• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Alat Pengumpul Data

METODE PENELITIAN

C. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis maka diperlukan instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpul data digunakan agar dapat menggali keterangan dan memperoleh data mengenai variabel dalam penelitian ini yitu: proses pembelajaran penjas maka disusun instrumen pengumpul data berupa kuesioner (angket) sebagai teknik utama.

Sedangkan untuk memperoleh perilaku sosial siswa selain diperoleh dari kuesioner, juga diperoleh dari hasil observasi ke lapangan dan studi dokumentasi. Sesuai dengan teknik yang digunakan tersebut, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah daftar angket, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.

1. Angket (questionnaire)

“Angket atau kuesioner adalah penyelidikan mengenai suatu masalah dengan jalan mengedarkan daftar pertanyaan atau pernyataan yang diajukan secara tertulis pada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respon) tertulis seperlunya” (Kartono, 1996:217). Angket yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket tertutup, dimaksudkan agar semua jawaban yang diberikan oleh responden lebih mudah untuk dinilai karena semua alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu.

Penggunaan kuesioner sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini dilandasai oleh kenyataan yang dihadapi peneliti, seperti yang dikemukakan Hadjar (1996:181) bahwa :

Angket (questionnaire) merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subjek, baik secara individual maupun kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu seperti referensi, keyakinan, minat dan perilaku. Untuk mendapatkan informasi dengan angket ini peneliti tidak perlu bertemu langsung dengan subjek, tetapi cukup dengan mengajukan pertanyaan tertulis untuk mendapatkan respon.

Selain itu, pertimbangan lain yang dijadikan dasar dalam penggunaan kuesioner menurut Arif (1982:70) yaitu :

a. Agar hasil pengukuran terhadap variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.

b. Dengan alat pengumpul data (kuesioner) tersebut memungkinkan dapat diperoleh data yang objektif.

c. Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Berdasarkan landasan tersebut, maka dalam penelitian ini untuk mengungkapkan dampak pembelajaran penjas terhadap perilaku sosial siswa digunakan angket dengan menggunakan skala yang dapat mengungkapkan data yang diperoleh dari responden dengan data nominal tak sebenarnya. Hal ini seperti yang dikemukakan Riduwan (2004:7) yaitu “. . . data seperti ini bisa diberi angka 1,2,3,4,5 sedangkan untuk kinerja guru menggunakan model skala Likert setiap alternatif jawaban diberi skor antara 1,2,3,4,5.”

a. Instrumen pengumpul data dampak pembelajaran penjas.

Mengungkapan variabel hubungan proses pembelajaran penjas didasarkan pada penyusunan item-item yang diangkat dari indikator-indikator dalam penelitian ini. Adapun indikator proses pembelajaran penjas seperti yang diungkap oleh Suherman (2009) adalah “Pembelajaran pendidikan jasmani pada dasarnya, proses pembelajaran merupakan interaksi pedagogis antara guru, siswa, materi dan lingkungannya. Muara dari proses pembelajaran adalah siswa belajar.”

Adapun Good dan Brophy (1990:142-143) menjelaskan bahwa:

“Pemakaian strategi atau pendekatan pembelajaran yang tepat akan memungkinkan beragam tujuan proses pembelajaran lebih mudah untuk dicapai. Tujuan jelas dari proses pembelajaran seperti apa yang harus dilakukan guru dan siswa serta bagaimana cara mengevaluasi, bagaimana cara memberikan umpan balik dalam proses pembelajaran harus bisa discover dalam tujuan pembelajaran.”

Adapun fungsi pembelajaran yang dijelaskan oleh Ring (1985:163:164) adalah “Fungsi pembelajaran pada umumnya berada dalam tatanan kerangka intruksional yakni suatu system penyampaian yang memiliki tujuan untuk menjamin sampainya materi pelajaran dan berlangsungnya interaksi yang aktif antara guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelaja.”

Seadngkan menurut makmun (1981:143) mengatakan bahwa :

“Komponen-komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: Raw input (siswa) yang terdiri dari: kapasitas dasar (IQ), bakat khusus, motivasi, minat, kematangan, kesiapan,sikap kebiasaan, Instrumental input (guru, metode, tehnik, media,bahan sumber, program tugas, Enviromental input (lingkungan) meliputi , fisik, sosial dan cultural, Expected out put (hasil belajar yang diharapkan) yang terdiri dari perilaku cognitif, perilaku afektif dan perilaku psikomotor.”

b. Instrumen pengumpul data perilaku sosial siswa

Untuk mengungkapkan variabel perilaku sosial siswa, penyusunan item-item dapat dikembangkan dari indikator-indikator antara lain kecenderungan perilaku peran, kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial dan kecenderungan perilaku ekspresif ( Rusli Ibrahim dalam Leny Marliani, 2010:71)

Krech et al (1982) menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Individual in Society ada 12 sifat respons antar pribadi yang diklasifikasi ke dalam tiga katagori yaitu:

a. Role dispositions (kecenderungan perilaku peran) terdiri dari:

1. Sifat pemberani dan pengecut secara sosial; orang yang memiliki sifat yang pemberani secara sosial, akan mempertahankan atau membela haknya, tidak

memperdulikan masalah mencolok mata, tidak malu-malu melakukan sesuatu perbuatan, begitu percaya diri untuk berusaha mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga.

