commit to user
Setiap ada keramaian pada suatu obyek wisata pasti membawa peningkatan pendapatan rumah tangga pada masyarakat sekitarnya, karena dengan banyaknya pengunjung yang datang ke tempat tersebut dapat memberikan peluarng kerja bagi masyarakat sekitar makam. Dengan cara membuka usaha untuk menambah pendapatan dan meningkatan kesejahteraan hidupnya termasuk peningkatan pendapatan rumah tangga yang terjadi pada masyarakat sekitar makam Pangeran Sambernyowo di Desa Girilayu Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar.
Manfaat ekonomi yang tampak dari pelaksanaan tradisi ziarah yang dilakukan di makam Pangeran Sambernyowo di desa Girilayu yaitu bagi masyarakat Jawa khususnya, sesuatu yang bernilai keramat pasti akan menarik nilai kereligiusannya untuk dikunjungi, oleh karena itu tidak mengherankan apabila komplek makam Pangeran Sambernyowo banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah seperti: Surakarta, Semarang, Jakarta, Surabaya, dan lain-lain. Hal tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan menciptakan situasi dan kondisi tertentu bagi lingkungan masyarakat di desa Girilayu. Terlebih lagi dalam berziarah di makam Pangeran Sambernyowo ini, para peziarah melakukan semacam prosesi sederhana yang membutuhkan alat dan perlengkapan seperti bunga atau kembang, dupa, dan kemenyan.
Dengan adanya tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo tidak hanya menciptakan suasana ramai tetapi juga bisa memberi peluang kerja sebagai pengembangan ekonomi masyarakat yang telah memberi tambahan pendapatan bagi kehidupan masyarakat setempat, khususnya bagi masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha yang kuat. Dengan adanya tradisi ziarah yang dilakukan setiap harinya dengan jumlah peziarah yang cukup banyak menyebabkan suasana lingkungan makam Pangeran Sambernyowo ramai oleh para pengunjung baik para peziarah maupun para pengunjung yang hanya sekedar berwisata alam dan sejarah.
commit to user
Ada beberapa usaha baik di bidang perdagangan maupun jasa yang ditawarkan oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan para peziarah, baik untuk keperluan makan dan minum, sarana berziarah seperti kembang, dupa dan kemenyan, juga ada jasa parkir bagi para peziarah yang membawa kendaraan bermotor, selain itu juga ada beberapa orang yang dipekerjakan Yayasan Mengadeg Surakarta sekitar 20 orang guide yang siap menghantarkan dan menuntun para tamu yang datang untuk berziarah. Beberapa usaha yang dilakukan masyarakat akan diuraikan masing-masing, antara lain:
a. Pedagang
Di sekitar makam Pangeran Sambernyowo telah tumbuh berbagai macam usaha yang dilakukan oleh masyarakat desa Girilayu untuk berdagang (seperti berdagang bunga, berdagang tasbih, tongkat, dan hasil kerajinan masyarakat lainnya), membuka warung makan (seperti angkringan, bakso, soto, mie ayam, restoran, dan lain sebagainya) atau usaha lainnya.
Masyarakat yang membuka usaha di sekitar makam Pangeran Sambernyowo menganggap pekerjaan tersebut sebagai usaha tetap atau pokok dan ada juga sebagai pekerjaan sambilan (sampingan) saja karena kebanyakan masyarakat yang membuka usaha tersebut juga telah memiliki kerjaan lain.
Terdapat beberapa kategori pedagang yang berjualan di sekitar makam maupun didalam komplek makam Pangeran Sambernyowo, antara lain:
1) Kategori Pedagang Menurut Waktu Berdagang Pedagang Tetap
Pedagang tetap di makam Pangeran Sambernyowo artinya mereka (masyarakat) yang berjualan atau berdagang memang menetap dan membangun warung permanen di sekitar makam Pangeran Sambernyowo. Pedangang yang menetap biasanya berjualan sembako, mendirikan warung
commit to user
makan seperti, angkringan, warung soto, mie ayam, bakso, ayam goreng dll.
Terdapat 10 pedagang tetap yang membangun warung atau took permanen di pekarangan rumah yang kebetulan berada tepat di depan makam dan di sebelah utara dan timur makam Pangeran Sambernyowo. Mereka terdiri dari 6 warung makan, 1 restoran, 3 toko sembako (kelontong).
