• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL KEGIATAN MAGANG

4.2. Kajian Terapan Desain Tapak Wisata Alam Pulau Peucang TNUK

4.2.4. Proses Pengerjaan Proyek

4.2.4.4. Pengembangan Desain (Design Development)

Pada tahap pengembangan desain ini, pembagian ruang yang telah dilakukan pada tahap desain konsep diterapkan pada tapak (planning application). Rencana dan rancangan sarana dan prasarana yang akan diterapkan dibuat dalam bentuk ilustrasi gambar maupun imagery board. Imagery board adalah susunan dari foto-foto referensi desain yang disusun oleh PT. Idea Consultant dan diajukan kepada klien sebagai gambaran untuk desain sarana dan prasarana yang akan diterapkan pada tapak. Tujuan dari pembuatan imagery board adalah untuk mempresentasikan jenis karakter material yang akan digunakan, serta gambar- gambar suasana yang memberikan kesan lanskap yang terbentuk.

(1) Area penerimaan

Area penerimaan terdiri dari mooring buoy area dan jetty area. Tujuan dirancangnya fasilitas ini adalah sebagai pintu masuk utama pada tapak dari luar pulau. Mooring buoy area direncanakan untuk area darmaga apung sebagai tempat peralihan kapal. Darmaga apung ini merupakan tempat pemberhentian kapal-kapal besar, dari area ini jika akan memasuki tapak digunakan kapal-kapal boat kecil sehingga tidak merusak terumbu karang yang ada pada kawasan perairan (Gambar 26).

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 26. Lokasi mooring buoy area

Mooring buoy didesain dengan empat sisi tambat kapal (Gambar 27). Tiang pancang dibangun dipusat darmaga apung ini yang berfungsi sebagai penahan keseimbangan darmaga apung ini (Gambar 28).

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 27. Ilustrasi tampak atas mooring buoy

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 28. Rekomendasi desain mooring buoy

Jetty area dirancang sebagai kawasan darmaga pemberhentian kapal- kapal boat kecil. Area ini direncanakan sebagai kawasan pintu masuk utama

pada tapak. Pada jetty area ini juga direncanakan adanya signage Pulau Peucang yang berfungsi sebagai penunjuk lokasi pintu masuk kawasan wisata alam Pulau Peucang. Kondisi eksisting untuk untuk jetty area dapat dilihat pada Gambar 29. Jetty dirancang dengan material kayu dan memiliki dua area tambat kapal (Gambar 30).

(Sumber: Survei, Juni 2011)

Gambar 29. Kondisi eksisting jetty area

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 30. Ilustrasi tampak atas jetty area

Terdapat tiang-tiang tambat kapal untuk mengikatkan tali-tali kapal. Di sisi kanan dan kiri jetty terdapat railing sebagai pelindung agar wisatawan dapat berjalan dengan nyaman saat berjalan di darmaga Selain itu, digunakan

beberapa lampu yang berfungsi sabagai penerangan ketika malam hari (Gambar 31).

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 31. Rekomendasi desain jetty (2) Area Gedung Multifungsi

Pada area ini direncanakan beberapa fasilitas yang akan didirikan antara lain information centre, kantin, toko souvenir dan gudang. Kondisi eksisting area ini dapat dilihat pada Gambar 32. Kerapatan pohon yang ada pada area ini tidak terlalu tinggi sehingga sesuai untuk dibangun gedung multifungsi.

(Sumber: Survei, Juni 2011)

Gambar 32. Kondisi eksisting area gedung multifungsi

Information centre berada ditengah area di antara kantin, toko souvenir dan gudang. Gedung information centre ini berfungsi sebagai pusat informasi bagi wisatwan yang datang (Gambar 33).

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 33. Ilustrasi tampak atas area gedung multifungsi

Seluruh bangunan pada area ini dirancang dengan bentuk panggung. Bangunan-bangunan didesain panggung mengikuti arsitektur lokal bangunan rumah Baduy. Material yang digunakan untuk atapnya adalah ijuk. Selain menggunakan filosofi arsitektur rumah Baduy, tujuan bangunan didesain berbentuk panggung yaitu agar tidak mengganggu jalur satwa yang ada pada tapak. Area ini juga dilengkapi dengan ecotoilet (Gambar 34).

