Kabupaten Cianjur telah menetapkan padi dan sapi sebagai komoditas unggulan daerah yang berpotensi untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya yaitu: analisis karakteristik petani; analisis kelayakan finansial dan ekonomi, dan analisis keberlanjutan SIPT yang diterapkan pada saat ini oleh petani di wilayah Kabupaten Cianjur, maka dapat dirumuskan berbagai kebijakan dan skenario strategi pengembangan SIPT dengan menggunakan analisis prospektif
Analisis prospektif bertujuan untuk mempersiapkan tindakan strategis di masa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berperan penting terhadap berbagai kemungkinan keadaan yang akan terjadi di masa depan. Berbagai kemungkinan keadaan diformulasikan dalam bentuk skenario strategi pengembangan SIPT.
Faktor kunci dalam pengembangan SIPT di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: pertama, faktor kunci yang berasal dari atribut-atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan usahatani pola SIPT saat ini (existing condition) pada setiap dimensi dan kedua, faktor kunci yang diperoleh dari analisis kebutuhan (need analysis) dari semua pihak yang berkepentingan melalui diskusi para pakar dengan bantuan kuesioner. Selanjutnya
tahap ketiga yaitu, faktor kunci yang dihasilkan dari kedua tahap sebelumnya dikombinasikan untuk memperoleh faktor penentu gabungan antara existing condition dan need analysis.
Berdasarkan hasil analisis MDS dan pembahasannya pada saat ini (existing condition), terdapat 20 atribut yang sensitif mempengaruhi nilai indeks keberlanjutan usahatani pola SIPT di Kabupaten Cianjur, yaitu: sistem pemeliharaan ternak, pemanfaatan jerami padi untuk pakan ternak; pemanfaatan limbah ternak untuk pupuk organik; tingkat penggunaan pupuk/pestisida; daya dukung pakan; tingkat kelayakan usahatani; kemitraan usaha; besarnya pasar; sumber modal kegiatan usahatani; subsidi pemerintah; persepsi nasyarakat dalam integrasi usahatani; kelembagaan/kelompoktani; tingkat pendidikan; frekuensi penyuluhan dan pelatihan; teknologi informasi komoditi pertanian; teknologi budidaya dan konservasi; pengandangan ternak; teknologi pengolahan limbah; dan teknologi keswan.
Gambar 35 Tingkat kepentingan faktor-faktor existing condition yang berpengaruh pada usahatani pola SIPT
Berdasarkan penilaian pengaruh langsung antar faktor atau analisis prospektif sebagaimana disajikan pada Gambar 35 menunjukkan bahwa dari ke 20 faktor tersebut diperoleh 12 faktor kunci/penentu keberhasilan SIPT pada existing condition. Faktor-faktor kunci tersebut perlu mendapat perhatian dalam perumusan kebijakan SIPT agar keberlanjutannya pada masa yang akan datang dapat terjamin, yaitu:
1. lima faktor yang mempunyai pengaruh tinggi dan ketergantungan antar faktor yang tingi terhadap SIPT, yaitu: sistem pemeliharaan ternak; tingkat kelayakan usahatani; pemanfaatan limbah ternak; frekuensi penyuluhan dan pelatihan; teknologi informasi.
