UNIVERSITAS DIPONEGORO
PEMBANGUNAN STRUKTUR ATAS
PROYEK HOTEL IBIS GADING SERPONG
TANGERANG
The Upper Structure Construction of
Ibis Gading Serpong Hotel Project
Tangerang
KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Sarjana Teknik
EVI MARIANA 21010110120030
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
SEMARANG JANUARI, 2014
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PEMBANGUNAN STRUKTUR ATAS
PROYEK HOTEL IBIS GADING SERPONG
TANGERANG
The Upper Structure Construction of
Ibis Gading Serpong Hotel Project
Tangerang
KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Sarjana Teknik
EVI MARIANA 21010110120030 Semarang, Januari 2014 Mengetahui,
Ketua Jurusan/Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,
Disetujui
NIP. 19580604.198602.1.001 NIP. 19570624.198503.1.001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan kerja praktek Proyek Pembangunan Hotel Ibis Gading Serpong Tangerang.
Laporan kerja praktek ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam menyelesaikan pendidikan program studi strata satu (S1) bagi mahasiswa jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang. Manfaat dari kerja praktek ini adalah untuk dapat mengenal dan mengerti hal-hal dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan dan dapat membandingkan serta menghubungkan dengan teori-teori yang telah didapat di perkuliahan. Apa yang telah didapat oleh penulis selama 60 hari kerja melaksanakan kerja praktek ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pelaksanaan suatu proyek.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih, atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan selama kerja praktek sampai tersusunnya laporan ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayah, Ibu dan Keluarga tercinta atas doa dan dukungannya kepada penulis. 2. Ir. Sumbogo Pranoto, MS., sebagai Ketua Jurusan Taknik Sipil Universitas
Diponegoro, Semarang.
3. Ir. Hary Budieni, MT., sebagai Koordinator I Bidang Akademik Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang
4. Ir. Y.I. Wicaksono, MS., selaku dosen pembimbing Kerja Praktek yang telah memberikan bimbingan hingga selesainya laporan kerja praktek ini.
5. Dr. Bagus Hario Setiadji, ST., MT., sebagai Dosen Wali penulis.
6. Bapak Hendrick Santoso, selaku Project Manager Proyek Hotel Ibis Gading Serpong PT. Jaya Kusuma Sarana.
7. Bapak Bernardus Epintanta, selaku Koordinator Project Manager PT. Jaya Kusuma Sarana.
8. Bapak Podo Harsono, selaku Site Engineer Proyek Hotel Ibis Gading Serpong PT. Jaya Kusuma Sarana yang menjadi pembimbing selama kerja praktek.
9. Teman-teman angkatan 2010 yang memberikan dukungan selama kerja praktek hingga selesainya penyusunan laporan.
10. Keluarga Mapateksi Undip yang membantu, mendoakan dan memberikan dukungan selama kerja praktek hingga selesainya penyusunan laporan, dan 11. Semua pihak yang tidak mampu ditulis satu persatu yang telah membantu
selesainya laporan kerja prektek ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Semarang, Januari 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...I LEMBAR PENGESAHAN...II KATA PENGANTAR...III DAFTAR ISI...V DAFTAR GAMBAR...viii DAFTAR TABEL...x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 LATAR BELAKANG...11.2 MAKSUD DAN TUJUAN...2
1.1.1. Lokasi Proyek...2 1.1.2. Data Proyek...3 1.1.3. Data Teknis...4 1.3 LINGKUP PEKERJAAN...4 1.3.1 PEKERJAAN PERSIAPAN...4 1.3.2 PEKERJAAN STRUKTUR...4 1.3.3 PEKERJAAN ARSITEKTUR...5 1.3.4 PEKERJAAN PLUMBING...7
1.4 METODE PENGUMPULAN DATA...9
1.5 SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN...9
2.1. TINJAUAN UMUM...12
2.2. UNSUR-UNSUR PENGELOLA PROYEK...14
2.2.1. Pemilik Proyek (Owner)...14
2.2.2. Konsultan Perencana...14
2.2.3. Konsultan Manajemen Konstruksi...15
2.2.4. Kontraktor Pelaksana...15
2.3. HUBUNGAN KERJA ANTARA UNSUR ORGANISASI...15
2.4. STRUKUR ORGANISASI PROYEK...16
2.4.1 STRUKTUR ORGANISASI OWNER...16
2.4.2 STRUKTUR ORGANISASI KONTRAKTOR PELAKSANA...19
BAB III TINJAUAN PERENCANAAN...23
3.1 URAIAN UMUM...23
3.2. TINJAUAN PERSIAPAN...24
3.3. TINJAUAN PEKERJAAN STRUKTUR...25
3.3.1. STRUKTUR BAWAH...25
3.3.2. STRUKTUR ATAS...28
3.4. TINJAUAN PEKERJAAN ARSITEKTUR...38
BAB IV BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN KERJA...43
4.1. TINJAUAN UMUM...43
4.2. BAHAN BANGUNAN...43
4.3. PERALATAN KERJA...61
BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN...69
5.1. PEKERJAAN KOLOM...69
5.2. PEKERJAAN BALOK & PLAT LANTAI...78
5.3. PEKERJAAN TANGGA...87
BAB VI PENGENDALIAN PROYEK...90
6.1. TINJAUAN UMUM...90
6.2. PENGENDALIAN MUTU...91
6.3. PENGENDALIAN WAKTU...105
6.6. PENGENDALIAN K3...109
BAB VII PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN...112
7.1. PERMASALAHAN...112
7.1.1 Faktor Cuaca...112
7.1.2 Faktor K3 (Kesehatan, Keamanan dan Keselamatan kerja)...112
7.1.3. Faktor Koordinasi/ Komunikasi...113
7.1.4. Faktor Teknis Pelaksanaan...114
7.1.5. Faktor Manajemen Tenaga Kerja...114
7.1.6. Faktor Manajemen Keuangan...115
7.2. PENYELESAIAN MASALAH...115
7.2.1. Faktor Cuaca...115
7.2.2. Faktor K3...115
7.2.3. Faktor Koordinasi/ Komunikasi...116
7.2.4. Faktor Teknis Pelaksanaan...116
7.2.5. Faktor Manajemen Tenaga Kerja...118
7.2.6. Faktor Manajemen Keuangan...118
BAB VIII PENUTUP...119
8.1. URAIAN UMUM...119
8.2. KESIMPULAN...119
8.3. SARAN...120
DAFTAR PUSTAKA...121 LAMPIRAN...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lokasi Proyek Hotel Ibis Gading Serpong...2
Gambar 2.1 Fase Hidup Proyek (Project Life Cycle)...14
Gambar 2.2 Skema Hubungan Kerja Pengelola Proyek...15
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Owner...17
Gambar 2.4 Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana...20
Gambar 3.1 Shop Drawing Pile Cap...26
Gambar 3.2 Pekerjaan Pile Cap...27
Gambar 3.3 Sloof (Tie Beam)...27
Gambar 3.4 Detail Tulangan Sloof (Tie Beam)...28
Gambar 3.5 Kolom...29
Gambar 3.6 Pekerjaan Tulangan Balok...29
Gambar 3.7 Pekerjaan Pembersihan Plat Lantai...29
Gambar 3.8 Tangga...29
Gambar 3.9 Detail Penulangan Kolom...30
Gambar 3.10 Pengecoran Kolom...32
Gambar 3.11 Detail Penulangan Balok...33
Gambar 3.12 Penulangan Balok...35
Gambar 3.13 Detail Penulangan Plat Lantai...36
Gambar 3.14 Pekerjaan Penulangan Plat Lantai...36
Gambar 3.15 Detail Tangga...37
Gambar 3.16 Pekerjaan Tangga...38
Gambar 3.17 Tampak Barat dan Utara...38
Gambar 3.18 Tampak Timur dan Selatan...39
Gambar 5.1 Skema Pemindahan Titik As Kolom...69
Gambar 5.2 Marking As Kolom...70
Gambar 5.3 Fabrikasi Tulangan Kolom...72
Gambar 5.6 Pekerjaan Pemasangan Bekisting...75
Gambar 5.7 Pekerjaan Pengecoran Kolom...76
Gambar 5.8 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Kolom...77
Gambar 5.9 Pemasangan Jack Base...79
Gambar 5.10 Penempatan Standar di Atas Jack Base...79
Gambar 5.11 Pemasangan Ledger...79
Gambar 5.12 Pemasangan Beam Bracket dan U-Head...80
Gambar 5.13 Pemasangan Bracing dan Suri-suri...80
Gambar 5.14 Pemasangan Playwood...81
Gambar 5.15 Skema Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai...82
Gambar 5.16 Pekerjaan Pemasangan Bekisting Balok dan Plat Lantai...83
Gambar 5.17 Pemasangan Beton Decking pada Plat Lantai...83
Gambar 5.18 Penulangan Plat Lantai...85
Gambar 5.19 Tulangan Cakar Ayam...85
Gambar 5.20 Persiapan Pengecoran...86
Gambar 5.21 Slump Test...87
Gambar 5.22 Pengecoran Plat Lantai...87
Gambar 5.23 Penulangan Tangga...88
Gambar 5.24 Skema Pengecoran Tangga...89
Gambar 6.1 Kerucut Abrams...95
Gambar 6.2 Sketsa Pengujian Slump Test di Lapangan...95 96 97 98 98 99 100 101
DAFTAR TABEL
3 31 32 34 45 48 52 54 57 59 62 67BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANGTangerang Selatan merupakan salah satu kota yang bisa dikatakan sebagai kota metropolitan. Tangerang Selatan terdiri dari tujuh kecamatan, yaitu Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara dan Setu. Kota tersebut mengalami kemajuan perindustrian dan perekonomian yang sangat pesat. Dengan kemajuan industri manufaktur di kota tersebut, banyak dijumpai pembangunan-pembangunan di sekitarnya, terutama dikawasan Serpong. Serpong merupakan kecamatan yang mempunyai fasilitas perkotaan paling lengkap, terutama dengan beroperasionalnya pengembangan-pengembangan besar seperti Bumi Serpong Damai (BSD City), Alam Sutera, Gading Serpong, dan sebagainya.
