PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG
SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI NANGGROE
ACEH DARUSSALAM
KERTAS KARYA
OLEH
NOVA AULIANDA
082204060
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG
SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI DAERAH
NANGGROE ACEH DARUSSALAM
OLEH
NOVA AULIANDA
082204060
Dosen Pembimbing,
Dosen Pembaca,
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya : PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA
PULAU SABANG SEBAGAI SALAH SATU
OBJEK WISATA DI DAERAH NANGGROE
ACEH DARUSSALAM
Oleh
: NOVA AULIANDA
NIM
: 082204060
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, MA.
NIP. 19511013 197603 1 001
PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA
Ketua,
ABSTRAK
Indonesia memiliki wilayah teritorial luas yang dihuni oleh berbagai etnik dengan keragaman budaya yang khas dan sangat mendukung pengembangan sektor kepariwisataan. Akan tetapi, sampai saat ini semua potensi dan kekayaan tesebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini didukung dengan banyaknya berbagai atraksi dan objek wisata di Indonesia yang masih memerlukan sentuhan tangan-tangan para profesional di bidang kepariwisataan. Upaya meningkatkan kepariwisataan di Pulau Sabang, pemerintah berupaya meningkatkan infrastuktur, akomodasi, dan transportasi. Taman Laut Pulau Rubiah memiliki potensi keanekaragaman hayati dan telah ditetap kan secara hukum sebagai daerah perlindunagn alam. Tugu Kilometer Nol yaitu sebuah bangunan berwarna putih yang merupakan batas wilayah Indonesia paling Barat. Pemerintah mengembangkan money changer, toko souvenir dan fasilitas pendukung kepariwisataan. Pantai Iboih terletak di kepulauan Weh merupakan objek wisata alam yang paling sering menjadi tujuan dan di kunjungi wisatawan Lokal maupun Asing.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan rezekinya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas
karya ini yang merupakan salah satu syarat bagi penulis meraih gelar Ahli Madya
Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Adapun judul dari kertas karya ini
adalah: “PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG SEBAGI
SALAH SATU OBJEK WISATA di DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM”.
Penulis menyusun kertas karya ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan kawasan wisata pulau sabang sebagai salah satu objek wisata di
Nanggroe Aceh Darussalam yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat lokal.
Informasi yang penulis paparkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya agar
pembaca mendapatkan informasi yang jelas dan semoga kertas karya ini bermanfaat
memberikan sedikit pengetahuan bagi pembaca.
Dalam hal ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Syahron Lubis, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
2. Arwina Sufika, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi D3 Pariwisata
3. Solahuddin Nasution, SE., MSP, selaku Dosen Koordinator Praktek Bidang
Keahlian Usaha Wisata Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya USU
Medan.
4. Drs. Jhonson Pardosi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan masukan, petunjuk dan arahan kepada penulis dalam
penyusunan kertas karya ini.
5. Drs. Ridwan Azhar, M.Hum, selaku Dosen Pembaca yang telah memberikan
arahan kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.
6. Seluruh staff / Dosen Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya USU
Medan yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.
7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Syahrial Ali dan
Ibunda Herlina Ali atas segala motivasi, kasih sayang, dan perhatian bagi
penulis selama ini. Buat penulis, tiada harta berharga yang penulis miliki
selain kalian di muka bumi ini.
8. Buat Abang, Kakak, dan adik penulis, berilah yang terbaik buat orang tua
kita. Senyum dan keberhasilan kita merupakan kebahagian mereka.
9. Buat Bembeng, yang selalu mengajarkan kesederhanaan, tentang hidup yang
sebenarnya dan memberi dukungan kepada penulis.
10.Sahabat seperjuangan penulis, khususnya Arum, Rima, Ayep, Eky, Iwan,
Rossi, Tara, Kriz, Fery, yang telah membuat hidup ini lebih bewarna. Thaks
11.Teman-teman UW’08, begitu banyak kenangan dan kisah yang kita lewati.
Terima kasih buat semuanya, tour yang kita lalui akan menjadi kenagan
terindah buat penulis, sungguh kenangan tak terlupakan. Semoga kita semua
menjadi orang-orang yang sukses di kemudian hari, amin.
Kertas karya ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi penyusunan kata maupun penyampaian informasi. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
menyempurnakan kertas karya ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAKKATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN1 ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pembatasan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penulisan ... 4
1.5 Metode Penelitian ... 4
1.6 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II URAIAN TEORITIS ... 6
2.1 Pengertian Pariwisata ... 6
2.2 Bentuk dan Jenis Pariwisata ... 7
2.3 Definisi wisatawan ... 8
2.4 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ... 9
2.5 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 11
2.5.1 Sarana Pariwisata ... 11
2.5.1.1 Sarana Akomodasi ... 11
2.5.1.2 Sarana Transportasi ... 11
2.5.1.3 Sarana Makan dan Minum ... 12
2.5.1.4 Toko Penjual Cinderamata ... 12
2.5.2 Prasarana Pariwisata ... 13
2.6 Upaya Pengembangan Kepariwisataan ... 13
2.6.1 Pengertian Pengembangan Kepariwisataan ... 13
2.6.2 Upaya-upaya Pengembangan Kepariwisataan ... 15
2.7 Motivasi Kunjungan Wisata ... 15
BAB III Gambaran Umum Kota Sabang ... 17
3.1 Kota Sabang Secara Umum ... 17
3.3 Letak Geografis ... 20
3.4 Kependudukan ... 21
3.5 Sarana dan Prasarana ... 23
3.5.1 Pendidikan ... 23
3.5.2 Hotel ... 24
BAB IV PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA di DAERAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM ... 26
4.1 Sejarah Kota Sabang ... 26
4.2 Lokasi Kota Sabang ... 28
4.3 Potensi Pulau Sabang ... 28
4.4 Pengembangan Pulau Sabang sebagai Objek Wisata ... 30
4.4.1 Taman Laut Pulau Rubiah ... 30
4.4.2 Tugu Kilometer Nol ... 32
4.4.3 Pantai Iboih ... 34
4.5 Dampak Pengembangan ... 35
4.5.1 Dampak Positif ... 35
4.5.2 Dampak Negatif ... 36
4.6 Peran Pemerintah, Peran Swasta dan Masyarakat dalam Pengembangan Pulau Sabang ... 37
4.6.1 Peran Pemerintah ... 37
4.6.2 Peran Swasta ... 38
4.6.3 Peran Masyarakat ... 39
4.7 Data Kunjungan Wisatawan di Pulau Sabang ... 40
BAB V PENUTUP ... 41
5.1 Kesimpulan ... 41
5.2 Saran ... 42
ABSTRAK
Indonesia memiliki wilayah teritorial luas yang dihuni oleh berbagai etnik dengan keragaman budaya yang khas dan sangat mendukung pengembangan sektor kepariwisataan. Akan tetapi, sampai saat ini semua potensi dan kekayaan tesebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini didukung dengan banyaknya berbagai atraksi dan objek wisata di Indonesia yang masih memerlukan sentuhan tangan-tangan para profesional di bidang kepariwisataan. Upaya meningkatkan kepariwisataan di Pulau Sabang, pemerintah berupaya meningkatkan infrastuktur, akomodasi, dan transportasi. Taman Laut Pulau Rubiah memiliki potensi keanekaragaman hayati dan telah ditetap kan secara hukum sebagai daerah perlindunagn alam. Tugu Kilometer Nol yaitu sebuah bangunan berwarna putih yang merupakan batas wilayah Indonesia paling Barat. Pemerintah mengembangkan money changer, toko souvenir dan fasilitas pendukung kepariwisataan. Pantai Iboih terletak di kepulauan Weh merupakan objek wisata alam yang paling sering menjadi tujuan dan di kunjungi wisatawan Lokal maupun Asing.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan penghasil devisa yang cukup besar untuk negara
disamping sektor lainnya seperti migas, perkebunan dan lain-lain. Dalam
meningkatkan pembangunan bidang pariwisata sangat terkait oleh berbagai aspek
kehidupan dan juga sangat terkait dengan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang dimiliki salah satu modal bangsa indonesia dalam hal Kepariwisataan
adalah keanekaragaman Budaya, Suku Bangsa dan Objek Wisata serta atraksi wisata
dari Sabang sampai Merauke yang merupakan suatu daya tarik bagi wisatawan.