Selain itu ada juga penyedia jasa bengkel sepeda motor dan warung bensin yang memanfaatkan keramaian jalan raya di depan komplek makam Pangeran Sambernyowo.
Pedagang Musiman
Pedagang musiman di makam Pangeran Sambernyowo merupakan julukan bagi para pedagang yang tidak setiap hari berjualan, mereka memiliki pekerjaan utama lain selain berdagang memanfaatkan keramaian makam Pangeran Sambernyowo. Para pedagang musiman tersebut biasanya memiliki pekerjaan utama sebagai petani ataupun buruh tani. Mereka biasa berjualan dengan menggelar daganganya dengan tikar dan ada juga yang berkeliling menghampiri para peziarah dengan membawa barang dangannya.
Seperti bapak Suhedi yang memiliki pekerjaan utama sebagai petani, ketika sedang tidak menggarap sawah maka bapak Suhedi memanfaatkan keramaian di makam Pangeran Sambernyowo sebagai tempat mencari rejeki dengan berjualan makanan di tempat tersebut, meskipun uang yang didapatkan tidak begitu besar sekitar Rp.100.000,00 sampai Rp.200.000,00 tapi bisa setidaknya bisa menambah pendapatan mereka dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Suhedi penduduk desa Girilayu:
“bagi saya usaha berdagang disini sebagai kerjaan sambilan dari pada nganggur selagi menunggu waktu panen padi tiba lebih baik
commit to user
saya membuka usaha di sekitar makam Pangeran Sambernyowo untuk menambah penghasilan keluarga saya dan meningkatkan kesejahteraan keluarga saya walaupun hasilnya tidak seberapa, tapi lumayan lah” (wawancara dengan bapak Suhedi, tanggal 20
Desember 2012).
2) Kategori Pedagang Menurut Jenis Barang yang Dijual Pedagang Makanan dan Minuman
Suatu keramaian dan lokasi wisata tidak terlepas dengan penjual makanan dan minuman, dimana ada tempat wisata pasti disitu banyak penjual makanan dan minuman. Seperti halnya di makam Pangeran Sambernyowo terdapat puluhan pedagang yang menjual makanan dan minuman. Jenis makanan yang ditawarkan pun bermacam-macam, mulai dari makanan tradisional (sego jangan), mie ayam, bakso, soto, seafood, berbagi jenis olahan ayam, dll. Berdasarkan dari hasil pengamatan, juga terdapat banyak penjual cemilan atau makanan ringan mulai dari gorengan, kue tradisional, keripik, dan berbagai snack yang banyak dijual di pasaran.
Keramaian makam Pangeran Sambernyowo memberikan omset pedagang yang dapat membantu perekonomian keluarga, karena bukan hanya peziarah makam saja yang membeli makanan mereka, karena banyak orang yang lewat jalan di depan makam Pangeran Sambernyowo yang merupakan jalur alternatif menuju Tawangmangu mampir untuk sekedar jajan mengisi perut.
Pedagang Keperluan Berziarah
Sarana berziarah di makam Pangeran Sambernyowo berupa bunga dan biasanya ditambah dengan dupa dan kemenyan maka ada sekitar 5 pedagang yang menjual berbagai keperluan ziarah makam mulai dari bunga, dupa dan kemenyan.
commit to user
Meskipun cuma berjualan bunga sebagai dagangan utama mereka, omset yang mereka dapat cukup besar, hal ini dikarenakan harga yang ditawarkan di sini agak mahal dibandingkan harga bunga dipasar, namun fenomena demikian bisa dimaklumi para peziarah karena ini kan lokasi wisata. Harga bunga yang ditawarkan biasanya Rp.5.000,00 per kantong plastik, apabila dalam satu hari laku 10 bungkus pedagang sudah dapat omset Rp.50.000,00 per hari. Seperti dikutip dalam wawancara yaitu dengan ibu Sapto Wiyarso, pedagang bunga di makam Pangeran Sambernyowo:
“kalau pas lagi rame peziarah ya lumayan pendapatan sehari sekitar lima puluh ribu rupiah” (wawancara dengan ibu Sapto
Wiyarso, tanggal 20 Desember 2012)
Pedagang Souvenir (Hasil Kerajinan)
Suatu tempat pariwisata identik dengan hasil kerajinan tradisional dari tempat tersebut. Souvenir maupun hasil kerajinan yang ditawarkan bermacam-macam, mulai dari kaos bergambar Astana Mengadeg dan hasil kerajinan kayu masyarakat berupa tongkat dan tasbih.