Wilayah Gading Serpong sedang dalam pengembangan pembangunan yang cukup besar. Banyak terdapat pusat perbelanjaan seperti Summarecon Mall Serpong, Pasar Modern Paramount dan lain sebagainya yang nantinya akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian di wilayah tersebut. Dapat diprediksi satu dua tahun mendatang wilayah ini akan menjadi kawasan wisata belanja dengan turis-turis baik domestik maupun mancanegara yang akan berkunjung untuk sekedar menikmati dan berbelanja di kawasan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan demand dan sebagai fasilitas, maka dari pihak owner PT. Tasani Artha Niaga membangun sebuah hotel bintang tiga yaitu Hotel Ibis Gading Serpong yang letaknya cukup strategis, di pusat kawasan tersebut. Diharapkan dengan dibangunnya Hotel Ibis Gading Serpong tersebut akan menambah angka pendapatan di wilayah Gading Serpong dan dapat bersaing dengan hotel-hotel lainnya.
EAT AND CHAT LOKASI PROYEK
THE TIARA RESIDENCE
PT. SUZUKI INDOMOBIL DUNKIN DONUTS
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari pembuatan laporan kerja praktek ini adalah membuat laporan kegiatan Pembangunan Hotel Ibis Gading Serpong dengan data-data yang diperoleh baik dari observasi lapangan maupun wawancara pihak-pihak yang bersangkutan dengan pembangunan proyek tersebut.
Adapun tujuan dari penulisan laporan Kerja Praktek ini adalah mengkomparasikan hal-hal yang terjadi di lapangan dengan teori-teori yang sudah kita pelajari di bangku perkuliahan sehingga dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang mana dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. 1.1.1. Lokasi Proyek
Hotel Ibis Gading Serpong terletak di Jalan Boulevard Raya Blok M5 No.19 Gading Serpong, Tangerang. Batas-batas lokasi proyek adalah sebagai berikut:
Sebelah timur : Eat and Chat Paramount Serpong
Sebelah barat : The Tiara Residence
Sebelah utara : Dunkin Donuts
Sebelah selatan : PT. Suzuki Indomobil
1.1.2. Data Proyek
Data Proyek Hotel Ibis Gading Serpong Jalan Boulevard Raya Blok M5 No. 19 Tangerang adalah sebagai berikut :
Tabel 1. 1 Data Proyek Hotel Ibis Gading Serpong
1 Nama Proyek Hotel Ibis Gading Serpong Jalan Boulevard Tangerang 2 Lokasi Proyek Jl. Boulevard Raya Blok M5 No. 19 Gading Serpong, Tangerang 3 Pemilik Proyek PT. Tasani Artha Niaga
4 Konsultan Perencana
1. Arsitektur : Fx Architect Studio
2. Struktur : PT. Adinata Surya Pratama 3. M & E : PT. Metakom Pranata
5 Konsultan MK PT. Tasani Artha Niaga 6 Kontraktor Utama PT. Jaya Kusuma Sarana 7 Kontraktor ME PT. Surya Tata Internusa 8 Nilai Kontrak Rp. 26.700.000.000,-9 Jenis Kontrak Lump sum fixed price
1 0
Sumber Dana Owner
1 1
Mulai pelaksanaan 1 Januari 2013
1 2
1.1.3. Data Teknis
1 Luas Bangunan : 4.955,09 m2.
1. Jumlah Lantai : 11 Lantai, 1 Lantai Basement, 1 Lantai Ground, 1 Lantai Upper, 1 Lantai Semi Mezzanine, 1 Lantai Mezzanine 2. Ketinggian Bangunan : + 49,2 m. 3. Ketinggian Per-lantai : a. Lantai basement : 3,7 m b. Lantai ground : 3 m c. Lantai upper : 3,2 m d. Lantai semi mezzanine : 2,5 m e. Lantai mezzanine : 3,8 m f. Lantai 1 – 10 : 3,3 m g. Lantai 11 : 3,7 m 1.3 LINGKUP PEKERJAAN
Pada proyek pembangunan Hotel Ibis Gading Serpong ada beberapa item pekerjaan yang akan dikerjakan selama proses konstruksi, antara lain :
1.3.1 PEKERJAAN PERSIAPAN 1.3.2 PEKERJAAN STRUKTUR
1.3.2.1 PEKERJAAN LANTAI BASEMENT - Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan Pile Cap - Pekerjaan Pit Lift - Pekerjaan Tie Beam - Pekerjaan Kolom - Pekerjaan Tangga - Pekerjaan Plat Lantai
- Pekerjaan Dinding Basement - Pekerjaan Dinding GWT dan STP - Pekerjaan Ramp
- Pekerjaan Lain-lain 1.3.2.2 LANTAI GROUND
- Pekerjaan Balok - Pekerjaan Plat Lantai
- Pekerjaan Tangga 1.3.2.3 LANTAI UPPER
- Pekerjaan Balok - Pekerjaan Pelat Lantai - Pekerjaan Kolom - Pekerjaan Tangga 1.3.2.4 LANTAI SEMI MEZZANINE
- Pekerjaan Balok - Pekerjaan Pelat Lantai - Pekerjaan Kolom - Pekerjaan Tangga 1.3.2.5 LANTAI MEZZANINE
- Pekerjaan Balok - Pekerjaan Pelat Lantai - Pekerjaan Kolom - Pekerjaan Tangga 1.3.2.6 LANTAI SATU – SEBELAS
- Pekerjaan Balok - Pekerjaan Pelat Lantai - Pekerjaan Kolom - Pekerjaan Tangga 1.3.2.7 LANTAI ATAP
- Pekerjaan Balok - Pekerjaan Pelat Lantai 1.3.3 PEKERJAAN ARSITEKTUR
1.3.3.1 PEKERJAAN LANTAI BASEMENT - Pekerjaan Dinding
- Pekerjaan Plafond
- Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding - Pekerjaan Pintu dan Jendela
- Pekerjaan Pengecatan - Pekerjaan Toilet - Pekerjaan Janitor
- Pekerjaan Praying Room - Pekerjaan Pantry Loading Area 1.3.3.2 PEKERJAAN LANTAI GROUND
- Pekerjaan Plafond
- Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding - Pekerjaan Pintu dan Jendela
- Pekerjaan Pengecatan - Pekerjaan Toilet 1.3.3.3 PEKERJAAN LANTAI UPPER
- Pekerjaan Dinding - Pekerjaan Plafond
- Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding - Pekerjaan Pintu dan Jendela
- Pekerjaan Pengecatan - Pekerjaan Public Toilet - Pekerjaan Janitor
1.3.3.4 PEKERJAAN LANTAI SEMI MEZZANINE - Pekerjaan Dinding
- Pekerjaan Plafond
- Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding - Pekerjaan Pintu dan Jendela
- Pekerjaan Pengecatan - Pekerjaan Public Toilet - Pekerjaan Locker Toilet - Pekerjaan Janitor
- Pekerjaan Praying Room - Pekerjaan Pantry Shaft Canteen 1.3.3.5 PEKERJAAN LANTAI MEZZANINE
