• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Ekonomi Pesantren

1. Pengembangan Ekonomi Pesantren

137

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan korektif bila perlu.185 Sedangkan versi lain mengatkan, bahwa pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Proses pengawasan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

C. Ekonomi Pesantren

1. Pengembangan Ekonomi Pesantren

Sebagaimana seperti disebutkan dalam sejarah, pesantren merupakan sebuah institusi kelembagaan keagamaan yang syarat nilai dan tradisi luhur dimana telah menjadi karakteristik pesantren pada hampir seluruh perjalanannya. Secara potensial, karakteristik pesantren tersebut memiliki peluang untuk dijadikan sebagai dasar pijakan dalam rangka menyikapi persoalan-persoalan lain yang menghadang pesantren pada khususnya dan masalahan-masalah umat pada umumnya termasuk ekonomi.

Biasanya, dalam pesantren modern diterapkan adanya sistem berdikari terutama dalam hal ekonomi. Dikarenakan kemandirian

138

ekonomi dapat memajukan pesantren dan memperkuat eksistensi pesantren, tanpa meninggalkan sistem yang lama. Sehingga akan tercipta pondok pesantren yang maju dan dapat memberdayakan santri serta ekonomi masyarakat disekitar pesantren.

Terkait dengan pengembangan ekonomi pondok pesantren, maka patut kita telaah sejauh mana peran pondok pesantren dalam upaya meningkatkan taraf hidup (perekonomian) warga sekitar sebagai bagian dari perang melawan kemiskinan (jihad) karena kaum muslim di Indonesia sampai sekarang masih terpinggirkan. Konsep memerangi kemiskinan harus menambahkan dakwah bil lisan dan dakwah bil hal melalui upaya pengembangan ekonomi yang mampu menarik pasar.186

Sumber-sumber pendanaan bagi pengembangan pondok pesantren tidak saja berasal dari Pemerintah, tetapi lebih ditekankan pada ikhtiar masing-masing pondok pesantren. Dahulu pendanaan itu dilakukan pemerintah dengan membantu memberikan ternak bagi pondok pesantren di Indonesia, namun dengan disertai motif politik. Perubahan akan lebih baik jika sebagian besar dimulai dari dalam pondok pesantren. Masing-masing pondok pesantren harus menelaah potensi-potensi dan peluang-peluang usaha yang dimiliki (SWOT: Strength, Weakness, Opportunity, Treaty) di lingkungan masing-masing termasuk potensi SDM dengan melibatkan warga sekitar.

186

Sarwani, Penguatan Kelembagaan Ekonomi Pesantren, (makalah disampaikan pada orientasi program pengembangan potensi ekonomi pesantren, Maret 2010), 12.

139

Pendekatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam kontek pengembangan ekonomi pesantren, khususnya program pengembangan aset-aset pesantren yang dimiliki pesantren adalah penekanan pada pentingnya pesantren yang mandiri dalam program tersebut, sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri.

Dalam upaya pengembangan ekonomi pesantren, diperlukan pendampingan, yang berperan untuk memberikan berbagai masuk memberikan berbagai masukan dan pertimbangan yang diperlukan oleh kelompok pengelola aset-aset pesantren dalam menghadapi masalah. Pendamping tidak memutuskan apa yang perlu dilakukan, akan tetapi pengelolalah yang nantinya membuat keputusan. Pendamping juga memiliki peran memberikan berbagai kemampuan dasar yang diperlukan oleh kelompok pengelola seperti mengelola rapat, pembukuan, administrasi, memecahkan masalah, mengambil keputusan dan sebagainya.

Di samping itu, pendamping berperan sebagai penghubung pesantren dengan lembaga-lembaga yang terkait (stakeholder) dan diperlukan bagi pengembangan ekonomi pesantren.

Pada dasarnya, pendampingan merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik. Selain itu diarahkan untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan yang terkait dengan kebutuhan masyarakat, membangun kemampuan dalam

140

meningkatkan pendapatan, melaksanakan usaha yang berskala bisnis serta mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan partisipatif. Prinsip-prinsip pendampingan dalam upaya pengembangan ekonomi masyarakat antara lain meliputi;

a. Prinsip Spasial Lokal. Penguasaan dan pemahaman terhadap ruang, kondisi, potensi dan bahasa lokal dalam pemberdayaan masyarakat. b. Prinsip Berkelompok. Kelompok tumbuh dari, oleh dan untuk

kepentingan masyarakat. Selain dengan anggota kelompoknya sendiri, kerjasama juga dikembangkan antara kelompok dan mitra kerja lainnya agar usaha mereka berkembang, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta mampu membentuk kelembagaan ekonomi. c. Prinsip Keberlanjutan. Seluruh kegiatan penumbuhan dan

pengembangan diorientasikan pada terciptanya sistem dan mekanisme yang mendukung pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang memiliki potensi berlanjut di kemudian hari.