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 34. Information centre dan canteen yang dilengkapi dengan ecotoilet Digambar oleh : Fika W. N.

Di sisi kanan teras bangunan terdapat railing sebagai pelindung agar wisatawan dapat berjalan dengan nyaman saat berjalan di darmaga. Material yang digunakan adalah kayu. Penggunaan material ini berfungsi agar ketika cuaca panas kayu tersebut dapat menyerap panas, sehingga suhu didalam ruangan bangunan tersebut tetap sejuk tanpa perlu menggunakan alat pendingin udara (Gambar 35).

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 35. Rekomendasi desain bangunan pada area gedung multifungsi

(3) Area Chalet dan Ecotoilet

Area ini merupakan area yang digunakan untuk penerapan konsep The Windows. Pada area ini, titik-titik lokasi vista yang terdapat pada tapak yang akan digunakan untuk mendirikan chalets bersama dengan ecotoilet. Tujuan perancangan fasilitas ini adalah untuk mengakomodasi sarana penginapan bagi wisatawan yang datang.

Terdapat empat titik lokasi vista yang direncanakan akan didirikan Chalet dan ecotoilet. Keempat Chalet dan ecotoilet tersebut memiliki desain yang sama. Selain itu, pada area Chalet dan ecotoilet akan dilengkapi dengan signage dan juga bangku-bangku untuk menikmati view dan vista pada tapak. Gambar 36 menunjukkan titik lokasi Chalet 1 dan 2 beserta ecotoilet. Area chalet 1 merupakan lokasi yang sangat indah untuk melihat matahari terbit. Sedangkan area chalet 2 berpotensi sebagai lokasi snorkling karena kawasan perairan dilokasi ini memiliki terumbu karang yang sangat indah (Gambar 37 dan 38).

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 36. Ilustrasi tampak atas area chalet 1 dan 2

(Sumber: Survei, Juni 2011)

Gambar 37. Kondisi eksisting area chalet 1

(Sumber: Survei, Juni 2011)

Gambar 38. Kondisi eksisting area chalet 2

Area Chalet 3 dan 4 memiliki hamparan pasir putih yang luas dan berpotennsi untuk kegiatan berenang karena kondisi perairannya yang jernih (Gambar 39 dan 40). Gambar 41 memperlihatkan titik-titik lokasi Chalet 3 dan 4 beserta ecotoilet.

(Sumber: Survei, Juni 2011)

Gambar 39. Kondisi eksisting area chalet 3

(Sumber: Survei, Juni 2011)

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 41. Ilustrasi tampak atas area chalet 3 dan 4

Keempat bangunan chalet dan ecotoilet memiliki desain yang sama. Chalet didesain minimalis namun tetap menggunakan filosofi arsitektur lokal baduy. Bangunan didesain berbentuk panggung menggunakan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy. Atap chalet dirancang dengan kemiringan atap 20o, dengan kemiringan tersebut udara dapat masuk ke dalam ruangan semaksimal mungkin sehingga suhu dalam ruangan menjadi sejuk. Material atap yang digunakan juga sama seperti rumah Baduy yaitu menggunakan ijuk.

Jendela pada chalet didesain menggunakan kasa transparan agar dapat menangkap cahaya matahri semaksimal mungkin (Gambar 42).

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 42. Kasa transparan yang digunakan sebagai material untuk jendela Gambar detail chalet dan ecotoilet dapat dilihat pada Gambar 43. Pada rancangan ecotoilet digunakan teknologi biofil (Gambar 44) sehingga air limbah dapat dipergunakan kembali untuk keperluan ecotoilet. Pada sistem biofil, pipa saluran pembuangan air dipisahkan dengan pipa saluran kotoran. Limbah air akan disalurkan langsung menuju sumur resapan dan saluran drainase. Untuk limbah kotoran akan masuk ke dalam tank biofil dan mengalami tiga kali penyaringan didalam tank biofil tersebut. Lalu hasil akhir limbah kotoran yang sudah bersih dialirkan ke sumur resapan dan saluran drainase.

