuhan, pencarian, informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.

Sumber: Nugroho Setiadi, 2003

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan

Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pengenalan Masalah

Pembeli menyadari adanya kebutuhan yang disebabkan oleh rangsangan internal hingga suatu tingkat tertentu dapat berubah menjadi dorongan dan dapat juga dari eksternal.

b. Pencarian Informasi

Konsumen akan mulai mencari informasi yang lebih banyak jika minatnya mulai timbul. Proses pencarian informasi dapat dikelompokkan menjadi : sumber pribadi, sumber komersil, sumber umum, dan dari pengalaman. Secara umum konsumen menerima informasi terbanyak dari sumber komersil yang didominasi oleh pemasar.

c. Evaluasi Alternatif

Kebanyakan model proses evaluasi sekarang bersifat kognitif yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk berdasarkan pertimbangan yang sadar dan rasional. Konsumen mungkin

Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Mengenali Kebutuhan

mengembangkan seperangkat kepercayaan merek tentang dimana setiap merek berada pada ciri masing-masing.

d. Keputusan Pembelian

Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi tujuan pembelian dan keputusan pembelian. Pertama sikap orang lain dan faktor-faktor yang tak terduga. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdasarkan faktor seperti : pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan.

e. Perilaku Sesudah Pembelian

Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia mungkin akan membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan mengalami satu atau dua tindakan, sampai pada tahap meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah singkat Perusahaan

Sosro yang sudah dikenal di masyarakat, sebenarnya merupakan singkatan dari nama keluarga yaitu Sosrodjojo yang mulai merintis usaha Teh Wangi Melati pada tahun 1940 di sebuah kota kecil di Jawa Tengah bernama Slawi. Teh Wangi Melati yang diperkenalkan pada saat itu bermerek Cap Botol.

Pada tahun 1965, Teh Wangi Melati merek Cap Botol yang sudah terkenal didaerah Jawa mulai diperkenalkan di Jakarta. Teknik mempromosikan Teh Wangi Melati merek Cap Botol di Jakarta dinamakan strategi promosi cicip rasa. Secara rutin beberapa staf yang dikoordinir oleh Bapak Soetjipto Sosrodjojo mendatangi tempat-tempat keramaian dengan menggunakan mobil dan alat-alat propaganda seperti memutar lagu-lagu untuk menarik perhatian dan mengumpulkan penonton. Setelah berhasil mengumpulkan penonton cukup banyak, penonton yang ada tersebut dibagikan secara gratis contoh Teh Wangi Melati merek Cap Botol (sekarang disebut teknik sampling).

Staf juga mendemokan cara menyeduh Teh Wangi Melati merek Cap Botol yang kemudian dibagikan agar dapat dicicipi langsung oleh penonton sehingga mereka yakin bahwa ramuan Teh Wangi Melati merek Cap Botol adalah Teh yang memiliki mutu dan kualitas yang baik. Teknik merebus teh langsung di tempat keramaian itu ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga menimbulkan kendala. Penonton yang sudah berkumpul menjadi tidak sabar dan banyak yang meninggalkan arena demo sebelum sempat mencicipi seduhan teh

tersebut. Untuk menanggulangi kendala tersebut maka sebelum dibawa ke tempat keramaian Teh Wangi Melati merek Cap Botol diseduh terlebih dahulu di kantor dan dimasukkan ke dalam panci untuk kemudian dibawa dengan kendaraan menuju tempat-tempat keramaian untuk dipromosikan.

Teknik yang kedua ini juga masih mengalami kendala, yaitu air teh yang dibawa dalam panci banyak yang tertumpah sewaktu dalam perjalanan karena kondisi kendaraan dan jalan-jalan di Jakarta pada saat itu belum sebaik sekarang. Akhirnya ditempuh cara lain, yaitu air teh yang telah diseduh dikantor kemudian ditaruh didalam botol-botol bekas limun/kecap yang telah dibersihkan terlebih dahulu untuk selanjutnya dibawa ketempat tempat kegiatan promosi cicip rasa berlangsung. Ternyata cara yang ketiga ini berjalan baik dan terus dipakai selama bertahun-tahun.

