• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT)

Dalam dokumen Renstra Kementerian Sosial 2015 2019 (Halaman 71-74)

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGIS, KERANGKA REHULASI DAN

3.6. Kerangka Kelembagaan

3.6.5. Pengembangan Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT)

1. Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT)

Sistem Layanan dan Rujukan terpadu (SLRT) adalah model layanan one stop services melalui one stop office. Layanan ini memadukan berbagai layanan sebagai cara untuk meningkatkan tujuan pemecahan masalah PMKS/pener-ima manfaat yang lebih luas. Sistem ini terkoordinasi dan terpadu secara efektif melalui satu pintu (basis data terpadu/BDT) yang melibatkan berbagai sektor layanan serta multidisiplin tim pemberi pelayanan guna merespon ke-butuhan penyandang masalah secara cepat dan tuntas.

Penanganan permasalahan sosial ke depan tidak hanya berfokus pada sub-stansi kemiskinan, namun juga harus memperhatikan upaya membangun ketahanan keluarga serta penghidupan yang berkelanjutan. Meskipun ting-kat kemiskinan semakin menurun, namun kerentanan penduduk yang se-bagian memasuki tingkat kesejahteraan yang membaik masih tetap tinggi. Permasalahannya, data penduduk miskin dan rentan belum ter up to date secara berkala dan masyarakat yang memerlukan layanan penyelenggaraan kesejahteraan sosial (PMKS) dalam institusi dan penduduk tidak berdomisili belum terdata. Dampak dari permasalahan tersebut berpengaruh terhadap ketersediaan layanan dan kualitas layanan. Masih adanya penerima manfaat layanan yang tidak masuk dalam kriteria serta penduduk miskin dan rentan yang seharusnya menerima, merupakan bukti bahwa data PPLS 2011 masih memiliki kesalahan yang harus diperbaiki.

Merujuk UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Pasal 24 (1) penyelenggaraan kesejahteraan sosial menjadi tanggung jawab Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Lebih lanjut tanggung jawab tersebut meliputi: (i) merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial, (ii) menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial, (iii) meningkat-kan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang penyeleng-garaan kesejahteraan sosial, serta (iv) menetapkan standar pelayanan, reg-istrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial. Lihat pada gambar 11.

Sumber Data : Bappenas 2015

Gambar 11. Mekanisme koordinasi pelaksanaan sistem layanan dan rujukan sosial terpadu (SLRT) Kementerian Sosial

Selanjutnya merujuk pada UU No. 13 Tahun 2022 tentang Penanganan Fakir Miskin, pada Pasal 8 (7) dijelaskan bahwa; verifikasi dan validasi data ke-miskinan dilaksanakan oleh PSKS yang ada di kecamatan, kelurahan atau desa. Memperhatikan regulasi tersebut dan mensinkronkan dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, sebagaimana termuat pada Pasal 86 huruf (1), (2), (4), dan (6), maka Kementerian Sosial perlu mengambil langkah-langkah strategis melalui sistem layanan sosial terpadu yang mendukung

penyeleng-*) identifikasi sementara

Rencana Strategis Kementerian Sosial RI Tahun 2015-2019

Rencana Strategis Kementerian Sosial RI Tahun 2015-2019

142 143

garaan perlindugnan sosial komprehensif melalui model Sistem Pelayanan dan Rujukan Terpadu (SLRT).

SLRT pada hakekatnya merupakan sistem layanan yang difokuskan pada upaya pendataan secara terpadu yang didukung oleh upaya rujukan dan penjangkauan untuk melakukan pendataan, penanganan keluhan dan pel-aporan bagi masayarakat miskin dan rentan dalam mendukung pengemban-gan sistem perlindunpengemban-gan sosial yang komprehensif. Kedudukan SLRT bera-da di tingkat Kabupaten/Kota, yang melaksanakan fungsi; (i) penbera-dataan bera-dan sistem informasi, (ii) pengaduaan masyarakat, dan (iii) layanan rujukan pro-gram. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut SLRT berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintahan Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/ Kota. Sedangkan mekanisme penjangkauan dan pelayanan SLRT hingga TPK Kecamatan, TPK Desa, dan TPK Pedukuhan.

