BAB VI PENGENDALIAN PROYEK
6.2. PENGENDALIAN MUTU
Untuk memperoleh hasil pekerjaan struktur yang sesuai dengan standar dan dapat dipertanggungjawabkan, maka mutu bahan untuk struktur dan finishing bangunan tersebut harus sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Pengendalian terhadap mutu sangat penting untuk menjamin kekuatan struktur yang telah dirancang serta
Pengendalian mutu meliputi : 1. Pengendalian mutu bahan. 2. Pengendalian mutu pekerjaan. 3. Pengendalian mutu peralatan. 4. Pengendalian mutu tenaga kerja. 6.2.1. Pengendalian Mutu Bahan
Pengendalian mutu bahan sangat erat kaitannya dengan mutu material yang digunakan dalam suatu proyek. Untuk mengetahui mutu material tersebut sesuai atau tidak dengan spesifikasi bahan yang telah disepakati dalam dokumen kontrak, maka perlu dilakukannya pengawasan terhadap pengadaan dan kualitas bahan tersebut.
Pada Proyek Hotel Ibis Gading Serpong, pengadaan material yang dibutuhkan sangat diperhatikan waktunya. Pengadaan tersebut selalu dijadwalkan oleh bagian material kontrol (logistik). Sebagai contoh, untuk semua material yang dibutuhkan dalam pekerjaan selalu dibuatkan Surat Permintaan Barang (SPB) yang ditujukan ke kantor pusat, pembuatan SPB ini biasanya dibuat seminggu sebelum material akan digunakan, dengan demikian peluang terjadinya kehabisan material semakin kecil dan jarang terjadi. Namun terkadang, keterlambatan kedatangan material juga masih terjadi dikarenakan faktor cuaca yang tidak menentu.
Pendatangan material juga harus memperhatikan kapan material itu akan digunakan, jangan sampai material yang sudah datang terlalu lama disimpan di dalam gudang. Hal tersebut akan mempengaruhi kualitas dari material tersebut. Misalnya saja semen, jika semen terlalu lama disimpan dalam gudang, maka kualitas semen tersebut akan turun, semen akan lebih lembab. Penyimpanan material pun harus diperhatikan. Penyimpanan semen harus diletakkan di atas alas papan dan kayu agar semen tidak
bersentuhan langung dengan tanah. Sehingga kelembaban semen akan tetap terjaga.
Pengendalian kualitas bahan sangat erat kaitannya dengan spesifikasi yang telah disyaratkan, misalnya untuk material agregat halus dan agragat kasar, persyaratan dan ketentuannya menurut PBI 1971 N.I-2 (Pasal 3.3). Hal ini telah dibahas dalam Bab IV Bahan Bangunan dan Peralatan Kerja yaitu Sub Bab 2 Bahan Bangunan.
Pengendalian mutu bahan di lapangan meliputi inspeksi dan test, pengendalian produk yang tidak sesuai, serta pengendalian catatan mutu. Pengendalian mutu bahan dapat dilakukan dengan mengadakan pengawasan mutu terhadap material-material berikut :
6.2.1.1. Beton
1. Pengujian di Lapangan
Anggapan kekentalan beton ready mix dalam praktek sangatlah relatif, seseorang dapat berpendapat beton itu terlalu kental atau terlalu encer tanpa pembanding yang jelas. Untuk mencegah perbedaan pendapat mengenai kekentalan beton, perlu dilakukan pengujian sederhana guna menilai kelecakan beton tersebut. Pengujian tersebut adalah pengujian slump
test. Dalam proyek pembangunan Hotel Ibis Gading
Serpong nilai slump yang dipakai adalah 12±2 cm. Adapun pelaksanaan slump test yaitu sebagai berikut :
1. Menyiapkan kerucut Abrams yaitu berupa kerucut dengan diameter atas 10 cm dan diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm.