- Pekerjaan Dinding - Pekerjaan Plafond
- Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding - Pekerjaan Pintu dan Jendela
- Pekerjaan Pengecatan - Pekerjaan Pantry 1.3.3.6 PEKERJAAN LANTAI SATU
- Pekerjaan Dinding - Pekerjaan Plafond
- Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding - Pekerjaan Pintu dan Jendela
- Pekerjaan Disable Toilet - Pekerjaan Linen Area
1.3.3.7 PEKERJAAN LANTAI DUA – SEBELAS - Pekerjaan Dinding
- Pekerjaan Plafond
- Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding - Pekerjaan Pintu dan Jendela
- Pekerjaan Pengecatan
- Pekerjaan Linen Area (Tipikal) 1.3.3.8 PEKERJAAN LANTAI ATAP
- Pekerjaan Dinding - Pekerjaan Atap
- Pekerjaan Pengecatan
1.3.3.9 PEKERJAAN FINISHING LANTAI DAN RAILING AREA TANGGA
- Pekerjaan Tangga Darurat 1 (Lantai Basement 1 s/d Lantai 11)
-Pekerjaan Tangga Darurat 2 (Lantai
Basement 1 s/d Lantai 11)
-Pekerjaan Tangga Sirkulasi ke Restaurant dan Meeting (Lantai Ground s/d Lantai
Mezzanine)
1.3.3.10 PEKERJAAN FINISHING FACADE 1.3.3.11 PEKERJAAN EXTERNAL
- Pekerjaan Drop Off (Entrance)
- Pekerjaan Sirkulasi dan Parkir (Lt. Ground) - Pekerjaan Ramp Basement
1.3.3.12 PEKERJAAN LAIN-LAIN - Pekerjaan Basement 1 - Pekerjaan Ground - Pekerjaan Lantai Tipikal 1.3.4 PEKERJAAN PLUMBING
1.3.4.1 PEKERJAAN PERALATAN UTAMA - Transfer Pump
- Sand Filter
- Carbon Filter
- Roof Tank
- Booster Pump
- Paket Deep well - Rain Water Pump
- Central Grease Trap
- Sump Pump di Lantai Basement as C/3-4
- Sewage Pump di Lantai Basement as B-C/9
1.3.4.2 PEKERJAAN RUANG POMPA
- Pemipaan Air Bersih Pipa Pollypropylene - Katup dan Aksesoris
1.3.4.3 PEKERJAAN SISTEM AIR BERSIH - Pipa Pollypropylene PN 10 1.3.4.4 PEKERJAAN SISTEM AIR PANAS
- Pipa Pollypropylene PN 20
1.3.4.5 PEKERJAAN SISTEM AIR BEKAS, KOTOR DAN DRAIN
- Pipa PVC Kelas 10 Bar 1.3.4.6 PEKERJAAN SISTEM VENT
- Pipa PVC Kelas D
1.3.4.7 PEKERJAAN SISTEM AIR KOTOR KITCHEN
-Pipa Hub and Spigot Coated Cast Iron Klas 10 Bar
Selama masa kerja praktek yang dimulai pada tanggal 3 September 2013 s/d 16 November 2013. Pekerjaan yang diamati adalah Pekerjaan Struktur Atas (Lantai 6 s.d. Lantai Atap) pada Hotel Ibis Gading Serpong yang mencakup :
A. Pengadaan material dan peralatan kerja B. Kontrol terhadap kualitas material
C. Pengujian terhadap material yang digunakan D. Pengamatan pekerjaan di lapangan
E. Metode pelaksanaan F. Manajemen konstruksi
1.4 METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam penyusunan laporan kerja praktek, metode penyusunan data laporan adalah sebagai berikut :
1. Data Primer :
A. Pengamatan langsung di lapangan selama pelaksanaan kerja praktek.
B. Tanya jawab dengan Kontraktor Utama (PT. Jaya Kusuma Sarana) serta para pekerja di lapangan.
2. Data Sekunder : A. Studi pustaka.
B. Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan pekerjaan di lapangan. C. Data-data tertulis dan gambar-gambar proyek.
1.5 SISTEMATIKA PENYUSUNAN LAPORAN
Laporan Kerja Praktek Hotel Ibis Gading Serpong Jalan Boulevard Tangerang terdiri dari 8 Bab, garis besar tentang sistematika penulisan masing-masing bab adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang kerja praktek, maksud dan tujuan kerja praktek, metode dan sistematika penulisan laporan.
BAB II MANAJEMEN PROYEK
Bab ini berisi tentang tinjauan umum, unsur-unsur manajemen proyek dan hubungan kerja, unsur-unsur pelaksana proyek
BAB III TINJAUAN PERENCANAAN PROYEK
Berisi tinjauan terhadap hasil perancangan (desain), perhitungan dan faktor yang mempengaruhi perencanaan.
BAB IV BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN KERJA
Bab ini berisi tentang tinjauan umum, bahan peralatan dan tenaga kerja yang digunakan selama pelaksanaan proyek.
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab ini membahas tentang kegiatan pelaksanaan yang diamati selama melaksanakan kerja praktek yang meliputi metode pelaksanakan yang digunakan proyek dalam pengerjaan proyek.
BAB VI PENGENDALIAN PROYEK
Bab ini berisi tentang tinjauan umum, pelaksanaan pekerjaan dan pengendalian proyek.
BAB VII PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN
Bab ini berisi tentang permasalahan-permasalahan apa saja yang terjadi pada proyek tersebut dan bagaimana cara penyelesaiannya.
BAB VIII PENUTUP
Bab ini berisi tentang hal- hal penting dalam pelaksanaan kerja praktek ”Hotel Ibis Gading Serpong” sehingga pada bab ini dapat dipaparkan kesimpulan dan saran.
LAMPIRAN
Berisi tentang gambar kerja dan data-data proyek serta surat-surat kelengkapan kerja praktek.
BAB II
MANAJEMEN PROYEK
2.1. TINJAUAN UMUMManajemen Proyek dapat didefinsikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan dan pengendalian dari suatu proyek oleh para anggotanya dengan memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Agar tercipta sistem organisasi proyek yang efisien dan optimal, dibutuhkan manajemen konstruksi yang baik pula. Manajemen konstruksi yang baik yaitu :
Merencanakan proyek secara efektif.
Mengidentifikasikan kendala-kendala.
Merencanakan kemungkinan mengadopsi salah satu cara agar proyek mencapai sasaran.
Perencanaan sumber daya yang sesuai dengan fungsinya, dan
Meningkatkan efisiensi dari 5M (Man, Money, Meterial,
Machine, Method and management) secara maksimal.
