Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Lingkungan Aspek Teknologi
Gambar 15. Skema Analisis Pola Pengembangan Usaha Mikro
a. Aspek Ekonomi
berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain: tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Mengacu pada strategi nasional penanggulangan kemiskinan definisi kemiskinan adalah kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi ini beranjak dari pendekatan berbasis hak yang mengakui bahwa masyarakat miskin mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan anggota masyarakat lainnya.
Masyarakat miskin juga mempunyai akses yang terbatas untuk memulai dan mengembangkan usaha. Permasalahan yang dihadapi antara lain sulitnya mengakses modal dengan suku bunga rendah, hambatan untuk memperoleh ijin usaha, kurangnya perlindungan terhadap kegiatan usaha, rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap informasi, pasar, bahan baku, serta sulitnya memanfaatkan bantuan teknis dan teknologi. Ketersediaan modal dengan tingkat suku bunga pasar, masih sulit diakses oleh pengusaha kecil dan mikro yang sebagian besar masih lemah dalam kapasitas SDM. Kenyataan ini tidak memberi pilihan lain untuk memperoleh modal dengan cara meminjam dari rentenir dengan tingkat bunga yang sangat tinggi.
Masyarakat pulau kecil di indonesia umumnya merupakan bagian dari masyarakat miskin ini. Masyarakat miskin kebanyakan tidak memiliki pemahaman dan ketrampilan yang memadai, cenderung berbuat merusak habitat yang akibatnya juga mengurangi populasi ikan, serta kemampuan prasarana/sarana, teknologi yang kurang mendukung untuk memperoleh hasil yang memadai. Degradasi lingkungan wilayah pesisir mengakibatkan menurunnya populasi ikan dari 5-10 persen kawasan perikanan tangkap, dan meningkatnya kesulitan nelayan dalam memperoleh ikan.
Untuk menanggulangi masalah ini perlu diterapkan suatu usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di pulau-pulau kecil. Salah satunya adalah melakukan pembinaan agar masyarakat di pulau kecil mampu memanfaatkan potensi yang mereka miliki. Pemberdayaan perempuan di pulau kecil sangat mendorong terjadinya peningkatan
pendapatan (ekonomi) keluarga, karena dengan diberdayakannya para perempuan di pulau kecil membuat pendapatan dan perekonomian keluarga tidak hanya bergantung dari 1 sumber, yaitu suami, tapi juga berasal dari kaum istri/perempuan.
Ditinjau dari aspek ekonomi pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di pulau bunaken memiliki tujuan utama sebagai upaya untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Kendala yang ada biasanya dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil dan kondisi masyarakat pulau yang memiliki ketergantungan tinggi kepada potensi sumberdaya disekitarnya. Disinilah para perempuan diharapkan mampu secara jeli melihat segala potensi yang bisa mereka kembangkan. Jika mereka kurang kreatif dan peka dengan potensi yang ada disekitarnya, maka mereka akan cenderung hanya memanfaatkan potensi yang ada, tanpa melakukan kegiatan pengolahan bahan baku dasar terlebih dahulu. Padahal nilai jual suatu barang biasanya akan lebih dapat ditingkatkan (lebih mahal) melalui proses produksi atau pengolahan pra-produk terlebih dahulu. Tapi jika mereka memliki pengetahuan yang cukup dan pembinaan yang baik maka kendala-kendala tersebut tidak akan menjadi halangan bagi pengembangan usahanya. Intinya adalah semakin berdaya komunitas perempuan di pulau kecil, maka perekonomian keluarganyapun akan semakin berdaya.
b. Aspek Sosial
Dalam pembangunan pemberdayaan perempuan, permasalahan mendasar yang terjadi selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, di samping masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi terhadap perempuan. Permasalahan mendasar lainnya adalah masih terdapatnya kesenjangan partisipasi kaum perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio-kultural masyarakat. Dalam konteks, sosial, kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan dan keterlibatan dalam kegiatan publik yang lebih luas. Masalah lainnya
hukum dan peraturan perundang-undangan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan, lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender.
