• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Distribusi Dan Stabilisasi Harga

AKUNTABILITAS KINERJA

B. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2012

B.4. Pengembangan Distribusi Dan Stabilisasi Harga

Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani/kelopoktani/Gapoktan padi dan jagung terhadap jatuhnya harga di saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan di saat paceklik. Melalui kegiatan Penguatan-LDPM yang dilaksanakan sejak tahun 2009, pemerintah menyalurkan dana Bantuan Sosial dari APBN kepada Gapoktan untuk memberdayakan kelembagaan Gapoktan agar mampu mendistribusikan hasil produksi pangan dari anggotanya sehingga harga yang diterima di tingkat petani maupun di wilayah stabil, serta menyediakan cadangan pangan dalam rangka penyediaan aksesibilitas pangan bagi anggotanya. Melalui penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya membangun sarana untuk penyimpanan, mengembangkan usaha di bidang distribusi pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi anggotanya yang kurang memiliki akses terhadap pangan disaat paceklik.

Dukungan dana Bansos yang bersumber dari APBN pada kegiatan Penguatan-LDPM hanya diberikan kepada Gapoktan Tahap Penumbuhan dan Pengembangan, yaitu

pada tahun pertama dan tahun kedua. Sementara itu pada tahun ketiga, Gapoktan hanya akan menerima pembinaan dan/atau bimbingan dari pendamping, Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina Provinsi. Sasaran Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) sebanyak 1.265 gapoktan tetapi gapoktan yang sudah melaksanakan sebanyak 1.248 gapoktan atau sebesar 98.66 %.

Keberhasilan yang telah dicapai pada periode 2009 – 2012 pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM sebagai berikut:

Tabel 8. Perkembangan Pelaksanaan Penguatan-LDPM periode 2009-2012

Tahapan

Jumlah Gapoktan

Total Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

Penumbuhan 546 204 235 281 1266 Pengembangan 545 237 235 1017 Kemandirian 512 220 732 Pasca kemandirian 512 512 Total 546 749 984 1248 Keterangan :

*) 1 Gapoktan tahun 2009 kembalikan dana bansos Tahap Penumbuhan

**) 33 Gapoktan tahun 2010 kembalikan dana Bansos Tahap Pengembangan ***) 17 Gapoktan tahun 2011 kembalikan dana Bansos Tahap Pengembangan

****) Tidak lagi didukung pendanaan APBN untuk pembinaan tahap Pasca Kemandirian, selanjutnya dibina oleh provinsi dan kabupatan/kota melalui APBD

1. Pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM dimulai pada tahun 2009, dimana pada tahun pertama tersebut ditumbuhkan sebanyak 546 Gapoktan. Seleksi calon Gapoktan yang akan ikut kegiatan Penguatan-LDPM dilakukan secara berjenjang mulai dari kabupaten/kota yang melakukan inventarisasi dan identifikasi calon Gapoktan, Setelah kabupaten/kota melakukan identifikasi kemudian diusulkan ke provinsi untuk selanjutnya dilakukan verifikasi. Hasil verifikasi provision kemudian ditetapkan oleh Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit ketahanan pangan sebagai Gapoktan pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM yang layak menerima dana bansos tahap pertama sebesar Rp. 150 juta. Pada akhir tahun 2009, 1 (satu) Gapoktan dari provinsi Gorontalo bermasalah dikarena adanya ketidakharmonisan diantara pengurus Gapoktan yang tidak dapat lagi diselesaikan secara musyarawarah

sehingga penanggung jawab pelaksana kegiatan Penguatan-LDPM menarik dana bansos yang ada di Gapoktan dan mengembalikannya ke kantor Kas Negara.

