• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

1. Pengendalian Kualitas Susu Murni

Ada banyak pengertian pengendalian. Berikut ini disajikan beberapa pengertian pengendalian:

a. Menurut Feigenbaum (1989:9), pengendalian adalah suatu proses untuk mendelegasikan (menyerahkan) tanggung jawab dan kekuasaan untuk kegiatan-kegiatan manajemen dengan tetap menggunakan cara-cara untuk menjamin hasil yang memuaskan.

b. Menurut Hansen dan Mowen dalam Abdul Halim, dkk (1995:4), pengendalian adalah proses penetapan standar, dengan menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda setara signifikan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

c. Menurut Anthony, dkk (1987:5), pengendalian adalah proses mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengendalian adalah suatu proses atau kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya penetapan standar supaya kegiatan-kegiatan yang sedang dan yang akan dijalankan oleh manajemen dapat memperoleh hasil yang memuaskan, sesuai dengan yang direncanakan dan yang ditetapkan sebelumnya.

2. Kualitas

Ada banyak pengertian kualitas. Berikut ini disajikan beberapa pengertian kualitas:

a. Menurut Sofjan Assauri (1980:221), kualitas merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan.

b. Menurut Feigenbaum (1989:7), kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang dimaksudkan memenuhi harapan-harapan pelanggan.

c. Menurut Montgomery (1990:3), kualitas merupakan faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan, dan peningkatan posisi bersaing.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah sesuatu harapan dan yang menjadi dasar konsumen, serta yang menjadi faktor keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

3. Pengendalian Kualitas

Ada banyak pengertian pengendalian kualitas. Berikut ini disajikan beberapa pengertian pengendalian kualitas:

a. Menurut Montgomery (1990:3), pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri

kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan, dan mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. b. Menurut Sofjan Assauri (1980:227), pengendalian kualitas merupakan

usaha untuk mempertahankan kualitas dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pemimpin perusahaan.

c. Menurut Lalu Sumayang (2003:265), pengendalian kualitas merupakan

falsafah yang memantapkan dan menjaga lingkungan yang

menghasilkan perbaikan terus-menerus pada kualitas dan produktivitas di seluruh aktivitas perusahaan, pemasok, dan jalur distribusi.

d. Menurut Agus Ahyari (1983:334), pengendalian kualitas merupakan aktivitas untuk menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan karakteristik produk secara terus-menerus pada sebuah proses yang stabil sehingga memenuhi harapan konsumen.

B. Tujuan Pengendalian Kualitas

Menurut Sofjan Assauri (1980:228), pengendalian kualitas dimaksudkan agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam produk atau hasil akhir. Tujuan dari pengendalian kualitas adalah:

1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar kualitas yang ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin. 4. Mengusahakan agar biaya produksi menjadi serendah mungkin.

Jadi, pengendalian kualitas bukan membuat suatu produk yang kualitasnya tinggi dengan harga mahal akan tetapi membuat suatu produk dengan kualitas baik, dapat dijangkau oleh konsumen dan diterima sesuai selera konsumen.

Menurut Agus Ahyari (1983:334), pengendalian kualitas dalam perusahaan mempunyai tujuan, antara lain:

1. Terdapatnya peningkatan kepuasan konsumen.

2. Proses produksi dapat dilaksanakan dengan biaya serendah-rendahnya 3. Selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Menurut Lalu Sumayang (2003:265), pengendalian kualitas dalam perusahaan mempunyai tujuan, antara lain adalah:

1. Perbaikan yang berkesinambungan pada produk untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan. 2. Memberi keberhasilan usaha.

3. Mengembalikan investasi kepada para pemegang saham dan pemilik perusahaan.

Apabila perusahaan hanya berproduksi pada biaya yang serendah-rendahnya tetapi tidak memperhatikan kepuasan konsumen maka perusahaan

tersebut tidak lagi memperhatikan kualitas produknya. Demikian juga apabila terdapat perusahaan yang hanya mengejar penyelesaian produksi tetap pada waktunya tetapi mengakibatkan adanya kenaikan biaya produksi yang sangat besar, maka keadaan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai usaha untuk melaksanakan pengendalian kualitas dengan baik.