2. Sifat berkuasa dan sifat patuh; orang yang memiliki sifat berkuasa, menunjukan sifat tegas, percaya diri, berorientasi pada kekuatan, keras, kemauan keras, suka memerintah, atau memimpin langsung. Sedangkan sifat patuh menunjukan perilaku sosial yang sebaliknya.

3. Sifat inisiatif dan pasif secara sosial; orang yang memiliki sifat inisiatif, cenderung senang mengorganisasi kelompok, tidak mempermasalahkan latar belakang, suka memberi saran dalam pertemuan-pertemuan dan mengambil alih kepemimpinan, sedangkan sifat pasif secara sosial akan menunjukan sikap dan perilaku sebaliknya.

4. Sifat mandiri dan tergantung; Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya akan membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara sendiri, tidak mencari dukungan atau nasehat orang lain, dan emosionalnya cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan menunjukan perilaku sosial yang sebaliknya.

b. Sociometric dispositions (kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial) terdiri dari:

1. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain; orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf, dan tulus menghargai kelebihan orang lain, sebaliknya

sifat orang yang ditolak oleh orang lain yaitu: mencari-cari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.

2. Suka bergaul atau tidak suka bergaul. Orang memiliki sifat senang bergaul dengan orang lain, menunjukan suka terlibat dalam urusan sosial, senang bersama orang lain, dan senang berpergian. Sedangkan orang tidak suka bergaul dengan orang lain memperlihatkan sifat sebaliknya.

3. Sifat ramah dan tidak ramah. Orang yang memiliki sifat ramah kepada orang lain, biasanya memiliki sifat periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang lain, dan banyak melakukan hubungan sosial. Sedangkan orang yang tidak ramah kepada orang lain menunjukan sifat-sifat sebaliknya.

4. Simpatik atau tidak simpatik. Orang yang memiliki sifat simpatik kepada orang lain biasanya memiliki sifat peduli terhadap perasaan orang lain dan keinginan orang lain, memperlihatkan kebaikan dan kemurahan hati, suka menolong orang yang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik kepada orang lain menunjukan sifat-sifat sebaliknya.

c. Expresive dispositions (kecenderungan perilaku ekspresif)

1. Sifat suka bersaing dan tidak suka bersaing. Orang memiliki sifat suka bersaing dengan orang lain, biasanya memandang setiap hubungan sosial sebagai perlombaan, orang lain selalu di anggap sebagai lawan atau saingan yang harus dikalahkan, suka memperkaya diri sendiri, dan tidak kerjasama. Orang yang tidak suka bersaing (kerjasama) dengan orang lain menunjukan sifat-sifat sebaliknya.

2. Sifat agresif dan sifat tidak agresif. Orang yang memiliki sifat agresif akan menunjukan perilaku sosial suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada penguasa, suka bertengkar, dan suka menyangkal. Sedangkan orang yang memiliki sifat tidak agresif akan menunjukan sikap yang sebaliknya.

3. Sifat kalem atau sifat tenang secara sosial. Orang yang memiliki sifat tenang biasanya merasa malu ketika masuk ke ruangan setelah orang lain duduk, mengalami kegugupan yang berlebihan ketika berpidato, ragu-ragu dalam diskusi kelompok, merasa terganggu bila sedang bekerja ditonton orang, atau merasa tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain.

4. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri. Orang yang suka menonjolkan diri biasanya berperilaku berlebihan dan berlaga dalam bertindak dan berpakaian. Suka mencari pengakuan dan tepuk tangan orang, dan menunjukan perilaku aneh untuk menarik perhatian orang.3. Sifat kalem atau sifat tenang secara sosial. Orang yang memiliki sifat tenang biasanya merasa malu ketika masuk ke ruangan setelah orang lain duduk, mengalami kegugupan yang berlebihan ketika berpidato, ragu-ragu dalam diskusi kelompok, merasa terganggu bila sedang bekerja ditonton orang, atau merasa tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain.

4. Sifat suka pamer atau menonjolkan diri. Orang yang suka menonjolkan diri biasanya berperilaku berlebihan dan berlaga dalam bertindak dan berpakaian.

Suka mencari pengakuan dan tepuk tangan orang, dan menunjukan perilaku aneh untuk menarik perhatian orang.

Dokumen terkait