• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.2 Pengendalian

Definisi pengendalian menurut Krismiaji (2005:215) adalah proses mempengaruhi

atau mengarahkan aktivitas sebuah obyek, organisasi atau sistem..

2.2.2.1. Konsep Umum Pengendalian

1. Pengendalian Intern (Internal Control)

Pengendalian Intern (Internal Control), adalah rencana organisasi dan metode yang

digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat

dan dipercaya, memperbaiki efisiensi dan untuk mendorong kebijakan manajemen.

Antara sebuah tujuan dengan tujuan lainnya seringkali bertentangan.

2. Pengendalian Manajemen

Merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan dengan pengendalian intern, yang

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Merupakan bagian yang integral dari tanggungjawab manajemen.

b. Dirancang untuk mengurangi terjadinya berbagai kesalahan (error end irregularities)

dan untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Berorientasi kepada personil dan mencoba membantu karyawan mencapai tujuan

organisasi dengan mengikuti kebijakan organisasi.

3. Pengendalian Administrasi

Pengendalian Administrasi adalah pengendalian yang menjamin efisiensi operasional

dan ketaatan kebijakan manajemen. Sebaliknya pengendalian akuntansi (accounting

control) adalah pengendalian yang bertujuan membantu menjaga aktiva dan menjamin

akurasi dan daya andal catatan keuangan perusahaan.

Potensi terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan atau kejadian yang berkebalikan

dengan harapan, yang dapat menyakiti sistem informasi akuntansi atau organisasi, disebut

dengan ancaman (threat). Potensi kerugian dalam rupiah jika ancaman tersebut

benar-benar, dan kemungkinan terjadinya ancaman disebut dengan risiko (risk).

2.2.2.2. Pengendalian Intern

Ada beberapa definisi pengendalian intern, antara lain sebagai berikut:

Menurut Krismiaji (2005:215) pengendalian intern adalah rencana organisasi dan

metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi

yang akurat dan dapat dipercaya.

Warren Reeve Fess (2005:235) mendefinisikan pengendalian intern adalah

kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan,

memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan meyakinkan bahawa hukum

serta peraturan telah diikuti.

Menurut James A. Hall (2007:181) pengendalian intern adalah berbagai kebijakan,

praktik dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan

umumnya, yaitu:

1. Menjaga aktiva perusahaan.

2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi.

3. Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan.

4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak

manajemen.

Unsur – Unsur Sistem Pengendalian Intern

Dalam buku Akuntansi Keuangan (Zaki, 1999; 15) Bahwa penerapan unsur-unsur

sistem pengendalian intern dalam suatu perusahaan tertentu harus mempertimbangkan

murah dan aman, sehingga perusahaan dapat menjalankan operasinya dengan lancar,

terjamin keamanannya dan biaya pengawasan yang dibutuhkan relatif tidak mahal.

Prinsip-prinsip umum sistem pengendalian intern hanya berlaku sebagai pedoman, bukan

merupakan suatu keharusan yang ditetapkan secara baku. Meskipun demikian, AICPA

mengemukakan bahwa suatu sistem pengendalian intern yang memuaskan akan

bergantung sekurang – kurangnya empat unsur pengendalia intern adalah sebagai berikut :

a. Suatu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat.

b. Suatu sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik berguna untuk

melakukan pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik , hutang-hutang,

pendapatan dan biaya-biaya.

c. Praktek-praktek yang sehat haruslah dijalankan di dalam melakukan tugas-tugas dan

fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi.

d. Suatu tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan tanggung jawab.

Unsur-unsur tersebut diatas adalah sangat penting dan harus diterapkan

secara bersama-sama dalam suatu perusahaan, agar terdapat adanya sistem

pengendalian intern yang baik, sebab kelemahan yang serius dalam salah satu

diantaranya, pada umumnya akan merintangi sistem itu bekerja dengan lancar dan

sukses.