Dengan demikian pengendalian kualitas harus mengarah kepada beberapa tujuan tersebut secara terpadu, sehingga para konsumen dapat puas menggunakan produk dan jasa perusahaan, harga produk atau jasa perusahaan yang dapat ditekan menjadi serendah-rendahnya serta proses produksi selesai, sesuai dengan waktu yang telah direncanakan oleh perusahaan.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas

Adanya 9 (sembilan) faktor dasar yang mempengaruhi kualitas produk dan jasa, yang dikenal dengan 9M (Armand V. Feigenbaum,1989:54-56). Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Pasar (Market)

Dengan bertambah banyaknya perusahaan, maka pasar menjadi bersifat global sehingga mengakibatkan bisnis menjadi lebih fleksibel dan mampu berubah dengan cepat.

2. Uang (Money)

Meningkatnya persaingan di berbagai bidang yang berjalan seiring dengan fluktuasi ekonomi dunia, telah menurunkan batas (margin) laba dan meningkatkan pengeluaran biaya untuk proses penyediaan perlengkapan yang baru.

3. Manajemen (Management)

Tanggung jawab mutu telah didistribusikan di antara beberapa kelompok khusus. Bagian pemasaran melalui perencanaan produk membuat persyaratan-persyaratan produk. Bagian pembikinan harus mengembangkan dan memperbaiki kembali proses untuk memberikan kemampuan yang cukup untuk membuat produk sesuai spesifikasi rekayasa. Bagian kendali mutu harus merencanakan pengukuran-pengukuran mutu pada seluruh aliran proses agar hasil akhir akan memenuhi persyaratan-persyaratan mutu. Mutu pelayanan merupakan bagian yang semakin penting dari “paket produk” total.

4. Manusia (Men)

Karena bidang-bidang pengetahuan semakin bertambah jumlah dan luasnya, maka dengan sendirinya menimbulkan permintaan akan manusia-manusia (pekerja) yang lebih besar dan dengan pengetahuan khusus. Keahlian itu perlu bersama-sama untuk merencanakan, menciptakan, dan mengoperasikan berbagai sistem yang akan menjamin suatu hasil yang diinginkan.

5. Motivasi (Motivation)

Para pekerja dewasa ini memerlukan sesuatu yang memperkuat rasa keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan pengakuan yang positif bahwa mereka secara pribadi turut memberikan sumbangan atas tercapainya tujuan perusahaan. Hal tersebut membimbing kearah kebutuhan yang tidak pernah ada sebelumnya, yaitu pendidikan, mutu dan komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran.

6. Bahan (Material)

Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan umum, para ahli teknik memilih bahan dengan batasan yang lebih ketat dari yang sebelumnya. Hal ini mengakibatkan spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.

7. Mesin dan Mekanisasi (Machines and Mechanization)

Dengan mekanisasi dan optimasi mesin, perusahaan-perusahaan berusaha mencapai pengurangan biaya dan peningkatan mutu.

8. Metode Informasi Modern (Modern Methods)

Teknologi informasi telah menyedian cara untuk mengendalikan mesin dan proses selama waktu produksi, mengendalikan produk dan jasa bahkan setelah produk dan jasa sampai pada konsumen. Metode pemrosesan data yang baru memberi kemampuan untuk memanajemeni informasi yang bermanfaat lebih akurat, tepat waktu, dan bersifat ramalan yang mendasari keputusan-keputusan yang membimbing masa depan bisnis.

9. Persyaratan Proses Produksi (Muoting Product Requirement)

Perhatian yang konstan diberikan untuk meyakinkan bahwa tidak ada faktor-faktor yang diketahui atau tidak diketahui, memasuki proses untuk menurunkan keterandalan komponen atau sistem. Rancangan yang andal dapat dihandalkan sebagai hasil kewaspadaan dalam pengoperasiannya.

D. Standar Produksi

Untuk melaksanakan pengendalian kualitas, standarisasi kualitas memegang peranan yang sangat penting agar arah atau sasaran yang akan

dicapai jelas, produk yang dihasilkan dapat diukur atau dibuat kriteria baik-buruknya berdasarkan standar yang diberlakukan.