Pada saat ini Indonesia menginjak pada tahap pembangunan yang di
laksanakan di segala bidang, termasuk kepariwisataan dan telah terbukti mampu
meningkatkan pembangunan daerah dan meningkatkan perekonomian rakyat. Pulau
Sabang adalah salah satu dari beberapa kawasan yang berpotensi untuk diolah
menjadi lahan devisa bagi pendapatan daerah dan nasional, yang akan menjadi
alternatif lainnya dari objek wisata yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam.
Nanggroe Aceh Darussalam merupakan provinsi yang terletak di wilayah
paling barat Indonesia. Provinsi yang kaya akan hasil alam ini memiliki potensi yang
mencakup sektor industri dan pertanian saja, tetapi juga meliputi sektor-sektor yang
lain. Salah satu sektor tersebut adalah sektor pariwisata.
Kota Sabang selain terkenal dengan julukan Nol Kilometer Indonesia juga
dikenal memiliki pemandangan yang indah dan taman laut yang mengundang decak
kagum, karena itu Kota Sabang merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di
Provinsi Aceh. Misalnya pantai Gampang yang berjarak 19 kilometer dari kota
Sabang. Di pantai ini pengunjung disuguhkan pemandangan yang menabjukkan.
Objek wisata pantai Iboh yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Sabang, di
tempat ini wisatawan juga bisa menyelam dan bersnokeling ria. Tidak hanya itu,
pengunjung juga bisa menyebrang ke Pulau Rubiah dengan menggunakan speed boat
yang memakan waktu hanya 10 menit, Pulau ini menjadi tujuan wisata paling favorit
bagi turis mancanegara.
Kota Sabang sangat banyak mengalami perubahan pada setiap tahunnya,
akomodasi maupun jumlah wisatawan yang berkunjung. Jumlah wisatawan baik
Domestik maupun Asing sejak tahun 2008 hingga tahun 2010 terus meningkat. Pada
tahun 2010 jumlah wisatawan Asing maupun Domestik yang datang mencapai
123.798 wisatawan, jumlah ini lebih banyak bila di bandingkan 2 tahun sebelumnya.
Pada tahun 2008 jumlah wisatawan yang berkunjung hanya mencapai 104. 080
wisatawan jumlah ini terus bertambah hingga mencapai 115.543 wisatwan pada tahun
2009. jumlah wisatawan Domestik yang berkunjung ke Kota Sabang pada tahun 2010
berjumlah 3.696 wisatawan. selama tahun 2010 jumlah wisatawan Domestik naik
cukup signifikan.
Hal inilah yang mendorong dan menjadi alasan serta motivasi penulis untuk
menjadikan “ Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Sabang Sebagai Salah Satu Objek Wisata di Daerah Nanggroe Aceh Darussalam” sebagai judul Kertas Karya ini, disamping ini juga sebagai dukungan pemerintah dalam usaha pengembangan
pulau Sabang menjadi salah satu alternatif kawasan wisata di Nanggroe Aceh
Darussalam.
1.2Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemilihan judul yang telah diuraikan di atas, penulis
mencoba untuk memberikan batasan terhadap permasalahan. Dalam penulisan
kertas karya ini, penulis mencoba membatasi masalah yang ada, yaitu: Bagaimana
pengembangan wisata Pulau Sabang sebagai salah satu Destinasi Wisata di daerah
Nanggroe Aceh Darussalam oleh pihak pemerintah, dan masyarakat lokal.
1.3Tujuan penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah yang penulis uraikan sebelumnya, maka tujuan
dari pembatasan tersebut adalah untuk mengetahui pengembangan wisata Pulau
Sabang sebagai salah satu objek wisata di Nanggroe Aceh Darussalam oleh pihak
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan kertas karya ini adalah :
1. Sebagai salah satu kelengkapan akademis untuk meraih gelar Ahli Madya
Pariwisata Program Diploma III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan bacaan kertas karya yang dapat memberikan informasi tentang
pengembangan kawasan wisata Pulau Sabang sebagai salah satu objek wisata
di daerah Nanggroe Aceh Darussalam.
3. Untuk memperkenalkan potensi pariwisata yang di miliki oleh Pulau Sabang.
4. Dengan penulisan Kertas Karya ini, penulis dapat memperoleh gambaran
yang jelas tentang objek yang diteliti.
1.5Metode Penelitian
Dalam penyelesaian kertas karya ini, penulis mencoba mengumpulkan
berbagai data baik secara langsung maupun tidak langsung, bersumber dari beberapa
p iha k . U nt uk le b ih je la s n ya p e nu lis me ne mp u h be r ba g a i c a r a , ya it u :
1. Library Research, yaitu penghimpunan bahan-bahan pustaka (buku dan bacaan
lain) dengan cara membaca buku-buku yang berhubungan dengan kepariwisataan
s e r t a b e r h u b u n g a n d e n g a n m a s a l a h y a n g a k a n d i b a h a s .
2. Field Research, yaitu penghimpunan Informasi dan penjelasan yang diperoleh
dengan mengadakan penelitian ke lapangan, dalam hal ini yang ada atau langsung
1.6Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan kertas karya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam hal ini penulis menguraikan Latar Belakang, Pembatasan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II URAIAN TEORITIS
Dalam bab ini penulis memaparkan Pengertian Pariwisata, Bentuk dan
Jenis Pariwisata, Definisi Wisatawan, Pengertian Objek Wisata dan
Daya Tarik Wisata, Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata,
Upaya Pengembangan Kepariwisataan, dan Motivasi Kunjungan
Wisata.
BAB III GAMBARAN UMUM PULAU SABANG
Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang Kota Sabang secara
umum, Sejarah Singkat Kota Sabang, Letak Geografis,
Kependudukan, Sarana dan Prasarana.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai Sejarah Kota
Sabang, Lokasi Kota Sabang, Potensi Pulau Sabang, Pengembangan
Pulau Sabang sebagai Objek Wisata, Kendala yang dihadapi, Dampak
Pengembangan, Peranan Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat dalam
Pengembangan Pulau Sabang, serta Data Kunjungan Wisatawan di
Pulau Sabang.
BAB V PENUTUP
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 PENGERTIAN PARIWISATA
Pariwista merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang
bersifat sementara bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat
yang dikunjungi, tetapi untuk melakukan perjalanan, dapat dilakukan perorangan
maupun kelompok, Yoeti(1996:112) menyatakan;
“Istilah “Pariwisata” yang digunakan di Indonesia sebagai terjemahan dari Bahasa Inggris “Tourism”. Secara etimologi berasal dari bahasa sansakerta, yang terdiri dari dua suku kata. “pari” dan “wisata”. Pari artinya banyak, berkali-kali, atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti perjalanan atau dapat diartikan dengan bepergian. Secara garis besarnya dapat di artikan suatu perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari suatu tempat ke tempat lain”.
Pariwisata merupakan keseluruhan rangkaian yang dilakukan oleh manusia
secara perorangan maupun kelompok di wilayah negaranya sendiri atau
negara lain dengan segala kemudahan jasa atau pelayanan yang disediakan
dunia usaha, dan industri agar terpenuhi keinginan wisatawan,
(Sinaga,1995:1) menyatakan;
“Ilmu pariwista adalah suatu ilmu yang mempelajari rangkaian yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan atau kelompok diwilayah negaranya sendiri atau negara lain yang menggunakan kemudahan, jasa atau pelayanan yang disediakan pemerintah, dunia usaha, dan industri agar terwujud keinginan wisatawan”.
Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang bersifat sementara tidak untuk
memenuhi keinginan yang beragam tanpa adanya suatu paksaan, menurut Hunzieker
dan Kraff (Yoeti,1996:115) menyatakan;
“ilmu pariwisata adalah keseluruhan dari segala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pediaman orang-orang asing dari segala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pediaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dan aktivitas yang bersifat sementara”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang
dilakukan sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan
untuk mencari nafkah ataupun menetap di tempat yang dikunjungi, akan tetapi untuk
menikmati perjalanan tersebut sebagai rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang
beragam tanpa adanya suatu paksaan dan dilalukan perorangan maupun kelompok.
