• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas dan Fungsi

Dalam dokumen Renstra Kementerian Sosial 2015 2019 (Halaman 37-41)

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN

2.6. Tugas dan Fungsi

2.6.1. Kementerian Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang rehabili-tasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan sosial, dan penanga-nan fakir miskin untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

2.6.2. Fungsi

Berdasarkan Peraturan Presiden No 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial, dinyatakan bahwa Kementerian Sosial mempunyai tugas menyelenggarakan urusan

Misi, Visi dan Tujuan

Rencana Strategis Kementerian Sosial RI Tahun 2015-2019

74 75

di bidang rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, perlindungan so-sial, dan penanganan fakir miskin untuk membantu Presiden dalam menyelengga-rakan pemerintahan Negara. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kementerian Sosial menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi so-sial, jaminan soso-sial, pemberdayaan soso-sial, perlindungan soso-sial, dan penanga-nan fakir miskin.

2. Penetapan kriteria dan data fakir miskin dan orang tidak mampu. 3. Penetapan standar rehabilitasi sosial.

4. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan admin-istrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Sosial. 5. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Sosial.

6. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Sosial. 7. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Ke-menterian Sosial di daerah.

8. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan kese-jahteraan sosial, serta penyuluhan sosial.

9. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organ-isasi di lingkungan Kementerian Sosial.

Dalam dokumen RPJMN 2015-2019 dikemukakan bahwa perkembangan kemi-skinan yang menggambarkan dinamika kesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok miskin dan rentan, dipengaruhi oleh berbagai faktor secara simultan, ter-masuk perkembangan perekonomian Indonesia, integrasi perekonomian Indonesia secara global, perubahan demografi, dan kebijakan afirmatif yang dilaksanakan. Selama kurun waktu beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan berhasil diturunkan dari 15,42% pada tahun 2008 menjadi 11,47% pada bulan September tahun 2013, atau penduduk miskin berkurang lebih dari enam juta jiwa. Kondisi ini menunjukkan bahwa berbagai program penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan

da-lam bentuk 4 kelompok program (klaster), yaitu: pelayanan dan rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan sosial, pemberdayaan sosial masyarakat, dan program-pro-gram pro-rakyat, telah berjalan dengan cukup baik. Meskipun demikian, kecepatan penurunan kemiskinan dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami perlam-batan. Oleh karena itu, melalui sinergi keseimbangan sosial-ekonomi makro dan pelaksanaan kebijakan afirmatif kesejahteraan sosial yang optimal diharapkan ting-kat kemiskinan ini dapat diturunkan lebih jauh.

Dalam kerangka penurunan kemiskinan tersebut, pertumbuhan dan kemajuan so-sial ekonomi masyarakat serta perubahan struktur perekonomian Indonesia memiliki 2 konsekuensi penting, yaitu: (1) penduduk golongan menengah ke bawah akan semakin membutuhkan sistem perlindungan yang komprehensif, dan (2) adanya potensi meningkatnya kesenjangan antar kelompok miskin dan non miskin yang menjadikan masalah sosial semakin kompleks.

Perlindungan sosial diperlukan agar penduduk miskin dan rentan terlindungi pe-menuhan kebutuhannya, terutama pelayanan kesehatan dan kebutuhan bahan pokok, apabila terjadi goncangan ekonomi maupun sosial. Dalam mengurangi po-tensi kesenjangan antar kelompok maka perlu dilakukan upaya perluasan akses terhadap pemanfaatan pelayanan dasar. Sedangkan upaya yang bisa dilakukan un-tuk mengurai kompleksitas permasalahan kemiskinan adalah dengan pembekalan ketrampilan wirausaha maupun keterampilan teknis kepada penduduk miskin dan rentan, sehingga dapat meningkatkan daya saing mereka melalui kegiatan ekonomi produktif.