1. Pengertian standar kualitas

Menurut Agus Ahyari (1983:262), standar kualitas diartikan sebagai suatu hal yang sudah diputuskan dan akan dijadikan sebagai pedoman di dalam pelaksanaan operasi suatu perusahaan sehubungan dengan karakteristik yang diinginkan.

2. Tujuan penggunaan standar kualitas

Penggunaan standar kualitas dalam perusahaan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

a. Meningkatkan produktivitas b. Meningkatkan kualitas c. Menekan biaya

d. Menghemat bahan baku

3. Manfaat penggunaan standar kualitas, yaitu:

a. Memungkinkan karyawan menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan perusahaan.

b. Mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik karena kesalahan yang dilakukan dapat dideteksi oleh pengawas.

c. Memungkinkan dilakukannya kegiatan pengawasan kualitas dengan metode statistik, karena dengan adanya standar kualitas dapat ditentukan mana produk yang baik dan mana yang rusak.

d. Memungkinkan melakukan pengawasan atau pengendalian dengan baik

E. Macam-macam Pendekatan Pengendalian Kualitas

Menurut Agus Ahyari (1983:340-360), pengendalian kualitas dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor utama dalam pembuatan suatu produk. pada umumnya, baik atau buruknya kualitas suatu produk tergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Oleh karena itu, pengendalian kualitas bahan baku penting dilakukan untuk mendukung kualitas produk akhir yang baik.

2. Pendekatan Produk Dalam Proses

Proses produksi merupakan kegiatan utama dalam produksi karena itu perlu sekali diadakan pengendalian agar nantinya dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan standar kualitas. Selama produk dalam proses diusahakan agar prose berjalan lancar dan tidak terjadi penyimpangan yang dapat mengganggu produk yang dihasilkan.

3. Pendekatan Produk Akhir

Pendekatan ini merupakan upaya perusahaan untuk dapat menilai kualitas produk yang dihasilkan. Pelaksanaan pengendalian kualitas dengan pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara pemberian petunjuk pemakaian yang lengkap, tersedianya suku cadang bagi produk-produk yang memerlukan penggantian suku cadang, dan memeriksa seluruh produk atau dengan sampel apakah sudah sesuai dengan standar kualitas atau tidak.

F. Teknik Pengendalian Kualitas

1. Metode Control Chart

Menurut Lalu Sumayang (2003:272), bagan kendali ini merupakan alat pengendalian yang berupa grafik (bagan) untuk menjelaskan bagaimana proses produksi berada dalam pengendalian. Sehingga bila ada penyimpangan dengan mudah dapat diketahui dan menjadi bahan masukan manajemen untuk mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan (Lalu Sumayang, 2003:272).

Gambar: 2.1. Metode Pengendalian Kualitas Statistik

Batas pengendalian adalah batas optimal yang menyatakan jangkauan dari penyimpangan yang digunakan untuk menilai status dari suatu produksi. Secara umum bagan kendali tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Lalu Sumayang, 2003:274):

Gambar: 2.2. Control Chart

Keterangan:

Sumbu Vertikal : menunjukkan hasil penelitian

va-riabel.

Sumbu Horizontal : menunjukkan jumlah sampel

ba-rang yang diperiksa.

Sumbu UCL (Upper Control Limit) : adalah garis yang menyatakan batas penyimpangan paling tinggi dari nilai standar deviasi.

Sumbu CL (Central Limit) : menyatakan nilai standar yang menjadi dasar perhitungan pe-ngamatan tiap sampel.

Sumbu LCL (Lower Control Limit) : adalah garis yang menyatakan batas penyimpangan paling ren-dah dari nilai standar deviasi. Berikut ini merupakan beberapa jenis grafik pengendalian kualitas, yaitu: a. Grafik pengendali untuk data atribut

Grafik ini digunakan untuk menunjukkan sifat-sifat kualitas produk yang diteliti, dengan cara mencocokkan ketentuan yang diperlukan dan dijelaskan dengan dua kata yang berlawanan, yaitu baik atau buruk, ya atau tidak, cacat atau tidak cacat. Menurut Montgomery (1990:143-174), jenis-jenis grafik pengendali atribut yang digunakan adalah:

1). Grafik p (p Chart)

Grafik ini untuk mengetahui bagian (proporsi) produk yang ditolak karena suatu spesifikasi. Proporsi didefinisikan sebagai rasio

banyaknya barang yang tidak sesuai (rusak/ cacat) terhadap total barang yang diperiksa. Nilai-nilai yang diperlukan adalah:

N x p =

Keterangan:

p= proporsi atau bagian kerusakan dari semua sampel yang diambil. x = banyaknya produk yang rusak.