Berdasarkan Gambar 11 di atas, mekanisme koordinasi pelaksanaan SLRT terbagi atas; tingkat nasional, tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota. Pada tingkat pusat, koordinasi diarahkan pada ketersediaan data sasaran dalam kerangka penanggulangan penduduk miskin dan rentan. Pada tingkat provinsi koordinasi diarahkan pada ketersediaan SKPD terkait dalam penye-diaan dukungan dan infrastruktur layanan penanggulangan kemiskinan yang dibutuhkan penduduk miskin dan rentan. Sedangkan pada tingkat kabupat-en/kota, koordinasi diarahkan pada pemberaian layanan langsung kepada penduduk miskin dan rentan berdasarkan basis data terpadu di daerah dan mengembangkan sistem layanan dan rujukan untuk memperluas cakupan layanan penanggulangan kemiskinan. Selanjutnya terkait dengan mekanisme penanganan keluhan dan pelaporan pada SLRT dilakukan oleh SDM kes-ejahteraan sosial (TKSK, Pendamping, TKSM, Karang Taruna) melalui me-kanisme validasi dan input keluhan yang di data dan diteruskan kepada basis data terpadu (BDT) di tingkat Kabupaten/Kota.

Melalui kegiatan updating data dan perangkingan maka akan dilakukan ruju-kan kepada Pemerintah Pusat dan/atau SKPD di tingkat provinsi, dan/atau dinas terkait ditingkat kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan koordinasi dan penanganan keluhan dan pelaporan SLRT, melibatkan para pihak terkait sep-erti: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas,

Kemen-terian Sosial, TNP2K, KemenKemen-terian Dalam Negeri, dan KemenKemen-terian/Lemba- Kementerian/Lemba-ga terkait lainnya yang memiliki program/kegiatan pelayanan (pemenuhan kebutuhan dasar, pemenuhan hak dasar dan inklusivitas) yang dibutuhkan pendudukt miskin dan rentan. Adapun mekanisme penanganan keluhan dan pelaporan dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Mekanisme penanganan keluhan dan pelaporan pada SLRT Kementerian Sosial

Sumber Data : Bappenas 2014

Adapun sasaran SLRT Kementerian Sosial dalam rangka penyelengga-raan kesejahtepenyelengga-raan sosial adalah sebagai berikut:

a. Terselenggaranya layanan kesejahteraan sosial dan rujukan secara terpadu dalam bentuk layanan satu atap (one stop service) di tingkat Pusat dan Daerah guna menangani masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, pemberdayaan masyarakat, dan lainnya sesuai kebutuhan.

b. Terbangunnya model kebijakan, strategi dan program Layanan dan Rujukan Terpadu melalui:

1) Peningkatan akses terhadap pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia kesejahteraan sosial;

Rencana Strategis Kementerian Sosial RI Tahun 2015-2019

Rencana Strategis Kementerian Sosial RI Tahun 2015-2019

144 145

2) Penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial sebagai landasan bagi perumusan kebijakan layanan dan rujukan terpa-du;

3) Penyediaan data dan informasi kesejahteraan sosial terpadu; dan

4) Penyediaan sumber daya manusia kesejahteraan sosial dan pengembangan profesi Pekerjaan Sosial.

5) Pengembangan sistem sertifikasi sumber daya manusia kese-jahteraan sosial dan akreditasi lembaga kesePengembangan sistem sertifikasi sumber daya manusia kese-jahteraan sosial. 6) Bidang lainnya yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

daerah.