Dengan demikian, untuk mampu mempercepat laju penurunan tingkat kemiskinan secara signifikan, reformasi menyeluruh terhadap kebijakan penanggulangan ke-miskinan sangat diperlukan dan dituangkan dalam 3 kebijakan afirmatif yang lebih komperehensif, integratif dan bertarget spesifik, yaitu: (i) mengembangkan sistem perlindungan sosial yang komprehensif, (ii) meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan, serta (iii) mengembangkan penghidupan yang berke-lanjutan.

Kebijakan tersebut harus dapat diimplementasikan dan mampu menumbuhkan pe-rubahan pola pikir penduduk miskin dan rentan serta PMKS lainnya yang mengarah pada gerakan nasional untuk mengubah cara pandang, pola pikir, sikap-sikap, nilai-nilai dan perilaku yang mencerminkan kemandirian dan berkepribadian. Gerakan

Misi, Visi dan Tujuan

Rencana Strategis Kementerian Sosial RI Tahun 2015-2019

76 77

nasional ini terepleksikan dalam nilai-nilai dasar integritas, kerja keras, dan gotong royong.

Kebijakan yang mengintegrasikan proses perubahan mental diharapkan dalam jangka menengah dan panjang mampu (i) mengubah perilaku dan cara kerja yang berorientasi pada keberhasilan dan kemajuan penerima manfaat, (ii) mmbangun ke-sadaran dan membangun sikap optimistik dalam menatap masa depan yang lebih baik dan lebih sejahtera dengan kekuatan besar untuk berprestasi tinggi, produktif, dan dorongan untuk maju, serta (iii) mewujudkan kemandirian bagi penerima man-faat dalam hal ekonomi, sosial, kelembagaan serta keperibadian.

Kemiskinan, merupakan salah satu persoalan yang dihadapi masyarakat kelompok marginal dan rentan. Persoalan kemiskinan cenderung dilihat pada bagaimana up-aya penduduk dalam memenuhi kebutuhan, dan sampai sejauh mana upup-aya pen-duduk tersebut mampu meraih apa yang diinginkan. Jika pemikiran tersebut yang dibangun dan dikembangkan maka kebijakan afirmatif yang ditetapkan tidak akan mampu memecahkan masalah kemiskinan yang sebenarnya, dan kesenjangan an-tara penduduk paling miskin dengan paling kaya sulit dikurangi. Sebab, program yang ada hanya diarahkan untuk pemberian bantuan (asistensi) kepada penduduk untuk memenuhi kebutuhan yang akan berdampak negatif jika bantuan dihentikan, dan bukan untuk membantu dalam memecahkan inti permasalahan.

Saat ini program yang dilucurkan oleh pemerintah untuk melakukan pengentasan kemiskinan hanya berfokus pada bagaimana kemampuan penduduk dalam me-menuhi kebutuhannya, melalui usaha meningkatkan kemampuan secara bertahap. Dengan demikian aras pemikiran ini terlalu dangkal dan tidak menyentuh pada taraf yang mengakar dan hakiki (Safrimiradj.wordpress.com:2012). Jika program yang ada tidak mampu mengangkat dan mengatasi kemiskinan (secara mandiri) dan mendasar maka diperlukan formulasi baru yang lebih mengarah pada perubahan individu, keluarga dan penduduk, bukan hanya pada bagaimana “kemampuan” da-lam memenuhi kebutuhan sesaat melalui akses bantuan, tetapi lebih pada bagaima-na membangun kesadaran untuk menjadikan penyelenggaraan kesejahteraan so-sial sebagai media membangun kemandirian dan akses untuk keluar dari kriteria PMKS dan atau kemiskinan/kerentanan.

Sasaran strategis dan indikator tersebut dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang meliputi: (i) perlindungan dan pelayanan rehabilitasi sosial,

Tabel 11. Sasaran strategis, base line dan target kinerja Kementerian Sosial tahun 2015-2019

Sumber Data: Biro Perencanaan Kementerian Sosial 2015 (total kluster I dan II sebanyak 30.304.679 jiwa atau 7.576.170 KSM)

Misi, Visi dan Tujuan

Rencana Strategis Kementerian Sosial RI Tahun 2015-2019

78 79

(ii) pemberdayaan sosial, (iii) penanganan fakir miskin, (iv) perlindungan dan jaminan sosial, serta (v) penyelenggaraan dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya Kementerian Sosial, yang mencakup dukungan tata kelola manajemen dan peren-canaan, pengawasan, serta pendidikan, penelitian, dan penyuluhan sosial.