Khusus untuk kaos yang dijual pedagang merupakan hasil produksi masyarakat di luar Desa Girilayu, mereka biasa menitipkan produk kaos kepada pedagang souvenir di sini. Harga yang ditawarkan bervariasi untuk kaos anak-anak mulai dari Rp.15.000,00 sampai Rp.30.000,00, untuk kaos dewasa mulai dari Rp.25.000,00 sampai Rp.50.000,00. Sedangkan hasil kerajinan kayu yang dijual mulai dari harga Rp.50.000,00 untuk tasbih dan Rp.100.000,00 untuk tongkat ukiran kayu. Hasil kerajinan ini biasanya tidak dijual langsung oleh pembuatnya, mereka biasanya menjualnya kepada penjual souvenir dan ada juga yang menitipkannya kepada pengurus makam untuk di pajang di tempat-tempat dimana banyak para peziarah beristirahat.
commit to user
Tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo juga memberi peluang bagi masyarakat di luar desa Girilayu yang berasal dari desa-desa sekitarnya. Pedagang yang berasal dari luar desa Girilayu biasanya menjual souvenir seperti kaos dan berbagai macam barang hasil kerajinan masyarakat. Omset yang didapat dari dari usaha mereka tersebut bisa merubah perekonomian mereka malaupun hanya sedikit yaitu sekitar Rp.50.000,00 sampai Rp.100.000,00 per hari, tapi setidaknya usaha yang mereka lakukan bisa menambah penghasilan keluarga dan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Seperti dikutip dari beberapa pedagang yang berjualan di makam Pangeran Sambernyowo. Yang pertama yaitu wawancara dengan ibu Khasan Nikromo pedagang makanan di makam Pangeran sambernyowo:
“sebelum saya berjualan di sini saya menganggur dirumah, namun setelah saya berjualan disini saya dapat membantu suami mencari uang dan hasilnya tidak seberapa, sekitar lima puluh ribu rupiah sehari” (wawancara dengan ibu Khasan Nikromo, tanggal 15
Desember 2012).
Wawancara kedua dengan ibu Ahmad Suparlan pedagang makanan dan souvenir di makam Pangeran Sambernyowo :
“dulunya saya berjualan keliling, namun sekarang saya berjualan di sini karena pengunjung yang datang banyak, dan pendapatan saya juga lebih lumayan disini, sehari kira-kira kalau ramai bisa sampai ratusan ribu rupiah ” (wawancara dengan ibu Ahmad
Suparlan, tanggal 20 Desember 2012). b. Penyedia Jasa
1) Jasa Parkir
Masyarakat yang rumahnya tidak jauh dari makam Pangeran Sambernyowo, mereka menyewakan sebagian dari pekarangan rumahnya untuk didirikan tempat usaha maupun lahan parkir. Untuk kendaraan roda dua dimintai (dipungut) biaya sebesar Rp.1.000,00 sedangkan untuk roda empat sebesar Rp.5.000,00. Dengan harga parkir yang lumayan cukup besar maka
commit to user
setiap bulannya bisa mendapatkan tambahan pendapatan Rp.200.000,00 sampai Rp.300.000,00 per bulan (setelah dipotong biaya retribusi 10%). Seperti dikutip dalam wawancara dengan bapak Tanto tukang parkir makam Pangeran Sambernyowo:
“untuk motor dua ribu, mobil lima ribu, ya kalau dihitung-hitung sebulan dapat ratusan ribu karena harus bayar retribusi pada pemerintah sebesar 10%” (wawancara dengan bapak Tanto, tanggal
20 Desember 2012)
2) Pemandu Ziarah (Guide) di Makam Pangeran Sambernyowo
Layaknya seorang tour guide di makam Pangeran Sambernyowo terdapat 21 orang yang bekerja menjadi abdi dalem Mangkunegaran dengan gelar Mas Ngabei sebagai Pengurus Makam Pangeran Sambernyowo. Selain tugas pokok mereka untuk merawat dan menjaga makam Pangeran Sambernyowo para pengurus makam tersebut juga menawarkan jasa untuk menemani peziarah. Jasa yang mereka tawarkan mulai dari menceritakan perjuangan Pangeran Sambernyowo semasa hidupnya, sejarah berdirinya Astana Mengadeg, seluk beluk dan simbol-simbol bangunan di komplek pemakaman, dan memimpin doa dalam pelaksanaan tradisi ziarah makam Pangeran Sambernyowo.