Selanjutnya akan dibahas satu persatu unsur – unsur pengendalian intern

tersebut :

a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan salah satu alat bagi manajemen atau pimpinan

perusahaan untuk mengendalikan kegiatannya. Proses pembentukannya

mengendalikan kegiatannya. Proses pembentukannya dimulai dengan menetapkan

kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan yang

kecil, dengan disertai perincian tugas dari masing-masing karyawan yang

menjalankan tugasnya, selanjutnya tugas tersebut dibagi-bagi dan ditentukan

bagian-bagian mana yang akan mengerjakan suatu tugas ataatau kelompok tugas

tertentu. Apabila diperlukan didalam suatu bagian masih bisa dibentuk sub bagian

yang lebih kecil sesuai dengan bentuk bagian yang diperlukan dalam organisasi.

Tahap terakhir adalah menentukan hubungan dan wewenang satuan kerja yang

berhubungan dengan satuan kerja lain dapat diselenggarakan dengan baik.

Suatu dasar yang berguna dalam menyusun struktur organisasi perusahaan adalah

pertimbangan bahwa organisasi itu harus fleksibel dalam arti memungkinkan adanya

penyesuaian-penyesuaian tanpa harus mengadakan perubahan total. Selain itu

organisasi yang disusun harus dapat menunjukan garis-garis wewenang dan

tanggung jawab yang jelas, dalam arti jangan sampai terjadi adanya overlap fungsi

masing-masing bagian. Untuk dapat memenuhi syarat bagi adanya suatu

pengawasan yang baik, hendaknya struktur organisasi dapat memisahkan

fungsi-fungsi operasional, penyimpanan dan pencatatatan. Pemisahan fungsi-fungsi-fungsi-fungsi ini

diharapkan dapat mencegah timbulnya kecurangan-kecurangan dalam perusahaan.

b. Sistem Wewenang Dan Prosedur Pembukuan

Sistem wewenang dan prosedur pembukuan dalam suatu perusahaan merupakan alat

bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap operasi dan

transaksi-transaksi yang terjadi dan juga untuk mengklasifikasikan data akuntansi dengan tepat.

Klasifikasi data akuntansi ini dapat dilakukan dalam rekening-rekening buku besar

yang biasanya diberi nomer kode dengan cara tertentu dan dibuatkan buku pedoman

mengenai penggunaan debit dan kredit masing-masing rekening.

Pada sistem penerimaan dan pengeluaran kas, sistem ini dapat memberikan

jaminan bahwa setiap penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan benar-benar

aktivitas perusahaan dan prosedur yang dapat dirumuskan sebagai tata cara yang

harus diikuti dan ditaati dalam melaksanakan suatu aktivitas.

Pengawasan terhadap operasi dan transaksi-transaksi dapat dilakukan melalui

prosedur-prosedur yang ditetapkan lebih dahulu dan prosedur yang akan disusun

untuk seluruh kegiatan dalam perusahaan.

Dengan demikian sistem wewenang dan prosedur pembukuan merupakan suatu tata

cara pencatatan, pelaporan, serta pengesahan operasi-operasi dan

transaksi-transaksi perusahaan yang sedemikian rupa sehingga adanya tercipta keabsahan dan

ketelitian pencatatan harta, hutang, modal, penghasilan dan biaya-biaya perusahaan.

Dalam pelasanaan sistem wewenang dan prosedur pembukuan diperlukan adanya

alat-alat untuk pengawasan akuntansi terhdap operasi-operasi dan transaksi-transaksi

yang ada dalam perusahaan serta alat untuk mengklasifikasikan data dalam struktur

rekening yang formal. Alat-alat yang digunakan untuk pengawasan akuntansi terhadap

operasi-operasi dan transaksi-transaksi, diciptakan melalui perancangan

catatan-catatan dan formulir-formulir yang tepat, serta melalui perencanaan arus prosedur

yang logis dalam melakukan pencatatan dan prosedur otorisasi di antara

departemen-departemen dan seksi-seksi dalam departemen-departemen.

