• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG

4.4 Pengembangan Pulau Sabang sebagai Objek Wisata

Taman Laut Pulau Rubiah terletak sekitar 23,5 km sebelah barat Kota Sabang, dapat dicapai melalui darat sekitar 7 km dengan perahu boat. Taman Laut Pulau Rubiah mempunyai luas sekitar 2.600 Ha, dan telah ditetapkan secara hukum sebagai daerah perlindungan khusus cagar alam. Pulau ini mempunyai potensi keanekaragaman hayati yang begitu indah, dengan kondisi air yang sangat tenang dan

jernih membuat daya tarik tersendiri bagi pulau ini. Jarak 5 meter dari pinggir pantai, wisatawan sudah bisa menjumpai terumbu karang dan ikan-ikan beraneka ragam warna seperti Lion fish, sea fans, gigantic clams, angel fish, dan school of parrot fish.

Wisatawan dapat berenang, berjemur, snorkeling, menyelam (diving), memancing, fotografi, traiking jungel di Pulau Rubiah.

Mengembangkan potensi yang ada pada Taman Laut Pulau Rubiah merupakan tujuan utama pemerintah dan masyarakat lokal. Pada tahun 2009 jumlah wisatawan Domestik dan Mancanegara sekitar 5.385 orang yang berkunjung ke Taman Laut Pulau Rubiah. Tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Banyaknya jumlah kunjungan wisatawan seharusnya pemerintah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pada objek wisata tersebut.

Taman Laut Pulau Rubiah mempunyai fasilitas Bungalow, dan warung makan yang menyediakan makanan dan minuman. Selain itu, di Pulau Rubiah terdapat berbagai fasilitas seperti: pusat kegiatan menyelam yang dilengkapi dengan fasilitasnya (perahu motor, peralatan selam), mushola, shelter, MCK, rumah jaga, menara pengintai, jalan setapak, taman, dan instalasi listrik. Seharusnya dengan keadaan yang ada, pemerintah dapat menambahkan jumlah penginapan, membuat beberapa restoran di sekitar objek wisata, menyediakan money changer, toko souvenir, dan menambahkan permainan air seperti jet ski, scuba diving maupun flying

fish. Wilayah yang luasnya 2.600 ha dapat di kembangkan agar menarik kunjungan

wisatawan. Masyarakat merupakan penunjang utama untuk pengembangan kepariwisataan dan pemerintah sebagai salah satu instansi yang memiliki posisi

sebagai pemegang kekuatan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu program pariwisata dalam suatu daerah. Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam mengembangkan objek wisata Taman Laut Pulau Rubiah.

Transportasi menuju Pulau Rubiah, wisatawan harus menyeberang mengunakan kapal perahu (speed boat) dengan waktu perjalanan sekitar 15-20 menit dari Iboih. Mulai dari Iboih menuju Pulau Rubiah wisatawan dapat menyewa kapal perahu Rp 250.000-Rp 300.000. Muatan penumpang kapal dapat menampung 10 penumpang. Alat transportsasi dari Iboih ke Pulau Rubiah sebanyak 5 kapal. Jumlah kapal sebagai sarana transportasi, seharusnya dapat ditambahkan oleh pemerintah. Apabila dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang datang, alat transportasi masih sangat kurang. Pemerintah dapat menambahkan 5 unit kapal, karena keterbatasan dana membuat pemerintah sulit menambah unit kapal.

4.4.2 Tugu Kilometer Nol

Tugu Kilometer Nol berada dalam areal Hutan Wisata Sabang, di Ujung Ba’u, Kecamatan Sukakarya. Tugu Kilometer Nol di Ujung Bau merupakan batas wilayah Indonesia paling Barat, yang dikelilingi hutan. Sabang juga memiliki hutan lindung seluas 3.400 ha dan hutan wisata seluas 1.300 ha. Tugu Kilometer Nol menjadi batas perhitungan setiap jengkal wilayah Indonesia dari Sabang sampai Meurauke di Papua. Tugu Kilometer Nol merupakan sebuah bangunan yang menjulang setinggi 22,5 meter dan terletak pada ketinggian 43,6 meter, diatas permungkaan laut. Tugu ini berbentuk lingkaran berjeruji dan semua bagiannya dicat putih. Pada puncak

gunung, bertengger patung burung garuda menggengam angka nol. Sebuah prasasti marmer hitam menunjukkan posisi geografis tempat ini: Lintang

Utara 05 54’ 21,99” Bujur Timur 95 12’ 59,02”. Selain itu, di dinding bangunan juga tertempel prasasti peresmian tugu yang ditandatangani oleh Try Sutrisno saat masih menjabat sebagai Wakil President. Prasasti itu ditandatangani di Banda Aceh, ibukota NAD pada 9 September 1997.

Sebelumnya terdapat tugu lain yang diyakini sebagai “Kilometer Nol” Indonesia. Namun setelah dilakukan penelitian oleh pakar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan mengunakan teknologi Global Positioning System (GPS), lokasi itulah yang kemudian diputuskan sebagai titik nol Indonesia. Hal itu tertulis dalam prasasti lainnya yang ditandatangani oleh BJ Habiebie, yang menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi/ Ketua BPPT, pada tanggal 24 September 1987. Oleh karena itu, tugu kilometer lama dinyatakan sebagai kilometer tujuh Indonesia.