2. Tahun 2010 merupakan tahun kedua pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, Pada tahun kedua ditumbuhkan sebanyak 204 Gapoktan yang akan menerima dana Bansos sebesar Rp 150 juta pada tahap pertama dan 545 Gapoktan yang masuk ke Tahap Pengembangan dan akan menerima dana bansos tahap kedua sebesar Rp 75 juta. Sebelum dana bansos tahap kedua disalurkan ke Gapoktan, tim Pembina provinsi dan tim teknis kabupaten/kota melakukan evaluasi terhadap kinerja dari masing-masing Gapoktan yang dinyatakan benar-benar layak untuk masuk ke Tahap Pengembangan. Hingga akhir tahun 2010 Gapoktan yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang ada dalam Pedum Pelaksanaan Penguatan-LDPM 2010, hanya 512 Gapoktan yang layak mendapatkan tambahan dan penguatan modal usaha sebesar Rp 75 juta sedangkan 33 Gapoktan lainnya tidak layak untuk mendapatkan tambahan dana bansos sehingga dana bansos tersebut dikembalikan ke kas negara. Namun demikian daerah masih diberikan kesempatan untuk melakukan pembinaan dan dapat diusul kembali di tahun berikutnya untuk mendapat tambahan modal usaha.

3. Tahun 2011 merupakan tahun ketiga pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, dimana pada tahun ketiga ditumbuhkan sebanyak 235 Gapoktan, 237 Gapoktan yang memasuki tahap Pengembangan (204 gapoktan yang ditumbuhkan tahun 2010 dan 33 Gapoktan merupakan luncuran dari Gapoktan yang ditumbuhkan tahun 2009), dan 512 Gapoktan yang masuk tahap Kemandirian. Gapoktan yang masuk pada Tahap Penumbuhan akan menerima dana bansos sebesar Rp 150 juta, tahap Pengembangan akan menerima dana bansos sebesar Rp 75 juta, dan tahap Kemandirian tidak lagi menerima dana bansos namun provinsi dan kabupaten/kota tetap melakukan pembinaan agar dana bansos tetap dikelola dengan baik oleh Gapoktan sebagai modal usaha yang berkembang secara berkelanjutan. Pada akhir tahun 2011 dari 237 Gapoktan setelah dilakukan evaluasi dan pembinaan, hanya 220 Gapoktan yang layak untuk masuk tahap Pengembangan dan dapat menerima dana Bansos sebesar Rp 75 juta, dan selanjutnya dana bansos yang telah dialokasi bagi 17 Gapoktan dikembalikan ke kantor Kas Negara.

4. Tahun 2012 merupakan tahun keempat pelaksanaan kegiatan Penguatan-LDPM, dimana pada tahun keempat ditumbuhkan sebanyak 281 Gapoktan, 235 Gapoktan yang masuk ke tahap Pengembangan, 220 Gapoktan yang masuk ke tahap Kemandirian dan 512 Gapoktan yang masuk Tahap Kemandirian. Gapoktan yang masuk pada Tahap Penumbuhan akan menerima dana bansos sebesar Rp 150 juta, tahap Pengembangan akan menerima dana bansos sebesar Rp 75 juta, dan tahap Kemandirian dan Pasca Kemandirian tidak lagi menerima dana bansos namun provinsi dan kabupaten/kota tetap melakukan pembinaan agar dana bansos yang diterima pada tahun pertama dan kedua tetap dikelola dengan baik oleh Gapoktan sebagai modal usaha yang berkembang secara berkelanjutan. Pada akhir tahun 2012 dari 235 Gapoktan setelah dilakukan evaluasi dan pembinaan, hanya 224 Gapoktan yang layak untuk masuk tahap Pengembangan dan dapat menerima dana Bansos sebesar Rp 75 juta, dan selanjutnya dana bansos yang telah dialokasi bagi 11 Gapoktan dikembalikan ke kantor Kas Negara.

Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat pada tahun 2012 yang di biayai melalui dana dekonsentrasi dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap kemandirian. Tahap penumbuhan mencakup identifikasi lokasi dan pembangunan fisik lumbung melalui DAK Bidang Pertanian, tahap pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan pengisian cadangan pangan melalui dana Bansos, sedangkan tahap kemandirian mencakup penguatan modal untuk pengembangan usaha kelompok melalui dana Bansos.

