Peralatan diinstalasi gizi yang harus dikalibrasi antara lain timbangan kodok,timbangan berat badan. Kalibrasi dilakukan secara internal oleh teknisi elektromedis atau secara eksternal oleh lembaga kalibrasi yang terakreditasi.Dokumentasi proses kalibrasi dengan stiker kalibrasi. Timbangan tersebut diatas di kalibrasi minimal 1 tahu sekali.
B. Preventive Maintenance Alat
Peralatan di instalasi gizi perlu mendapatkan perawatan secara berkala untuk mencegah terjadinya kerusakan atau hal-hal lain yang tidak diinginkan. Perawatan semua peralatan dilakukan pembersihan setelah digunakan untuk setiap harinya dan dikembalikan ke tempat penyimpanan semula oleh karyawan di instalasi gizi. Perawatan khusus secara berkala dilakukan untuk beberapa peralatan yaitu alat pendingin dan kompor gas. Program perawatan secara berkala untuk alat pendingin dan kompor gas dilakukan oleh instalasi gizi yaitu setiap 1 bulan sekali. Perawatan dilakukan oleh bagian IPSRS. Instalasi gizi membuat permintaan perawatan dengan menggunakan form permintaan setiap bulan ke bagian IPSRS.
Dokumentasi dari instalasi gizi ada catatan tersendiri.
C. Corrective Maintenance Alat
Jika peralatan di instalasi gizi rusak,maka instalasi gizi mengajukan perbaikan ke bagian IPSRS dengan menggunakan form perbaikan barang. Jika peralatan tidak dapat diperbaiki oleh bagian IPSRS maka dilakukan perbaikan keluar dengan vendor atau bagian IPSRS menyatakan bahwa peralatan tidak dapat diperbaiki dan memberi persetujuan bahwa
baru dengan melampirkan rekomendasi dari bagian IPSRS. Dokumentasi di instalasi gizi dengan menggunakan pencatatan tersendiri.
D. Pendidikan dan Pelatihan Staf
Pendidikan dan pelatihan di instalasi gizi dilakukan secara internal maupun eksternal. Pelatihan untuk D III Gizi antara lain pelatihan tentang manajemen pelayanan gizi di RS,pelatihan nutrition care process,pelatihan HACCP dll. Pelatihan di utamakan untuk karyawan yang sudah bekerja selama 2 tahun keatas. Untuk pelaksana di bagian pengadaan makanan pelatihan dilakukan secara internal dengan mengadakan pelatihan gizi dan eksternal dengan pelatuhan penjamah makanan. Mandatory training harus diikuti oleh semua
karyawan.Mandatory training yang diikuti antara lain basic life support,K3,PPI dan hand hygiene,patient safety,customer service,service excellent dan mutu.
E. Indikator mutu pelayanan
1. Ketepatan Waktu Pemberian Makan Pasien Rawat Inap
Judul Indikator : Ketepatan Waktu Pemberian Makan Pasien Rawat Inap
Definisi Operational : Penyediaan makanan untuk pasien rawat inap sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
Bagian/Unit : Instalasi gizi
Person In Charge : Kepala Instalasi Gizi Kebijakan Mutu : Efisiensi
Rasionalisasi : Waktu pemberian makanan untuk pasien berhubungan juga dengan kegiatan yang ada di ruang rawat inap,terutama berhubungan dengan waktu minum obat pasien. Jadi apabila pemberian makanan untuk pasien tidak tepat waktu maka akan mempengaruhi pemberian obat pasien juga tidak tepat waktu Formula Kalkulasi : Jumlah pasien rawat inap yang pemberian makanan tepat waktu X 100%
Jumlah seluruh pasien rawat inap
Numerator : Jumlah pasien rawat inap yang pemberian makanan tepat waktu selama 1 bulan
Denumerator : Jumlah seluruh pasien rawat inap selama 1 bulan Kriteria Inklusi : Pasien rawat inap
Kriteria Eksklusi : -Metodologi
Pengumpulan Data
: Concurrent Tipe pengukuran : Struktur
Sumber Data : Formulir ketepatan waktu pemberian makanan pasien Waktu Pelaporan : Tanggal 10 tiap bulan
Frekuensi Pelaporan : Setiap 1 bulan Target Kinerja : 100%
Jumlah Sampel : Total populasi Area Monitoring : Ruang rawat inap Rencana komunikasi ke
staf
: Rapat bulanan
Referensi : Standar Pelayanan Minimal RS
2. Sisa makanan diet biasa yang tidak termakan oleh pasien
Judul Indikator : Angka Sisa Makanan yang Tidak termakan oleh Pasien
Definisi Operational : Jumlah sisa porsi makanan yang tidak dimakan oleh pasien,yaitu minimal > ½ porsi makanan yang telah disediakan
Bagian/Unit : Gizi
Person In Charge : Kepala Instalasi Gizi Kebijakan Mutu : Keamanan
Rasionalisasi : Dengan adanya banyaknya sisa makanan
pasien,menggambarkan masih kurangnya pelayanan terutama dalam hal asuhan gizi pasien
Formula Kalkulasi : Jumlah pasien yang sisa makannya > ½ porsi makanan x 100% Jumlah pasien yang mendapatkan makanan
Numerator : Jumlah pasien yang sisa makannya > ½ porsi makanan dalam satu bulan
Denominator : Jumlah pasien yang mendapatkan makanan dalam satu bulan Kriteria Inklusi : Makanan basi,mengandung bahan alergi oleh pasien,tidak sesuai
selera,kotor,pasien merasa kenyang Kriteria Eksklusi : Salah jenis makanan
Metodologi Pengumpulan Data
: Concurrent Tipe pengukuran : Outcome
Sumber Data : Catatan harian gizi Waktu Pelaporan : Tanggal 10 tiap bulan Frekuensi Pelaporan : Setiap bulan
Target Kinerja : <20%
Jumlah Sampel : Total populasi Area Monitoring : Rawat inap Rencana komunikasi ke
staf
: Rapat bulanan
BAB IX
PENUTUP
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan
kedokteran ,berdampak pula pada bidang gizi dan dietetik. Pelayanan gizi yang dilaksanakan di rumah sakit tentunya perlu disesuaikan dengan perkembangan yang ada sesuai dengan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Dalam rangka menyongsong era globalisasi dan menghadapi persaingan bebas diberbagai bidang,maka pelayanan gizi rumah sakit juga harus disiapkan secara professional.
Pelayanan gizi rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasein rawat inap maupun pasien rawat jalan di rumah sakit.
Pedoman pelayanan gizi ini sekiranya dapat menjadi acuan dalam memberikan pelayanan gizi di RS.Mardi Rahayu baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan agar pasien dapat terlayani dengan baik untuk mempercepat proses penyembuhan
penyakitnya. Pedoman pelayanan ini diharapkan juga bisa menjadi acuan dalam memberikan pelayanan gizi untuk karyawan guna meningkatkan produktifitas kerja.