N = banyaknya produk yang diobservasi.

n p p Sd = (1 )

Keterangan:

p = proporsi atau bagian kerusakan dari semua sampel yang diambil.

n = banyaknya sampel yang diperiksa

Dengan menggunakan batas 3 sigma, maka batas pengendalian untuk grafik p adalah:

Batas Pengendali Atas (UCL) = p+3Sd

Garis Tengah (CL) = p

Batas Pengendali Bawah (LCL) = p−3Sd

2). Grafik c (c Chart)

Bagian ini untuk memeriksa jumlah kerusakan (ketidak-sesuaian) untuk setiap unit produk. Pemeriksaan didasarkan pada titik-titik spesifik yang tidak memenuhi syarat. Jadi suatu produk cacat/ rusak akan mengandung satu atau lebih titik spesifikasi yang tidak memenuhi syarat. Nilai-nilai yang diperlukan untuk grafik c adalah:

b). Rata-rata jumlah cacat dari sampel c = c penelitian sampel Jumlah sampel semua cacat total Jumlah

c). Batas pengendali untuk grafik c dengan batas 3 sigma adalah: Batas Pengendali Atas (UCL) = c +3Sd

Garis tengah (CL) = c

Batas Pengendali Bawah (LCL) = c −3Sd

Keterangan:

c = Rata-rata jumlah cacat yang sebenarnya dalam proses

d

S = Standar deviasi dari c (standar deviasi dengan distribusi poisson)

b. Grafik pengendali untuk data variabel

Grafik pengendali ini dibuat berdasarkan karakteristik mutu yang diukur secara sebenarnya, misalnya dimensi, bobot/ berat, volume, dan lain-lain, maka karakteristik itu dapat dinyatakan oleh peubah-peubah (variabel). Menurut Montgomery (1990:204-214), jenis-jenis grafik pengendali untuk data variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1). Grafik Pengendali R

Grafik ini digunakan untuk menunjukkan variabilitas dari kualitas produk dalam proses tertentu. Nilai-nilai yang dipergunakan dalam menggunakan grafik R adalah:

a). Range masing-masing sampel (R)

b). Rata-rata dari range suatu sampel (R)

n R R=

Keterangan:

R = Rentang sampel (R = Rmax—Rmin) n = Banyaknya sampel

c). Batas pengendali untuk grafik R dengan batas 3 sigma adalah: Batas Pengendali Atas (UCL) = R.D4

Garis Tengah (CL) = R

Batas Pengendali Bawah (LCL) = R.D3

Dengan nilai dari konstanta D4 dan D3 terdapat pada tabel faktor guna membentuk grafik pengendalian variabel.

2). Grafik pengendali X

Nilai-nilai yang dipergunakan untuk grafik pengendali Xadalah:

a). Rata-rata masing-masing sampel (X), yang dihitung dengan

n X X =

Keterangan:

X= Nilai masing-masing unsur dalam suatu sampel n = Banyak sampel

b). Rata-rata dari masing-masing sampel, X

n X X =

Keterangan:

X = nilai masing-masing unsur dalam suatu sampel n = banyak sampel

c). Batas pengendali untuk grafik X dengan batas 3 sigma adalah:

Batas Pengendali Atas (UCL) = X + A2 R

Batas Pengendali Bawah (LCL) = X A2 R

Dengan nilai dari konstanta A2 terdapat pada tabel faktor guna membentuk grafik pengendalian variabel.

2. Metode Diagram Pareto

Menurut Dorothea Wahyu Ariani (2004:19), diagram Pareto merupakan suatu gambar untuk mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan rangking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan paling penting untuk segera diselesaiakan sampai masalah yang tidak harus diselesaikan. Diagram Pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas. Proses penyusunan diagram Pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu:

a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian, dan lain-lain.

b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan

karakteristik-karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagianya.

c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

d. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang terbesar hingga terkecil.

e. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.

f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing-masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian.