Tahap Penumbuhan dilaksanakan di 2 provinsi yaitu Provinsi Papua 7 kelompok dan Papua Barat 2 kelompok yang dialokasikan dana Bantuan Sosial sebesar Rp. 40 juta untuk pembangunan lumbung. Tahap Pengembangan dilaksanakan di 31 provinsi yang dialokasikan dana Bantuan Sosial sebesar Rp. 20 juta kepada kelompok lumbung pangan yang telah mendapatkan bantuan pembangunan fisik lumbung melalui DAK Tahun 2010 dan 2011 sebanyak 613 kelompok. Dana Bansos tersebut dipergunakan untuk penisian cadangan pangan. Sedangkan Tahap Kemandirian dilaksanakan di 31 provinsi

dialoksikan dana Bansos sebesar Rp. 20 juta untuk penguatan usaha kelompok. Kelompok lumbung pangan yang masuk tahap kemadirian adalah kelompok yang telah mendapatkan dana Bansos untuk pengisian cadangan pangan pada tahun 2010 dan telah terseleksi serta dinyatakan layak masuk tahap kemandirian. Sasaran Tahap Kemandirian sebanyak 418 kelompok. Alokasi daba bansos per provinsi dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 9. Alokasi Dana Bansos Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2012 1 DKI Jakarta - - - -2 Banten - 12 5 17 3 Jawa Barat - 25 27 52 4 Jawa Tengah - 72 29 101 5 DIY - 10 12 22 6 Jawa Timur - 62 24 86 7 Aceh - 13 12 25 8 Sumatera Utara - 14 23 37 9 Sumatera Barat - 22 12 34 10 Riau - 1 8 9 11 Jambi - 8 12 20 12 Sumatera Selatan - 37 22 59 13 Bengkulu - 6 10 16 14 Lampung - 53 21 74 15 Bangka Belitung - 0 5 5 16 Kepulauan Riau - 1 0 1 17 Kalimantan Barat - 13 16 29 18 Kalimantan Tengah - 22 5 27 19 Kalimantan Selatan - 25 16 41 20 Kalimantan Timur - 4 1 5 21 Sulawesi Utara - 24 21 45 22 Sulawei Tengah - 20 18 38 23 Sulawesi Selatan - 25 22 47 24 Sulawesi Tenggara - 16 18 34 25 Gorontalo - 11 9 20 26 Sulawesi Barat - 2 5 7 27 Bali - 6 9 15 28 N T B - 42 10 52 29 N T T - 52 18 70 30 Maluku - 6 8 14 31 Maluku Utara - 5 8 13 32 Papua Barat 2 1 4 7 33 Papua 7 3 8 18 9 613 418 1040 Total Total No Provinsi Penumbuhan Pengembangan Kemandirian

Pencairan dana Bansos kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat dari sasaran sebesar Rp. 20,98 milyar untuk 1040 kelompok, s/d 28 Desember 2012 telah terealisasi sebesar Rp. 20,92 Milyar atau 1.037 kelompok (99,71 %) yang terdiri dari Tahap Penumbuhan sebesar 360 juta atau 9 kelompok (100%), Tahap

Pengembangan sebesar 12,40 milyar atau 620 kelompok (101,14%), dan Tahap Kemandirian sebesar 8,14 milyar atau 408 kelompok( 97,61%). Rincian Realisasi kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat dapat di lihat pada table berikut ini.

Tabel 10. Realisasi Dana Bansos Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Tahun 2012