2. Sebelum dilakukan pengambilan sample beton dari concrete mixer truck, semua peralatan dicuci agar bersih dari kotoran yang menempel ataupun
3. Dilakukan pengambilan sample beton dari concrete mixer truck.
4. Kerucut Abrams diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap air, biasanya menggunakan alas berupa plat baja.
5. Adukan beton yang akan diuji dimasukkan kerucut abrams dalam tiga tahap dan setiap tahapnya dirojok 25 kali dengan tongkat baja agar adukan menjadi padat.
6. Setelah penuh, permukaan atas diratakan kemudian kerucut abrams menariknya secara hati-hati lurus ke atas (vertikal) dengan perlahan-lahan.
7. Diukur penurunan puncak kerucut beton setelah mengalami settlement terhadap tinggi semula. 8. Apabila nilai slump yang didapat kurang atau
lebih dari yang telah disyaratkan, maka beton
ready mix tersebut akan direject atau
dikembalikan lagi ke batching plantnya, sedangkan yang nilainya masuk segera diloading.
Krucut Abram
Adukan Beton
Plat Kayu 50 cm x 50 cm
2. Pengujian di Laboratorium
Pengujian di laboratorium terhadap silinder beton berguna untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik. Kuat tekan beton karakteristik adalah tekanan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran. Pengujian ini dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri, selaku subkontraktor beton ready mix, sedangkan untuk pengujiannya sendiri dilakukan di Laboratorium Sofoco Jalan Sultan Iskandar Muda (Praja Dalam B1/4), Jakarta.
Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
Gambar 6. 2 Sketsa Pengujian Slump Test di Lapangan
1. Menyiapkan cetakan silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi 30 cm yang sudah dibersihkan dan pada bagian dalamnya diolesi minyak pelumas. 2. Setelah siap, adukan beton dimasukkan ke
silinder dalam tiga lapis. Lapis pertama 1/3 bagian, lapis kedua 2/3 bagian, dan lapis ketiga sampai penuh. Pada setiap lapisan dirojok masing-masing 25 kali.
3. Menusuk-nusuk dengan tongkat baja sebanyak 10 kali setiap lapisan.
4. Meratakan bagian atasnya dan memberi kode tanggal pembuatan. Dan keterangan lainnya. 5. Benda uji didiamkan di tempat teduh selama 24
jam, kemudian cetakan dibuka dan benda uji direndam dalam air selama waktu tertentu yang diinginkan.
6. Pengetesan dilakukan tiap beton tersebut berumur 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Kuat tekan yang disyaratkan dalam proyek ini adalah 30 MPa 7. Benda uji yang telah berumur 28 hari siap untuk
dibawa ke laboratorium pengujian dan dilakukan penimbangan benda uji untuk mengetahui beratnya.
8. Benda uji dimasukkan kedalam mesin
compacting dan ditekan sampai silinder beton
retak.
Pengambilan jumlah pembuatan benda uji telah ditetapkan dalam peraturan, yaitu dalam PBI 1971 N.I-2 dan SNI 03-2847-2002. Jumlah dan frekuensi pembuatan benda uji menurut PBI 1971 N.I-2 adalah sebagai berikut :
Jumlah minimum benda uji per hari pelaksanaan pengecoran = 1 benda uji Pada saat awal pelaksanaan sampai terkumpulnya 20 benda uji = 1 benda uji per 3 m3. Setelah terkumpulnya 20 benda uji pertama :
Volume total pengecoran di atas 60 m3 : 1 benda uji per 5 m3 beton
Volume total pengecoran 60 m3 atau lebih kecil : diatur pembagiannya supaya dalam keseluruhan pekerjaan diperoleh minimal 20 benda uji dengan randomisasi yang baik dan merata
Apabila volume pengecoran sangat kecil sehingga tidak memungkinkan membuat 20 benda uji, maka pembuatan benda uji boleh kurang dari 20 buah, namun harus menjamin keterwakilan secara keseluruhan beton yang digunakan (dalam interval jumlah pengecoran yang sama).