Mereka tidak mematok harga khusus untuk jasa yang mereka berikan, karena menurut mereka itu merupakan panggilan hati untuk berbagi informasi kepada masyarakat umum. Meskipun demikian mereka tetap memperoleh sejumlah uang dari hasil sumbangan sukarela peziarah setiap harinya. Apabila melihat imbalan yang diterima dari Keraton Mangkunegaran yang hanya Rp.35.000,00 per bulan tentu tidak bisa dijadikan andalan. Seorang pengurus makam mengaku pernah mendapat uang Rp.500.000,00 ribu dari Keluarga mantan Presiden Soeharto (Cendana), selain bingkisan makanan dan pakaian.
Apabila dilihat dari cara perekrutan pengurus makam secara turun temurun maka tidak heran apabila para pengurus makam yang berjumlah 21
commit to user
orang merupakan warga asli Desa Girilayu, dan ini memberikan peluang kerja yang berkesinambungan untuk masyarakat Desa Girilayu.
c. Koperasi
Yayasan Mengadeg Surakarta selain membangun Astana Mengadeg sebagai tempat Wisata Religi, yayasan tersebut juga mendirikan Koperasi yang berada di bagian barat komplek Makam Pangeran Sambernyowo. Koperasi ini ditujukan kepada para pedagang khususnya dan masyarakat Girilayu pada umumnya. Ada banyak kegiatan yang bisa dimanfaatkan para pedagang dari koperasi ini, selain sebagai tempat menabung dan meminjam modal usaha koperasi ini juga sering menyelenggarakan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti pasar murah dan pemeriksaan kesehatan gratis yang sudah dilaksanakan Yayasan Mengadeg Surakarta melalui Koperasi sebagai sarana penghubung dengan masyarakat. Koperasi ini sudah memiliki ratusan anggota koperasi ditarik iuran pokok anggotaa sebesar Rp.150.000,00 per anggota dan Rp.3.000,00 perbulan untuk iuran rutinnya, dan setiap setahun sekali tepatnya bulan Februari para anggota akan mendapatkan SHU (sisa hasil usaha) koperasi. Seperti dikutip dalam wawancara dengan Bapak Waluyo pengurus koperasi:
“koperasi melaksanakan kegiatan simpan pinjam dan kegiatan usaha, kepada setiap anggota akan dikenai iuran pokok seratus lima puluh ribu dan tiga ribu untuk iuran rutin setiap bulannya, dan nantinya para anggota akan memperoleh SHU setahun sekali” (wawancara
dengan Bapak Waluyo, tanggal 15 Januari 2013).
Melalui usaha-usaha tersebut, masyarakat yang membuka usaha di makam Pangeran Sambernyowo dapat meningkatkan penghasilannya, setidak-tidaknya mendapat tambahan penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Aktivitas tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo tidak hanya memberi peluang dan pengembangan ekonomi bagi masyarakat sekitar makam pada akhirnya meningkatkan pendapatan masyarakat saja tapi juga
commit to user
memberi pendapatan bagi Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Hal itu dikarenakan Pemerintah Daerah memungut biaya retribusi dari peziarah dan pengunjung yang datang sesuai dengan Peraturan Daerah No 5 Tahun 2007 pasal 9 yang berbunyi: Rp.1.000,00 untuk sepeda motor, Rp.5.000,00 untuk mobil, Rp.10.000,00 untuk mini bus dan Rp.20.000,00 untuk bus dan truk untuk biaya masuk ke kawasan Wisata Religi Girilayu. Selain itu juga ada pungutan retribusi sebesar 10% dari pendapatan parkir kawasan wisata Girilayu. Melalui pemasukan dana-dana tersebut menjadi nilai tambah pendapatan bagi Pemerintah Daerah khususnya dan masyarakat pada umumnya , yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa Girilayu karena dana-dana tersebut digunakan untuk kepentingan masyarakat sendiri, seperti: membangun jembatan, membuat dan memperbaiki jalan dan lain sebagainya. Seperti dikutip dari wawancara dengan Bapak Daryana Kepalas Desa Girilayu:
“setiap pengunjung dikenai retribusi masuk sebesar seribu untuk motor, lima ribu untuk mobil, sepuluh ribu minibus, dan dua puluh ribu untuk bus dan truk, selain itu jg ada retribusi pendapatan parkir sebesar 10%, dana tersebut akan menambah pendapatan daerah yang nantinya digunakan masyarakat untuk peningkatan fasilitas umum”
(wawancara dengan Bapak Daryana, tanggal 23 Desember 2012).