Keterbatasan akses, kontrol dan partisipasi perempuan dalam kegiatan pembangunan di pulau kecil yang antara lain disebabkan masih kuatnya pengaruh nilai-nilai sosial budaya yang patriarki, yang menempatkan perempuan dan laki-laki pada kedudukan dan peran yang berbeda, tidak adil dan tidak setara. Masyarakat di pulau kecil juga umumnya tertutup karena kondisi mereka yang terpisah dari pulau induknya (mindland). Walaupun pulau Bunaken merupakan pulau tujuan wisata dan sudah dikenal sampai mancanegara, ternyata kondisi sosial masyarakat disana tidak merata. Masyarakat yang tinggal berhadapan dengan pulau induk memiliki keterbukaan terhadap masuknya orang asing, karenanya masyarakat di daerah ini lebih maju daripada masyarakat yang tinggal dibelakang pulau. Dengan demikian, usaha mikro yang dilakukan dengan cara berkelompok dapat menjadi ajang bagi mereka untuk saling bertukar informasi dan meningkatkan hubungan sosial antar masyarakat pulau. Pola usaha berkelompok yang sudah diterapkan pada usaha mikro di pulau Bunaken untuk membantu anggotanya tetap mendapatkan pemerataan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada baiknya juga jika pembinaan tidak dilakukan hanya pada satu wilayah saja, sehingga seluruh perempuan di pulau Bunaken dapat memperoleh pengetahuan yang sama tanpa dibatasi oleh kendala tempat tinggal mereka.
c. Aspek Lingkungan
Beberapa hal yang menjadi masalah potensi SDA di daerah pulau kecil antara lain; ketidakseimbangan tingkat pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan antar kawasan; adanya kegiatan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang ilegal dan merusak, seperti
illegal fishing; belum optimalnya pengembangan SDA; meningkatnya kerusakan dan pencemaran lingkungan di kawasan pesisir yang menurunkan daya dukungnya; dan belum lengkapnya regulasi dalam pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan, termasuk penegakan hukum.
Salah satu upaya dalam penanganannya yaitu, adanya kebijakan yang diarahkan untuk:
(1) mengelola sumber daya alam untuk dimanfaatkan secara efisien, adil, dan berkelanjutan yang didukung dengan kelembagaan yang handal dan penegakan hukum yang tegas,
(2) mencegah terjadinya kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang lebih parah, sehingga laju kerusakan dan pencemaran semakin menurun;
(3) memulihkan kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang rusak;
(4) mempertahankan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang masih dalam kondisi baik untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan, serta meningkatkan mutu dan potensinya; serta
(5) meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Potensi sumberdaya alam di pulau kecil cukup besar, terutama jika pulau tersebut masih asli, dan jumlah penduduknya tidak terlalu padat. Tapi untuk kondisi pulau Bunaken yang merupakan daerah konservasi maka masyarakatnya pun mengalami keterbatasan didalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam disekitarnya. Karena itu mereka harus juga sadar tentang pentingnya kelestarian lingkungan yang dapat menjadi salahsatu aset peningkatan ekonomi mereka. Penangkapan hasil perikanan di daerah ini juga tidak boleh menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, karena dapat merusak kelestarian alam dan mengakibatkan degradasi lingkungan jika pemanfaatan potensi sumberdaya alam dilakukan secara tidak bijaksana. Apalagi, produk unggulan kerajinan tradisional sangat tergantung pada ketersedian bahan baku yang ada disekitar pulau. Jika kondisi lingkungan pulau menjadi rusak otomatis ketersediaan bahan baku juga akan berkurang. Untuk usaha lainnya masih banyak potensi alam yang dapat mereka manfaatkan. Di wilayah Pulau Bunaken sendiri kondisi tanahnya masih cukup baik untuk berkebun. Beberapa wanita pengusaha dibidang pengolahan makanan tidak terlalu repot untuk mecari bahan baku produksi dari hasil kebun, seperti sukun (walaupun musiman), pisang, kelapa dan sebagainya. Potensi Sumberdaya alam di wilayah Pulau
Bunaken masih cukup baik dan terjaga untuk pengembangan usaha mikronya.