Pada tahun 1969 muncul gagasan menjual air teh siap minum dalam kemasan botol dengan merek Teh Botol Sosro. Merek tersebut dipakai untuk mendompleng merek Teh seduh Cap Botol yang sudah lebih dulu populer dan mengambil bagian dari nama belakang keluarga Sosrodjojo. Untuk kemunculan desain botol pertama, adalah pada tahun 1970 dan desain botol tidak berubah, lebih dari 2 tahun. Untuk desain botol kedua yaitu pada tahun 1972 juga bertahan sampai dengan 2 tahun. Dan pada tahun 1974, dengan didirikan PT. Sinar Sosro di kawasan Ujung Menteng (waktu itu masuk wilayah Bekasi, tetapi sekarang masuk wilayah Jakarta), maka desain botol Teh Botol Sosro berubah dan bertahan sampai sekarang. Pabrik tersebut, merupakan pabrik teh siap minum dalam kemasan botol pertama di Indonesia dan pertama di dunia.

B. Filosofi Sosro

Sejak Generasi-I, keluarga Sosro memiliki satu filosofi yang mulia dan selalu diterapkan pada setiap aktivitas bisnisnya. Filosofi tersebut adalah “NIAT BAIK”. Niat Baik ini dijabarkan kepada produk-produk yang dihasilkan (yang pada saat itu Teh Botol Sosro), yaitu bahwa produk-produk Sosro tidak membahayakan kesehatan. Artinya bahwa produk Sosro tidak menggunakan bahan pengawet, tidak menggunakan pemanis buatan dan tidak menggunakan zat pewarna. Niat Baik ini juga diterapkan pada proses produksi Sosro sehingga proses produksi yang dilakukan aman bagi lingkungan. Dengan demikian setiap produk Sosro dapat dikonsumsi segala usia sepanjang hari.

C. Visi dan Misi

Sosro ada dan menjadi besar karena Visi-Misi yang jelas, intuisi bisnis yang brilliant, keuletan dan strategi marketing yang handal serta didukung jalur distribusi yang luar biasa. Yang menjadi Visi dan Misi Perusahaan Sosro yaitu :

Visi Sosro ialah: “Menjadi perusahaan minuman yang dapat melepaskan

rasa dahaga konsumen, kapan saja, dimana saja, serta memberikan nilai tambah kepada semua pihak yang terkait”.

Misi Sosro íalah :

1. Melahirkan merek dan produk minuman baru, baik yang berbasis teh, maupun non teh, dan menjadikannya pemimpin pasar dalam kategorinya masing-masing.

3. Menciptakan dan memelihara komitmen terhadap pertumbuhan jangka panjang, baik dalam volume penjualan maupun penciptaan pelanggan. 4. Membangun sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang sesuai

dengan nilai–nilai utama perusahaan.

5. Memberikan kepuasan kepada para pelanggan. 6. Menyumbang devisa ke negara.

D. Produk Sosro

Perusahaan Sosro dalam menjalankan penjualannya, memproduksi banyak produk minuman baik dalam kemasan botol, tetra, kaleng, maupun dalam kemasan isi. Semua produk yang dihasilkan memiliki masing-masing cita rasa yang khas. Beberapa produk itu antara lain :

Tipe Kemasan : Botol Volume (Netto) : 220 ml/ botol

Jenis Produk : Teh Wangi Melati Ketahanan Produk : 1 Tahun

Target Segmen : Semua Umur Kemasan Luar :

Krat Plastik 1 krat = 24 botol

Tipe Kemasan : Kemasan Tetra Slim

Volume (Netto) : 200 ml/ kemasan dan 250 ml/kemasan Jenis Produk : Teh Wangi Melati

Ketahanan Produk : 1 Tahun Target Segmen : Semua Umur Kemasan Luar :

Karton berombak lapis dua 1 karton = 24 kemasan Maks. 10 susun

Kemasan : Botol

Volume (Netto) : 235 ml/ botol

Jenis Produk : Rasa Apel, Lemon dan Aneka Rasa Buah Ketahanan Produk : 1 Tahun

Target Segmen : Remaja Kemasan Luar : Krat Plastik

Tipe Kemasan : Kemasan Tetra Genggam Volume (Netto) : 200 ml/ kemasan

Jenis Produk :