d. Prinsip Kemandirian. Masyarakat diberi motivasi dan dorongan untuk berusaha atas dasar kemauan dan kemampuan mereka sendiri dan tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar.

e. Prinsip Kesatuan Keluarga. Masyarakat tumbuh dan berkembang sebagai satu kesatuan keluarga yang utuh. Kepala keluarga beserta anggota keluarganya merupakan pemacu dan pemicu kemajuan usaha. Prinsip ini menuntut para pendamping untuk memberdayakan seluruh

141

anggota keluarga masyarakat berperan serta dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan.

f. Prinsip Belajar Menemukan Sendiri. Kelompok dalam masyarakat tumbuh dan berkembang atas dasar kemauan dan kemampuan mereka untuk belajar menemukan sendiri apa yang mereka butuhkan dan apa yang akan mereka kembangkan, termasuk upaya untuk mengubah penghidupan dan kehidupannya.187

Dari uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan, bahwa dalam upaya pengembangan ekonomi pesantren melalui aset-aset yang dimiliki pesantren, maka berbagai pertimbangan terkait dengan pemaknaan dari pengembangan ekonomi pesantren dan prinsip-prinsip pendampingan haruslah diperhatikan.

Hal-hal yang menjadi pertimbangan terkait dengan program aset-aset yang dimiliki pesantren, antara lain potensi ekonomi pesantren yang lebih dimaknai sebagai asset dan kekayaan lahan yang mesti dimiliki, usaha mengembangkan aset-aset yang dimiliki pesantren yang memang harus dilakukan pesantren sebagai bentuk dan jenis kegiatan ekonomi yang selama ini dikembangkan di pesantren.

Hal itu merupakan modal ekonomi yang perlu dipertimbangkan dalam rangka pengembangan ekonomi melalui program pendampingan. Karena program pendampingan pada dasarnya adalah lebih banyak

187

http:// Green Blue-Phinisi.Blogspot.com/2009/03/ Upaya Pemberdayaan Masyarakat, dibidang.html.

142

meningkatkan efektifitas dan produktifitas kegiatan ekonomi yang sudah ada, dengan proses replikasi dan penggunaan teknologi.

Tidak kalah pentingnya, pengembangan ekonomi pesantren yang dikembangkan pesantren cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat luas. Sebab, ada semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam berbagai sector kehidupan sosial. Disamping model pembelajaran klasikal, dikembangkan juga metode pelatihan yang menekankan pada kemampuan psikomotorik. Pelatihan yang dikembangkan adalah menumbuhkan kemampuan praktis seperti, pelatihan pertukangan, perkebunan, perikanan dan kerajinan-kerajinan yang mendukung terciptanya kemandirian integrative. Metode yang lain adalah dengan pelibatan pada wirausaha di unit-unit usaha yang dikembangkan pondok.188

Kemandirian dengan unit usaha ini penting agar pondok dapat terus berkembang dengan melengkapi sarana dan prasarana yang ada disamping itu diharapkan santri tidak dibebani dengan pembiayaan yang berlebih, atau bahkan gratis. Metode penyampaian materi dengan sistem keteladanan pengajar/ustad atau kyai merupakan sistem pengajaran yang sangat sesuai dengan pola pengajaran quantum learning, bahwa mengajar dengan menggabungkan kemampuan visual dan audio dapat lebih menancap dalam benak siswa atau santri. Disamping itu dengan keteladanan maka siswa dapat lebih mengetahui bentuk praktek, lebih

188

Ansori, Model Pengembangan Kewirausahaan Santri Melalui Pondok Pesantren

Berbasis Budaya Agribisnis Tanaman Palawija, Jurnal Didaktik, Vol 8 No. 1 Edisi Maret,

143

mendalam pemahamannya dan bagi guru sendiri akan menjadi lebih dihormati dan dihargai karena menyampaikan segala sesuatu yang sudah dilakukan yang tidak sekedar diutarakan.

Pengembangan kewirausahaan dalam dunia pesantren menjadi salah satu bagian yang penting dalam membangun dan mengembangkan berbagai konsep kemandirian santri dalam menjalani kehidupannya kelak, setelah ia menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren. Pengembangan agribisnis dalam berbagai bentuknya membantu santri untuk memahami konteks pengembangan kemandirian yang lebih menyeluruh dalam membangun dan membentuk karakter lulusan yang mandiri dan mampu memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan karakter pemberdayaan yang sejati.

Dokumen terkait