Tata cara tersebut memadukan tahapan-tahapan proyek, yaitu :
Tepat waktu.
Tepat kuantitas atau bentuk proyek.
Tepat kualitas atau standar mutu yang diinginkan.
Tepat biaya sesuai dengan biaya rencana.
Tidak adanya gejolak social dengan masyarakat sekitar.
Tercapainya K3 dengan baik.
Manajemen konstruksi meliputi seluruh kegiatan proyek yang dimulai dari keinginan pemilik untuk membangun proyek sampai
atau biasa disebut dengan project life cycle, yang meliputi fase hidup proyek (project life cycle) diantaranya adalah :
Gagasan Ide
Gagasan ide ini biasanya dituangkan oleh owner. Merupakan keinginan owner untuk membangun proyek.
Feasibility Study (Studi Kelayakan)
Studi kelayakan merupakan penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Pada umumnya, studi kelayakan menyangkut tiga aspek. Tiga aspek tersebut adalah manfaat ekonomis proyek bagi proyek itu sendiri, manfaat ekonomis proyek bagi Negara tempat proyek itu dilaksanakan, dan mafaat social proyek bagi masyarakat sekitar proyek.
Design (perencanaan)
Design merupakan suatu perencanaan, baik dari arsitektur
bangunan dan struktur bangunannya. Perencanaan biasanya dilakukan oleh konsultan perencana dan pemilik proyek. Pada tahap ini sasaran dan tujuan yang harus didapat berupa rencana anggaran, planning scheduling, dan gambar proyek.
Construction (Konstruksi)
Construction merupakan tahap pelaksanaan dari proyek.
Pihak yang terlibat dalam tahap ini adalah owner, konsultan perencana, konsultan pengawas, kontraktor pelaksana,
supplier dan subkontraktor.
Operation and Maitenance
Merupakan tahapan dimana setelah proyek itu selesai dapat digunakan oleh user dan harus melalui tahap pemeliharaan. Biaya pemeliharaan biasanya sudah termasuk dalam rencana anggaran proyek. Umur pemeliharaan ini biasanya juga berdasarkan keinginan dari pemilik proyek.
Pada Proyek Hotel Ibis Gading Serpong tahap ide diperoleh dari PT. Tasani Artha Niaga, yaitu dari Bapak Richard. Dalam perencanaan proyek tersebut, PT. Tasani Artha Niaga mempunyai rekan kerja yaitu sebagai konsultan perencana.
Tahap feasibility study dilakukan dengan mengadakan survey lapangan. Sedangkan tahap design akan dijelaskan pada bab berikutnya, yaitu bab tinjauan perencanaan.
2.2. UNSUR-UNSUR PENGELOLA PROYEK
Unsur-unsur organisasi proyek memegang peranan penting dalam kemajuan proyek. Pembagian tugas yang jelas dan saling bekerjasama adalah kunci sukses supaya proyek berhasil. Unsur-unsur pemegang peranan penting dalam pembangunan Proyek Hotel Ibis Gading Serpong adalah :
2.2.1. Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek (owner) atau pemberi tugas adalah badan usaha swasta yang memiliki ide, saran dan sarana untuk realisasinya.
Owner dalam proyek ini adalah PT. Tasani Artha Niaga
2.2.2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah badan usaha swasta yang ditunjuk oleh owner sebagai perencana sesuai dengan keahliannya. Konsultan Perencana ini dibedakan menjadi :
1.Konsultan Arsitektur
Bertugas sebagai perencana bentuk dan dimensi bangunan. Dalam proyek ini adalah Fx Architect Studio
2.Konsultan Struktur
Bertugas sebagai perencana struktur bangunan. Dalam proyek ini adalah PT. Adinata Surya Pratama
3. Konsultan M & E Operation and Maintenance Construction n Design FS Ide
OWNER
PT. TASANI ARTHA NIAGA
KONSULTAN PERENCANA
ARSITEK : Fx ARCHITECT STUDIO STRUKTUR : PT. ADINATA SURYA PRATAMA
M & E : PT. METAKOM PRANATA
KONTRAKTOR
PT. JAYA KUSUMA SARANA
SUBKON & SUPPLIER
Bertugas sebagai perencana Mekanikal dan Elektrikal. Dalam proyek ini adalah PT. Metakom Pranata
2.2.3. Konsultan Manajemen Konstruksi
Konsultan ini adalah badan usaha swasta yang menerima tugas dari pemilik proyek untuk melihat, mengawasi, jalannya proyek agar sesuai dengan yang direncanakan. Dalam proyek ini Konsultan Manajemen Konstruksi langsung dari pihak owner, yaitu PT. Tasani Artha Niaga.
2.2.4. Kontraktor Pelaksana
Pihak yang melaksanakan proyek secara fisik berdasarkan gambar bestek beserta pehitungannya, dan bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi. Dalam proyek ini PT. Jaya Kusuma Sarana adalah sebagai kontraktor utama.
2.3. HUBUNGAN KERJA ANTARA UNSUR ORGANISASI
Pada proyek Hotel Ibis Gading Serpong, ada beberapa unsur/ pihak yang terlibat didalam proyek tersebut. Unsur tersebut memiliki hubungan kerja satu sama lain di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing. Hubungan kerja tersebut dapat bersifat ikatan kontrak, garis koordinasi maupun perintah.
Garis Perintah Garis Koordinasi
Dari gambar 2.2. dapat dijelaskan bahwa pemilik proyek memiliki kekuasaan penuh atas unsur-unsur pengelola proyek yang lain, yaitu : konsultan perencana, dan kontraktor pelaksana. Dalam melakukan tugas, kontraktor pelaksana harus berkoordinasi dengan konsultan MK. Dalam hal ini untuk konsultan MK langsung diemban oleh Owner sendiri, yaitu PT. Tasani Artha Niaga. Apabila timbul permasalahan yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan di lapangan dapat dicari solusinya sesuai kesepakatan bersama.
2.4. STRUKUR ORGANISASI PROYEK
Struktur organisasi proyek adalah skema atau gambaran alur kerjasama yang melibatkan banyak pihak dalam sebuah proyek. Struktur organisasi ini dibuat untuk menjabarkan fungsi tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian.
Suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya selalu menggunakan struktur organisasi sebagai wadah segala kegiatannya, tetapi untuk penerapan sistem struktur organisasinya tergantung dari kondisi perusahaan yang bersangkutan
Pada Proyek Hotel Ibis Gading Serpong, struktur organisasi proyeknya mencangkup struktur organisasi dari owner dan kontraktor pelaksana.
2.4.1 STRUKTUR ORGANISASI OWNER
Struktur organisasi owner pada proyek Hotel Ibis Gading Serpong dapat dijelaskan pada gambar 2.3.
2.4.1.1 Project Manager
Project Manager adalah seorang yang memimpin suatu
proyek, ditunjuk oleh Direktur Utama perusahaan. Seorang Project
Manager harus mempunyai kemampuan untuk mengatur dan
mengkoordinir semua bawahannya. Maka dari itu ia harus menguasai seluruh isi dari proyek agar pekerjaan berjalan sesuai rencana.
2.4.1.2 Construction Manager
Bertugas untuk mengontrol berjalannya kegiatan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor dari mulai bidang sipil, arsitek, mekanikal dan elektrikal. Selain itu juga bertugas untuk mengontrol planning dan schedulling
2.4.1.3 Civil QA & QC Engineer
Merupakan orang yang bertugas mengontrol kualitas dari semua hal yang berhubungan dengan pelaksanaan struktur bangunan. Civil engineer berkoordinasi dengan CM dalam pelaksanaan struktur.
2.4.1.3.1 Architect QA & QC Engineer
Merupakan orang yang bertugas mengelola segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan interior dan eksterior bangunan. Architect engineer berkoordinasi dengan CM dalam pelaksanaaan Gambar 2. 3 Struktur Organisasi Owner
2.4.1.3.2 Electrical QA & QC Engineer
Merupakan orang yang bertugas mengontrol kualitas dari semua hal yang berhubungan sistem elektrikal/ kelistrikan bangunan. Electrical engineer berkoordinasi dengan CM dalam pelaksanaaan elektrikal bangunan.