C. Pembahasan
a. Tradisi Ziarah di Makam Pangeran Sambernyowo
Setiap suku bangsa menyimpan kearifan tradisional yang memiliki kekhasan masing-masing dan memiliki ragam bentuk, yang berupa pitutur, upacara tradisional, sistem nilai dan norma, maupun mitos-mitos. Kearifan tradisional merupakan ajaran normatif yang mereka gunakan untuk mengatur hubungan sesama manusia, manusia dengan Sang Pencipta dan manusia dengan lingkungan. Semua bentuk kearifan tradisional tersebut bermuara pada pengaturan pola relasi untuk mencapai keseimbangan hidup.
commit to user
Tradisi sebagai suatu warisan sosial yang bersifat komunikatif yang menembus semua tingkat pertumbuhan organisasi kemasyarakatan sebagaimana sistem nilai struktur kepribadian masyarakat yang bersangkutan sebagai sistem nilai. Tradisi dan adat yang menyangkut kepercayaan Jawa pada umumnya dilakukan dan dikembangkan mengambil dasar dari cerita-cerita rakyat. Sebagaimana diungkapkan oleh Shadily bahwa tradisi adalah hal atau sesuatu yang diserahkan dari sejarah masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan, keyakinan dan sebagaimana maupun proses penyerahan maupun proses penerusan ke generasi berikutnya. (Shadily 1984:29).
Tradisi ziarah yang dilakukan di makam Pangeran Sambernyowo Astana Mengadeg Desa Girilayu merupakan perilaku yang bersifat agama tradisional yang selaras dengan premis fundamental sosiologi, yakni bahwa segala makhluk sosial pasti melakukan tingkah laku sehingga terjadi kehidupan bersama, sebagai kunci untuk memahami kehidupan sosial manusia. Suatu tradisi merupakan tanda benda atau gerakan yang secara sosial dianggap mempunyai arti-arti tertentu.
Tradisi ziarah di Astana Mengadeg sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Tradisi ziarah tersebut terjadi karena masyarakat Desa Girilayu maupun masyarakat diluar Desa Girilayu percaya akan adanya kekuatan yang dimiliki oleh Pangeran Sambernyowo. Menurut kepercayaan mereka, bahwa kekuatan tersebut bisa mengabulkan permintaan dari peziarah yang datang ke Makam Pangeran Sambernyowo tersebut.
Menurut kepercayaan orang Jawa, orang yang sudah meninggal dianggap sebagi roh pelindung, yang dapat memberikan pertolongan dalam setiap kehidupan dan untuk mengabulkan apa saja yang menjadi keinginan mereka. Sehingga banyak masyarkat Jawa yang masih melakukan tradisi ziarah, apa lagi mereka percaya kalau berziarah ke makam orang yang dianggap keramat (orang yang dihormati dalam suatu daerah) harapan dan
commit to user
keinginan mereka dapat terkabul, dan orang yang dihormati di daerah Girilayu adalah Pangeran Sambernyowo.
Ziarah di makam Pangeran Sambernyowo telah dilakukan bertahun-tahun silam, kerinduan batin kepada leluhur diungkapkan lewat cara seperti ini. Di tempat suci atau yang dianggap keramat selalu menjadi tujuan para pencari kedamaian itu. Tradisi ziarah seperti ini memang mengandung banyak perdebatan, terlebih dalam defenisi agama hal ini dianggap menyimpang. Namun ada juga beraggapan lain, ziarah bisa dilakukan sebagai cara mengambil manfaat, keberkahan, dan kemuliaan rohani dari tempat-tempat atau orang-orang yang dianggap memiliki kekuatan tertentu (gaib). Ada anggapan, jika hal yang bersifat transenden sulit untuk dicapai di tempat tempat ibadah, maka pelarian dengan cara ziarah makam seperti ini kerap dilakukan. Mengunjungi tempat-tempat yang dikeramatkan atau disucikan untuk mendapatkan barokah.
Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori aksi. Teori aksi merupakan suatu proses dimana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dipilih, kesemuanya dibatasi kemungkinan-kemungkinan oleh sistem kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide dan nilai-nilai sosial. Didalam menghadapi situasi yang bersifat kendala baginya, aktor mempunyai sesuatu didalam dirinya berupa kemauan bebas.
Yang dimaksud dengan aktor dalam penelitian ini adalah masyarakat yang melakukan tradisi ziarah tersebut baik masyarakat sekitar makam Astana Mengadeg maupun masyarakat di luar makam Astana Mengadeg, sedangkan kondisi situasional adalah adanya aktivitas tradisi ziarah yang ada di makam Astana Mengadeg.
Dalam kaitannya dengan tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo adalah bahwa aktor yang melakukan tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo untuk mendapatkan berkah dari Pangeran
commit to user
Sambernyowo yang tradisi tersebut merupakan tradisi turun temurun dari luluhurnya. Dilaksanakannya ritus (upacara) tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo itu bisa dilihat dari tingkah laku keagamaan seseorang atau kelompok masyarakat yang datang berziarah untuk mendapatkan berkah dari Pangeran Sambernyowo, karena pada hakekatnya keberadaan tradisi ziarah makam Pangeran Sambernyowo sendiri itu tergantung pada sikap mental dan emosional kelompok masyarakat pada konteks sosio-kultural dilaksanakannya tradisi ziarah makam tersebut.
Dalam tradisi ziarah makam Pangeran Sambernyowo peziarah melakukan tindakan-tindakan atau kebiasaan-kebiasaan yang berlaku, dan lebih mengacu pada pengalaman masa lalu. Interpretasi (penafsiran) dan pemahaman terhadap tindakan sosial tradisional seperti ini cukup berbelit-belit dan termasuk tidak gampang karena pelaku tindakan tradisional biasanya berpuasa, bertapa, melakukan upacara tradisi, berdoa, melakukan ziarah, dan sebagainya (Weber dalam RB. Soemanto, 2011: 48)
b. Pengembangan Ekonomi Masyarakat Desa Girilayu
Aktifitas tradisi ziarah di makam Pangeran Sambernyowo dilihat dalam perspektif sosiologi yang menekankan pada aspek kelakuan yaitu sebagai suatu adat atau kebiasaan yang dilakukan secara tetap menurut waktu dan keperluan tertentu, dimana tradisi tersebut juga dapat memberikan pengembangan ekonomi bagi masyarakat sekitar makam sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan rumah tangga.
Setiap ada keramaian pada suatu obyek wisata pasti membawa peningkatan pendapatan rumah tangga pada masyarakat sekitarnya, karena dengan banyaknya pengunjung yang datang ke tempat tersebut dapat memberikan peluang kerja bagi masyarakat sekitar makam. Hal demikian dikarenakan tradisi ziarah makam merupakan daya tarik wisata religi yang kuat disamping kharisma seorang Pangeran Sambernyowo yang dapat memberikan keberkahan, kedua hal ini memiliki magnet yang sagat kuat untuk
commit to user
menarik peziarah yang mencari keberkahan maupun wisatawan yang ingin melihat-lihat saja.
Pariwisata merupakan kegiatan sosial orang-orang, sekelompok orang, sebagai akibat dari kondisi sosial ekonomi tertentu dan dinamika tinggi kehidupan suatu masyarakat atau beberapa masyarakat. Kegiatan pariwisata memberi dampak sosial ekonomi, budaya, politik dan seterusnya pada masyarakat lain.
Perubahan sosial masyarakat di daerah tujuan wisata terjadi sebagai wujud dari dampak sosial yang timbul oleh kegiatan pariwisata. Namun pada masyarakat setempat (di daerah tujuan wisata), pariwisata tidak senantiasa menimbulkan dampak sosial menyeluruh pada kehidupan masyarakat di daerah tersebut, karena tidak semua masyarakat di daerah itu memiliki dan menjadi obyek wisata.
Namun di masyarakat modern (industri), di masyarakat yang tengah berubah, di masyarakat desa, pertanian dan sebagainya; dari berbagai tipe masyarakat tersebut dijumpai adanya kegiatan pariwisata yang melibatkan secara aktif sebagian masyarakatnya.
Pada sisi lain, pariwisata muncul dan berperan dalam upaya menciptakan perdamaian dunia, menjadi penghubung jalinan kerjasama bilateral maupun multilateral, dan merupakan kekuatan sosial untuk penyelesaian konflik, sebagai media proses pemahaman antar budaya yang