2.2 BENTUK DAN JENIS PARIWISATA
Bentuk dan jenis pariwisata sangat membantu dalam menyusun strategi
pengembangan objek-objek dan daya tarik wisata untuk mengetahui kapan dan
darimana asal wisatawan yang akan menjadi objek pasar. Sampai saat ini ada
berbagai jenis pengertian pariwisata yang kita kenal dari beberapa sudut pandang
(Yoeti,1996:117) menyatakan;
a. Menurut Letak Geografi
1. Pariwisata Lokal (Local Toruism)
2. Pariwisata Regional (Regional Tourism)
3. Nasional Tourism (Domestic Tourism)
4. Regional International Tourism 5. International Tourism
b. Menurut Tujuannya :
1. Recreational Tourism (Pariwisata Rekreasi)
2. Culture Tourism (Pariwisata Budaya)
4. Conference Tourism (Pariwisata Konferensi/Convention)
5. Health Tourism (Pariwisata Kesehatan)
c. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran :
1. Pariwisata Aktif (kegiatan pariwisata yang mendatangkan devisa dengan masuknya wisatawan asing ke dalam suatu negara tertentu).
2. Pariwisata Pasif (kegiatan pariwisata yang mengurangi cadangan devisa negara ditandai dengan keluarnya penduduk ke suatu negara lain ke negara lain untuk melakukan kegiatan kunjungan).
d. Menurut alasannya :
1. Seasiona Tourism (kegiatan pariwisata yang dilakukan pada
waktu-waktu tertentu).
2. Occational Tourism (kegiatan pariwisata yang dilakukan menurut
kejadian atau event-event tertentu).
2.3 DEFENISI WISATAWAN
Kata “wisatawan” berasal dari bahasa sansekerta, yang berasal dari kata
“wisata” yang berarti perjalanan yang dapat disamakan dengan kata tour dalam
bahasa inggris. Kata “wisatawan” selalu diasosiasikan dengan kata tourist dalam
bahasa Inggris.
Berdasarkan pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Dewan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 870 yang isinya : “Untuk tujuan statistik yang dimaksud dengan visitor atau pengunjung adalah setiap orang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya”. (Dalam Soekadijo 1997:18)
Secara umum pengertian wisatawan adalah seseorang yang melakukan
perjalanan ke suatu tempat bukan untuk bekerja dan tempat tersebut bukanlah tempat
asalnya, dimana perjalanannya tersebut lebih dari 24 jam dan kurang dari satu tahun.
1. Wisatawan adalah pengunjung sementara yang tinggal paling sedikit
selama 24 jam di negara yang dikunjungi dalam bentuk :
a. Pesiar (Leisure) ialah orang yang berkunjung untuk keperluan rekreasi,
berlibur, kesehatan, studi, keagamaan dan olahraga.
b. Bisnis, Keluarga, Konferensi dan Misi.
2. Pelancong (Excursionist) yaitu pengunjungan sementara yang kurang dari
24 jam di negara yang dikunjungi. Wisatawan dibagi ke dalam dua istilah,
yaitu :
a. Wisnus (Wisatawan Nusantara), yaitu wisatawan yang berasal dari
dalam negeri.
b. Wisman (Wisatawan Mancanegara), yaitu wisatawan yang berasal dari
luar negeri.
2.4 PENGERTIAN OBJEK WISATA DAN DAYA TARIK WISATA
Objek wisata merupakan suatu tempat yang menarik untuk dinikmati, dilihat,
dan dirasakan oleh wisatawan baik yang bersumber pada alam maupun budaya.
Istilah “objek” dan “daya tarik wisata” telah dikenal di Indonesia, sedangkan di luar
negeri dikenal dengan istilah “Atraksi Wisata” (tourist attraction). Atraksi wisata
merupakan suatu daya tarik yang tak lepas dari pengertian produk wisata, karena
wisatawan pada umumnya bertujuan untuk menyaksikan objek dan daya tarik wisata
Namun terdapat defenisi lain mengenai “objek wisata” dan “attraksi wisata”
yang lazim di kenal di Indonesia dan resmi datang dari pemerintah, (Yoeti:1996)
menyatakan ;
Menurut UU No. 9/1990
Objek Wisata adalah semua hal-hal yang menarik untuk dilihat, dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam.
SK.Menteri Pertanian dan MENPARPOSTEL No. 204/KPTS/HK.050/4/1989 dan No. KM47/PW.004/MPPT/89
Objek Wisata adalah satu tempat (alam) yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembang sehingga mempunyai daya tarik wisata yang dikunjungi wisatawan.
Peraturan Pemerintah No.24/1979
Objek Wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, cara hidup, seni budaya, sejarah bangsa, dan juga suatu alam yang menarik untuk dikunjungi.
Sedangkan atraksi wisata merupakan sesuatu yang dipersiapkan telebih
dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati. Yang termasuk ke dalam atraksi wisata
antara lain upacara adat, tari-tarian, kesenian, dan lain-lain.
Menurut UU No.9/1990 bahwa atraksi wisata adalah semua segala sesuatu
yang menarik untuk dilihat, dirasakan dan dinikmati oleh wisatawan yang
kesemuanya merupakan hasil kerja manusia. Kepuasan wisatawan pada suatu Daerah
Tujuan Wisata tergabung atas dua faktor, (Yoeti:1996) menyatakan ;
1 Tourism Resources
Merupakan segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata dan menarik untuk disaksikan.
2 Tourism Services
Jadi dapat disimpulkan bahwa objek wisata adalah perwujudan dari segala
sesuatu, baik itu ciptaan Tuhan maupun manusia seperti alam, seni budaya,
peninggalan sejarah, serta tata kelakuan hidup masyarakat yang dapat dijadikan daya
tarik wisata.
2.5 PENGERTIAN SARANA DAN PRASARANA PARIWISATA Sarana Pariwisata
Sarana Pariwisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan
kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta
kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan. Yoeti, (1996:184)
Sarana kepariwisataan tersebut adalah :
2.5.1.1 Sarana Akomodasi
Sarana akomodasi merupakan wahana yang menggunakan sebagian atau
seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan, minum, dan jasa
lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.
Meurut surat keputusan Menteri Pariwisata Pos dan telekomunikasi
No.37/PW.304/MPT/86tanggal 17Juni1986, yang dimaksud dengan pengertian
akomodasi adalah wahana yang menyediakan pelayanan jasa penginapan yang
dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya seperti : hotel,
2.5.1.2 Sarana transportasi
Sarana transportasi dalam industri pariwisata sangat vital sekali, mengingat
hal ini merupakan mobilisasi wisatawan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Sebagai
komponen wisata, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
sarana transportasi ini, antara lain model transportasi, jenis fasilitas, biaya dan lokasi.
Berikut ini bagian sarana transportasi (angkutan wisata) yang terlibat dalam
perhitungan paket tur:
a. Charter pesawat udara atau pesawat udara dengan jadwal tetap (reguler); b. Feri penyebrangan, hovercraft (kapal cepat), hydrofaol atau catamaran; c. Kapal pesiar (cruise line ship);
d. Kereta api ekspress, subway;
e. Coach dan mobil sewaan;
f. Transportasi lokal : delman, becak, kereta kuda yang melayani khusus pariwisata saja.
2.5.1.3 Sarana Makanan dan Minuman (Restoran)
Dilihat dari lokasi, ada restoran yang berada di dalam hotel dan menjadi
bagian atau fasilitas yang bersangkutan, adapula restoran yang berdiri sendiri secara
independen. Begitu juga dengan rumah makan, depot atau warung-warung yang
berada di sekitar objek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan
pengunjung dari objek wisata tersebut.
2.5.1.4 Toko Penjual Cinderamata
Komponen-komponen ini identik dengan buah tangan, oleh-oleh atau
kenang-kenangan dari suatu tempat kunjungan dalam bentuk barang tertentu.
Barang-barang yang dijual ciri khusus sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah tempat
tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang
cinderamata khas objek tersebut (Yoeti,1996:185).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komponen ini antara lain jenis
barang, kapasitas, lokasi, harga, kualitas dan keunikannya. Bagaimana juga, bagi
wistawan membawa suatu cinderamata sangat berharga untuk dijadikan kenangan
kelak.
2.5.2 Prasarana Pariwisata
Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana
kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan
untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam. Prasarana tersebut
antara lain, Yoeti (1996:181-183) menyatakan;
1. Perhubungan: Jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut, terminal.
2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos.
4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit.
5. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar objek wisata.
6. Pelayanan wisatawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata.
7. Pom bensin dan lain-lain.
Dalam pengembangan sebuah objek wisata sarana dan prasarana tersebut
harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu objek wisata dapat membuat
wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata tersebut maka akan
ekonomi baik untuk komunitas di sekitar objek wisata tersebut maupun pemerintah
daerah.