No Provinsi Penumbuhan Pengembangan Kemandirian Jumlah Presentase

1 DKI Jakarta 0 0 0 2 Banten 12 5 17 100.00 3 Jawa Barat 25 27 52 100.00 4 Jawa Tengah 71 30 101 100.00 5 DIY 10 12 22 100.00 6 Jawa Timur 62 24 86 100.00 7 Aceh 13 12 25 100.00 8 Sumatera Utara 14 23 37 100.00 9 Sumatera Barat 22 12 34 100.00 10 Riau 1 8 9 100.00 11 Jambi 8 12 20 100.00 12 Sumatera Selatan 37 22 59 100.00 13 Bengkulu 6 10 16 100.00 14 Lampung 53 21 74 100.00 15 Bangka Belitung 0 5 5 100.00 16 Kepulauan Riau 1 1 100.00 17 Kalimantan Barat 15 14 29 100.00 18 Kalimantan Tengah 22 5 27 100.00 19 Kalimantan Selatan 25 16 41 100.00 20 Kalimantan Timur 3 1 4 80.00 21 Sulawesi Utara 24 21 45 100.00 22 Sulawei Tengah 20 18 38 100.00 23 Sulawesi Selatan 25 22 47 100.00 24 Sulawesi Tenggara 18 16 34 100.00 25 Gorontalo 11 9 20 100.00 26 Sulawesi Barat 2 5 7 100.00 27 Bali 13 2 15 100.00 28 N T B 42 10 52 100.00 29 N T T 52 18 70 100.00 30 Maluku 4 8 12 85.71 31 Maluku Utara 5 8 13 100.00 32 Papua Barat 2 1 4 7 100.00 33 Papua 7 3 8 18 100.00 9 620 408 1,037 99.71 Total

Realisasi dana bansos yang mencapai 100 persen terdapat 30 provinsi, sedang provinsi yang realisasi dana bansosnya tidak mencapai 100 persen adalah Kalimantan Timur 80 persen (1 Kelompok tidak teralisasi), dan Maluku 85,71 persen (2 Kelompok tidak teralisasi). Di provinsi Kalimantan Timur tidak mencapai 100 persen disebabkan lumbung DAK tahun 2011 tidak teralisasi pembangunannya, sedangkan untuk provinsi Maluku tidak teralisasi 2 kelompok yaitu 1 kelompok berada di kabupaten Maluku Tenggara Barat disebabkan karena yang dibangun berada dilokasi yang sangat terpencil dan akses menuju lokasi sangat sulit sehingga menyebabkan kelompok kesulitan dalam membuka rekening bank, sedangkan untuk kelompok tahap kemandirian yang berada di kabupaten Seram Bagian Barat mengalami permasalahan dengan perbankan.

Hasil evaluasi Tahap Kemandirian di 3 provinsi terdapat 11 kelompok yang dinilai tidak layak masuk tahap kemandiirian yaitu Kalimantan Barat (2 Kelompok), Sulawesi Tenggara (2 Kelompok) dan Bali (7 Kelompok). Alokasi dana Bansos Tahap Kemandirian tersebut dialihkan pada kelompok tahap pengembangan yang telah mendapatkan alokasi pembangunan lumbung melalui DAk tahun 2011, sehingga realisasi Tahap Pengembangan mencapai 620 kelompok dari target 613 kelompok (101, 14 %).

Tabel 11. Relokasi Dana Bansos TA. 2012 Dari Tahap Kemandirian ke Tahap Pengembangan

No Provinsi Tahap Kemandirian Tahap Pengembangan Semula Menjadi Semula Menjadi

1. Kalimantan Barat 16 14 13 15

2. Sulawesi Tenggara 18 16 16 18

3. Bali 9 2 6 13

Total 43 32 35 46

Data perkembangan kondisi cadangan pangan yang telah dilaporkan oleh 21 provinsi pada periode Juli - September 2012 dari stock awal dan pengadaan/pembelian sebesar 6.223.959 kg gabah, 925.822 kg beras dan 68.195 kg pangan spesifik lokasi

(jagung, sagu). Sebagian bahan pangan tersebut disalurkan kepada anggota yang membutuhkan yaitu sebesar 1.859.911 kg gabah, 509.104 kg beras dan 41.724 kg pangan spesifik lokasi (jagung, sagu), sehingga stock yang ada di masyarakat pada posisi September adalah sebesar 4.364.049 kg gabah, 416 kg beras dan 26.471 kg pangan spesifik lokasi (jagung, sagu), sedangkan 10 provinsi belum menyampaikan laporan adalah Provinsi Aceh, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, Papua dan Papua Barat.

Dokumen terkait