d. Aspek Teknologi
Unsur teknologi sangatlah penting dalam pengembangan usaha, baik usaha mikro atau pun usaha yang lebih besar lagi. Untuk usaha mikro sentuhan teknologi biasanya menggunakan peralatan produksi yang masih sederhana. Teknologi juga dibutuhkan sebagai modal usaha dengan cara memberikan pembinaan kepada para pelaku usaha di pulau kecil. Salah satu hal penting dalam sentuhan teknologi, antara lain adalah pengetahuan mengenai ke’’hiegenis”an suatu produk makanan misalnya, ataupun pada cara mengemas suatu makanan atau produk dengan baik dan layak sehingga menarik minat pembeli, atau bagaimana membuat makanan menjadi dapat bertahan lebih lama dengan pengemasan dan prosedur penyimpanan yang tepat. Teknologi ini sangat penting diberikan dalam kaitannya dengan pengembangan usaha mikro, semakin banyak pembinaan dari segi teknologi yang diberikann niscaya usaha mikro pun akan berjalan dengan baik, dan semakin maju.
Berdasarkan kajian-kajian tersebut, serta memperhatikan aspek-aspek yang berperan di dalamnya, dapat dibuat suatu pola dalam pengembangan usaha mikro di pulau Bunaken, untuk mendukung pemberdayaan para wanita pengusaha dan pedagangnya;
- Potensi SDA dan SDM yang produktif di Pulau Bunaken, serta daerah tujuan wisata yang sudah dikenal hingga mancanegara, merupakan aset yang berharga dalam pengembangan usaha mikro. Produk unggulan yang terkait erat dengan potensi SDA adalah produk kerajinan tradisionil, dan rata-rata para pengrajin di pulau ini adalah perempuan. Kreativitas yang berkembang di antara kaum wanita di pulau ini dalam membuat kerajinan tradisional, awalnya hanya untuk mengisi waktu luang, dan jika diperjual belikan sifatnya hanya untuk menambah pendapatan sehari-hari. Masyarakat di pulau ini juga tidak bisa sepenuhnya mengandalkan pendapatan dari penangkapan ikan. Keterbatasan dalam penangkapan ikan, bukan karena sulit mendapat ikan, tetapi karena di wilayah ini penangkapan ikan hanya boleh dilakukan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan (tradisional), mengingat daerah
ini adalah daerah konservasi. Sejalan dengan hal tersebut, daerah ini juga dicanangkan sebagai Taman Nasional Laut yang memilliki tingkat keunikan tinggi, sehingga masyarakatnya mulai melirik adanya peluang usaha lain diluar sektor perikanan. Jika tangkapan sedang kurang, atau musim yang kurang mendukung untuk menangkap ikan, mereka kemudian mengalih fungsikan kapalnya menjadi kapal penumpang untuk mengangkut para wisatawan dari daratan Manado ke pulau Bunaken.
- Potensi SDA yang tersedia sepert banyaknya bahan-bahan dari alam ataupun bahan yang sudah tak terpakai yang masih bisa mereka manfaatkan, misalnya kayu, tempurung kelapa dan kerang mati, hal ini menimbulkan kreativitas para wanita nelayan di sana. Didukung pula dengan disediakannya sarana seperti tempat berjualan oleh pemerintah daerah yang bekerjasama dengan pengelola Taman Nasional Bunaken. Semakin banyaknya wisatawan yang datang, serta persaingan dengan produk-produk dari luar daerah membuat para pengusaha-pengusaha kerajinan harus lebih kreatif. Untuk mengembangkan usaha mereka juga harus memilki modal yang cukup. Jika mereka ingin meminjam uang dari Bank atau lembaga keuangan lain mereka harus memiliki jaminan, dan jika meminjam dari rentenir maka mereka akan dikenakan bunga yang tinggi. Dengan kondisi tersebut para pengusaha ini bersatu untuk mengurangi kendala yang mereka hadapi dengan membentuk kelompok kerja atau kelompok usaha. Sistem kerja dengan berkelompok juga memilki keuntungan lainnya seperti dapat ditekannya persaingan harga yang tidak sehat, saling bertukar informasi dalam pengembangan produk, dan sejauh ini pola tersebut sangat membantu pengembangan dan kelangsungan usaha mikro, apalagi sesuai kodratnya sebagai perempuan, yang memang memiliki kecenderungan bersosialisasi lebih tinggi daripada kaum pria.