2.6 Upaya pengembangan kepariwisataan
2.6.1 Pengertian Pengembangan kepariwisataan
Pengembangan kepariwisataan merupakan peningkatan kualitas pariwisata
yang memberikan fasilitas-fasitas pendukung untuk meningkatkan arus wisatawan ke
suatu daerah objek wisata. Ada beberapa pengertian pengembangan Kepariwisataan
menurut para ahli, (masterplansingkil : 2010) menyatakan;
“...Pengembangan kepariwisataan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai
sasaran bidang pariwisata dengan pendekatan beberapa aspek dan
kebijakan-kebijakan yang telah di tetapkan”.
Pengembangan kepariwisataan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata, (stavenga,1997: 27)
menyatakan ; “...Pengembangan kepariwisataan adalah kegiatan dalam peningkatan
mutu kepariwisataan dengan tujuan meningkatkan arus wisatawan ke suatu objek
wisata yang dikembangkan itu”.
Pengembangan kepariwisataan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
daerah tujuan wisata sehingga sarana dan prasarana pariwisata sangat diperlukan
sebagai pendukung utama untuk kualitas suatu objek wisata, (yoeti,1983:25)
menyatakan ; “...Pengembangan kepariwisataan adalah suatu upaya yang dilakukan
prasarana pariwisata sebagai pendukung utama dalam peningkatan kualitas suatu
objek wisata”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian pengembangan kepariwisataan
adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pariwisata dengan cara membangun
sarana dan prasarana sebagai pendukung utama dalam meningkatkan arus wisatawan
ke daerah objek wisata yang dikembangkan.
2.6.2 Upaya-upaya pengembangan kepariwisataan
Upaya pengembangan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk
menciptakan sebuah objek wisata yang dapat memikat wisatawan untuk berkunjung
ke objek wisata tersebut, sehingga upaya-upaya pengembangan kepariwisataan sangat
di butuhkan dalam kualitas objek wisata yang dikunjungi, (sinaga:1995) menyatakan;
1. Membangun serta memugar objek-objek wisata yang ada dengan pendekatan sosial budaya. Hal ini dilakukan karena kehadiran pariwisata mungkin merupakan sesuatu hal yang baru bagi masyarakat di sekitar objek wisata yang akan dikembangkan, sehingga masyarakat dapat turut terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan pariwisata.
2. Mengadakan pendekatan dibidang konservasi lingkungan hidup dan meningkatkan program sadar wisata pada masyarakat di sekitar objek wisata.
3. Meningkatkan pembangunan fisik, sarana dan prasarana serta fasilitas-fasilitas di kawasan wisata.
4. Pemerintah mengadakan kebijaksanaan dalam pembangunan kepariwisataan yaitu dengan menyelenggarakan pembinaan pariwisata dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional.
5. Meningkatkan keterampilan sumber daya manusia dan manajemen serta meningkatkan kreatifitas pengembangan ide usaha kawasan wisata.
2.7 Motivasi kunjungan Wisata
Banyak orang melakukan perjalanan wisata dengan motivasi kunjungan yang
berbeda-beda, ada beberapa motivasi kunjungan wisata Menurut MacIntos (yoeti,
1983: 85) menyatakan;
a. Physical motivations
Hal ini banyak hubungannya dengan hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, beristirahat, santai, berolah raga, atau pemeliharaan kesehatan agar kegairahan bekerja timbul kembali.
b. Cultural motivations
Motivasi ini erat hubungannya dengan keinginan pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata agar dapat melihat dan mengetahui negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya serta adat istiadatnya yang berbeda dengan negara lainnya.
c. Interpersonal motivations
Disini motivasinya didorong oleh keinginan seseorang untuk mengunjungi sanak-keluarganya, kawan-kawan, atau ingin menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin mencari teman-teman baru dan lain-lain. Secara singkat motivasi ini erat hubungannya dengan keinginan untuk melarikan diri dari kesibukan rutin sehari-hari.
d. Status and presige motivations
Disini motivasinya suatu show, maksud seeseorang untuk memperlihatkan siapa dia, keduddukannya; statusnya dalam masyarakat tertentu demi prestige pribadinya. Jadi sifat perjalanan ini sangat emosional dan adakalanya dihubungkan dengan perjalanan business, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa banyak sekali motivasi-motivasi atau
alasan-alasan seseorang melakukan kunjungan wisata. Orang melakukan kunjungan wisata
karena ada hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, istirahat, untuk mengetahui
adat istiadat yang berbeda dengan negara asalnya, keinginan untuk mengunjungi
sanak-keluarganya, serta motivasi untuk memperlihatkan kedudukannya atau status
BAB III
GAMBARAN UMUM KOTA SABANG
3.1 Kota Sabang Secara Umum
Kota Sabang letaknya berada di Pulau Weh merupakan bagian dari Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau weh dikenal dengan slogan : Point Of
Zero Kilometer Republic Indonesia (Titik Nol Kilometer Indobesia), ditandai dengan
didirikan monumen untuk menandai dimulainya perhitungan jarak dan luas teritorial
Negara Republik Indonesia. Kota Sabang memiliki karakteristik yang cukup berbeda
dibandingkan dengan kabupaten atau kota lainnya di Provinsi Naggroe Aceh
Darussalam. Kota Sabang terdiri dari lima pulau, yaitu Pulau Weh, Pulau Rondo,
Pulau Seulako, Pulau Rubiah, dan Pulau Klah. Pulau Weh merupakan pulau yang
paling besar dan paling banyak dihuni penduduk. Selain Pulau Weh, Pulau yang
berpenduduk di kawasan Kota Sabang adalah Rubiah.
Secara geografis Kota Sabang terletak pada posisi 05046’28’’-05054’28’’
Lintang Utara dan 95013’02’’-95022’36’’ Bujur Timur dengan luas daerah 153 km2. .
Kota Sabang berbatasan dengan Selat Malaka disebelah Utara dan Timur, dan
Samudera Indonesia disebelah Selatan dan Barat. Karena letaknya yang sangat
strategis maka kawasan ini disebut kawasan perdagangan bebas.
Kota Sabang terbagi menjadi dua kecamatan yaitu kecamatan Sukajaya dan
kecamatan Sukakarya dengan luas daerah masing-masing sebesar 80 km2 dan 73 km2.
Sedangkan Kecamatan Sukakarya mempunyai luas sebesar 73 km2 yang memiliki
delapan kelurahan dan terbagi dalam 34 lingkungan.
Untuk mencapai ke Kota Sabang satu-satunya cara bagi Wisatawan adalah
dengan menyebrangi lautan dari Pelabuhan Krueng Raya atau Pelabuhan Ule le di
Banda Aceh dengan menggunakan kapal ferry yang akan menyebrang ke pelabuhan
Balohan Sabang, jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam dari pelabuhan Balohan pilih
minibus atau taxi untuk menuju Kota Sabang atau ketempat wisata yang dituju. Jarak
tempuh dengan menggunakan bus mini dari Kota Sabang menuju ke kawasan wisata
Iboih ( Pulau Rubiah) kurang lebih 45 menit.
3.2 Sejarah Singkat Kota Sabang
Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh
pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange
dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas
dan sarana penunjang pelabuhan.
Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan
istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang
selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut
mempengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan
Jepang, kemudian dibombardir pesawat Sekutu dan mengalami Kerusakan fisik
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan
Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari
pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset
pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun
1965 dibentuk pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan
dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan
Kawasan Perdagangan Bebas.
Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya
UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang
ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan
atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985.
Kemudian pada tahun 1993 dibentuk kerja sama Ekonomi Regional
Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat
strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.
Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang berlangsung Jambore Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian
ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota
Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya diremiskan oleh
3.3 Letak Geografis
Kota Sabang terletak antara 50 46 28 hingga 50 54 28 Lintang Utara dan 950
13 12 hingga 950 22 36 Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 28 meter diatas
permungkaan laut. Wilayahnya terdiri dari lima pulau, yaitu Pulau Weh (Sabang),
Pulau Rondo, Pulau Rubiah, Pulau Ceulako dan Pulau Klah. Adapaun batas-batas
wilayahnya, sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah
Selatan dan Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Karena wilayah Kota Sabang merupakan daerah kepulauan, maka secara
geologis hampir seluruh daratannya yaitu, 87% berupa batuan, baik berupa batuan
vulkanis dan batuan sediment. Sedangkan sisanya, yaitu 13% daratannya terbentuk
dari endapan alluvial. Dengan keadaan geologis yang demikian, maka wajar jika Kota
Sabang hampir tidak mempunyai lahan sawah. Lahan di Kota Sabang di dominasi
oleh kebun yang luasnya mencapai 10709,26 hektar. Dengan luas secara keseluruhan
153 km2, Kota Sabang dibagi dalam 2 kecamatan dengan 18 Kelurahan secara
keseluruhan, 7 mukim dan 72 lingkungan. Karena wilayah yang merupakan pulau
kecil pada tahun 2009, rata-rata tekanan udara di Kota Sabang mencapai 1010,90 mb
dan suhu udara 27,120C tiap bulannya.