Secara umum skema sistem layanan SLRT Kemenetrian Sosial mer-upakan sistem layanan satu atap dengan dukungan puskesos dan ba-sis data terpadu dalam rangka memperluas cakupan dan pelayanan jangkauan (lihat Gambar 13). Guna mencapai hasil yang efektif, Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) perlu dilandasi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Layanan Terpadu sebagai Perubahan Paradigma Organisasi. b. Pendekatan layanan yang terintegrasi membutuhkan

perubah-an paradigma orgperubah-anisasi agar dapat memberikperubah-an layperubah-anperubah-an yperubah-ang mudah, cepat, tuntas dan berkelanjutan. Hal tersebut sangat dibutuhkan agar mampu mengatasi adanya konflik kepentingan diantara berbagai pimpinan lembaga/instansi yang memberikan layanan sejenis. Hal ini juga penting untuk mengubah budaya organisasi Kementerian Sosial, Kementerian lain yang terlibat dan Pemerintah Daerah sehingga mampu memberikan layanan prima serta tidak hanya dibatasi oleh kewajiban pelaksanaan tugas dan anggaran yang tersedia.

c. Tingkat keberhasilan organisasi layanan terpadu dipengaruhi oleh komitmen pimpinan kebijakan, budaya organisasi, sumber daya, sumber daya manusia, dan mekanisme pelaporan.

d. Layanan harus diberikan tepat waktu, tuntas, terkoordinir, mu-dah diakses dan disesuaikan dengan kondisi individu.

Sumber Data: Badiklit Kementerian Sosial 2015.

Gambar 13. Skema sistem layanan pada SLRT Kementerian Sosial

3. Pusat Kesejahteraan Sosial (PUSKESOS)

Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) merupakan pusat pelayanan sosial masyarakat terpadu yang ada di desa/kelurahan, yang terdiri dari Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang ada di desa/ kelurahan (mencak-up: PSM, Karang Taruna, WKSBM, FCU) serta dapat melibatkan Babinsa, Binmas, guru, PAUD, PKK, Posyandu, dan lainnya. Dasar hukum keberadaan Puskessos terdapat dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan PP No. 39 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Pasal 44 PP 39 tahun 2012 menyebutkan bahwa pusat kesejahteraan sosial sebagai tempat yang berfungsi untuk melakukan kegiatan pelayanan sosial bersama secara sinergis dan terpadu antara kelompok masyarakat dalam komunitas yang ada di desa atau kelurahan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Rencana Strategis Kementerian Sosial RI Tahun 2015-2019

Rencana Strategis Kementerian Sosial RI Tahun 2015-2019

146 147

Tujuan yang ingin dicapai dari keberadaan Puskesos di desa/ kelurahan ada-lah untuk: (i) membangun sistem rujukan terpadu di tingkat desa/kelurahan rangka menanggulangi masalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya. (ii) mewujudkan sinergi program dan kegiatan dalam memberikan pelayanan se-cara terpadu bagi PMKS dan masyarakat pemerlu pelayanan sosial lainnya. (iii) melaksanakan penanganan masalah kesejahteraan sosial secara cepat, tepat dan mudah diakses oleh PMKS dan masyarakat pemerlu pelayanan sosial lainnya. Secara khusus, outcome dari Puskesos adalah terbentuknya desa sejahtera mandiri (DSM) yang dapat mendukung tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat desa dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

kasi, menyediakan data dan informasi serta menerima dan melaksanakan rujukan. Dengan demikian, fungsi Puskesos adalah pendataan, penjangkau-an, penanganan kasus, rujukan dan penanganan pengaduan. Guna melak-sanakan fungsi tersebut, PP 39 Tahun 2012 menetapkan standar minimum sarana dan prasarana pusat kesejahteraan sosial meliputi:

a. Tempat yang dijadikan pusat kegiatan bersama;

b. Tenaga pelayanan yang terdiri dari tenaga pengelola dan pelaksana; dan

c. Peralatan yang terdiri dari peralatan penunjang perkantoran dan pera-latan penunjang pelayanan teknis.

Keberadaan dan pelaksanaan Puskesos tidak berdiri sendiri tapi menjadi ba-gian integral dari SLRT Kementerian Sosial dalam mendukung penyeleng-garaan perlindungan sosial yang komprehensif. Karena itu, Puskesos men-jadi salah satu mekanisme penjangkauan dan pelayanan termasuk dalam mendukung pendataan dan verifikasi. Lebih jelasnya mekanisme koordinasi Puskesos dalam perlindungan sosial yang komprehensif dapat di lihat pada Gambar 14.

Dalam dokumen Renstra Kementerian Sosial 2015 2019 (Halaman 71-74)

Dokumen terkait