2.4.1.3.3 Mechanical QA & QC Engineer
Merupakan orang yang bertugas mengontrol kualitas dari semua hal yang berhubungan dengan pelaksanaan mekanikal bangunan. Mechanical engineer berkoordinasi dengan CM dalam pelaksanaaan mekanikal bangunan.
2.4.1.4 Finance Comercial
2.4.1.4.1 Accounting
Bertugas mengelola urusan keuangan dan akuntansi.
2.4.1.4.2 Cost Controling and Estimate
Bertugas untuk mengontrol biaya/ budget yang digunakan dalam proyek.
2.4.1.5 Administration and Public Relation
Mengurusi urusan umum dan SDM proyek. Semua dokumen-dokumen dan surat menyurat proyek diurusi oleh Administrasi.
2.4.2 STRUKTUR ORGANISASI KONTRAKTOR PELAKSANA Untuk kelancaran dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor pelaksana membentuk struktur organisasi di lapangan. Struktur organisasi tersebut diharapkan tidak terjadi tumpang tindih antara tugas dan tanggung jawab, sehingga semua permasalahan yang timbul dapat ditanggulangi secara menyeluruh, terpadu, dan tuntas dalam mencapai efisiensi kelancaran pekerjaan, waktu, dan biaya yang seminimal mungkin. Struktur organisasi pada kontraktor pelaksana dapat dijelaskan pada gambar 2.4.
G am b ar 2 . 4 S tr u kt u r O rg an sa si K on tr ak or P el ak sa n a
2.4.2.1 Project Manager/ Kepala Proyek
Project Manager adalah seorang yang memimpin suatu
proyek. Seorang Project Manager harus mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengkoordinir semua bawahannya. Maka dari itu ia harus menguasai seluruh isi dari proyek agar pekerjaan berjalan sesuai rencana.
2.4.2.2 Site Manager
Bertugas memimpin unit operasi lapangan, dan berwenang dalam mengelola pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Ia berkoordinasi dengan para kepala pelaksana dan mengontrol pekerjaan para mandor dan subkontraktor.
2.4.2.3 Site Engineer
Merupakan orang yang bertugas mengelola segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan struktur bangunan. Civil
engineer berkoordinasi dengan site manager dalam pelaksanaan
struktur.
2.4.2.4 Supervisor
Supervisor bertugas melakukan monitoring pelaksaan. Monitoring ini berupa peemeriksaan barang dan jasa serta
melakukan test pekerjaan di lapangan. Hal tersebut dilakukan agar semua pekerjaan dapat sesuai target dan mutu.
2.4.2.5 Surveyor
Surveyor bertugas melaksanakan marking untuk keperluan
pelaksanaan proyek dengan alat ukur seperti Theodolit dan
Waterpass. Selain itu Surveyor juga harus membuat data ukuran
kondisi lapangan sebagai masukan kebagaian engineer dan mengarsip data ukuran di lapangan. Secara periodik melaksanakan pemeliharaan pengukuran selama masa pelaksanaan pekerjaan. Melaporkan dengan segera bila terdapat penyimpangan gambar pelaksanaan terhadap hasil pengukuran di lapangan.
2.4.2.6 Drafter
Drafter bertugas membuat gambar-gambar pelaksanan di
lapangan, memperjelas gambar-gambar detail atau shop drawing berdasarkan detail design dan membuat As Built Drawing.
2.4.2.7 Logistik
Logistik bertugas melakukan pencacatan dan pemeriksaan material dan barang yang masuk ke proyek. Selain itu melakukan penjadwalan terhadap pengadaan dan pemakaian bahan dan peralatan.
2.4.2.8 Administrasi/ Keuangan
Administrasi bertugas mengelola urusan keuangan, akuntansi, urusan umum dan SDM proyek. Semua dokumen-dokumen dan surat menyurat proyek diurusi oleh Administrasi.
2.4.2.9 Safety Officer
Saffety Officer atau biasa dikenal dengan nama Health and Safety Environmental (HSE) Officer merupakan bagian yang
bertanggung jawab atas kesehatan dan keselamatan para tenaga kerja di perusahaan. HSE Officer harus mengawasi dan memastikan tenaga kerja bekerja sesuai dengan SOP agar kesehatan dan keselamatan tenaga kerja dapat terjamin.
2.4.2.10 Koordinator Plumbing
Koordinator Plumbing bertugas mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan, pemeliharaan, dan perbaikan alat plambing dan pipa serta peralatanya di dalam atau di luar gedung dengan sistem drainase saniter, drainase air hujan, ven, air minum yang dihubungkan dengan sistem kota.
BAB III
TINJAUAN PERENCANAAN
3.1 URAIAN UMUM
Proses perencanaan dalam mendirikan suatu struktur bangunan memerlukan konsep dan perhitungan yang mendasar agar diperoleh keuntungan dari pendirian bangunan tersebut. Perencanaan yang matang akan memperhatikan sekali mengenai biaya, waktu, dan tenaga dengan tidak melupakan segi estetika dari arsitektural bangunan tersebut. Dalam perencanaan bangunan memerlukan beberapa tahap, mulai dari masa perencanaan awal dengan melakukan survei lapangan hingga penyelidikan tanah yang merupakan tahap awal pelaksanaan proyek. Hal ini merupakan kelanjutan untuk tahap studi kelayakan proyek yang menjadi kerangka landasan untuk pekerjaan selanjutnya.
Setelah melalui tahap perencanaan, tahap selanjutnya adalah perekayaan dan perancangan (engineering and design). Tahap perancangan sendiri ada tiga tahapan, yaitu :
3.1.1 Tahap Pra Rancangan
Tahapan ini mencangkup kriteria desain, skematik desain, dan estimasi biaya konseptual.
3.1.2. Tahap Pengembangan Rancangan
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap pra rancangan, menghasilkan estimasi biaya yang sudah terperinci.
3.1.3. Tahap Desain Akhir
Tahap ini menghasilkan gambar detail, spesifikasi teknis dan arsitektur, daftar volume, rencana anggaran biaya, dan uraian kerja dan syarat-syarat.
Pembuatan uraian kerja dan syarat-syarat mencakup semua aspek antara lain material, peralatan, tenaga kerja, spesifikasi bahan dan mutu dari pekerjaan.
Perhitungan anggaran biaya mencangkup semua biaya yang dibutuhkan untuk bahan, upah dan biaya lain yang berhubungan dengan proyek. Pada umumnya perencanaan Proyek Pembangunan Hotel Ibis Gading Serpong, meliputi :
a. Persiapan
b. Pekerjaan Struktur c. Pekerjaan Arsitektur d. Pekerjaan Pumbing, dan e. Pekerjaan Tambah Kurang
Proses perencanaan tersebut saling terkait dan harus mampu mewujudkan suatu bangunan yang memenuhi segi arsitektur, mekanikal elektrikal dan plumbing serta struktur yang kuat yang menjamin keamanan dan kenyamanan penggunanya.
3.2. TINJAUAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan/ prelim pada Proyek Pembangunan Hotel Ibis Gading Serpong meliputi :
a. Manajemen dan koordinasi lapangan b. Pembuatan dokumen kontrak
c. Pembuatan shop drawing dan as built drawing d. Pembuatan kantor direksi di lapangan
e. Pembuatan gudang bahan dan los kerja f. Pembuatan pagar sementara proyek g. Pembuatan papan nama proyek h. Pengujian dan pemeriksaan bahan
i. Perlengkapan K3, mencangkum pemadam kebakaran, P3K, dan APD
j. Mobilisasi dan demobilisasi
k. Pengadaan sumber air dan tenaga listrik serta dewatering l. Pengukuran dan bouwplank
3.3. TINJAUAN PEKERJAAN STRUKTUR 3.3.1. STRUKTUR BAWAH
Struktur bangunan bawah yaitu struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah yang lazim disebut pondasi. Pondasi merupakan
bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
differential settlement pada sistem strukturnya.