Penyelenggaraan Perlindungan dan Pelayanan Rehabilitasi Sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Cakupan dari perlindungan dan pelayanan Rehabilitasi Sosial meliputi: penyandang disabilitas fisik, mental, intelektual, atau sensorik, atau yang mengalami disabilitas ganda; tuna susila; gelandangan; pengemis; eks penderita penyakit kronis; eks narapidana; eks pencandu narkotika; eks psikotik; pengguna psikotropika sindroma ketergantun-gan; orang dengan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno, Deficiency Syndrome (HIV/Aids); korban tindak kekerasan; korban bencana; lanjut usia; tu-nasosial, korban perdagangan orang; anak terlantar; dan anak dengan kebutuhan khusus.

Penyelenggaraan Pemberdayaan Sosial dimaksudkan untuk memberdayakan ses-eorang, keluarga, kelompok, dan penduduk yang mengalami masalah Kesejahter-aan Sosial agar mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri serta meningkat-kan peran serta lembaga dan/atau perseorangan sebagai potensi dan sumberdaya dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. Melalui pemberdayaan sosial dihara-pkan penduduk miskin dan rentan dapat melakukan investasi bagi diri dan keluar-ganya secara berkelanjutan, dan mandiri.

Penyelenggaraan Penanganan Kemiskinan/Fakir Miskin dimaksudkan untuk mem-bantu individu, keluarga, kelompok dan penduduk melakukan upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan untuk memberdayakan dan memfasilita-si setiap warga negara dalam memenuhi kebutuhan dasar. Penanggulangan kemi-skinan juga diarahkan untuk mencegah yang menyebabkan orang miskin semakin terperosok kepada kemiskinan yang semakin parah dengan memberikan perubah-an cara berpikir dperubah-an berperilaku serta memberikperubah-an akses melakukperubah-an produktivitas ekonomi dan sosial.

Penyelenggaraan Perlindungan dan Jaminan Sosial dimaksdukan untuk mencegah dan menangani risiko dari guncangan dan kerentanan social seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi

ses-uai dengan kebutuhan dasar minimal serta menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang disabilitas fisik, mental, intelektual, atau sensorik, atau yang mengalami disabilitas ganda, ekspenderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidak mampuan social ekonomi agar kebutuhan dasar dan hak dasarnya terpenuhi. Melalui perlindungan dan jaminan sosial diharapkan resiko-resiko kehidupan yang dihadapi kelompok masyarakat tersebut dapat diminimalisir sehingga tidak semakin miskin.

Selanjutnya penyelenggaraan dukungan manajemen dan tugas teknis lainnya Ke-menterian Sosial, dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi dan sinergi antar para pihak terkait dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial baik internal mau-pun eksternal. Merencanakan kebutuhan pendanaan dan program kegiatan, pen-gawasan penyelenggaraan serta dukungan regulasi dalam memperkuat penye-lenggaraan kesejahteraan sosial dan sumber daya manusia dan kelembagaan. Menyiapkan berbagai laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan dalam kerangka pencapaian tujuan dan terget kinerja kementerian. Melalui penyelenggaraan dukun-gan manajemn dan tugas teknis lainnya kementerian, diupayakan terjalin sinergi an-tara pusat dan daerah, anan-tara kementerian/lembaga terkait, serta masyarakat luas lain dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Misi, Visi dan Tujuan

Rencana Strategis Kementerian Sosial RI Tahun 2015-2019

80 81

Arah Kebijakan, Strategi,

Kerangka Regulasi

dan Kerangka Kelembagaan

Dalam dokumen Renstra Kementerian Sosial 2015 2019 (Halaman 37-41)

Dokumen terkait