Alat yang digunakan untuk melaksanakan data disebut dengan nama daftar susunan

rekening (Chart of Account) yaitu suatu daftar susunan keterangan bagaimana

rekening yang telah tersusun dengan baik akan lebih banyak memberikan kegunaan

masing-masing rekening (Zaki, 1998;15)

Rekening – rekening yang telah dipilih beserta urutan nya minimal adalah

sebagai berikut: (Zaki, 1998:15)

1. Membantu mempermudah penyusunan laporan-laporan keuangan dan laporan-laporan

lainnya dengan ekonomis.

2. Meliputi rekening-rekening yang diperlukan untuk menggambarkan dengan baik dan teliti

yang harus diperinci sehingga memuaskan dan berguna bagi manajemen di dalam

melakukan pengawasan operasi perusahaan.

3. Menguraikan dengan teliti dan singkat apa yang harus dimuat di dalam setiap rekening.

4. Memberikan batas sejelas-jelasnya antara pos-pos aktiva, modal, persediaan-persediaan

dan biaya – biaya.

5. Membuat rekening-rekening control apabila diperlukan.

c. Praktek-praktek Yang Sehat

Setelah struktur organisasi dan sistem wewenang serta prosedur pembukuan disusun

dengan baik, , maka diperlukan adanya praktek-praktek yang sehat untuk

menjalankannya. Praktek – praktek yang sehat dapat dirumuskan sebagai ketaatan dan

kejujuran karyawan di dalam melaksanankan tugas yang dibebankan kepadanya,

sehingga hasil yang diharapkan perusahaan dapat tercapai dengan efisien dan efektif.

d. Pegawai Yang Cukup Cakap

Yang dimaksud dengan pegawai yang cukup cakap adalah pegawai yang mampu

melaksanakan tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang dibebankan kepadanya,

sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan efisien. Pegawai dengan cukup cakap

untuk suatu pekerjaan bukan berarti pegawai yang tingkat pendidikannya tinggi, sehingga

gajinya juga besar tetapi mungkin dengan pendidikan menengah sudah cukup, yang

penting adalah latar belakang pendidikannya cukup memadai untuk pekerjaaan yang

dilakukannya. Hal ini perlu dipertimbangkan agar dapat diperoleh pegawai yang cukup

cakap tetapi juga ekonomis.

Untuk memperoleh pegawai yang cukup cakap sesuai dengan kebutuhan

perusahaan, diperlukan adanya usaha usaha yang tepat. Secara umum usaha ini akan

mencakup tiga proses, dimulai sejak penerimaan pegawai dilanjutkan dengan

berkesinambungan dan diakhiri dengan penilaian atas pelaksanaan pekerjaan dan

pegawai. Ketiga proses ini berlangsung terus menerus, mengingat usaha mendapatkan

pegawai yang cukup cakap merupakan usaha yang selalu berkesinambungan.

Model Pengendalian Intern

Ada beberapa model pengendalian intern untuk pencegahan pendeteksian perbaikan

(James A. Hall, 2007:182)

a. Pengendalian Pencegahan

Pencegahan adalah pertahankan pertama dalam struktur pengendalian. Pengendalian

pencegahan adalah teknik pasif yang didesain untuk mengurangi frekuensi terjadinya

peristiwa yang tidak diinginkan. Mencegah kesalahan dan penipuan jauh lebih efektif

dari segi biaya daripada mendeteksi serta memperbaiki masalah setelah terjadi. Dalam

hal ini, dokumen sumber dapat mencegah data yang dibutuhkan dihilangkan. Akan

tetapi, tidak semua masalah dapat diantisipasi dan dicegah. Beberapa akan lepas dari

jaringan pengendalian pencegahan yang komprehensif.