- Keunggulan lain dari pola usaha secara berkelompok juga dapat mengatasi permasalahan pengembangan usaha pada masyarakat di pulau kecil seperti Bunaken. Didukung pulau tingkat kekerabatan mereka yang masih tinggi apalagi kebanyakan masyarakat di daerah pulau kecil masih memiliki hubungan keluarga. Untuk pemberdayaan perempuan hal ini juga tidak menjadi kendala bagi mereka yang sudah berumah tangga, dalam pola kerja berkelompok mereka tetap bisa bekerja dengan sambil menjaga anak-anak mereka, karenanya pola ini sangat cocok diterapkan untuk perempuan yang
ingin mengembangkan usahanya. Lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat akan tercermin dari kemampuan lembaga dan organisasi dalam menyalurkan aspirasi anggota kelompoknya untuk perencanaan kegiatan usaha, serta dalam memperkuat posisi tawar dalam masyarakat contohnya aktivitas ekonomi. Kelembagaan dalam suatu usaha bersifat penting karena dengan kelembagaan/ pengorganisasian yang kuat maka usaha tersebut akan berjalan dengan lebih stabil.
- Perempuan di pulau kecil seyogyanya tidak lagi hanya menggantungkan perekonomian keluarga kepada para suami saja, tapi juga bisa membaca peluang dengan memanfaatkan potensi SDA yang ada. Keadaan masyarakat di pulau kecil yang rata-rata berada dibawah garis kemiskinan akan menjadi lebih baik jika seluruh anggota keluarga juga berdaya, terutama pria dan wanitanya (suami – istri), semakin banyak anggota keluarga yang memilki penghasilan otomatis pendapatan keluarga tersebut akan meningkat dan ini berarti perekonomian keluargapun akan menjadi lebih baik dan lebih layak.
- Keterlibatan pemberdayaan perempuan oleh pemerintah daerah dapat diterapkan dalam:
(a) mengidentifikasi produk-produk
(b) mengidentifikasi produk-produk unggulan;
(c) pengembangan informasi pasar bagi hasil-hasil produk unggulan;
(d) peningkatan pengetahuan dan kemampuan kewirausahaan pelaku ekonomi;
(e) peningkatan akses pengusaha dan pedagang usaha mikro kecil kepada sumber-sumber permodalan;
(d) perluasan jaringan informasi teknologi dan pemanfaatan riset dan teknologi yang difokuskan untuk mendukung produk unggulan;
(e) pengembangan kelembagaan pengelolaan pengembangan usaha;
Jika pola pengembangan tersebut dapat berjalan dengan baik ada beberapa hal yang juga perlu menjadi perhatian untuk membuat suatu usaha dapat berkembang secara berkelanjutan, yaitu dengan diterapkan program-program yang berpihak kepada pengusaha mikro, khususnya kaum perempuan. Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok antara lain mencakup:
1. Penyediaan kemudahan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasuk dalam perizinan, lokasi usaha, dan perlindungan usaha dari pungutan informal; 2. Penyediaan skim-skim pembiayaan alternatif dengan tanpa mendistorsi pasar,
seperti sistem bagi-hasil dari dana bergulir, sistem tanggung-renteng atau jaminan tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti anggunan;
3. Penyelenggaraan dukungan teknis dan pendanaan yang bersumber dari berbagai instansi pusat, daerah dan BUMN yang lebih terkoordinasi, profesional dan institusional;
4. Penyediaan dukungan terhadap upaya peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan lembaga keuangan mikro (LKM);
5. Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan, dan bimbingan teknis manajemen usaha;
6. Penyediaan infrastruktur dan jaringan pendukung bagi usaha mikro serta kemitraan usaha;
7. Fasilitasi dan pemberian dukungan untuk pembentukan wadah organisasi bersama di antara usaha mikro, baik dalam bentuk koperasi maupun asosiasi usaha lainnya dalam rangka meningkatkan posisi tawar dan efisiensi usaha; 8. Penyediaan dukungan pengembangan usaha mikro tradisional dan pengrajin
melalui pendekatan pembinaan sentra-sentra produksi/klaster disertai dukungan penyediaan infrastruktur yang makin memadai; dan
9. Penyediaan dukungan dan kemudahan untuk pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan/pulau kecil terutama didaerah tertinggal dan kantong-kantong kemiskinan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang dilakukan terhadap usaha mikro yang mendukung pemberdayaan perempuan di Pulau Bunaken, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Hasil identifikasi potensi SDA dan SDM di pulau Bunaken terdapat 3 produk usaha mikro, yang dapat dikatagorikan menjadi 3 bidang usaha yaitu: usaha kerajinan tradisional (souvenir), usaha sablon, dan usaha pengolahan makanan.