Tugu Kilometer Nol Terletak di areal Hutan Wisata Sabang. Mencapai Tugu Kilometer Nol para wisatawan akan melewati kaki bukit dan tebing dengan pemandangan yang indah. Sisi kanan jalan, dan birunya air laut terlihat dengan jelas. Saat Berada di Kilometer Nol Indonesia akan memberikan sensasi yang berbeda bagi wisatawan, sebagai bukti wisatawan pernah berada di Kilometer Nol Indonesia, Wisatawan akan mendapat piagam dari Dinas Pariwisata Kota Sabang.

Tugu Kilometer Nol memiliki potensi pariwisata yang dapat menarik kunjungan wisatawan Lokal maupun Mancanegara, dan dapat menjadi objek wisata sejarah nusantara jika dikembangkan sesuai potensinya. Apalagi setelah jalan menuju tempat bersejarah tersebut kini sudah mulus.

Alat transportasi utuk menuju Tugu Nol Kilometer wisatawan dapat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, dan akan memakan waktu sekitar 1-1,5 jam perjalanan. Bagi wisatawan yang berangkat dari Banda Aceh, Wisatawan dapat naik kapal cepat Bahari Express dari pelabuhan Ulee Lheu kemudian turun di pelabuhan Baloohan Sabang. Tiket Bahari Express seharga Rp 50.000,00 untuk non AC, Rp 60.000,00 untuk AC dan Rp 70.000,00 untuk VIP. Dari pelabuhan Balohan Wisatawan naik taksi Rp 50.000,00 per orang atau mencarter mobil seharga Rp 250.000 untuk sekali jalan sampai ke lokasi.

Sebagai sebuah objek wisata, Tugu Kilometer Nol masih memerlukan pengembangan bangunan seperti hotel, bungalow, restaurant, toko souvenir, money

changer dan menambahkan beberapa alat transportasi. Wilayah ini dapat di

kembangkan karena memiliki luas area 3.400 ha. Pemerintah dapat meningkatkan sarana, prsarana, dan fasilitas pendukung kepariwisataan sehingga menarik kunjungan wisatawan yang datang. Pemerintah masih sulit mengembangkan objek wisata Tugu Kilometer Nol, karena keterbatasan dana.

4.4.3 Pantai Iboih

Pantai Iboih adalah pulau yang terletak di Kepulauan Weh. Pantai Iboih merupakan salah satu objek wisata alam yang paling sering menjadi tujuan dan di kunjungi wisatawan Lokal maupun Asing. Kebanyakan yang datang ke Pantai Iboih yaitu turis Asing, dimana tempat ini adalah tempat surganya snorkling dan diving. Pantai Iboih berjarak 21 kilometer dari Kota Sabang, fasilitas yang terdapat di Pantai Iboih seperti cafe, warung makan-minum, pondok-pondok penginapan, shelter, MCK,

mesjid, kios cendera mata, rental alat snorkling, rental motor, rental sepeda dan bungalow maupun hotel. Pantai Iboih menyediakan fasilitas wisata boat kaca dan

banana boat. Boat kaca digunakan untuk menunjukan kepada wisatawan kondisi

terumbu karang dan biaota laut yang ada disekitar Iboih.

Pantai Iboih merupakan pantai yang paling populer, tidak kalah populernya dengan Tugu Kilometer Nol. Pantai Iboih mempunyai luas 1.300 ha, Pantai Iboih berada di Kecamatan Sukakarya Kotamadya Sabang. Kelurahan Iboih memiliki luas 15 Km2. Alat transportasi untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan jalan laut (kapal cepat) selama ± 45 menit dari Pelabuhan Ule lheue dan jalan darat selama ± 45 menit dari Pelabuhan Balohan menuju lokasi. Pantai Iboih berjarak 6 Km dari Tugu Kilometer Nol. Wisatawan dapat bersnokling, berenang, menyelam (diving) dll. Penyewaan alat snorkling atau diving cukup lengkap dan banyak terdapat di Pantai Iboih, satu set alat snorkling wisatawan dapat menyewa Rp 45.000, sedangkan diving

biaya sewanya Rp 200.000 untuk sekali diving di Pantai Iboih.

Pantai Iboih sangat berpotensi untuk di kembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Wilayah ini dapat di kembangkan karena memiliki luas area 1.300 ha. Pada tahun 2009 jumlah wisatawan Domestik dan Mancanegara sekitar 5.627 orang yang berkunjung ke Pantai Iboih dan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Banyaknya jumlah wisatawan yang datang, pemerintah terus berupaya mengembangkan objek wisata pantai Iboih seperti menambahkan jumlah penginapan (hotel dan bungalow), restaurant, alat transportasi, dan permainan air seperti : jet ski, flying fish dan scuba diving. Namun, karena dana yang kurang membuat pemerintah sulit untuk mengembangkan objek wisata ini.

4.5 Dampak Pengembangan

Dokumen terkait