Pada periode Januari-Maret Kota Sabang dilalui oleh angin Timur, kemudian
pada bulan-bulan selanjutnya angin Barat hingga pada bulan Nopember arah angin
kembali dari arah Timur. Selama tahun 2009 terjadi tujuh kejadian bencana alam di
Sabang dengan rincian tiga kejadian kebakaran, dua kejadian tanah longsor dan dua
Tabel 3.1
Luas Kecamatan, Banyaknya Kelurahan, Lingkungan Dan Kemukiman Menurut Kecamatan Di Kota Sabang
Tahun 2009
Kecamatan Luas/area (Km2)
Kelurahan/
Desa Lingkungan Kemukiman
Sukajaya 80 10 38 4
Sukakarya 73 8 34 3
Jumlah/Total 153 18 72 7
Sumber: BPS Kota Sabang dalam Angka (2010:5)
Dilihat dari data statistik di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Kecamatan
Sukajaya memiliki luas wilayah yang cukup besar dan Kecamatan Sukakarya adalah
Kecamatan dengan luas wilayah yang kecil.
3.4 Kependudukan
Penduduk merupakan faktor yang sangat penting dalam mekanisme
perencanaan pembangunan, karena penduduk tidak saja menjadi sasaran
pembangunan (obyek), tetapi juga berperan sebagai pelaksana pembangunan
(subyek). Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas rendah, disadari hanya
menjadi beban pembangunan, apalagi jika distribusinya tidak merata dan komposisi
secara sosial dan budayanya beraneka ragam. Oleh sebab itu, untuk menunjang
keberhasilan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
kualitas, serta pengerahan mobilitas sehingga mempunyai ciri dari karakteristik yang
menguntungkan pembangunan suatu daerah khususnya di Kota Sabang.
Jumlah penduduk Kota Sabang selalu mengalami peningkatan, kecuali pada
tahun 2005 karena adanya bencana gempa dan tsunami yang melanda Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan sekitarnya. Tren jumlah penduduk Kota Sabang
periode 2000-2009 penduduk Kota Sabang meningkat dari 23.654 jiwa pada tahun
2000 menjadi 29.996 jiwa pada tahun 2009, atau tumbuh sebesar 26,81 persen dari
[image:32.612.114.517.355.442.2]tahun 2000. Dengan kepadatan penduduk 196 jiwa per km2, (BPS, 2010:37)
Tabel 3.2
Jumlah Kelurahan, dan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Sabang Tahun 2009
Kecamatan Kelurahan Laki-laki Male Perempuan Female Jumlah Total
Rasio Jenis Kelamin
Sukajaya 10 7.688 7.292 14.980 106
Sukakarya 8 7.644 7.372 15.016 104
Sumber: BPS Kota Sabang dalam Angka (2010:38)
Data statistik di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang ada di
Kecamatan Sukakarya lebih besar dari pada wilayah Sukajaya. Menurut data statistik
yang penulis peroleh, selama tahun 2000-2009 jumlah kunjungan wisatawan Lokal
yang datang hanya sekitar 120.102 orang dari keseluruhan wilayah, dari bulan Januari
sampai dengan bulan Desember. Sedangkan jumlah wisatawan Asing yang datang
hanya sekitar 3.696 orang dari keseluruhan wilayah. Terlihat jelas bahwa minat
wisatawan Asing terhadap daerah tujuan wisata khususnya Pulau Sabang ternyata
ada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2000 yang mencapai 2.664
pengunjung Asing dan wisatawan Lokal sebanyak 71.722 pengunjung.
3.5 Sarana dan Prasarana 3.5.1 Pendidikan
Peningkatan partisipasi sekolah penduduk tentunya harus diimbangi dengan
penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Berikut ini
adalah data statistik yang menunjukkan banyaknya jumlah keseluruhan sekolah,
[image:33.612.127.515.361.474.2]jumlah murid, dan guru di Kota Sabang.
Tabel 3.3
Jumlah Sekolah, Murid, Guru Menurut Tingkatan Sekolah di Kota Sabang Pada Tahun 2009
No
Tingkatan
Sekolah
Sekolah
Murid
Guru
1. TK 12 810 43
2. SD 34 3.618 481
3. SMP 11 1.520 259
4. SMA 5 1.369 175
Jumlah
63
7.964
968
Sumber : BPS Kota Sabang dalam Angka 2010
Pada tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), jumlah sekolah pada
tahun 2009 ada sebanyak 12 buah dengan jumlah guru sebanyak 43 orang dan murid
810 orang. Jumlah Sekolah Dasar ada sebanyak 34 sekolah dengan jumlah guru 481
orang dan jumlah murid sebanyak 3.618 orang. Sementara jumlah Sekolah Menengah
Pertama (SMP) ada sebanyak 11 sekolah dengan jumlah guru 259 orang dan jumlah
(SMA) ada sebanyak 5 sekolah dengan jumlah guru 175 orang dan murid sebanyak
1.369 orang, (BPS, 2010:61).
Melalui data statistik diatas, bila dihubungkan dengan kepariwisataan
khususny objek wisata atau wisata budaya, para siswa baik TK, SD, SMP, SMA
seharusnya mendapat pengetahuan tentang kebudayaan daerah asalnya. Dilihat dari
data diatas, siswa SD yang berjumlah lebih banyak belum tentu separuhnya diarahkan
untuk menjaga lingkungannya agar dapat melestarikan daerahnya sebagai objek
wisata dan memperkenalkan budayanya sedini mungin sehingga dapat menciptakan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik pula nantinya.
3.5.2 Hotel
Kota Sabang memiliki beberapa sarana akomodasi. Yang dimaksud
akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat
tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti wisma, losmen, motel,
[image:34.612.112.513.488.648.2]cottage, bungalow dan sejenisnya, (BPS, 2010:23).
Tabel 3.4
Nama Hotel dan Losmen Yang Terdapat di Kota Sabang Tahun 2009
No Nama Lokasi Jumlah Kamar
1. Hotel Holiday Kota Sabang 28
2. Hotel Samudera Kota Sabang 11
3. Hotel Putra Salju Kota Sabang 16
4. Hotel Kartika Kota Sabang 14
5. Losmen Pulau Jawa Kota Sabang 18
6. Losmen PUM Kota Sabang 14
7. Losmen Sabang Meurauke Kota Sabang 12
8. Losmen Mentari Kota Sabang 7
9. Losmen Pulau Jawa Kota Sabang 21
Salah satu faktor yang mempengaruhi berkembangnya objek wisata dalam
satu daerah adalah adanya sarana akomodasi. Wisatawan pada umumnya lebih
menyukai hotel berbintang dibandingkan dengan hotel yang tidak berbintang karena
hotel berbintang memiliki fasilitas yang memadai.
Dari data statistik di atas, jumlah hotel berbintang masih sangat kurang di
Kota Sabang, padahal hotel berbintang merupakan akomodasi yang lebih digemari
oleh wisatawan Asing untuk memudahkan segala aktifitasnya. Tetapi di Kota Sabang
BAB IV
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU SABANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA di DAERAH NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
4.1 Sejarah Kota Sabang
Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh
pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange
dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas
dan sarana penunjang pelabuhan.
Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan
istilah vrij haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang
selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia II ikut
mempengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan
Jepang, kemudian dibombardir pesawat Sekutu dan mengalami Kerusakan fisik
hingga kemudian terpaksa ditutup.
Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan
Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari
pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset
pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun
dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan
Kawasan Perdagangan Bebas.
Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya
UU No 3/1970 tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang
ditetapkannya Sabang sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan
atas alasan pembukaan Pulau Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan UU No 10/1985.
Kemudian pada tahun 1993 dibentuk kerja sama Ekonomi Regional
Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat
strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.
Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang berlangsung Jambore Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang diprakarsai BPPT dengan fokus kajian
ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota
Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya diremiskan oleh
Presiden BJ Habibie dengan Keppes No.171 tanggal 28 September 1998.