b. Pengendalian Pemeriksaan

Pengendalian pemeriksaan adalah sebagai alat, teknik dan prosedur yang didesain

untuk mengidentifikasi serta mengekspos berbagai peristiwa yang tidak diinginkan dan

yang lepas dari pengendalian pencegahan. Pengendalian ini mengungkapkan berbagai

jenis kesalahn tertentu melalui perbandingan kejadian sesungguhnya dengan standar

yang ditetapkan. Ketika pengendalian pemeriksaan mengidentifikasi penyeimpangan

dari standar, maka pengendalian akan membuat peringatan untuk menarik perhatian

pada masalah tersebut.

c. Pengendalian Perbaikan

Pengendalian perbaikan adalah tindakan yang diambil untuk membalik berbagai

pengaruh kesalahan yang terdeteksi dalam tahap sebelumnya. Terdapat beberapa

Pengendalian pemeriksaan mengidentifikasi berbagai peristiwa yang tidak diinginkan

dan menarik perhatian atas masalah tersebut.

Tujuan dilakukannya pengendalian intern adalah untuk mencegah timbulnya

kerugian bagi sebuah organisasi, yang timbul antara lain karena sebab-sebab sebagai

berikut:

1. Penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan boros.

2. Keputusan menajemen yang tidak baik.

3. Kesalahan yang tidak disengaja dalam pencatatan dan pemrosesan data.

4. Kehilangan atau kerusakan catatan secara tidak sengaja.

5. Kehilangan aktiva karena kecerobohan karyawan.

6. Tidak ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan lainnya oleh para karyawan.

7. Perubahan secara tidak sah terhadap SIA atau komponen-komponennya.

Komponen Deskripsi

Lingkungan

Pengendalian

Tulang punggung sebuah perusahaan adalah karyawan,

meliputi atribut individu, seperti integrasi, nilai etika, dan

kompetensi dan lingkungan tempat karyawan tersebut bekerja.

Mereka merupakan mesin penggerak organisasi dan

merupakan fondasi untuk komponen lainnya.

Aktivitas

Pengendalian

Perusahaan harus menetapkan prosedur dan kebijakan

pengendalian dan melaksanakannya, untuk membantu

menjamin bahwa manajemen dapat menetapkan

tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghadapi

ancaman-ancaman yang muncul, sehingga tujuan organisasi dapat

dicapai secara efektif.

Perhitungan

Resiko

Organisasi harus menyadari dan waspada terhadap berbagai

resiko yang dihadapinya. Oleh karena itu, perusahaan harus

menetapkan serangkaian tujuan, yang terintegrasi dengan

kegiatan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan

kegiatan lainnya sehingga organisasi dapat beroperasi

sebagaimana mestinya. Organisasi harus pula menetapkan

mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan

mengelola risiko-risiko terkait.

Informasi dan

Komunikasi

Sistem informasi dan komunikasi mengitari kegiatan

pengawasan. Sistem tersebut memungkinkan karyawan

organisasi untuk memperoleh dan menukar informasi yang

dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola dan

mengendalikan kegiatan organisasi.

Pemantauan

Seluruh proses bisnis harus dipantau dan dilakukan modifikasi

seperlunya. Dengan cara ini, sistem akan bereaksi secara

dinamis, yaitu berubah jika kondisinya menghendaki

perubahan.

Tabel 1. Komponen Unsur-unsur Pengendalian Intern (Krismiaji, 2005:215)

2.2.2.3. Struktur Pengendalian Intern (Internal Control Structure)

Adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan jaminan yang

layak bahwa tujuan khusus organisasi akan dicapai. Krismiaji (2005:219) menyatakan

bahwa struktur pengendalian intern ini memiliki 3 elemen, yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menggambarkan efek kolektif dari berbagai faktor

pada penetapan, peningkatan atau penurunan efektivitas prosedur dan kebijakan

khusus. Faktor-faktor tersebut berupa:

a. Komitmen terhadap integritas dan nilai etika.

b. Filosofi dan gaya operasi manajemen.

c. Struktur organisasi.

d. Komite audit dewan direktur.

e. Metode penetapan wewenang dan tanggungjawab.

f. Praktik dan kebijakan sumber daya manusia.

g. Berbagai pengaruh eksternal lainnya yang mempengaruhi kegiatan dan praktik

organisasi.

2. Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi terdiri atas metode dan catatan yang ditetapkan untuk

mengidentifikasi, merangkai, menganalisis, menggolongkan, mencatat dan melaporkan

transaksi-transaksi perusahaan dan untuk memelihara akuntabilitas aktiva dan

kewajiban yang terkait. Sistem akuntansi yang efektif memberikan dasar yang memadai

untuk penetapan metode dan catatan yang akan berfungsi sebagai berikut:

b. Menguraikan secara tepat waktu transaski bisnis secara rinci sehingg

memungkinkan klasifikasi transaksi secara tepat untuk pelaporan keuangan.

c. Mengukur nilai transaksi secara tepat sehingga memungkinkan pencatatan sebesar

nilai moneternya dalam laporan keuangan.

d. Menentukan periode waktu terjadinya transaksi sehingga memungkinakn pencatatan

transaksi dalam periode akuntansi yang tepat.

e. Menyajikan secara tepat transaksi dan pengungkapan lain yang terkait dalam

laporan keuangan.

3. Prosedur Pengendalian.

Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang ditambahkan ke

lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi yang telah ditetapkan oleh manajemen

untuk memberikan jaminan yang layak bahwa tujuan khusus organisasi akan dicapai.

Cakupan prosedur pengendalian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Otorisasi yang tepat terhadap transaksi dan aktivitas.

b. Pemisahan tugas yang mengurangi peluang bagi seseorang untuk melakukan

kesalahan dalam tugas rutinnya, yaitu dengan menempatkan orang yang berbeda

pada fungsi otorisasi, pencatatan transaksi dan penjagaan aktiva.

c. Perencanaan dan penggunaan dokumen dan catatan untuk membantu menjamin

pencatatan transaksi secara tepat.

d. Penjagaan yang memadai terhadap akses dan penggunaan aktiva dan catatan.

e. Pengecekan independen terhadap kinerja dan penilain yang tepat terhadap nilai

yang tercatat.

2.2.2.4. Sistem Pengendalian Intern atas Penerimaan Barang

Penerimaan barang adalah suatu prosedur pengadaan barang atau persediaan lain

pembelian, surat permintaan penawaran harga, surat order pembelian, laporan penerimaan

barang, penyimpanan barang serta catatan lain yang diperlukan.

Bagian penerimaan barang bertugas untuk menerima semua barang yang dibeli

perusahaan. Pada waktu menerima barang, bagian ini harus melakukan perhitungan fisik

atas barang-barang yang diterima baik dengan cara menghitung, menimbang, atau dengan

cara-cara lain apakah sudah sesuai dengan order pembelian. Disamping itu, bagian

PT. Riza Fadila

Yogyakarta

LAPORAN PENERIMAAN BARANG

Nomor LPB :

Nomor Order Pembelian :

Nomor Permintaan Pembelian:

Diterima dari :

Via :

Jumlah

Peti Berat

Jumlah

Unit Keterangan

Tempat Dalam Gudang

Bagian Bin

Dihitung oleh:

Tanggal :

Ditempatkan ke gudang oleh:

Tanggal :

Gambar 3. Laporan Penerimaan Barang (Zaki Baridwan, Sistem Akuntansi 1991:178)

2.2.2.5. Sistem Pengendalian Intern atas Pembelian Barang

Bagian pembelian barang berfungsi dan bertanggungjawab untuk melakukan

pembelian barang setelah menerima permintaan pembelian barang secara tertulis (request

order), dalam melakukan pembelian, bagian pembelian harus memilih pembelian dengan

harga yang meguntungkan bagi perusahaan, namun memiliki kualitas yang terbaik, selain itu

pembelian harus memperhatikan ketepatan waktu pemesanan dengan penerimaan barang,

agar tidak menimbulkan keterlambatan yang nantinya dapat merugikan perusahaan.

