• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam pengembangan usaha banyak hambatan-hambatan yang dihadapi seperti kekurangan modal, tenaga kerja yang ahli atau terampil, kinerja keuangan usaha yang buruk, dan sebagainya. Tetapi hambatan-hambatan itu semua dapat diatasi dengan cara mengembangkan dan menerapkan strategi pengembangan usaha yang baik. Definisi pengembangan usaha itu sendiri adalah terdiri dari sejumlah tugas dan proses yang pada umumnya bertujuan untuk mengembangakan dan mengimplementasikan peluang pertumbuhan usaha. Pengembangan usaha bukan saja dibarengi dengan modal yang banyak atau tenaga kerja yang terampil tetapi juga harus dibarengi dengan pembinaan yang rutin.

Cara lain yang harus dilakukan untuk dapat mengembangakan usaha dengan baik adalah dengan memberikan pendidikan meningkatkan keahlian kepada pengusaha (wirausaha) seperti memberikan pelatihan workshop tentang pengembangan usaha, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih

kepada pengusaha.42

42

Harris Fadilah, Pengembangan Usaha, diakses dari

http://harrisfadilah.wordpress.com/2012/04/17/pengembangan-usaha.htm pada tanggal 30 Januari 2015 pukul 15.43.

1.6.4.1. Usaha Mikro dan Kecil

a. Usaha Mikro

Usaha mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri keuangan No. 40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit

kepada bank paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).43

Dilihat dari kepentingan perbankkan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karekteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh non mikro, antara lain:

1. Perputaran usaha (trun over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang

mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang;

2. Tidak sensitive terhadap suku bunga;

3. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;

4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu, dan dapat menerima bimbingan asal

dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankkan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankkan sendiri.

b. Usaha Kecil

43

Usaha kecil merupakan usaha yang intergraldalam dunia usaha nasional yang memiliki kedudukan, potensi, dan peranan yang signifikan dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Selain itu, usaha kecil jug merupakan kegiatan usaha dalam memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas, agar dapat mempercepat proses pemerataan dan pendapatan ekonomi masyarakat.

Secara otentik, pengertian usaha kecil diatur dalan Bab I Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Usaha Kecil yaitu kegiatan ekonomi masyarakat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil

pendapatan tahunan, serta kepemilikan.44 Pengertian disini mencakup usaha kecil

informal, yaitu usaha yang belum di daftar, belum dicatat, dan belum berbadan hukum, sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang ini. Pengertian disini mencakup usaha kecil informal, yaitu usaha yang belum di daftar, belum dicatat, dan belum berbadan hukum, sebagaiman yang ditentukan oleh instansi yang berwenang.

Usaha kecil sebagaimana dimaksud Undang-Undang No.9 Tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Adapun yang termasuk dalam penggolongan usaha kecil adalah sebagai berikut;

44

1. Industri kecil, seperti: industri kerajinan tangan, industri rumahan, industri loggam.

2. Perusahaan berskala kecil, seperti: toserba, mini market, koperasi, dan sebagainya.

3. Usaha informal, seperti: pedagang kaki lima yang menjual barang-barang

kebutuhan pokok.

1.6.4.2. Pengembangan Usaha Kecil

Menurut PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, maka pengembangan usaha kecil adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan modal untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh

dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menegah.45

1.6.4.2.1. Komponen-Komponen Pengembangan Usaha

Dalam PP No. 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan usaha kecil, Bab II Pasal 5 menyatakan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1) Identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil

2) Penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi dan masalah yang

dihadapi oleh usaha kecil

3) Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan

4) Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan

bagi usaha kecil

45

1.6.4.2.2. Faktor Pendukung Pengembangan Usaha Kecil

Menurut Sartika dan Rachman dalam Suseno,46 upaya untuk mengembangkan Usaha

kecil akan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu faktor dari dalam perusahaan (factor internal) dan luar perusahaan (faktor eksternal), sebagai berikut:

1. Faktor Internal, yaitu:

1) Meningkatkan kemampuan manajemen dan kewirausahaan

2) Melakukan perencanaan usaha dan investasi dalam jangka panjang

3) Mengembangakan Research and Development

2. Faktor Eksternal, yaitu:

1) Menciptakan iklim yang kondusif untuk mengembangkan usaha (penyederhanaan

perizinan dan birokrasi)

2) Mengupayakan adanya program pendampingan

3) Mengupayakan tersedianya faktor-faktor produksi

4) Mengupayakan tersedianya produk-produk pendukung dalam proses produksi

5) Mengupayakan tersedianya infrastruktur sosial

6) Mengupayakan tersedianya biaya dari kredit

7) Perlu memberikan fleksibilitas dalam penerapan prinsip penyaluran kredit,

diantaranya faktor kapasitas dan kemampuan debitor dalam menghasilkan

keuntungan juga masalah agunan atau collateral kredit

8) Kebijakan Pemerintah Pusah dan Daerah yang mendukung pengembangan usaha

kecil

46

Suseno, Reposisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam Perekonomian Nasional, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2005, hal 45.

Dokumen terkait