Kota Sabang letaknya berada di Pulau Weh merupakan bagian dari Daerah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau Weh dikenal dengan slogan: Point Of
Zero Kilometer Republic Indonesia ( Titik Nol Kilometer Indonesia). Kota Sabang
terbagi menjadi dua kecamatan Sukajaya dan sukakarya dengan luas daerah
masing-masing sebesar 80 km2 dan 73 km2. Kecamatan Sukajaya terdiri dari sepuluh
mempunyai luas sebesar 73 km2 yang memiliki delapan kelurahan dan terbagi dalam
34 lingkungan.
Kota Sabang dapat dicapai hanya dengan cara menyebrangi lautan dari
Pelabuhan Krueng Raya atau Pelabuhan Ule le di Banda Aceh. Alat transportasi dapat
menggunakan kapal ferry yang akan menyebrang ke pelabuhan Balohan Sabang.
Jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam dari pelabuhan Balohan pilih minibus atau taxi
untuk menuju Kota Sabang atau ketempat wisata yang dituju. Jarak tempuh dengan
menggunakan bus mini dari Kota Sabang menuju ke kawasan wisata Iboih ( Pulau
Rubiah) kurang lebih 45 menit.
4.2 Lokasi Kota Sabang
Kota Sabang terletak di Pulau Weh merupakan bagian dari Daerah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau Weh terletak sekitar 30 km dari Kota Banda
Aceh. Kota Sabang telah ada sejak tahun 1881 dengan sebutan Kolen Station oleh
pemerintah kolonial Belanda. Kota Sabang terkenal karena keindahan pantainya yang
sangat eksotik seperti kejernihan air, pasir putih, dan juga dikelilingi oleh taman laut
dengan beragam jenis ikan hias, dan terumbu karang. Kota Sabang memilki potensi
Sumber Daya Alam yang sangat baik untuk di kembangkan menjadi Daerah Tujuan
Wisata. Kota Sabang dapat dicapai dengan cara bagi pengunjung atau wisatawan
adalah dengan menyebrangi lautan dari Pelabuhan Krueng Raya atau Pelabuhan Ule
le di Banda Aceh dengan menggunakan kapal ferry yang akan menyebrang ke
4.3 Potensi Pulau Sabang
Pulau Sabang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan
wisata. Keindahan pantainya memiliki karakteristik tersendiri bagi Pulau Sabang,
namun masyarakat belum bekerja sama untuk melestarikan Pulau Sabang, sehingga
dapat lebih dikenal lagi oleh Wisatawan Lokal maupun Mancanegara. Pulau Sabang
merupakan pulau satu-satunya yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang
memiliki keindahan pantai terluas. Pulau Sabang memiliki dua kecamatan yaitu
Sukajaya dan Sukakarya. Berikut ini daftar-daftar Lokasi Taman Wisata Alam pada
[image:39.612.117.521.401.666.2]masing-masing kecamatan di Kota Sabang.
Tabel 4.1
Lokasi Taman Wisata Alam Pada Masing-masing Kecamatan di Kota Sabang Tahun 2009
Kecamatan Lokasi Luas/area Jarak dari
Pusat Kota (Km)
Sukajaya
Sukakarya
1. Pantai Pasir Putih 2. Pantai Sumur Tiga 3. Pantai Tapak Gajah 4. Pantai Aroun
5. Pantai Panas Keunuekai 6. Pantai Reuteuk
7. Air Panas Jaboi 8. Pantai Balohan 9. Pantai Chum 1. Hutan Wisata Iboih 2. Taman Laut Pulau Rubiah 3. Pantai Gapang
4. Pantai Teupin Layee 5. Pantai Teupin Sirkui 6. Pantai Lueng Angin 7. Pantai Kasih
± 5 Ha ± 4 Ha ± 1 Ha ± 5 Ha ± 0,1 Ha ± 5 Ha ± 0,1 Ha ± 0,1 Ha ± 600m2
- ± 2600 Ha ± 8 Ha ± 8 Ha ± 8 Ha ± 1 Ha ± 1 Ha
8. Pantai Pria Laot 9. Danau Aneuk Laot 10.Tugu “Km 0” 11.Gua Sarang 12.Swim Bath 13.Pantai Paradiso 14.Air Terjun
± 600m2 ± 4 Ha ± 2 Ha ± 2 Ha ± 800m2 ± 600m2 ± 1000m2
8 Km 3 Km 29 Km 25 Km 2 Km 2 Km 9 Km
Sumber: Kantor Walikota Sabang 2010
Data statistik di atas, menunjukkan bahwa Lokasi Taman Wisata Alam yang
ada di Kecamatan Sukakarya lebih luas dari pada Kecamatan Sukajaya. Menurut data
statistik yang penulis peroleh, selama tahun 2000-2009 jumlah kunjungan wisatawan
Lokal yang datang hanya sekitar 120.102 orang dari keseluruhan wilayah, sedangkan
jumlah wisatawan Asing yang datang hanya sekitar 3.696 orang dari keseluruhan
wilayah. Terlihat jelas bahwa minat wisatawan Asing terhadap daerah tujuan wisata
khususnya Pulau Sabang ternyata masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah
kunjungan wisatawan Lokal.
4.4 Pengembangan Pulau Sabang sebagai Objek Wisata 4.4.1 Taman Laut Pulau Rubiah
Taman Laut Pulau Rubiah terletak sekitar 23,5 km sebelah barat Kota Sabang,
dapat dicapai melalui darat sekitar 7 km dengan perahu boat. Taman Laut Pulau
Rubiah mempunyai luas sekitar 2.600 Ha, dan telah ditetapkan secara hukum sebagai
daerah perlindungan khusus cagar alam. Pulau ini mempunyai potensi
jernih membuat daya tarik tersendiri bagi pulau ini. Jarak 5 meter dari pinggir pantai,
wisatawan sudah bisa menjumpai terumbu karang dan ikan-ikan beraneka ragam
warna seperti Lion fish, sea fans, gigantic clams, angel fish, dan school of parrot fish.
Wisatawan dapat berenang, berjemur, snorkeling, menyelam (diving), memancing,
fotografi, traiking jungel di Pulau Rubiah.
Mengembangkan potensi yang ada pada Taman Laut Pulau Rubiah
merupakan tujuan utama pemerintah dan masyarakat lokal. Pada tahun 2009 jumlah
wisatawan Domestik dan Mancanegara sekitar 5.385 orang yang berkunjung ke
Taman Laut Pulau Rubiah. Tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan. Banyaknya jumlah kunjungan wisatawan seharusnya
pemerintah dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pada objek wisata tersebut.
Taman Laut Pulau Rubiah mempunyai fasilitas Bungalow, dan warung makan
yang menyediakan makanan dan minuman. Selain itu, di Pulau Rubiah terdapat
berbagai fasilitas seperti: pusat kegiatan menyelam yang dilengkapi dengan
fasilitasnya (perahu motor, peralatan selam), mushola, shelter, MCK, rumah jaga,
menara pengintai, jalan setapak, taman, dan instalasi listrik. Seharusnya dengan
keadaan yang ada, pemerintah dapat menambahkan jumlah penginapan, membuat
beberapa restoran di sekitar objek wisata, menyediakan money changer, toko
souvenir, dan menambahkan permainan air seperti jet ski, scuba diving maupun flying
fish. Wilayah yang luasnya 2.600 ha dapat di kembangkan agar menarik kunjungan
wisatawan. Masyarakat merupakan penunjang utama untuk pengembangan
sebagai pemegang kekuatan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu program
pariwisata dalam suatu daerah. Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam
mengembangkan objek wisata Taman Laut Pulau Rubiah.
Transportasi menuju Pulau Rubiah, wisatawan harus menyeberang
mengunakan kapal perahu (speed boat) dengan waktu perjalanan sekitar 15-20 menit
dari Iboih. Mulai dari Iboih menuju Pulau Rubiah wisatawan dapat menyewa kapal
perahu Rp 250.000-Rp 300.000. Muatan penumpang kapal dapat menampung 10
penumpang. Alat transportsasi dari Iboih ke Pulau Rubiah sebanyak 5 kapal. Jumlah
kapal sebagai sarana transportasi, seharusnya dapat ditambahkan oleh pemerintah.
Apabila dibandingkan dengan jumlah wisatawan yang datang, alat transportasi masih
sangat kurang. Pemerintah dapat menambahkan 5 unit kapal, karena keterbatasan
dana membuat pemerintah sulit menambah unit kapal.
