• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Tantangan yang dihadapi usaha kecil dan menengah a) GATT/WTO

2.1.3 Pengembangan UKM

Pengembangan UKM dalam dimensi pembangunan nasional yang berlandaskan sistem ekonomi kerakyatan, tidak hanya ditujukan untuk mengurangi masalah kesenjangan antar golongan pendapatan, antarpelaku, ataupun penyerapan tenaga kerja. Lebih dari itu, pengembangan UKM mampu memperluas basis ekonomi dan cepat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mempercepat perubahan struktural, yaitu dengan meningkatnya perekonomian daerah, ketahanan ekonomi nasional.

Dalam rangka pengembangan UKM, program-program pokok yang perlu dilaksanakan adalah (GBHN 1999-2000) :

1. Program Pengembangan Iklim Usaha yang Kondusif

Tujuan program ini adalah membuka kesempatan berusaha seluas-luasnya serta menjamin kepastian usaha dengan memperhatikan kaidah efisien ekonomi sebagai prasyarat utama untuk berkembangnya UKM. Sasaran yang ingin dicapai menurunnya biaya transaksi dan meningkatnya skala UKM dalam kegiatan ekonomi. Termasuk juga didalamnya kemudahan pengembangan sistem dan jaringan lembaga keuangan pendukung UKM agar lebih meluas di daerah.

2. Program Peningkatan Akses Kepada Sumber Daya Produktif

Tujuan program ini adalah meningkatkan kemampuan UKM dalam memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia. Adapun sasaran program ini adalah tersedianya lembaga pendukung untuk meningkatkan akses UKM terhadap sumber produksi.

3. Program Pengembangan Kewirausahaan dan UKM Berkeunggulan Kompetitif

Program ini bertujuan untuk mengembangkan perilaku kewirausahaan serta meningkatnya daya saing UKM. Sasaran program ini adalah usaha meningkatkan produktivitas UKM.

2.2PENDAPATAN

Dalam mengukur ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan adalah melalui tingkat pendapatannya. Pendapatan menunjukkan seluruh uang yang diterima sesorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

Penghasilan atau pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balasan jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Pengertian pendapatan dan penerimaan menurut Biro Pusat Statistik dibedakan mejadi:

1. Pendapatan faktor yang didistribusikan dibagi lagi menurut sumber menjadi:

- Penghasilan gaji dan upah

- Pengahasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas - Penghasilan dari pemilik harta.

2. Transfer yang bersifat redistributive, terutama terdiri atas transfer pendapatan yang tidak bersifat mengikat dan biasanya bukan merupakan imbalan atas penyerahan barang, jasa atau harta milik.

Pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi, atau pendapatan selama bekerja. Setiap orang bekerja berusaha memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar bisa memenuhi kebutuhan hidup.

Tujuan utama para pekerja yang bersedia melakukan berbagai pekerjaan adalah untuk mendapatkan pendapatan yang cukup bagi dia dan keluarganya. Dengan terpenuhinya kebutuhan hidup rumah tangganya, maka kehidupan sejahtera akan tercapai. Menurut Nurmansyah Hasibuan, upah adalah segala macam bentuk penghasilan (carmings) yang diterima buruh atau pekerja baik berupa uang maupun barang dalam jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

Peraturan pemerintah tahun 1982 tentang perlindungan upah dalam pasal 1: “ Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pekerjaan kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu perjanjian atau peraturan perundang-undangan dan dibayangkan atas dasar perjanjian kerja antara perusahaan dan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya”.

Para pekerja lebih mengutamakan pendapatan real agar kebutuhan mereka secara minimal dapat dipenuhi dengan perhitungan yang tepat. Karena tenaga beli upah (uang) tersebut sangat dipengaruhi oleh harga umum barang-barang konsumsi atau biaya hidup.

2.3MODAL

Yang dimaksud dengan modal adalah dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu, modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal yang berupa pinjaman

Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi produksi. Misalnya dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata, tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya merek.

Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh pemerintah dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya adalah

Terakhir, modal dibagi berdasarkan sifatnya: modal tetap dan modal lancar. Modal tetap adalah jenis modal yang dapat digunakan secara

berulang-ulang. Misalnya mesin-mesin dan bangunan pabrik. Sementara itu, yang dimaksud dengan modal lancar adalah modal yang habus digunakan dalam satu kali proses produksi. Misalnya, bahan-bahan baku.

2.4TENAGA KERJA

Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri manusia yang dikaitkan dengan perdagangan di berbagai kegiatan atau usaha yang ada keterlibatan manusia, yang dimaksud adalah keterlibatan unsur-unsur jasa atau tenaga kerja. Yang biasa disebut sebagai tenaga kerja pada dasarnya adalah penduduk pada usia kerja (15-64 tahun), dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja itu adalah penduduk yang secara potensial dapat bekerja.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting disamping sumber alam, modal, dan teknologi.Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.

Tenaga kerja menurut Payaman Simanjutak adalah ”Penduduk yang sudah bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Batas umum tenaga kerja adalah 10 tahun tanpa batas maksimum”.

Menurut UU No.25 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang mencari pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk mencari kerja. Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.

Pengertian penduduk yang bekerja adalah :

1. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus.

2. Mereka yang sebelum seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan, tetapi mereka adalah pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk bekerja, petani-petani yang tidak bekerja karena menunggu masa panen dan orang-orang yang bekerja dibidang keahlian seperti dokter, tukang pangkas dan sebagainya.

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok penganggur adalah mereka yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan menurut referensi waktu tertentu.

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam pasar tenaga kerja adalah, ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah (Kusumosuwidho,1981). Ketidakseimbangan itu dapat berupa lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (adanya excess supply of labor) dan sebaliknya, permintaan lebih besar dibandingkan penawaran tenaga kerja kerja (adanya excess demand for labor).

Ada dua teori penting perlu dikemukakan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan. Pertama adalah teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekeja di sektor lain.

Ada dua struktur di dalam perekonomian negara berkembang, yaitu sektor kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakang. Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari sektor pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran.

Sektor subsisten terbelakang mempunyai kelebihan penawaran pekerja dan tingkat upah relatif murah daripada sektor kapitalis modern. Lebih murahnya biaya upah pekerja asal pedesaan akan dapat menjadi pendorong bagi pengusaha di perkotaan untuk memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri meodern perkotaan. Selama berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja di sektor subsisten terbelakang akan diserap.

Bersamaan dengan terserapnya kelebihan pekerja di sektor industri modern, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Selanjutnya peningkatan upah ini akan mengurangi perbedaan/ketimpangan tingkat pendapatan antara perkotaan dan pedesaan.

Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi. Sebaiknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten ke sektor kapitalis

modern berjalan lancar dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi ”terlalu banyak”.

Teori kedua adalah Teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, dimana para penganggur semu (yang tidak menambah output pertanian) dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar daripada perolehan upah institusional. Dan dalam hal ini kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa dan industri yang meningkat terus-menerus sejalan dengan pertambahan output dan perluasan usahanya.

2.5LAMA USAHA

Lama usaha dalam hal ini adalah lamanya suatu usaha industri itu dilakukan atau umur dari usaha tersebut semenjak industri itu berdiri sampai pada saat penulis melakukan penelitian ini. Suatu pengertian dimana semakin lama usaha tersebut berjalan mengakibatkan adanya perkembangan usaha yang signifikan ke arah yang positif ataupun negatif. Perkembangan dari usaha tersebut tergantung dari iklim perdagangan dan persaingan yang terjadi di dunia usaha /

pasar. Dari segi pengalaman, maka industri kecil yang memiliki umur yang lebih lama tentunya lebih dapat berkembang dengan baik. Karena industri tersebut telah lebih dahulu mengenal kondisi pasar yang ada, serta selera dari konsumen. Industri yang memiliki umur yang bisa di bilang mapan, lebih dapat untuk bersaing dengan industri lain.

BAB III

Dokumen terkait