3. Diagram Sebab-Akibat (Diagram Fish Bone)

Menurut Dorothea Wahyu Ariani (2004:24), diagram Fish Bone

atau diagram sebab-akibat menunjukkan hubungan antara karakteristik dan faktor penyebab. Dalam diagram fish bone akibat atau masalah

ditaruh di sebelah kanan dan penyebab utama di sebelah kiri. Diagram tersebut digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebab. Penyebab masalah ini dapat berasal dari berbagai sumber utama, misalnya tenaga kerja, metode kerja, bahan, mesin, kebijakan, prosedur, dan karyawan pada lingkungan dan seterusnya. Selanjutnya, dari sumber-sumber utama tersebut diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan mendetail. Manfaat diagram sebab-akibat antara lain:

a. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, dan dapat mengurangi biaya.

b. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan pelanggan.

c. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan.

d. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.

Gambar:2.3. Diagram Fish Bone

G.Biaya Kualitas

Setiap produsen ingin berusaha memperbaiki kualitas dari produk yang dihasilkan. Untuk mencapai kualitas yang diinginkan, perusahaan harus mengeluarkan biaya tertentu. Menurut Montgomery (1990:6), biaya kualitas adalah golongan biaya yang berkaitan dengan memproduksi, mengidentifikasi, menghindari, atau memperbaiki produk yang tidak memenuhi persyaratan. Montgomery (1990:7) menggolongkan biaya kualitas menjadi 4 (empat) golongan, yaitu:

1.Biaya pencegahan

Biaya pencegahan ini berhubungan dengan usaha dalam rancangan dan pembuatan yang ditujukan langsung kepada pencegahan ketidaksesuaian kualitas. Bagian-bagian penting dari biaya pencegahan, meliputi:

a. Teknik dan perencanaan kualitas

Teknik dan perencanaan kualitas ini meliputi aktivitas yang berkaitan dengan patokan rencana kualitas keseluruhan, rencana pemeriksaan,

kualitas tenaga kerja

metode

mesin bahan

rencana keandalan, sistem data, dan semua aktivitas dan rencana yang khusus dari fungsi jaminan kualitas. Termasuk di dalamnya tentang prosedur yang digunakan untuk membeberkan rencana kualitas.

b. Tinjauan produk baru

Tinjauan produk baru meliputi penyiapan usulan tawaran, penilaian rancangan baru dari segi pandangan kualitas, penyiapan program percobaan dan uji untuk menilai penampilan produk baru, dan aktivitas-aktivitas kualitas yang lain selama tingkat pengembangan dan praproduksi dari rancangan dan produk baru.

c. Rancangan proses atau produk

Rancangan proses atau produk adalah biaya yang dikeluarkan pada waktu perancangan produk atau pemilihan proses produksi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keseluruhan kualitas produk.

d. Pengendalian proses

Pengendalian proses adalah teknik pengendalian proses, seperti grafik pengendalian yang memantau proses pembuatan dalam usaha membuat kualitas dalam produk.

e. Biaya Latihan

Biaya latihan adalah biaya pengembangan, penyiapan, pelaksanaan, penyeleng-garaan dan pemeliharaan program latihan formal untuk kualitas.

f. Biaya Hangus

Biaya hangus adalah biaya operasi sebelum pengiriman produk untuk mencegah kegagalan dini dalam lapangan.

g. Biaya mendapatkan dan analisis data kualitas

Biaya mendapatkan dan analisis data kualitas adalah biaya untuk menjalankan sistem data kualitas untuk mendapatkan data tentang penampilan proses dan produk, yang meliputi biaya penganalisaan data ini untuk mengidentifikasi masalah.