2. tujuh faktor yang mempunyai pengaruh tinggi dan ketergantungan antara faktor yang rendah terhadap SIPT, yaitu pemanfaatan jerami padi; daya dukung pakan; kemitraan usaha; tingkat penggunaan pupuk/pestisida; kelembagaan/kelompok tani, sumber modal usahatani; teknologi limbah
Kebutuhan Stakeholder
SIPT di masa mendatang perlu memperhatikan kebutuhan stakeholder. Stakeholder yang penting dalam SIPT adalah individu/kelompok masyarakat, pengusaha, pakar dan pemerintah yang memiliki minat dan wewenang untuk berperan dalam kegiatan SIPT. Berdasarkan hasil identifikasi yang diperoleh dari analisis kebutuhan (Need Analysis) dari stakeholder yang berkepentingan melalui diskusi para pakar dengan bantuan kuesioner diperoleh sebanyak 25 faktor penentu untuk mewujudkan SIPT di masa yang akan datang, yaitu : lahan; kondisi agroklimat; bibit; ketersediaan pakan ternak; rencana tata ruang wilayah (RTRW); pengolahan limbah; modal; pemasaran; ketersediaan infrastruktur penunjang; kelayakan finansial; penyuluh pertanian; karakteristik petani; teknologi IB; teknologi SIPT; PHT; teknologi informasi pertanian; teknologi keswan; teknologi pakan; pengandangan ternak; industri PHP; dukungan pemerintah daerah (PEMDA); dukungan pihak swasta; kerjasama lintas sektor; kelembagaan petani; lembaga keuangan; Faktor-faktor tersebut merupakan masukan dalam perumusan kebijakan SIPT secara berkelanjutan. Dengan demikian, kebijakan SIPT telah dapat mencerminkan aspirasi stakeholder dan kondisi masa depan yang diinginkan.
Berdasarkan analisis prospektif sebagaimana disajikan pada Gambar 36, menunjukkan bahwa dari ke 25 faktor yang teridentifikasi tersebut didapatkan sebanyak 7 faktor kunci yang perlu diperhatikan guna memenuhi kebutuhan stakeholder di masa mendatang dalam pengembangan SIPT yaitu:
1. empat faktor yang mempunyai pengaruh tinggi dan ketergantungan antar faktor tingi pula terhadap SIPT, yaitu dukungan PEMDA, kerjasama lintas sektor, ketersediaan pakan ternak, dan lembaga keuangan
2. tiga faktor yang mempunyai pengaruh tinggi walaupun ketergantungan antar faktor rendah terhadap SIPT, yaitu: Teknologi informasi pertanian, Teknologi SIPT, Pengolahan limbah
Gambar 36 Tingkat kepentingan faktor-faktor need analysis yang berpengaruh pada usaha tani pola SIPT
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan antara faktor pada tahap pertama dan tahap kedua (gambar 35 dan 36) maka diperoleh sebanyak 19 faktor kunci/penentu pola SIPT (12 faktor dari EC dan 7 faktor dari NA). Selanjutnya di antara 19 faktor (EC dan NA) tersebut yang memiliki kesamaan dapat digabungkan, sehingga faktor kunci gabungan menjadi 13 faktor (Tabel 39) yang sensitif mempengaruhi pengembangan usahatani pola SIPT di masa yang akan datang, yaitu: dukungan PEMDA, kerjasama lintas sektor, ketersediaan pakan ternak, teknologi informasi, lembaga keuangan, tingkat penggunaan pupuk/pestisida, sistem pemeliharan; kemitraan usaha; kelembagaan/kelompok tani; frekuensi penyuluhan dan pelatihan; teknologi budidaya; pemanfaatan jerami; pemanfaatan limbah ternak.
Tabel 39 Faktor-faktor penentu/kunci hasil gabungan faktor existing condition dan need analysis.
