• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Solusi Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

Dalam dokumen Full Paper P00195 (Halaman 30-34)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengembangan Model Solusi Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi

Dalam kajian penelitian Model Solusi Strategik sebelumnya, ada lima penyebab bagaimana pernikahan dini sering sekali terjadi. Penyebab pertama adalah belum adanya kepercayaan anatar Kader KB dengan masyarakat sehingga masyarakat menjadi tidak percaya, buta hukum dan bingung mau konsultasi kemana. Dari penyebab ini maka solusi yang bisa ditawarkan adalah dengan membangun kepercayaan, melakukan sosialisasi dan mengadakan penyuluhan bersama.

Penyebab yang kedua adalah perilaku menyimpang dan pendidikan sex yang kurang. Hal ini akan menyebabkan muda-mudi menjadi memiliki pengetahuan mengenai sex yang minim, dari pengetahuan sex yang minim, maka menjadikan sex sebagai hal yang tabu. Sehingga muda-mudi menjadi malu untuk bertanya dan menimbulkan keingintahuan yang besar mengenai sex, disertai dengan perubahan hormon dalam tubuh mereka. Dari penyebab ini maka solusi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pengetahuan kepada muda-mudi sejak dini.

Penyebab ketiga adalah orang tua yang menganggap tabu mengenai pendidikan sex, sehingga diskusi maupun tanya jawab mengenai pendidikan sex jarang dilakukan di rumah Selain itu orang tua menjadi minim akan pengetahuan mengenai pendidikan sex, untuk hal tersebut solusi yang bisa ditawarkan adalah dengan peningkatan kapasitas orang tua, dan menjalin kerjasam dengan beberapa pihak seperti PLKB dan tokoh-tokoh yang ada di masyarakat.

Media yang tidak pas menjadi penyebab keempat, dimana penggunaan media dirasa perlu untuk diperhatikan. Kebanyakan iklan, poster atau pamflet yang beredar di masyarakat tidak disesuaikan dengan sasarannya. Oleh sebab itu penggunaan media yang tidak sesuai dengan sasarannya akan membuat muda-mudi menjadi tidak tertarik dan akhirnya tidak peduli. Hal seperti ini dapat diatas dengan menawarkan penggunaan media yang cocok dengan sasarannya, serta isi yang menarik.

Untuk penyebab yang kelima adalah muda-mudi canggung untuk membicarakan mengenai sex, sehingga akan membuat mereka merasa canggung, malu, buta pengetahuan mengenai sex dan tidak adanya konsultasi. Untuk itu solusi yang bisa ditawarkan adalah

27

dengan membuat suatu ruang diskusi (PIK, Genre) di antara muda-mudi, penggunaan PLKB yang sebaya umurnya, dan adanya PLKB yang magang di sekolah-sekolah maupun universitas.

Dari penyebab tersebut terdapat tujuh saran yang bisa dikembangkan, yaitu: (1) Sosialisasi dan advokasi melalui saluran/jaringan formal maupun informal (memaksimalkan peran TOGA dan Tomas), (2) Internalisasi Kependudukan dan Keluarga Berencana melalui pendidikan sexualitas, kesehatan reproduksi, dan perilaku menyimpang harus dikenalkan sejak dini, (3) Peningkatan kapasitas orang tua dalam mengenalkan sejak dini terkait dengan pendidikan sexualitas kepada anak-anaknya, (4) Media yang cocok yang bisa menjembatani atau menjangkau gap yang terjadi khususnya anak-anak muda dan remaja, (5) Perlunya pengkaderan terhadap kader-kader muda supaya dapat menjangkau anak-anak muda maupun remaja, (6) Penguatan terhadap PIK (Pusat Informasi dan Konseling), dan (7) Adanya reward atau imbalan sama seperti pada saat zaman ORBA akan lebih memudahkan BKKBN atau PLKB dalam melakukan sosialisasi.

Ketujuh masukan tersebut tidak akan bermakna apabila tidak mendengar masukan yang terjadi di lapangan oleh para PLKB. Oleh sebab itu kami melakukan wawancara dengan beberapa petugas KB atau PLKB, baik yang berhubungan dengan kenakalan remaja maupun pernikahan dini. Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa ada beberapa masukan maupun kendala dari beberapa PLKB di Kota Salatiga, seperti:

1. Kurangnya petugas PLKB di lapangan, padahal harus menjangkau di beberapa wilayah. Saat ini keadaan di Salatiga, petugas PLKB yang ada berjumlah 9 orang untuk 4 kecamatan. Hal ini membuat kinerja maupun program KB belum berjalan dengan sempurna, karena 1 petugas wilayahnya sangatlah luas.

2. Tidak adanya petugas yang fokus di satu area. Petugas-petugas ini memiliki beban kerja yang berat, terkadang petugas yang mengurusi kenakalan remaja juga mengurusi KB atau pernikahan dini. Dalam artian 1 petugas memiliki tugas dan fungsi yang dobel atau berbeda-beda, sehingga kinerja mereka menjadi tidak maksimal

3. Keterbatasan kader-kader KB.

Perlu diketahui bahwa kurangnya petugas maka peran kader-kader menjadi sangat penting, akan tetapi kader-kader tersebut ada beberapa yang sudah cukup umur, bahkan mungkin kinerja mereka sudah tidak maksimal. Selain itu kemampuan untuk menangkap pesan yang disampaikan oleh petugas KB belum tentu diterima secara utuh oleh para kader, karena keterbatasa-keterbatasan yang dimiliki (usia, IQ, bahasa, konteks, istikah-istilah baru/ singkatan-singkatan baru).

28

4. Kemampuan Petugas KB

Dapat dimaklumi bahwa petugas KB belum tentu berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai, sehingga hal ini membuat petugas KB kurang mampu dalam melakukan penyuluhan/ advokasi (misal, pada saat mereka melakukan advokasi sangatlah sulit bagi mereka untuk menarik perhatian dari masyarakat karena mereka tidak dibekali tehnik-tehnik dalam public speaking).

5. Media

Media yang digunakan untuk melakukan sosialisasi, penyuluhan atau advokasi perlu untuk dikaji ulang dan disesuaikan dengan sasaran masyarakat yang akan di advokasi. (sebagai contoh untuk masalah kenakalan rema, media seperti poster, pamflet, sticker akan dianggap usang atau “boring” (membosankan) bagi anak muda, dimana era mereka sekarang ini adalah era internet dan high technology (teknologi tinggi) dengan menggunakan gadget (android, dll)

29

Jika kita lihat pada bagan diatas ini, maka model atau masukan tersebut dapat dikkembangkan dengan menggunakan beberapa ilmu, seperti perspektif ilmu komunikasi dan teori jaringan (ANT). Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.

Komunikasi merupakan keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat dilihat bahwa komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain di lingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan orang lain di lingkungannya adalah komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal (bahasa tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa).

Ketujuh masukan serta masukan atau kendala hasil wawancara diatas sangatlah erat kaitannya jika dikaitkan dengan ilmu komunikasi. Dari perspektif ilmu komunikasi,

30

pengembangan model strategik ini bisa dikerucutkan menjadi 3 hal yang inti, yaitu Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Persuasif dan Media.

Dalam dokumen Full Paper P00195 (Halaman 30-34)

Dokumen terkait