Perencanaan struktur bawah harus benar-benar optimal, sehingga keseimbangan struktur secara keseluruhan dapat terjamin dengan baik dan sekaligus ekonomis. Selain itu beban seluruh struktur harus dapat ditahan oleh lapisan tanah yang kuat agar tidak terjadi penurunan di luar batas ketentuan, yang dapat menyebabkan kehancuran atau kegagalan konstruksi. Oleh karena itu, ketepatan pemilihan sistem struktur merupakan sesuatu yang penting karena menyangkut faktor resiko dan efisiensi kerja, baik waktu maupun biaya. Adapun beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jenis pondasi yang akan digunakan antara lain :
1. Fungsi bangunan.
2. Beban yang bekerja pada bangunan. 3. Kondisi tanah di bawah bangunan. 4. Faktor ekonomi.
5. Peralatan dan teknologi yang tersedia. 6. Keadaan di sekitar lokasi bangunan.
Perencanaan struktur bawah pada proyek Hotel Ibis Gaing Serpong, Tangerang meliputi perencanaan berupa :
1. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang 2. Perencanaan Pile Cap
3. Perencanaan Tie Beam 3.3.1.1. Pondasi Tiang Pancang
Pada perencanaan pondasi Tiang Pancang, digunakan penampang persegi dimensi 40x40 cm2 sebanyak 165 titik, dengan
kedalaman pancang paling dalam mencapai tanah keras adalah 13.7 meter. Mutu beton yang digunakan adalah K-500.
Pile Cap berfungsi menerima beban dari kolom yang
kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang. Pile cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum didirikan kolom di bagian atasnya. Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom,
pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari
pembebanan yang ada. Selain itu, bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan bentuk segienam dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu.
Pile Cap yang digunakan pada proyek ini terbuat dari beton
bertulang dengan mutu beton K 350. Bentuk dan ukuran Pile Cap yang diambil harus memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis.
3.3.1.3. Sloof ( Tie Beam )
Sloof atau Tie Beam adalah balok yang terletak atau bertumpu pada permukaan tanah. Sloof atau Tie beam biasanya digunakan untuk menghubungkan antara pile cap yang satu dengan
pile cap yang lainnya. Tie beam juga berfungsi menopang slab atau
pelat lantai yang berhubungan langsung dengan permukaan tanah. Mutu yang digunakan adalah beton K 300.
Gambar 3. 2 Pekerjaan Pile Cap
3.3.2. STRUKTUR ATAS
Struktur bangunan atas, yaitu struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah, yang meliputi : struktur atap, pelat lantai, kolom, balok, dan dinding. Selanjutnya, balok dan kolom ini menjadi satu keatuan yang kokoh dan sering disebut sebagai kerangka (portal) dari suatu gedung. Struktur bangunan atas berfungsi menerima beban mati, beban hidup, berat sendiri struktur dan beban-beban lainnya yang direncanakan. Selain itu, struktur bangunan atas harus mampu mewujudkan perencanaan arsitektur sekaligus harus mampu menjamin segi keamanan dan kenyamanan serta ekonomis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam bangunan ini harus mampu mempunyai kriteria perencanaan antara lain kuat, tahan api (untuk struktur utama), awet dalam jangka waktu umur rencana, mudah didapat dan diaplikasikan, ekonomis (kualitas baik, harga rendah serta mudah pemeliharaannya). Bahan kontruksi yang memenuhi kriteria tersebut adalah beton bertulang. Struktur bangunan ini tersusun atas beberapa elemen yang memiliki fungsi berbeda antara satu dengan yang lainnya, bagian-bagian tersebut antara lain :
1. Kolom (column) 2. Balok (beam) 3. Pelat lantai (slab) 4. Tangga
3.3.2.1 Perencanaan Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Sedangkan menurut SK SNI T-15-1991-03 kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Perencanaan kolom pada proyek Pembangunan Hotel Ibis Gading Serpong mempunyai dimensi kolom yang berbeda-beda, pada umumnya semakin tinggi bangunan, dimensi kolom mengalami pengecilan. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada gambar
Tabel 3. 1 Dimensi Kolom Proyek Hotel Ibis Gading Serpong
Tipe Kolom Dimensi (mm)
Diameter Tulangan Poko k Sengkan g C1 400 x 1500 D22 D10 400 x 1400 D22 D10 300 x 1300 D22 D10 250 x 1300 D19 D10 250 x 1200 D19 D10 250 x 1100 D19 D10 250 x 1000 D19 D10 250 x 800 D19 D10 C2 400 x 1200 D22 D10 400 x 1100 D22 D10 300 x 1100 D19 D10 300 x 1000 D19 D10 250 x 1000 D19 D10 250 x 900 D19 D10 250 x 800 D16 D10 C3 400 x 900 D19 D10 400 x 800 D19 D10 300 x 800 D16 D10 300 x 700 D16 D10 250 x 700 D16 D10 25 x 600 D16 D10 C4 400 x 600 D16 D10 300 x 600 D16 D10 C5 300 x 500 D16 D10 Mutu Beton : K 350
Mutu Baja : BJTP 24 (tulangan sengkang) dan BJTD 40 (tulangan pokok)
Semakin ke atas ukuran kolom akan semakin kecil, selain itu jumlah tulangan kolom juga akan semakin sedikit. Tulangan menggunakan baja ulir. Sambungan tulangan kolom dilakukan apabila panjang tulangan kolom tidak lagi mencukupi. Sambungan diusahakan pada posisi dimana kolom menerima gaya momen
diperlukan panjang overlap minimal 40D. Besarnya nilai D dipengaruhi dengan besar diameter tulangan yang digunakan dan mutu beton. Besarnya panjang penyaluran ini dapat dilihat pada table 3.2
Tabel 3. 2 Panjang Penyaluran Mutu Tulanga n db (mm ) Panjang Penyaluran l (mm) Mutu Beton f'c (MPa) 20
MPa MPa25 MPa30 MPa35 MPa40 MPa45 50 MPa BJTP-24 8 780 780 780 780 780 780 780 10 780 780 780 780 780 780 780 12 780 780 780 780 780 780 780 BJTD-40 8 390 390 390 390 390 390 390 10 440 440 440 440 440 440 440 12 530 530 530 530 530 530 530 13 570 570 570 570 570 570 570 16 700 700 700 700 700 700 700 19 980 930 880 840 830 830 830 22 1310 1240 1180 1120 1030 970 970 25 1690 1600 1520 1450 1330 1250 1250 29 2280 2150 2040 1940 1790 1680 1680 32 2770 2620 2480 2360 2170 2040 2040 36 3510 3320 3150 3000 2750 2590 2590
3.3.2.2 Perencanaan Balok
Perencanaan balok digunakan untuk menahan gaya lintang, normal, momen dan puntir yang mungkin bekerja pada balok tersebut. Selain itu balok berfungsi sebagai :
1. Penghubung antar kolom yang satu dengan yang lain
2. Memikul beban yang diterima plat dan meneruskan beban ke kolom
3. Membagi plat menjadi segmen-segmen yang lebih kecil Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan pada plat dan meneruskan beban dari plat ke balok induk. Dimensi balok induk pada bangunan ini sangat bervariasi tergantung dari besar kecilnya beban dan luas plat yang dipikul oleh balok induk dan disesuaikan dengan perencanaan arsitekturnya. Spesifikasi balok sebagai berikut :