2.Biaya Penilaian

Biaya penilaian berkaitan dengan pengukuran, penilaian atau pemeriksaan produk, komponen, dan bahan yang dibeli guna menjamin kesesuaian dengan standar kualitas yang ditentukan. Biaya ini diadakan untuk menetapkan keadaan produk, guna meyakinkan, dari sudut kualitas memenuhi spesifikasi atau tidak. Bagian-bagian penting dari biaya penilaian meliputi:

a. Pemeriksaan dan pengujian bahan yang masuk

Biaya pemeriksaan dan pengujian bahan yang masuk berkaitan dengan pemeriksaan dan pengujian semua bahan yang ditawarkan penjual, yang meliputi: penerimaan pemeriksaan dan pengujian, pemeriksaan, pengujian, dan evaluasi pada fasilitas penjual, serta pemeriksaan periodik tentang sistem jaminan kualitas penjual.

b. Biaya pemeriksaan dan pengujian produk

Biaya pemeriksaan dan pengujian produk meliputi biaya pemeriksaan produk dalam berbagai tingkat pembuatannya, termasuk pengujian penerimaan terakhir, pemeriksaan pengepakan dan pengiriman, dan setiap pengujian yang dilakukan pada fasilitas langganan sebelum

penyerahan produk itu kepada langganan. Pengujian ini meliputi pengujian hidup, pengujian lingkungan dan pengujian keandalan. c. Biaya bahan dan jasa yang terpakai

Biaya bahan dan jasa yang terpakai meliputi biaya bahan dan produk yang dipakai dalam pengujian atau berubah karena uji keandalan. d. Biaya pemeliharaan ketepatan alat penguji

Biaya pemeliharaan ketepatan alat penguji ini meliputi biaya kerja suatu sistem yang menjaga perlengkapan dan peralatan pengukuran dalam kalibrasi.

3.Biaya kegagalan dari dalam

Biaya kegagalan internal diadakan apabila produk, komponen, bahan dan jasa gagal memenuhi persyaratan kualitas, dan kegagalan ini ditemukan sebelum pengiriman produk kepada konsumen. Biaya kegagalan internal tersebut merupakan biaya yang akan hilang apabila tidak terdapat kerusakan dalam produk. Bagian-bagian penting dari biaya kegagalan dari dalam meliputi:

a. Buangan

Kerugian bersih dari tenaga kerja, bahan, dan biaya kerja yang diakibatkan dari produk yang rusak yang tidak dapat diperbaiki atau digunakan secara ekonomis.

b. Biaya pengolahan kembali

Biaya pengolahan kembali merupakan biaya memperbaiki unit-unit yang tidak sesuai sedemikian hingga unit-unit tersebut memenuhi spesifikasi. Biaya pebolhan kembali ini terdiri dari operasi atau

langkah-langkah tambahan dalam proses pembuatan yang dibuat untuk mengatasi kerusakan yang terus menerus atau kerusakan yang jarang-jarang.

c. Biaya pengujian kembali

Biaya pengujian kembali dan pemeriksaan kembali produk yang telah menjalani pengolahan kembali atau modifikasi yang lain.

d. Biaya analisis kegagalan

Biaya analisis kegagalan diadakan untuk menentukan sebab-sebab kegagalan produk.

e. Biaya berhenti

Biaya berhenti merupakan biaya fasilitas produksi yang tidak berjalan sebagai akibat dari tidak sesuainya dengan persyaratan yang direncanakan, yang disebabkan oleh karena tidak sesuainya bahan baku yang disampaikan oleh penjual, yang tidak diketahui dalam pemeriksaan penerimaan.

f. Biaya kerugian hasil

Biaya kerugian hasil merupakan biaya hasil proses yang lebih rendah dari yang mungkin dapat dicapai dengan pengendalian yang lebih baik. g. Penurunan

Masalah dengan penurunan adalah produk dijual tidak menutup kembali batas kontribusi yang penuh pada keuntungan dan biaya kerja sebagaimana produk yang memenuhi spesifikasi yang biasa.

4.Biaya Kegagalan dari Luar

Biaya kegagalan dari luar ini terjadi apabila produk tidak berfungsi dengan memuaskan setelah disampaikan kepada konsumen. Biaya ini akan hilang apabila setiap unit produk memenuhi persyaratan. Bagian-bagian dari biaya kegagalan dari luar meliputi:

a. Biaya penyesuaian pengaduan atau keluhan

Biaya penyesuaian pengaduan atau keluhan merupakan biaya

Dokumen terkait