• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Perangkat Penilaian Asesmen Kesulitan Belajar Siswa Perangkat penilaian yang telah dikembangkan dalam menilai asesmen

kesulitan belajar siswa, baik perangkat penilaian tes (soal essay dan pilihan ganda) maupun nontes (angket dan wawancara), secara umum dapat menilai kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan.

Selain itu pula dapat ditelusuri indikator dari subkonsep yang dianggap sulit oleh siswa serta dapat mengungkap faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar siswa.

Pada pengembangan perangkat penilaian tes, yang terdiri dari soal essay dan pilihan ganda, menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Hal ini dapat terlihat dari rendahnya skor rata-rata yang diperoleh siswa, skor rata-rata untuk hasil uji coba essay adalah 42,25 (essay bagian A) dan 46,31 (essay bagian B). Sementara itu skor rata-rata untuk hasil uji coba pilihan ganda adalah 40,21. Berdasarkan standar KKM yang ditetapkan oleh sekolah tempat dilakukannya penelitian, yaitu 70, maka skor rata-rata siswa hasil uji coba ini tidak memenuhi KKM. Oleh karena itu, pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan karena rendahnya nilai rata-rata yang diperoleh. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Ashlock (Wulan et al., 2010) bahwa siswa yang selalu memperoleh hasil belajar yang rendah disebut sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Ketika pengujicobaan soal essay, seperti pada soal essay bagian A ada beberapa soal yang tidak dijawab oleh siswa, seperti soal nomor 6 dengan indikator membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku. Hal ini menandakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dalam memahami indikator tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Wulan dan Nurlaelah (2011) bahwa siswa yang tidak mengisi/tidak merespon soal-soal uraian adalah siswa

yang berkesulitan belajar. Penyebabnya kemungkinan besar karena siswa tidak memahami konsep tersebut.

Selain soal yang kosong, ada pula soal yang perolehan skornya rendah karena tidak ada siswa yang mampu menjawabnya dengan benar. Seperti soal essay bagian A nomor 5 dengan indikator menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, kebanyakan jawaban siswa menjawabnya dengan menggambarkan bagan pergiliran keturunan tumbuhan lumut, bukan menjelaskan bagaimana karakteristik pergiliran keturunan lumut. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar pada indikator tersebut yang disebabkan karena mempertukarkan konsep yang ditanyakan dengan konsep lainnya yang mirip. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wulan dan Nurlaelah (2011) bahwa salah satu kemungkinan kesulitan belajar yang dialami siswa berdasarkan pola jawaban tes uraian adalah siswa mempertukarkan konsep yang ditanyakan dengan konsep lainnya yang mirip.

Hasil analisis soal essay secara kuantitatif, yang meliputi reliabilitas, validitas, dan tingkat kesukaran, menunjukkan bahwa kedua soal essay bagian A dan B memiliki kualitas yang berbeda. Hal ini terlihat dari nilai reliabilitas dan validitas yang berbeda, dimana soal A memiliki nilai reliabilitas yang rendah (0,21) dan nilai validitas sangat rendah (0,12), serta proporsi tingkat kesukaran soal yaitu soal mudah dan sedang 20% sedangkan sukar 60%.

Reliabilitas soal essay A yang rendah ini disebabkan oleh terlalu sulitnya soal, hal ini terlihat dari dominannya soal kategori sukar yaitu sebanyak 60%. Fakta ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (1989) yang menyatakan bahwa tes

yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah. Nilai validitas yang sangat rendah dikarenakan banyaknya soal kategori sulit, waktu pengerjaan yang kurang efektif karena setelah jam pelajaran berakhir, situasi kelas yang ribut, dan ada siswa yang melakukan kecurangan dengan saling bertukar jawaban. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sukardi (2010) bahwa nilai validitas dipengaruhi oleh tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa, waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi yang tergesa-gesa, adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan antara siswa yang belajar dengan yang melakukan kecurangan, serta ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga para siswa tidak dapat konsentrasi dengan baik.

Hasil analisis kuantitatif ini menunjukkan bahwa soal tersebut kualitasnya kurang baik, karena soal yang baik harus memiliki nilai reliabilitas dan validitas yang tinggi serta proporsi tingkat kesukaran soalnya yaitu 30% mudah, 40% sedang, dan 30% sukar (Sudjana, 1989). Namun, walaupun begitu soal tersebut masih bisa mengukur kesulitan belajar yang dialami siswa, hal ini terlihat dari rendahnya perolehan skor siswa.

Soal essay bagian B memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada soal A, karena memiliki nilai reliabilitas (0,98) dan validitas (0,95) yang sangat tinggi serta proporsi tingkat kesukaran soalnya lebih merata yaitu 30% mudah, 40% sedang, dan 30% sukar. Hal tersebut sesuai dengan syarat kualitas soal yang baik menurut Sudjana (1989), bahwa soal yang baik harus memiliki nilai reliabilitas

dan validitas yang tinggi serta proporsi tingkat kesukaran soalnya yaitu 30% mudah, 40% sedang, dan 30% sukar.

Pada hasil uji coba soal pilihan ganda, menunjukkan bahwa masih ada beberapa soal yang tidak direspon oleh beberapa siswa dan perolehan skornya rendah, seperti soal nomor 9 dan 12. Soal nomor 9 dengan indikator menjelaskan ciri khas pergiliran keturunan tumbuhan lumut, hanya mampu dijawab benar oleh tiga orang siswa. Sementara itu soal nomor 12 dengan indikator membedakan daun fertil dan daun steril pada tumbuhan paku, hanya seorang siswa yang mampu menjawab benar soal ini. Hal ini menandakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami kedua indikator tersebut. Indikator pada soal nomor 9 merupakan salah satu yang dianggap sulit oleh siswa, hal tersebut didukung oleh hasil angket yang menyatakan bahwa hampir setengah siswa atau 29,27% menganggap bahwa indikator tersebut sulit dipahami.

Kualitas soal pilihan ganda hasil uji coba tergolong cukup baik, karena memiliki nilai reliabilitas yang tinggi (0,74), nilai validitas cukup (0,59), daya pembeda soal dominan yang baik 42,11% serta proporsi jumlah soal dengan tingkat kesukaran sedang paling dominan sebesar 63,18%.

Hasil uji coba angket diantaranya dapat mengungkap kendala yang dialami siswa selama kegiatan praktikum klasifikasi tumbuhan. Kendala-kendala yang dialami yaitu sulit membawa tumbuhan yang ditugaskan guru, hal ini membuat siswa tidak dapat mengikuti kegiatan praktikum dengan baik karena ia tidak memiliki tumbuhan yang akan diamati; guru menerangkan materi terlalu cepat, akibatnya siswa tidak mengetahui konsep awal yang mendasari kegiatan

praktikum yang akan dilakukan; dan banyak siswa yang mengobrol, keadaan ini membuat suasana kelas menjadi gaduh dan mengganggu konsentrasi siswa lain yang mengikuti kegiatan praktikum dengan sungguh-sungguh.

Kendala-kendala tersebut membuat siswa kesulitan dalam mempelajari konsep klasifikasi tumbuhan. Kendala guru menerangkan materi terlalu cepat termasuk faktor eksternal yang merupakan faktor instrumental penyebab kesulitan belajar siswa, sedangkan banyak siswa yang mengobrol merupakan faktor lingkungan. Seperti yang dinyatakan Burton (Abin, 2002: 325-326; Kuntjojo, 2009) bahwa penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor instrumental diantaranya yaitu kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak memadai dan faktor lingkungan antara lain lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif.

Dokumen terkait