Rasa Apel, Lemon, Aneka Buah, Jeruk, Stroberi dan Jambu Klutuk

Ketahanan Produk : 1 Tahun Target Segmen : Remaja Kemasan Luar : Karton berombak lapis dua 1 karton = 24 kemasan @ 200 ml Maks. 7 susun

Tipe Kemasan : Kaleng Volume (Netto) : 318 ml/ kaleng Jenis Produk :

Rasa Apel, Lemon, Aneka Buah, Jeruk, Stroberi dan Jambu Klutuk

Ketahanan Produk : 2 Tahun Target Segmen : Remaja Kemasan Luar : Karton berombak lapis dua 1 karton = 24 kemasan @ 318 ml Maks. 10 susun

PT. Sosro juga memproduksi Teh Celup Sosro yang non envelop dan yang envelop. Teh Celup Sosro non enveloped terdiri dari kemasan isi 5 tea bags (kantong teh), kemasan isi 10 tea bags (kantong teh), kemasan isi 15 tea bags (kantong teh), kemasan isi 30 tea bags (kantong teh), dan kemasan isi 50 tea bags (kantong teh). Sedangkan Teh Celup Sosro enveloped terdiri dari Green Tea (teh hijau), Black Tea (teh hitam), dan Jasmine Tea (teh jasmin).

E. Proses Produksi Fruit Tea

Sosro yang kita kenal sekarang memiliki aroma dan cita rasa yang khas dibanding jenis minuman lainnya. Cara pembuatannya sederhana dengan bahan utamanya hanya menggunakan teh hitam, gula pasir, konsentrat buah, flavour dan air.

1. Deskripsi

Fruit Tea adalah salah satu produk hasil inovasi terbaru Sosro yang terdiri dari 6 rasa, yaitu :

a. Teh rasa Apel

b. Teh rasa Aneka Buah. c. Teh rasa Lemon. d. Teh rasa Jeruk. e. Teh rasa Stroberi. f. Teh rasa Jambu Klutuk.

Fruit Tea merupakan produk minuman teh yang diberi konsentrat buah, dan untuk bahan baku tehnya dari jenis teh hitam.

2. Bahan Baku

Bahan baku produk Fruit Tea adalah terdiri dari : a. Teh hitam b. Gula pasir c. Konsentrat buah d. Flavour e. Air 3. Proses Pembuatan

Proses pembuatan dari produk Fruit Tea terdiri dari 5 tahapan, yaitu :

a. Penyeduhan Teh

Teh hitam diseduh didalam tangki ekstraksi dengan air mendidih yang sudah melalui proses filtrasi.

b. Pelarutan Gula

Gula pasir putih dilarutkan dengan air panas melalui filtrasi dan pemanasan sampai mencapai kadar kemanisan yang diinginkan. Gula pasir yang sudah dilarutkan tersebut (dinamakan sirup gula) lalu dilewatkan ke filter Cosmos dan kemudian dipompa kedalam tangki penampungan sirup gula.

c. Pencampuran

Pada proses pencampuran ini, Teh Cair Pahit (TCP) hasil seduhan dicampur dengan sirup gula dan konsentrat buah serta flavour untuk mendapatkan rasa Fruit Tea yang diinginkan.

d. Pemanasan

Produk yang sudah jadi, kemudian dilewatkan ke mesin Tetra Pack. Didalam mesin ini, produk disterilisasikan dengan menggunakan Ultra High Temperatur (UHT). Disini, produk dilewatkan pemanas sampai suhu mencapai 141°C selama lebih kurang 3 detik dan langsung didinginkan kembali sampai suhu kamar.

e. Pengisian ke dalam Kemasan Tetra

Produk yang sudah disterilisasikan kemudian dipompa ke mesin pengisi dengan tetap dijaga kesterilisasiannya. Di mesin ini, produk diisikan kedalam paper yang sebelumnya juga sudah disterilisasikan. Paper yang sudah berisi produk tadi lalu sealnya direkatkan dan papernya dipotong dan dibentuk sesuai bentuk kemasan Tetra Wedge oleh mesin pengemasan Tetra Wedge.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan dua metode untuk menganalisis data primer yang telah diperoleh, yakni metode analisis deskriptif dan metode regresi linear berganda. Metode analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer yang berupa kuesioner yang telah diperoleh oleh responden penelitian. Metode regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan variabel bebas (portability,

Dokumen terkait