Tabel 3. 3 Dimensi Balok Proyek Hotel Ibis Gading Serpong Tipe Balok Dimensi (mm) Diameter Tulangan Pokok Sengkang BI-1 350 x 500 D19 D10 BI-2 300 x 700 D22 D10 BI-3 250 x 600 D22 D10 BI-4 600 x 400 D22 D10 BI-5 700 x 400 D22 D10 BA-1 300 x 500 D22 D10 T5/P5 200 x 400 D13 D10 T7/P7 250 x 500 D16 D10 T9/P9 300 x 600 D16 D10 T10 300 x 650 D16 D10 P8 250 x 550 D16 D10 P11 350 x 750 D19 D10 S3 150 x 300 D10 D8 S5 200 x 400 D13 D10 S7 250 x 500 D16 D10 BT-2 1200 x 500 D22 D10 BT-3 800 x 500 D22 D10 BT-4 800 x 300 D22 D10 BT-5 600 x 300 D22 D10 BT-6 400 x 300 D16 D10 BT-9 300 x 300 D16 D10 BI-1A 400 x 500 D19 D10 BI-2A 350 x 700 D22 D10 BI-3A 300 x 600 D22 D10 BA-1A 350 x 500 D22 D10 T7A 300 x 500 D16 D10 P7A 300 x 500 D16 D10 S7A 300 x 500 D16 D10 Mutu Beton : K 300
3.3.2.3 Perencanaan Plat Lantai
Plat lantai atau slab merupakan suatu konstruksi yang menumpang pada balok. Pada proyek ini plat lantai dibuat monolit dengan balok sehingga diasumsikan terjepit pada keempat sisinya. Plat lantai direncanakan agar mampu menahan beban mati dan beban hidup pada waktu pelaksanaan konstruksi maupun pada waktu gedung dioperasikan, serta berfungsi sebagai diafragma untuk menjaga kestabilan konstruksi, atau dapat disimpulkan fungsi dari plat lantai tersebut sebagai berikut :
1. Memisahkan ruang bangunan secara horizontal 2. Menahan beban yang bekerja padanya
3. Menyalurkan beban ke balok di bawahnya
4. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal 5. Meredam suara dari ruang atas maupun ruang bawah
Konstruksi plat lantai pada Proyek Hotel Ibis Gading Serpong Tangerang memiliki spesifikasi sebagai berikut :
Mutu beton : K 300
Tebal : 120 mm
Tulangan : Wire mesh M8
Tegangan Leleh Karakteristik : 5000kg/cm2 ; U - 50
Tegangan Geser Kampuh Las : 2500 kg/cm2
Bentuk Permukaan Kawat : Ulir
Spasi Standard : l50mm x l50mm (Type M)
Ukuran Standard : 5,4m x 2,1m (per lembar)
Diameter : 8 mm
Gambar 3. 13 Detail Penulangan Plat Lantai
3.3.2.4 Perencanaan Tangga
Tangga dipergunakan sebagai sarana mobilisasi vertikal antara lantai yang satu dengan lantai yang lain yang memiliki beda elevasi. Pada proyek ini, tangga ditempatkan pada bagian depan dan belakang. Tangga bagian depan dibagi menjadi dua peruntukkan, yaitu tangga sirkulasi meeting yang menghubungkan dari lantai dasar sampai lantai mezzanine, dan tangga darurat depan, yang menghubungkan dari lantai basement sampai dengan lantai 11. Sedangkan untuk tangga bagian belakang diperuntukkan sebagai tangga darurat belakang, kapasitas tangga darurat belakang ini lebih besar dari kapasitas tangga darurat depan, hal itu dikarenakan tangga darurat belakang difungsikan sebagai tangga untuk memuat barang, tangga ini menghubungkan dari lantai
basement sampai dengan lantai atap.
Tebal Satu Anak Tangga : 179 mm (tergantung ketinggian lantai)
Mutu Beton : K 300
Mutu Baja : BJTP 24 dan BJTD 40
Tulangan : D10, D16
Sengkang :
ø
83.4. TINJAUAN PEKERJAAN ARSITEKTUR
Perencanaan arsitektural adalah tahap awal dari perencanaan bangunan, termasuk di dalamnya perencanaan interior, eksterior, facade dan unit rate. Dalam tahap desain arsitektural ini akan ditentukan bentuk, dimensi ruang, dan tata letak/ layout bangunan yang disesuaikan dengan fungsi dari bangunan tersebut.
Gambar 3. 16 Pekerjaan Tangga
Pertimbangan segi fungsi dapat dilihat dari fasilitas yang tersedia yang akhirnya menentukan besaran dan bentuk bangunan. Pertimbangan atas segi keindahan dapat dilihat dari desain struktur dan jenis material finishing. Pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas tidak lepas dari keinginan pemilik proyek. Pada perencanaan arsitektur ruangan-ruangan yang akan mengisi antara lain yaitu :
1. Lantai Basement terdiri atas :
a. Control Room
b. Ruang Telkom, Server, Genset, UPS & Battery c. PUTR, PUTM & Travo
d. Workshop ME, Eng. Dept. Store
e. Pit Lift f. Cubicle PLN g. Praying Room h. Parking Area i. Store j. Sec. Office
l. Cost Control Received, Purchasing m. Pump Room
n. General Store
o. GWT (Ground Water Tank) 2. Lantai Ground terdiri atas :
a. Area Drop Off b. R. Lobby c. Back Office d. Toilet e. Parking Area f. Security g. Panel Area h. Gas Bank
3. Lantai Upper terdiri atas :
a. Bar Lounge b. Male Toilet c. Female Toilet d. Panel Area e. Restaurant f. Kitchen g. Terrace
4. Lantai Semi Mezzanine terdiri atas :
a. GM. Office b. Lobby Lift c. Personal Department d. Praying Room e. Male Toilet f. Female Toilet g. Pantry h. Panel Area i. Staff Canteen
j. Housekeeping k. Female Locker l. Male Locker
5. Lantai Mezzanine terdiri atas :
a. Meeting Area b. Pre-Function c.Store
d. Pantry e.Panel Area
6. Lantai 1 terdiri atas :
a. Lobby Lift b. Panel Area c.Linen Area
d. 18 Kamar
e.1 Kamar Disable
7. Lantai 2-11 terdiri atas :
a. Lobby Lift b. Panel Area c.Linen Area
d. 19 Kamar
3.4 PERENCANAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
Perencanaan mekanikal dan elektrikal pada suatu gedung/ bangunan tidak selalu sama. Perancangan ini didasarkan pada kebutuhan dan fungsi bangunan tersebut. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal pada proyek ini direncanakan meliputi:
1. Instalasi Listrik 2. Instalasi Penerangan 3. Penangkal Petir
4. Sistem Komunikasi (telepon) 5. Sistem Tata Suara
6. Sistem Fire Alarm
7. Sistem Pekerjaan Plumbing (air bersih, air kotor, air hujan, air buangan)
8. Sistem Tata Udara dan Ventilasi Mekanik 9. Sistem Lift
BAB IV
BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN KERJA
4.1.TINJAUAN UMUMKeberhasilan suatu proyek ditentukan dari pekerjaan-pekerjaan teknis di lapangan yang baik dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu : ASTM (American Society for Testing & Material), SNI, PBI, NI. sehingga diperlukan adanya pengelolaan bahan dan peralatan yang baik serta penggunaan tenaga pelaksana yang terampil dan berpengalaman.
Penyediaan bahan harus selalu disesuaikan dan dikontrol dengan tahapan pekerjaan yang sedang ataupun yang akan berlangsung, dan dilaksanakan tepat waktu agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Peralatan merupakan sarana untuk mempercepat pelaksanaan suatu pekerjaan serta membantu pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan oleh tenaga manusia, sehingga diperoleh efisiensi tenaga kerja lebih baik. Pada penggunaan peralatan kerja, seluruh alat yang digunakan harus memiliki sertifikat uji dari ISO 9001-2002 dan mendapatkan ijin penggunaan dari Departemen Tenaga Kerja.
4.2. BAHAN BANGUNAN 4.2.1. Material Beton
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan cmpuran tambahan membentuk massa padat. (SK.SNI T-15-1990-03:1).