4.4.2 Tugu Kilometer Nol
Tugu Kilometer Nol berada dalam areal Hutan Wisata Sabang, di Ujung Ba’u,
Kecamatan Sukakarya. Tugu Kilometer Nol di Ujung Bau merupakan batas wilayah
Indonesia paling Barat, yang dikelilingi hutan. Sabang juga memiliki hutan lindung
seluas 3.400 ha dan hutan wisata seluas 1.300 ha. Tugu Kilometer Nol menjadi batas
perhitungan setiap jengkal wilayah Indonesia dari Sabang sampai Meurauke di Papua.
Tugu Kilometer Nol merupakan sebuah bangunan yang menjulang setinggi
22,5 meter dan terletak pada ketinggian 43,6 meter, diatas permungkaan laut. Tugu
ini berbentuk lingkaran berjeruji dan semua bagiannya dicat putih. Pada puncak
gunung, bertengger patung burung garuda menggengam angka nol.
Utara 05 54’ 21,99” Bujur Timur 95 12’ 59,02”. Selain itu, di dinding bangunan juga
tertempel prasasti peresmian tugu yang ditandatangani oleh Try Sutrisno saat masih
menjabat sebagai Wakil President. Prasasti itu ditandatangani di Banda Aceh, ibukota
NAD pada 9 September 1997.
Sebelumnya terdapat tugu lain yang diyakini sebagai “Kilometer Nol”
Indonesia. Namun setelah dilakukan penelitian oleh pakar Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) dengan mengunakan teknologi Global Positioning
System (GPS), lokasi itulah yang kemudian diputuskan sebagai titik nol Indonesia.
Hal itu tertulis dalam prasasti lainnya yang ditandatangani oleh BJ Habiebie, yang
menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi/ Ketua BPPT, pada tanggal 24
September 1987. Oleh karena itu, tugu kilometer lama dinyatakan sebagai kilometer
tujuh Indonesia.
Tugu Kilometer Nol Terletak di areal Hutan Wisata Sabang. Mencapai Tugu
Kilometer Nol para wisatawan akan melewati kaki bukit dan tebing dengan
pemandangan yang indah. Sisi kanan jalan, dan birunya air laut terlihat dengan jelas.
Saat Berada di Kilometer Nol Indonesia akan memberikan sensasi yang berbeda bagi
wisatawan, sebagai bukti wisatawan pernah berada di Kilometer Nol Indonesia,
Wisatawan akan mendapat piagam dari Dinas Pariwisata Kota Sabang.
Tugu Kilometer Nol memiliki potensi pariwisata yang dapat menarik
kunjungan wisatawan Lokal maupun Mancanegara, dan dapat menjadi objek wisata
sejarah nusantara jika dikembangkan sesuai potensinya. Apalagi setelah jalan menuju
Alat transportasi utuk menuju Tugu Nol Kilometer wisatawan dapat
menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, dan akan memakan waktu
sekitar 1-1,5 jam perjalanan. Bagi wisatawan yang berangkat dari Banda Aceh,
Wisatawan dapat naik kapal cepat Bahari Express dari pelabuhan Ulee Lheu
kemudian turun di pelabuhan Baloohan Sabang. Tiket Bahari Express seharga Rp
50.000,00 untuk non AC, Rp 60.000,00 untuk AC dan Rp 70.000,00 untuk VIP. Dari
pelabuhan Balohan Wisatawan naik taksi Rp 50.000,00 per orang atau mencarter
mobil seharga Rp 250.000 untuk sekali jalan sampai ke lokasi.
Sebagai sebuah objek wisata, Tugu Kilometer Nol masih memerlukan
pengembangan bangunan seperti hotel, bungalow, restaurant, toko souvenir, money
changer dan menambahkan beberapa alat transportasi. Wilayah ini dapat di
kembangkan karena memiliki luas area 3.400 ha. Pemerintah dapat meningkatkan
sarana, prsarana, dan fasilitas pendukung kepariwisataan sehingga menarik
kunjungan wisatawan yang datang. Pemerintah masih sulit mengembangkan objek
wisata Tugu Kilometer Nol, karena keterbatasan dana.
4.4.3 Pantai Iboih
Pantai Iboih adalah pulau yang terletak di Kepulauan Weh. Pantai Iboih
merupakan salah satu objek wisata alam yang paling sering menjadi tujuan dan di
kunjungi wisatawan Lokal maupun Asing. Kebanyakan yang datang ke Pantai Iboih
yaitu turis Asing, dimana tempat ini adalah tempat surganya snorkling dan diving.
Pantai Iboih berjarak 21 kilometer dari Kota Sabang, fasilitas yang terdapat di Pantai
mesjid, kios cendera mata, rental alat snorkling, rental motor, rental sepeda dan
bungalow maupun hotel. Pantai Iboih menyediakan fasilitas wisata boat kaca dan
banana boat. Boat kaca digunakan untuk menunjukan kepada wisatawan kondisi
terumbu karang dan biaota laut yang ada disekitar Iboih.
Pantai Iboih merupakan pantai yang paling populer, tidak kalah populernya
dengan Tugu Kilometer Nol. Pantai Iboih mempunyai luas 1.300 ha, Pantai Iboih
berada di Kecamatan Sukakarya Kotamadya Sabang. Kelurahan Iboih memiliki luas
15 Km2. Alat transportasi untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan jalan laut
(kapal cepat) selama ± 45 menit dari Pelabuhan Ule lheue dan jalan darat selama ± 45
menit dari Pelabuhan Balohan menuju lokasi. Pantai Iboih berjarak 6 Km dari Tugu
Kilometer Nol. Wisatawan dapat bersnokling, berenang, menyelam (diving) dll.
Penyewaan alat snorkling atau diving cukup lengkap dan banyak terdapat di Pantai
Iboih, satu set alat snorkling wisatawan dapat menyewa Rp 45.000, sedangkan diving
biaya sewanya Rp 200.000 untuk sekali diving di Pantai Iboih.
Pantai Iboih sangat berpotensi untuk di kembangkan menjadi daerah tujuan
wisata. Wilayah ini dapat di kembangkan karena memiliki luas area 1.300 ha. Pada
tahun 2009 jumlah wisatawan Domestik dan Mancanegara sekitar 5.627 orang yang
berkunjung ke Pantai Iboih dan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan
jumlah kunjungan wisatawan. Banyaknya jumlah wisatawan yang datang, pemerintah
terus berupaya mengembangkan objek wisata pantai Iboih seperti menambahkan
jumlah penginapan (hotel dan bungalow), restaurant, alat transportasi, dan
permainan air seperti : jet ski, flying fish dan scuba diving. Namun, karena dana yang
4.5 Dampak Pengembangan 4.5.1 Dampak Positif
Dalam pengembangan dan pembangunan suatu objek wisata ataupun suatu
kawasan wisata pasti mempunyai dampak, yaitu dampak positif dan juga dampak
negatif. Dampak positif dari pengembangan objek wisata Pulau Sabang yaitu;
1. Meningkatkan Ekonomi Masyarakat
Pengeluaran atau biaya wisatawan untuk berbelanja di suatu daerah yang
dikunjunginya, akan memacu pertumbuhan pada sektor-sektor ekonomi,
terutama pada bidang pariwisata.
2. Meningkatkan Pendapatan Pemerintah
Pariwisata dapat meningkatkan pendapatan daerah, dengan menyediakan
fasilitas bagi wisatawan maka sebagai imbalan pemerintah daerah dapat
menagih dana retribusi seperti pada pintu gerbang masuk ke setiap objek
wisata.
3. Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, tidak hanya pada
sektor pariwisata saja melainkan sektor lainnya yang langsung berkaitan
dengan pengembangan pariwisata.
4. Membangkitkan kewiraswastaan dan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi
dalam pembangunan sosial ekonomi.
5. Mendorong pembangunan sarana dan prasarana terutama di daerah yang
4.5.2 Dampak Negatif
Wisatawan yang berkunjung ke daerah objek wisata Pulau Sabang akan
membawa kebiasaan mereka, misalnya berprilaku dengan bergaul bebas antar sesama
mereka. Dalam beberapa hal ini mungkin bertentangan dengan gaya hidup
masyarakat setempat, terutama dilihat dari segi kebudayaan atau adat maupun sosial
yang begitu eratnya dalam kehidupan masyarakat Aceh yang dianggap tabu dan
bertentangan adat.
Kedatangan wisatawan yang hanya sehari saja tidak dapat diharapkan dengan
cepat menyesuaikan diri dengan pola kehidupan masyarakat setempat. Diperlukan
pengertian yang mendalam dari pihak masyarakat untuk menerima keadaan ini
selama hal-hal yang bertentangan tersebut tidak berpengaruh bagi masyarakat.