NO Need Analysis Existing Condition Gabungan
1 Dukungan PEMDA Dukungan PEMDA
2 Kerjasama lintas sektor Teknologi informasi
Kemitraan usaha Teknolgi informasi
Kerjasama lintas
3 Penyuluh dan pelatihan Penyuluhan dan pelatihan
4 Ketersediaan pakan Pengolahan limbah Teknologi SIPT
Daya dukung pakan Teknologi.limbah Pemanfaatan jerami Pemanfaatan limbah Ketersediaan pakan ternak 5 Sistem pemeliharaan
Tingkat penggunaan pupuk kimia/pestisida
Sistem pemeliharaan
6 Lembaga keuangan Tingkat kelayakan UT Sumber modal Lembaga keuangan 7 Kelembagaan/Kelompok tani Kelembagaan/ kelompok tani
Berdasarkan analisis tingkat kepentingan antara faktor atau analisis prospektif sebagaimana disajikan pada gambar 37, dari ke 13 faktor penentu didapatkan sebanyak 7 faktor yaitu:
1 empat faktor kunci yang memiliki pengaruh yang tinggi dan ketergantungan antar faktor tinggi terhadap pengembangan usahatani pola SIPT, yaitu: dukungan PEMDA, kerjasama lintas sektor, sistem pemeliharaan, dan lembaga keuangan;
2 tiga faktor kunci yang memiliki pengaruh yang tinggi dan ketergantungan antar faktor rendah terhadap tujuan pengembangan usahatani pola SIPT, yaitu: frekuensi penyuluhan dan pelatihan, ketersediaan pakan ternak, dan kelembagaan/kelompok tani
Gambar 37 Tingkat kepentingan faktor-faktor gabungan antara existing conditon dan need analysis yang berpengaruh terhadap SIPT
Deskripsi masing-masing faktor kunci hasil analisis pengaruh langsung antar faktor sebagaimana Gambar 36 adalah sebagai berikut:
1 DUKUNGAN PEMDA
Dukungan pemerintah daerah Kabupaten Cianjur diberikan dalam bentuk alokasi nilai anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk pembangunan pertanian dan peternakan. APBD tersebut dipergunakan untuk kegiatan sebagai berikut; identifikasi potensi, pemetaan tata ruang; bimbingan dan pengawasan penyebaran dan pengembangan pertanian-peternakan; penyebaran, pengembangan dan restribusi; promosi pengembangan komoditas pertanian, bimbingan kelembagaan, analisis usaha, pemasaran hasil, dan manajemen usaha; pembinaan dan pengembangan kemitraan; bimbingan dan pelayanan teknologi
2 KERJASAMA LINTAS SEKTOR
Keberhasilan setiap program pembangunan tidak lepas dari peran serta dari berbagai sektor yang terkait. Kerjasama lintas sektor merupakan hal yang perlu dilakukan sesuai dengan tanggung jawab sektor masing-masing. Kerjasama lintas memerlukan koordinasi antar berbagai sektor untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam bidang pengembangan SIPT terdapat beberapa sektor yang terkait baik langsung maupun tidak langsung, yaitu:
a. Dinas Pertanian yang bertanggung jawab secara teknis terhadap keberhasilan pembangunan pertanian dan dalam hal penyediaan sumber pakan ternak dari limbah pertanian dan perkebunan,
b. Dinas Peternakan yang bertanggugjawab secara teknis terhadap keberhasilan pembangunan peternakan dan dalam hal penyediaan breeding, feeding, kesehatan ternak dan manajemen,
c. sektor perbankan dalam hal penyediaan modal usaha,
d. Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam hal pengolahan hasil dan pemasaran,
e. Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) dalam hal penyediaan infrastruktur penunjang seperti jalan raya,
f. penyuluh (Kantor Informasi Penyuluh Pertanian).
3 PELATIHAN DAN PENYULUHAN
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan oleh instansi teknis bidang pertanian/peternakan memberikan pengaruh kepada perubahan karakteristik perilaku petani responden dan untuk mempercepat adopsi teknologi, penyebarluasan dan penerapan teknologi. Berbagai informasi yang berhubungan dengan aplikasi teknologi SIPT meliputi: teknologi budidaya ternak (sapi), teknologi budidaya padi, dan teknologi pengolahan jerami fermentasi dan pengolahan kompos diperlukan oleh petani dalam usaha meningkatkan produktifitas dan pendapatan petani.
Di samping materi penyuluhan dan pelatihan yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha pertanian/peternakan, materi berupa pengetahuan tentang lingkungan dan berbagai peraturan perundang-undangan yang perlu diketahui dan dipatuhi oleh petani juga dapat dijadikan sebagai materi dalam kegiatan penyuluhuan dan pelatihan.
4 KETERSEDIAAN PAKAN TERNAK
Pakan sapi potong disediakan dalam bentuk hijauan pakan ternak dan konsentrat. Hijauan pakan ternak dapat berasal dari rumput alam dan atau limbah pertanian dan perkebunan. Jerami padi dan dedak serta limbah perkebunan merupakan sumber pakan sapi potong (Sarwono dan Arianto 2002) dan (Dwiyanto et al. 2003).
