Sesuai dengan ASTM D-4829-03, pengujian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar nilai pengembangan tanah pada saat dilakukan perendaman sampel tanah di dalam air.
Adapun langkah kerjanya adalah sebagai berikut :
Sebelum dilakukan pengujian terhadap CBR rendaman, tanah campuran dengan kadar abu optimum direndam dalam bak berisi air dengan variasi waktu selama 7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Pada saat tanah direndam, dilihat dan dicatat besar pengembangannya (swelling). Pembacaan dial pengembangan dilakukan selama umur perendaman dengan jangka waktu setiap 24 jam.
Perhitungan :
Nilai Pengembangan = (Δ H / H1) * 100% Keterangan :
Δ H = pengembangan akibat peningkatan air
H1 = tinggi benda uji sebelum penambahan air (cm) H2 = tinggi benda uji setelah penambahan air (cm)
Urutan Prosedur Penelitian
1. Dari hasil pengujian percobaan analisis saringan dan batasAtterberg untuk tanah asli (0%) digunakan untuk mengklasifikasikan tanah berdasarkan klasifikasi tanah AASHTO.
2. Dari data hasil pengujian pemadatan tanah untuk sampel tanah asli (0%), grafik hubungan berat volume kering dan kadar air untuk mendapatkan nilai kadar air kondisi optimum yang akan digunakan untuk membuat sampel pada uji CBR.
3. Data pengujian pemadatan berupa grafik hubungan berat volume kering dan kadar air untuk mendapatkan kadar air kondisi optimum untuk sampel tanah asli yang distabilisasi abu Ampas Tebu dengan variasi kadar campuran 5%,10%,15% dan 20%..
4. Melakukan pencampuran sampel tanah asli dan abu Ampas Tebu dengan persentase 15% lalu dilakukan pemadatan dan pembuatan sampel dalam moldCBR untuk pengujian selanjutnya.
5. Melakukan pemeraman selama 14 hari setelah itu dapat dilakukan pengujian CBR, batas Atterberg dan berat jenis untuk mendapatkan kadar abu optimum.
6. Setelah didapatkan kadar abu optimum, maka dilakukan pembuatan sampel kembali dengan variasi waktu perendaman 0 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari kemudian dilakukan pengujian CBR.
Analisis Hasil Penelitian
Semua hasil yang didapat dari pelaksanaan penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik hubungan serta penjelasan-penjelasan yang didapat dari : 1. Hasil dari pengujian sampel tanah asli yang ditampilkan dalam bentuk tabel
dan digolongkan berdasarkan sistem klasifikasi tanah AASHTO dan USCS. 2. Dari hasil pengujian sampel tanah asli terhadap masing-masing pengujian
seperti uji analisis ukuran butiran tanah, uji berat jenis, uji kadar air, uji batas Atterberg, uji pemadatan tanah dan uji CBR ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik yang nantinya akan didapatkan kadar air kondisi optimum. 3. Dari hasil pengujian CBR terhadap masing-masing campuran yaitu 5%, 10
% dan 15% setelah waktu pemeraman ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengujian dan didapatkan kadar Abu ampas tebu optimum. 4. Setelah didapatkan kadar abu optimum dilakukan variasi perendaman
selama 7 hari, 14 hari dan 28 hari dan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengujian.
5. Dari seluruh analisis hasil penelitian tersebut, maka akan dapat ditarik kesimpulan berdasarkan tabel dan grafik yang telah ada terhadap hasil penelitian yang didapat.
Mulai
Pengambilan Sampel Tanah Asli
Pengujian Sifat Fisik Tanah Asli :
1. Berat Jenis 3. Analisa Saringan 2. BatasAtterberg 4. Berat Volume
Pengujian Sifat Mekanis Tanah Asli : 1. Pemadatan
2. CBR
3. Penentuan Kadar Air Optimum
Pembuatan Benda Uji dengan Campuran Kadar Abu Optimum 15%
Pemeraman 14 hari
Perendaman Sampel + PengujianSwelling 1. 1 minggu untuk Abu optimum +swelling 2. 2 minggu untuk Abu optimum +swelling 3. 4 minggu untuk Abu optimum +swelling
Pengujian: 1. CBR terendam 2. Berat Jenis 3. Batas Atteberg Analisis Hasil Kesimpulan Selesai
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap sampel tanah lempung lunak yang distabilisasi menggunakan abu Ampas Tebu, maka diperoleh beberapa kesimpulan :
1. Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah Rawa Sragi, Desa Blimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur, berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO digolongkan pada kelompok tanah A-7 (tanah berlempung) dan subkelompok A-7-6 yaitu kelompok tanah lempung yang bersifat plastis dengan sifat perubahan besar. Sedangkan menurut klasifikasi Unified (USCS) dikelompokkan ke dalam tanah lempung berplastisitas rendah (CL).