a. Hasil perhitungan dengan MCA bertujuan untuk mendapat produk usaha mikro unggulan di Pulau Bunaken; hasil dari perhitungan MCA diperoleh usaha kerajinan tradisionil merupakan produk unggulan usaha mikro di Pulau Bunaken.
b. Produk kerajinan tradisionil di Pulau Bunaken pembuatan dan penjualannya dalam bentuk souvenir yang terkait dalam posisi Pulau Bunaken sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang sangat dikenal, baik oleh para wisatawan dari dalam negeri maupun mancanegara. Dengan demikian kegiatan usaha yang memiliki potensi/prospek pengembangan usaha mikro yang tinggi.
c. Bahan baku produk kerajinan sangat terkait erat dengan potensi sumberdaya alam di wilayah Pulau Bunaken dan sebagian besar produsen dan pedagang produk kerajinan ini adalah perempuan setempat. 2. Hasil identifikasi jenis usaha di Pulau Bunaken ada 3 jenis usaha yaitu
dengan pola mandiri, pola berkelompok, dan pola kemitraan.
a. Berdasarkan perhitungan dari analisis MCA menunjukkan bahwa bentuk pengorganisasian usaha mikro yang menjadi unggulan adalah pola usaha kelompok.
b. Para pengusaha mikro di Pulau Bunaken menjalankan usahanya dengan sistem kelompok kerja, walaupun masih dengan struktur organisasi yang sederhana (ketua, sekretaris, bendahara dan sisanya adalah anggota). c. Pola berkelompok dianggap paling cocok diterapkan di wilayah ini, karena
pola ini mampu meningkatkan usaha mikro dari mulai modal usaha, proses produksi sampai penjualan dan akhirnya bagi hasil atau keuntungan, juga dapat dilakukan secara berkelompok.
d. Mengingat tingkat ekonomi masyarakat di pulau Bunaken rata-rata termasuk pada katagori menengah ke bawah maka usaha mikro yang mereka jalankan belum membutuhkan modal usaha yang besar sehingga modal usaha yang ditanggung bersama oleh anggota kelompok akan lebih meringankan para anggota kelompok tersebut.
3. Strategi unggulan yang diperoleh dalam pengembangan usaha mikro berdasarkan dari data kuisioner menggunakan metode AHP dan software expert choice 9.5 menunjukkan bahwa diperoleh prioritas unggulan untuk tujuan pengembangan usaha mikro adalah peningkatan ekonomi keluarga. a. Usaha mikro yang dijalan dapat menjadi mata pencaharian tambahan bagi
keluarga nelayan/ warga masyarakat di Pulau Bunaken.
b. Usaha yang dijalankan tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan teknologi. Karena makin meningkatnya pengembangan aspek tersebut maka kualitas SDM khususnya para pengusaha perempuan di pulau itu juga meningkat.
c. Semakin berdaya kaum perempuan di Pulau Bunaken maka ekonomi keluarga mereka pun akan semakin berdaya (meningkat).
B. Saran
Saran untuk Pengembangan usaha mikro dalam mendukung pemberdayaan perempuan di Pulau kecil adalaha sebagai berikut :
1. Perlunya adanya pendampingan dan keterlibatan Dinas terkait setempat, serta lembaga seperti koperasi dalam pengembangan usaha kelompok perempuan di pulau bunaken.
2. Perlu adanya perhatian khusus dan pembinaan yang berkelanjutan dalam pengembangan usaha mikro di Pulau Bunaken terutama usaha yang dirintis oleh kaum perempuan.
3. Perlu pengkajian lebih mendalam terhadap indikator-indikator yang mendukung model pengembangan usaha mikro di pulau kecil dengan terutama peningkatan kelestarian lingkungan.
4. Dalam pembangunan pulau-pulau kecil, peran kaum perempuan perlu ditingkatkan untuk turut berperan dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga berbasis sumberdaya lokal.