Dampak negatif lainnya adalah datangnya wisatawan yang membuang
sampah sembarangan begitu juga puntung rokok yang dibuang sembarangan yang
dapat merusak lingkungan. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan lingkungan dan
mengurangi keindahan alam di sekitar Pulau Sabang.
4.6 Peranan Pemerintah, Peran Swasta dan Masyarakat dalam Pengembangan Pulau Sabang
4.6.1 Peran Pemerintah
Pemerintah sebagai salah satu instansi yang mempunyai posisi sebagai
pemegang kekuatan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh
daerah mempunyai peran yang sangat besar. Objek wisata Pulau Sabang pada saat ini
masih belum dikelola secara baik atau denagn kata lain belum mendapat perhatian
dari pemerintah daerah setempat. Dalam hal ini peran pemerintah dalam pengelolaan
kepariwisataan Pulau Sabang :
1. Meningkatkan sarana dan prasarana dalam bidang pariwisata yang
merupakan tulang punggung dari industri pariwisata.
2. Mengawasi serta memberikan pembinaan dan pengarahan kepada instansi
yang bergerak dalam bidang pariwisata.
3. Memacu partisipasi masyarakat dengan meningkatkan gairah masyarakat
dalam pembangunan khususnya pembangunan bidang pariwisata, dimana
kiprah masyarakat masih rendah.
4. Meningkatkan prakarsa dan peran aktif masyarakat melalui berbagai
bimbingan dan penyuluhan, sehingga dapat berpartisipasi secara optimal
dalam memberhasilkan pembangunan dan pengembangan objek wisata.
5. Memberikan fasilitas-fasilitas serta kemudahan-kemudahan kepada dunia
usaha yang bergerak di bidang pariwisata dan kepada wisatawan.
6. Melaksanakan promosi wisata dengan pihak swasta.
7. Memperbaiki lingkungan hidup yang sudah terlanjur rusak selama ini dan
menghentikan semua kegiatan yang dapat merusak kelestarian lingkungan
untuk menjaga keasrian lingkungan alam yang ada.
4.6.2 Peran Swasta
Swasta merupakan instansi yang berhubungan langsung dengan wisatawan
Instansi ini juga memegang peranan yang sangat penting dalam maju mundurnya
dunia kepariwisataan nasional. Citra yang ditunjukkan oleh dunia usaha sebagai
perantara adalah citra Bangsa Indonesia secara Nasional. Tugas-tugas yang diemban
oleh dunia usaha sebagai berikut:
1. Menyediakan sarana pariwisata yang dibutuhkan oleh wisatawan, seperti:
Hotel, Restaurant, transportation.
2. Membuat paket wisata dan melaksanakan acara perjalanan wisata ke
daerah-daerah tujuan wisata.
3. Menyetor sebagian hasil keuntungan yang berupa pajak yang jumlahnya
ditentukan oleh pemerintah.
4. Mengadakan promosi yang bekerja sama dengan pemerintah daerah.
4.6.3 Peran Masyarakat
Masyarakat merupakan penunjang utama untuk pengembangan
kepariwisataan. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang arti pentingnya dunia
pariwisata dan seberapa besar sumbangan yang mampu diberikan oleh dunia
pariwisata kepada pembangunan bangsa serta pemerataan bangsa, merupakan
keberhasilan program pengembangan kepariwisataan. Dalam rangkaian perjalanannya
wisatawan akan senantiasa berjumpa dan berinteraksi dengan masyarakat, kesalah
dalam penerimaan dan pelayanan masyarakat terhadap wisatawan akan selalu
menjadi momok yang selalu di ingat oleh wisatawan. Untuk itu diperlukan adanya
“sadar wisata” guna menciptakan lingkungan yang ramah dan terbuka di antara
masyarakat. Fungsi dan peranan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan
1. Kelompok yang mampu menghimbau, mengamati dan mengontrol secara
langsung terhadap segala bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh
wisatawan.
2. Menciptakan kondisi atau suasana yang harmonis dalam kegiatan
kepariwisataan.
4.7 Data Kunjungan Wisatawan di Pulau Sabang
Wisatawan merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan
daerah objek wisata khususnya Pulau Sabang, karena wisatawan dapat meningkatkan
pendapatan daerah dan memakmurkan masyarakat daerah tersebut. Pada tahun 2009
jumlah wisatawan Asing 3.696 orang yang berkunjung ke Pulau Sabang, belum
termasuk pengunjung domestik. Sedangkan pada tahun 2001 jumlah pengunjung
wisatawan Asing 3.725 orang, lebih tinggi tingkat kunjungan wisatawan Asing pada
[image:50.612.129.511.451.659.2]tahun 2001. Jumlah kunjungan wisatawan terus meningkatkan pada setiap tahunnya.
Tabel 4.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Pulau Sabang Pada Tahun 2000 s/d 2010
No. Tahun
Wisatawan Dalam Negeri
Wisatawan
Luar Negeri Jumlah
1. 2000 71.722 2.664 74.386
2. 2001 87.217 3.725 90.942
3. 2002 45.400 3.185 48.585
4. 2003 81.532 1.659 83.191
5. 2004 100.004 81 181.004
6. 2005 72.810 2.276 75.086
7. 2006 98.755 3.681 102.436
8. 2007 101.093 2.987 104.08
9. 2008 112.368 3.175 115.543
10. 2009 120.102 3.696 123.798
Data statistika diatas menunjukkan bahwa jumlah Wisatawan Domestik lebih
banyak daripada jumlah Wisatawan Mancanegara. Jumlah Wisatawan Domestik pada
tahun 2009 lebih banyak sekitar 120.102 orang dari keseluruhan wilayah. Berbeda
pada tahun 2002 jumlah kunjungan wisatawan domestik hanya berjumlah 45.400
orang. Sedangkan pada tahun 2004 jumlah wisatawan Asing 81 orang dari
keseluruhan wilayah. Berbeda pada tahun 2001 wisatawan Asing lebih banyak sekitar
3.725 orang. Terlihat jelas bahwa minat wisatawan Asing terhadap daerah tujuan
wisata khususnya Pulau Sabang ternyata masih kurang jika di bandingkan dengan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pulau Sabang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan
wisata. Keindahan pantainya memiliki karakteristik tersendiri bagi Pulau Sabang,
pemerintah dan masyarakat telah bekerja sama untuk melestarikan Pulau Sabang
sehingga dapat lebih dikenal lagi oleh Wisatawan Lokal maupun Mancanegara. Pulau
Sabang merupakan pulau satu-satunya yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam yang memiliki keindahan pantai terluas.
Pemerintah terus berupaya untuk mengembangkan objek wisata Taman Laut
Pulau Rubiah. Pemerintah mengembangkan jumlah penginapan, membuat beberapa
restoran di sekitar objek wisata, menyediakan money changer, toko souvenir, alat
transportasi dan menambahkan permainan air seperti : jet ski, scuba diving, dan flying
fish.
Tugu Kilometer Nol memiliki luas area 3.400 ha, sehingga pemerintah
mengembangkan objek wisata ini agar menarik kunjungan wisatawan. Tugu
Kilometer Nol memerlukan pengembangan bangunan seperti hotel, bungalow,
restaurant, toko souvenir, money changer dan alat transportasi. Pemerintah terus
meningkatkan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung kepariwisataan.
Pantai Iboih berpotensi dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Pantai
Iboih dapat di kembangkan karena memiliki luas area 1.300 ha, pemerintah terus
berupaya mengembangkan objek wisata Pantai Iboih dengan menambahkan jumlah
penginapan (Hotel dan Bungalow), restaurant, alat transportasi, dan permainan air
Pemerintah mempunyai posisi sebagai pemegang kekuatan dalam menentukan
kebijakan-kebijakan yang dapat membantu dalam pengembangan objek wisata Pulau
Sabang, dengan memberikan dana bantuan pembangunan infrastuktur dan akomodasi
pada setiap tahunnya. Masyarakat merupakan penunjang utama dan memiliki peranan
penting dalam pengembangan objek wisata di Pulau Sabang, seperti bekerjasama
dalam menjaga kelestarian objek wisata dan menciptakan suasana atau kondisi yang
harmonis dalam kegiatan kepariwisataan. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang arti pentingnya dunia pariwisata sangat mendukung perkembangan Pulau
Sabang dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Pihak swasta bekerjasama
dengan pemerintah