2. SiO2 yang terkandung pada bagasse ash mencapai 44,87 % dan Fe2O3
sebesar 1,39 %. Bagasse ash memiliki sifat pozzolanik yaitu sifat dengan bertambahnya waktu, abu ampas tebu tersebut apabila bereaksi dengan alumina (Al2O3) dan CaO yang ada dilempung,maka tanah tersebut akan menjadi bertambah keras.
3. Penggunaan campuran tanah dengan abu Ampas Tebu dengan perendaman memiliki nilai CBR kurang dari 6%, walaupun stabilisasi menggunakan abu
ampas tebu dapat melepaskan air yang terserap di dalam pori-pori tanah,tetapi sifat asli tanah lempung yang menyerap air tetap ada. Dengan demikian asupan air yang terlalu banyak pada saat perendaman menyebabkan nilai CBR tanah juga menurun,karena air dapat menurunkan daya dukung tanah..
4. Pada hasil pengujian batas Atterberg, nilai batas cair yang cenderung meningkat, dan nilai batas plastis yang menurun mengakibatkan nilai indeks plastisitas yang cenderung meningkat. Nilai indeks plastisitas didapat dari selisih nilai antara batas cair dan batas plastis.
5. Nilai pengembangan tanah yang berkisar > 5% menunjukkan tanah lempung anorganik yang distabilisasi dengan abu Ampas Tebu ini tergolong dalam tanah dengan klasifikasi tingkat aktivitas pengembangan yang tinggi hal ini dikarenakan jika dalam keadaan basah akan bersifat lunak plastis dan kohesif,mengembang dan menyusut dengan cepat sehingga mempunyai perubahan volume yang besar karena pengaruh air.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya mengenai stabilisasi tanah dengan menggunakan bahan abu Ampas Tebu, disarankan beberapa hal di bawah ini untuk dipertimbangkan :
1. Untuk mengetahui efektif atau tidaknya campuran abu Ampas Tebu perlu diteliti lebih lanjut untuk tanah dari daerah yang lain dengan menggunakan campuran yang sama, sehingga akan diketahui nilai nyata terjadinya perubahan akibat pengaruh penambahan abu Ampas Tebu.
2. Sebaiknya dilakukan pembersihan alat/mesin sebelum melakukan pengujian-pengujian di laboratorium, hal ini dikarenakan akan mempengaruhi hasil yang didapat.
3. Penelitian yang lebih luas dan komprehensif masih diperlukan khususnya untuk meningkatkan jaminan stabilitas tanah lunak terhadap efek jangka panjangnya (long term effect).
4. Perlu diperhatikan mengenai masalah ketelitian yang lebih dalam hal penggunaan dan pembacaan peralatan agar didapatkan hasil yang lebih tepat dan akurat.
Asnaning, Aniessa Rinny. 2010. Pengujian Dampak Variasi Waktu Perendaman Terhadap Daya Dukung Dan Pengembangan Tanah Lempung Lunak Yang Distabilisasi Menggunakan Ionic Soil Stabilizer 2500. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Afryana. 2009. Studi Daya Dukung Lapis Pondasi Stabilisasi Tanah Lempung dengan Sekam Padi. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Bowles, Joseph E. Johan K. Helnim. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika tanah). PT. Erlangga. Jakarta.
Das, B. M. 1995. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid I. PT. Erlangga. Jakarta.
Fawzi, Zulfikar. 2010. Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Daya Dukung Tanah Lempung Plastisitas Rendah Menggunakan Ionic Soil Stabilizer 2500. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Fitian Sari, Eka. 2012. Pemanfaatan Abu Ampas Tebu yang Dicampur Semen Pada Stabilisasi Tanah Lempung Lunak. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Komarullah, Chairul. 2011. Studi Daya Dukung Tanah Lempung Plastisitas Rendah Yang Distabilisasi Menggunakan Abu Gunung Merapi. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Putra Aditya, Tommy. 2012. Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Daya Dukung Tanah Lempung Organik yang Distabilisasi Menggunakan Abu Gunung Merapi. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Putri Zainanda, Soraya. 2012. Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Daya
Dukung Tanah Lempung Plastisitas Rendah yang Distabilitasi
Menggunakan Abu Gunung Merapi. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Safitri, Zulya. 2012. Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu (Bagasse Ash) Sebagai Bahan Stabilisator Pada Tanah Lempung. Skripsi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. UPT Percetakan Universitas Lampung. Bandar Lampung.