Sedangkan menurut SNI 03-2847-2002 adalah :
Jumlah minimum benda uji per hari pelaksanaan pengecoran = 1 benda uji Frekuensi pembuatan benda uji, diambil kondisi yang paling dulu dipenuhi :
1 pasang benda uji untuk tiap pengecoran 120 m3 beton
1 pasang benda uji untuk tiap pengecoran 500 m2 plat lantai beton dan dinding beton Jumlah total benda uji minimum = 5 buah per
uji yang diatur di atas menghasilkan jumlah benda uji kurang dari 5 buah, maka harus dilakukan randomisasi dengan interval volume pengujian yang sama, supaya diperoleh minimal sejumlah 5 buah benda uji. Toleransi untuk jumlah total pengecoran kurang dari 40 m3, diperbolehkan tidak dilakukan sampling dan pembuatan benda uji, jika dapat dijamin dan bukti terpenuhinya kuat tekan diserahkan dan disetujui oleh Pengawas.
1
Gambar 6. 4 Pengambilan Sample di Lapangan
Gambar 6. 5 Sample Beton
6.2.1.2. Besi
Besi beton merupakan komponen utama struktur beton bertulang, penggunaannya yang sangat banyak dan kontinuitas pekerjaannya yang tinggi menyebabkan pengawasan yang dilakukan juga harus sebanding.
Adapun syarat-syaratnya yaitu meliputi :
1. Semua besi yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sbb:
a. Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SKSNI T-15-1991-03) b. Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak,
karat, dan tidak retak atau mengelupas. c. Mempunyai penampang yang sama rata. d. Ukuran disesuaikan dengan shop drawing.
2. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dengan ketentuan-ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Perencana.
3. Pemasangan besi dilakukan sesuai dengan shop
drawing atau mendapat persetujuan Pengawas.
4. Tempat menyimpan baja tulangan diusahakan tidak lembab dan terlindung dari air dan kotoran, tidak berhubungan langsung dengan tanah (diletakkan diatas bantalan kayu).
Selain menjaga kualitas besi tulangan di lapangan, PT. Tasani Artha Niaga sebagai owner juga melakukan pengujian besi tulangan di laboratorium. Untuk pengujiannya sendiri dilakukan di Laboratorium Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (BPPT-B2TKS), Kawasan Puspitek-Tangerang. Pengujian dilakukan sebagai berikut:
1. Menyiapkan besi tulangan sepanjang ± 30 cm, terdiri dari D16, D19, D22, D25, masing-masing sebanyak 2 batang.
2. Benda uji (besi tulangan) dibawa ke laboratorium. Setelah itu, besi tulangan ditimbang beratnya dan diukur panjangnya.
3. Besi tulangan dibubut dengan diameter masing-masing menjadi 8 mm.
4. Setelah dibubut dan diberi kode sesuai dengan diameternya, besi tulangan siap untuk diuji
5. Besi tulangan diletakkan di dalam mesin penguji, ditarik dengan tekanan tertentu sampai besi tulangan mencapai leleh dan putus.
6. Dicatat beban tekanan maksimum yang terjadi, dan regangan pada besi tulangan tersebut.
6.2.2. Pengendalian Mutu Pekerjaan
Pengendalian ini untuk mengontrol apakah hasil pelaksanaannya telah memenuhi standar dan spesifikasi yang telah ditentukan. Sehingga bila terjadi kesalahan atau kekurangan bisa diperbaiki, dan untuk mencegah kesalahan yang bisa terjadi selanjutnya.
Metode-metode yang dapat dilakukan dalam melakukan pengawasan mutu pekerjaan antara lain :
1. Pengawasan langsung secara visual. 2. Pengukuran langsung di lapangan. 3. Kontrol dengan hitungan.
4. Pengujian di lapangan.
Pengendalian terhadap mutu pekerjaan meliputi tiga hal, yaitu : 1. Pengendalian terhadap kualitas fisik, meliputi kepadatan,
stabilitas, kuat tekan, dan sebagainya, dimana apabila tidak memenuhi persyaratan harus dilakukan perbaikan.