Daya dukung lingkungan dalam hal ketersediaan sumberdaya pakan dari rumput alam di Kabupaten Cianjur hanya mampu memenuhi kebutuhan sebanyak 38.116 ekor sapi potong, sedangkan jika limbah pertanian dimanfaatkan sebagai sumber pakan maka populasi sapi potong dapat ditingkatkan menjadi 90.897 ekor sapi potong.
5 SISTEM PEMELIHARAAN
SIPT mencakup tiga jenis kegiatan usaha yang saling berkaitan antara lain: (1) teknologi budidaya ternak (sapi), (2) teknologi budidaya tanaman (padi), (3) teknologi pengolahan jerami dan kompos. Kunci keberhasilan usahatani pola SIPT, disamping teknologi pengolahan dan pemanfaatan pupuk organik, dan juga peningkatan mutu limbah pertanian untuk pakan ternak, adalah pengandangan kelompok atau komunal. Sistem kandang komunal akan berkelanjutan apabila status pemilikan sapinya tidak per individu, melainkan kolektif untuk dikelola bersama dan diberlakukan azas komersial. Para anggota memperoleh hasil pembagian keuntungan (semacam SHU) per periode produksi. Sebagai pendekatan baru, penggunaan kandang kelompok memerlukan proses sosialisasi agar dapat diterima oleh petani. Salah satu persyaratan penting agar suatu inovasi diadopsi oleh petani adalah adanya manfaat ekonomi. Keuntungan kandang kolektif, antara lain: 1) terjadinya saling tukar informasi antar petani, 2) mempermudah pengawasan terhadap kesehatan dan perkembangan bobot badan ternak, daan 3) mencegah terjadinya pencurian ternak
Menurut Yuwono (2003), pengandangan kelompok juga bermanfaat ditinjau dari aspek lingkungan, antara lain: mengurangi pencemaran udara (bau), meningkatnya estetika lingkungan pemukiman karena kandang sapi tidak menyatu lagi dengan rumah penduduk, nyamuk menjadi berkurang sehingga berdampak
positif terhadap kesehatan petani. Dengan demikian pola pengandangan temak komunal perlu pendekatan kelembagaan yang berisi nilai, norma, dan kondisi sosial ekonomi
.
6 LEMBAGA KEUANGAN
Keberadaan lembaga keuangan sangat penting guna mendukung permodalan petani. Kendala umum yang dihadapi adalah sulitnya mengakses ke lembaga keuangan (perbankan) karena dibutuhkan agunan. Padahal petani pada umumnya tidak memiliki aset sebagai agunan kecuali lahannya dan menginginkan prosedur memperoleh kredit secara sederhana. Untuk dapat menerapkan usahatani pola SIPT setidaknya harus tersedia sekitar 2-4 ekor ternak per hektar sawah. Namun petani tidak memiliki modal yang cukup untuk membeli bakalan sapi, sehingga dibutuhkan modal dari pinjaman. Lembaga keuangan yang biasa diakses petani adalah bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD), kerjasama/kemitraan dengan swasta dan perusahaan daerah.
7 KELEMBAGAAN/KELOMPOK TANI
Pengembangan kelembagaan petani perlu diarahkan kepada terbentuknya kelompok petani dan kerja sama antar kelompok, sehingga terbentuk kelompok produktif yang terintegrasi dalam wadah koperasi pertanian.
Kelembagaan difokuskan untuk membangun akses pasar, modal, teknologi, informasi dan pengembangan sumber daya manusia, dalam mengantisipasi pasar global. Melalui kelembagaan ini diharapkan para petani dapat saling berinteraksi dalam rangka memperkuat, dan menambah nilai daya secara potensial. Dan juga memberikan otonomi yang cukup kepada kelompok untuk dapat meningkatkan dan menjadi media belajar yang diharapkan dapat memecahkan berbagai permasalahan yang menyangkut usahanya.