Setelah bagian pembelian menentukan supplier yang dipilih, maka dibuatlah

pesanan pembelian yang menguraikan barang-barang yang dipesan, jumlah barang, harga

Gambar 4.Sistem Akuntansi Pembelian

Mulai

Membuat

surat

permintaa

n

pembelian

Surat

permintaan

1

2

1

Pada saat

order

point

1

Order

surat

pembelia

N

6

Laporan

Penerima

aanan

T

Kartu

gudan

2

Bagian Gudang

1 Surat Permintaan 1 Membuat surat penawaran harga Surat Permintaan Penawaran Harga Surat Penawaran Harga Membuat Perbandingan harga Perbandingan Harga 1 Dikirim ke pemasok Dikirim ke pemasok 2 Membuat surat order pembelian Surat Order 1 2 3 4 5 6 7 SPH SPH SPH 3 4 5 T Dikirim pemasok A 6 Laporan Penerimaan 1 8 Mencatat tanggal penerimaan pada SOB lembar 6 dan 7 Dari pemasok Faktur Memeriksa faktur Faktur 1

Bagian Pembelian

3

SOP 1

Menerima barang dari pemasok yang disertai

dengan surat pengantar Dari pemasok Surat Memeriksa barang yang dikirim Membuat laporan penerimaan barang Laporan penerimaan 1 2 3 4 5 SOP SP 7 6 Dikirim ke bagian gudang bersamaan dengan barang N 4 SOP 4 8 LPB 4 9 Faktur Membandingkan faktur dari pemasok dengan SPO & LPB Membuat bukti kas keluar Surat order 1 2 3 4 5 LPB Faktur

Arsip bukti kas keluar yang belum dibayar T 6 Register bukti kas 10 10 Bukti kas 2 Kartu persediaan N

2.2.2.6. Sistem Pengendalian Intern atas Pengeluaran Barang

Pengeluaran barang adalah suatu prosedur pengeluaran atau penjualan barang

yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional perusahaan. Prosedur penjualan adalah

urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan

faktur dan pencatatan penjualan.

Petugas gudang tidak mempunyai wewenang untuk mengeluarkan barang tanpa

perintah dari bagian lain, jadi inisiatif untuk mengeluarkan barang harus datang dari pihak

lain, dan pengeluaran barang harus didukung bukti atau formulir permintaan pengeluaran

barang, untuk mempertanggungjawabkan setiap penyerahan.

Bukti permintaan (request order) dibuat rangkap 3 (tiga). Lembar pertama untuk

bagian gudang, lembar kedua untuk bagian administrasi, dan lembar ketiga untuk bagian

yang meminta barang sebagai arsip.

Bagian gudang akan menyerahakan barang yang diminta sesuai yang tercantum

dalam surat permintaan (request order), namun sebelumnya perlu diteliti dulu

kebenarannya, setelah itu bagian gudang akan mencatat pengeluaran tersebut dalam kartu

stock barang, yang pada akhir bulan dilaporkan kepada bagian pembukuan di kantor pusat

untuk diperiksa validitasnya

2.2.2.7. Keterbatasan Pengendalian Intern

Menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart (2003:313) ada beberapa

keterbatasan pengendalian intern, antara lain sebagi berikut:

1. Kesalahan dalam pertimbangan

Management salah ambil keputusan bisnis atau penyusunan tugas rutin karena tidak

memadainya informasi.

2. Gangguan

Adanya gangguan dalam pengendalian yang tidak ditetapkan dapat terjadi karena

personel tidak dapat memahami perintah atau membuat kesalahan dalam menajalankan

tugas.

Adalah tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan, dapat berakibat

bahaya pada pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan

tidak terungkapnya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.

4. Pengabaian oleh manajemen

Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk

tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi manager.

5. Biaya lawan manfaat

Biaya yang diperlukan dalam mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi

manfaat yang diharapkan pengendalian intern. Management harus bisa memperkirakan

dan mempertimbangkan secara kualitatif dan kuantitatif dalam mengevaluasi biaya dan

mafaat suatu pengendalian.

Dokumen terkait