2. Pengendalian mutu tentang dimensi, misalnya panjang, lebar, dan tebal yang tidak sesuai rencana atau tidak memenuhi persyaratan harus diperbaiki.
3. Pengendalian terhadap pekerjaan terpasang, seperti agregat yang telah tergelar padat, bila setelah dilakukan pengujian
tidak memenuhi syarat maka dilakukan usaha perbaikan atau penggantian, baik material maupun peralatan.
Pemeriksaan mutu pekerjaan di lapangan dilakukan setiap satu bagian pekerjaan selesai dilaksanakan. Selama masa pelakasanaan proyek, pihak kontraktor membuat gambar-gambar, catatan perhitungan mengenai proses kemajuan pekerjaan. Hasil tersebut diperiksa oleh konsultan pengawas. Dari hasil pengukuran dan perhitungan volume pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat diketahui sampai sejauh mana prestasi kerja kontraktor. Prestasi kerja ini merupakan dasar untuk pembayaran. 6.2.3. Pengendalian Mutu Peralatan
Pengendalian mutu peralatan terutama ditujukan kepada pengawasan terhadap peralatan yang ada. Pengawasan peralatan berupa pencatatan kondisi alat tiap hari, pengecekan terhadap fungsi alat karena alat yang dipakai lebih dari umur kerjanya dapat menurunkan produktivitas.
Peralatan adalah bagian terpenting dari pelaksanaan pekerjaan suatu struktur, kerusakan pada alat dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan, oleh karena itu mekanik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menjaga dan mengatur penggunaannya.
Semua peralatan pada proyek ini menjadi tanggung jawab dari pihak kontraktor. Sehingga setiap kerusakan yang terjadi adalah tanggung jawab dari pihak kontraktor, termasuk service rutin dan perbaikan-perbaikan bila ada kerusakan.
Kerusakan yang masih dapat ditangani oleh mekanik dapat dikerjakan sendiri, sedangkan jika tingkat kerusakannya cukup parah, misalnya pada concrete pump, diserahkan pada bengkel pusat. Untuk penggunaan peralatan pengganti perlu dipertimbangkan lebih lanjut agar efisiensi waktu bisa tercapai.
6.2.4. Pengendalian Mutu Tenaga Kerja
Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek (the right man in the right place). Oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pada proyek ini, seluruh pengadaan tenaga kerja diserahkan pada tim Kontraktor Pelaksana. Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan tenaga kerja yang cakap, terampil dan berpengalaman yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Tenaga kerja pada suatu proyek dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli adalah tenaga yang mempunyai keahlian khusus dan mempunyai latar belakang pendidikan untuk suatu bidang tertentu. Pada proyek ini contohnya adalah Pimpinan Proyek, Manajer Lapangan, Manajer Teknik dan Manajer Keuangan. 2. Tenaga Menengah
Tenaga Menengah adalah tenaga yang mempunyai keahlian menengah, terdiri dari tenaga teknik dan administrasi. Dalam proyek ini, contohnya logistik, administasi, operator mesin, pelaksana.
3. Tenaga Pekerja
Tenaga Pekerja adalah tenaga yang terlibat secara langsung di dalam lapangan. Tenaga Pekerja biasanya tidak memiliki latar belakang pendidikan. Mereka biasanya berada dibawah seorang mandor.
Tingkatan dalam Tenaga Pekerja pada proyek ini, adalah : 1. Kepala Tukang atau Mandor
Mandor adalah tenaga yang mengawasi langsung dan mengkoordinir para pekerja di lapangan sesuai dengan bidangnya.
Tukang adalah tenaga yang mempunyai ketrampilan dalam bidang tertentu pula. Misalnya tukang besi, tukang kayu.
Jumlah tenaga kerja yang digunakan selalu disesuaikan besar kecilnya volume pekerjaan yang dilaksanakan. Pada saat ada keterlambatan pekerjaan, PT. Jaya Kusuma Sarana akan menambah jumlah tenaga kerja untuk mengejar keterlambatan tersebut.