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 43. Gambar detail chalet dan ecotoilet

Detail Chalet Detail ecotoilet

65

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 44. Sistem pemasangan septic tank biofil pada ecotoilet

(4) Area Danau

Area danau merupakan lokasi salt lake yang membentuk sebuah danau saat air laut surut (Gambar 45). Area ini merupakan sumber air minum bagi satwa liar yang terdapat pada tapak. Namun pada saat air laut pasang, lokasi tergenang ini akan menyatu dengan laut. Pada area ini akan direncanakan didirikan shelter untuk menikmati pemandangan danau. Selain untuk menikmati pemandangan, juga direncanakan sebagai lokasi pengamatan satwa liar.

(Sumber: Survei, Juni 2011)

Gambar 45. Kondisi eksisting area danau

Shelter didesain dengan bentuk atap menyerupai daun (Gambar 46). Untuk atap, tetap menggunakan filosofi arsitektur lokal rumah Baduy, yaitu menggunakan material ijuk. Shelter dirancang langsung menghadap ke arah danau dengan tujuan agar wisatwan dapat langsung menikmati pemandangan

danau serta dapat mengamati satwa liar yang sedang minum di area ini (Gambar 47). Shelter dirancang lengkap dengan bangku untuk tempat beristirahat yang dibuat dengan menggunakan material kayu (Gambar 48). Hal ini dikarenakan material kayu merupakan material yang paling sesuai digunakan didalam kawasan hutan. Selain warna alami kayu yang tidak memantulkan cahaya seperti logam/metal, kayu juga tidak menyerap panas sehingga kondisi suhu disekitar shelter akan tetap sejuk.

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 46. Ilustrasi tampak atas area danau

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 47. Ilustrasi area danau

Digambar oleh : Fika W. N.

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 48. Rekomendasi desain shelter

(5) Area Multifungsi

Area multifungsi merupakan area yang direncanakan sebagai camping ground area serta area pertemuan outdoor. Kerapatan pohon yang ada pada area ini tidak terlalu tinggi dan keadan permukaan tanahnya datar (Gambar 49) sehingga sesuai untuk menjadi lokasi camping ground. Luas area ini direncanakan seluas 1 ha agar tidak melebih daya dukung kawasan dan tidak merusak kondisi lanskap alami hutan hujan dataran rendah. Pada area ini juga direncanakan didirikan ecotoilet.

(Sumber: Survei, Juni 2011)

Gambar 49. Kondisi eksisting area multifungsi

Area ini tetap dibiarkan seperti kondisi aslinya. Tidak banyak sarana yang akan dibangun pada area ini, karena adanya area ini berfungsi sebagai area

camping untuk wisatawan yang tidak ingin menginap di dalam chalet.

Imagery boards area multifungsi ini dapat dilihat pada Gambar 50.

(Sumber: Google images, 2011)

(6) Signage

Setiap area yang telah direncanakan pada tapak juga akan dilengkapi dengan signage. Signage ini dirancang dengan bentuk sederhana dengan menggunakan material kayu agar tidak menyilaukan saat terbias oleh sinar matahari serta dilengkapi dengan bangku-bangku untuk menikmati view-view di area tersebut. Namun untuk jetty area, desain signage menggunakan material semen dan menyerupai tugu karena merupakan penunjuk lokasi Pulau Peucang (Gambar 51).

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 51. Rekomendasi desain signage di beberapa lokasi Ilustrasi signage di area Chalet 1

Ilustrasi signage di area Chalet 2 dan 3

Ilustrasi signage di area Jetty

Selain penunjuk lokasi, pada area-area tersebut direncanakan juga signage untuk edukasi (Gambar 52), dimana pada signage diberikan penjelasan mengenai kawasan yang dipandang dari spot didirikannya signage tersebut.

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 52. Imagery Boards untuk education signage

(7) Pedestrian circulation (Boardwalk)

Boardwalk merupakan penghubung antar fasilitas yang telah direncanakan pada tapak. Boardwalk ini dirancang dengan sistem deck dengan material kayu. Tujuan digunakan sistem deck agar jalur jalan wisatawan tidak mengganggu jalur lintas satwa yang ada pada tapak. Selain itu, boardwalk ini juga dirancang dengan light walkway pada sisi kanan dan

kiri sebagai penerangan jika wisatawan berjalan pada malam hari (Gambar 53). Imagery boards untuk boardwalk dapat dilihat pada gambar 54.

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 53. Rekomendasi desain boardwalk dan light walkway

(Sumber: Idea, 2011)

Gambar 54. Imagery Boards untuk boardwalk

Dokumen terkait