Beton ready mix adalah beton yang berupa bahan konstruksi siap tuang, artinya siap untuk langsung dipakai pada pekerjaan pengecoran. Beton ready mix biasanya dibuat dalam jumlah besar. Salah satu pertimbangan pemakaian beton ready mix adalah faktor efisiensi waktu, biaya dan tenaga kerja. Mengingat bahwa beton
ready mix merupakan bahan siap pakai, maka beton ready mix
dapat langsung dipakai untuk pekerjaan pengecoran dalam jumlah banyak, tanpa harus menunggu proses pembuatan dengan cara sedikit demi sedikit. Suplayer Beton Ready Mix pada proyek Hotel Ibis Gading Serpong Tangerang ini adalah Pionir Beton dan Holcim. Untuk satu truk mixer memiliki volume 7 m³.
Pengangkutan dari tempat pembuatan beton ready mix (batching plant) ke lokasi proyek menggunakan mixer truck yang disediakan oleh pihak pembuat beton. Untuk pengecoran digunakan
concrete pump. Syarat–syarat mix design agar bisa dipompa dengan concrete pump adalah:
Mempunyai workability yang cukup sehingga dapat dengan mudah mengikuti perubahan bentuk dan arah selama melewati pipa dengan tekanan kecil pada concrete pump. Pasta portland cement harus cukup sehingga dapat melapisi
permukaan beton dan mengurangi gesekan terhadap pipa
concrete pump.
Adapun keuntungan pemakaian beton ready mix antara lain : 1. Menghindari kotornya proyek karena penimbunan material. 2. Mempercepat pekerjaan pembetonan.
3. Mengurangi jumlah pekerja.
4. Menjamin mutu hasil pengecoran sesuai persyaratan. Adapun kerugian pemakaian beton ready mix adalah :
1. Bila terjadi kelebihan beton akibat pemesanan, maka menjadi tanggung jawab pihak kontraktor.
2. Pemesanan hanya bisa diproses jika minimal 3 m3, apabila
pengecoran tidak memenuhi harga minimal, maka pemesanan tidak akan diproses.
3. Jika pada saat pengecoran terjadi pembatalan akibat cuaca seperti hujan lebat atau hal lain, maka adukan yang terlalu lama disimpan dalam mixer (melebihi waktu yang
ditentukan) harus dibuang, karena dipastikan akan terjadi
setting time. Hal ini menjadi tanggung jawab kontraktor
sebagai pemesan.
4. Kemungkinan terjadi keterlambatan pengecoran akibat terhambatnya transportasi pengangkutan pada saat perjalanan atau jarak yang sangat jauh antara batching plant dengan lokasi proyek harus diperhitungkan, jangan sampai terjadi
setting time.
Uraian material pembentuk beton sebagai berikut : 4.2.1.1. Semen
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air dan semen juga merupakan suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat. Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu semen nonhidrolik dan semen hidrolik.
Tabel 4. 1 Jenis Semen
NO Macam Semen Definisi
1. Semen Nonhidrolik
a. Kapur Semen Nonhidrolik yang dihasilkan oleh proses kimia dan mekanis di alam yang berfungsi memperbaiki permukaan beton yang tidak mengandung pori-pori. Kekuatan kapur sebagai bahan pengikat hanya dapat mencapai sepertiga kekuatan semen portland.
2. Semen Hidrolik
b. Semen Pozolan c. Semen Terak d. Semen Portland e. Semen Portland Pozollan (PPC) f. Semen Putih
adukan tembok, lapisan bawah plesteran, plesteran akhir, bahan pencampur semen, dan sebagai bahan tambah jika beton akan diekspose.
Bahan ikat yang mengandung silika amorf yang apabila dicampur dengan kapur akan membentuk benda padat yang keras sebagai bahan tambah yang digunakan pada bangunan yang tidak memerlukan persyaratan konstruksi yang khusus, tetapi menggunakan banyak bahan semen.
Semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu campuran seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor, digunakan sebagai campuran beton pada jenis pekerjaan yang tidak begitu mementingkan aspek kekuatan.
Semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik yang umumnya mengandung satu atau lebih kalsium sulfat sebagai bahan tambahan (ASTM C-150,1958). Fungsi utama semen adalah sebagai bahan pengikat butir-butir agregat. Campuran semen portland dan bahan-bahan yang bersifat pozzolan seperti terak tanur tinggi dan hasil residu PLTU, umumnya digunakan untuk beton yang diekspos terhadap sulfat.
Semen portland yang kadar oksida besinya rendah, kurang dari 0,5% dan digunakan
g. Semen Alumina
untuk membuat siar keramik dan benda yang mengandung nilai seni.
Semen tahan api yang memiliki kekuatan tekan awal yang tinggi serta tahan terhadap serangan asam dan garam-garam sulfat sehingga hanya dapat dipergunakan di negara yang mempunyai musim dingin.
Sumber : Teknologi Beton,Tri Mulyono2003
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik yang diberikan. Dalam pekerjaan beton, jenis semen yang paling banyak digunakan adalah Semen Portland. Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam semen akan membentuk karakter dan jenis semen. Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland dibagi menjadi 5 jenis (SNI T-15-1990-03:2).
Tabel 4. 2 Klasifikasi Semen Portland
Tipe Semen Macam Semen Definisi
Tipe I Tidak memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya.
Digunakan secara luas sebagai semen umum untuk konstruksi teknik sipil dan arsitektur.
Tipe II Memerlukan
ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Memiliki kadar C3A tidak lebih dari
8%. Secara umum dipakai untuk beton massif yang besar, seperti pekerjaan dasar untuk bendungan, jembatan atau bangunan besar.
Tipe III Memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi.
Memiliki kadar C3A dan C3S yang
tinggi. Dipergunakan untuk konstruksi pada daerah yang bertemperatur rendah (mempunyai musim dingin).
Tipe IV Memerlukan panas hidrasi yang rendah.
Digunakan untuk pekerjaan yang besar dan masif, seperti untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya.
Tipe V Memerlukan
ketahanan sulfat yang tinggi.
Digunakan untuk pekerjaan beton dalam tanah yang mengandung sulfat dalam prosentase yang tinggi atau pada bangunan yang berhubungan dengan air laut dan air buangan industri.
Pada proyek Hotel Ibis Gading Serpong, semen yang digunakan adalah Tigaroda Indocement dan Holcim,
Portland Cement Type I.
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran butiran lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36 mm). Agregat kasar/ kerikil yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat berdasarkan ketentuan yang ada menurut PBI 1971 (NI-2) Pasal 3.4, yaitu :
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% yang ditentukan terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat harus dicuci.
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat organic dan bahan alkali yang dapat merusak beton.
Kekerasan butir-butir agregat kasar yang diperiksa dengan mesin Los Angeles tidak boleh terjadi kehilangan berat atau keausan agregat lebih dari 50%.
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya. Mempunyai modulus kehalusan antara 6-7,10 dan apabila diayak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0% dari berat sisa. 2. Di atas ayakan 4,8 mm 90%-98% dari berat.
3. Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan maksimum 60% dan minimum 10% dari berat.
Pada proyek Hotel Ibis Gading Serpong Agregat kasar yang digunakan adalah split 1:2, sedangkan untuk beton
4.2.1.3. Agregat Halus 4.2.1.3.1. Pasir
Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14-5 mm yang didapat dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuan alam
(natural sand) atau dapat juga dengan memcahnya (artificial sand), tergantung dari kondisi
pembentukan terjadinya.
Agregat halus untuk sand blanket dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat halus atau pasir yang digunakan dalam suatu proyek konstruksi harus berkualitas tinggi dan memenuhi beberapa persyaratan. Pasir yang digunakan diperiksa mengenai :
Kandungan lumpur atau kotoran-kotorannya. Kekerasan dan kekuatannya.
Susunan butiran (gradasi)
Menurut PBI 1971 (NI-2) Pasal 33, pasir yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a) Agregat halus terdiri dari butira-butiran tajam dan keras, bersifat kekal dalam arti tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti panas matahari dan hujan.
b) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap berat kering). Lumpur yang dimaksud adalah butiran-butiran yang lolos saringan diameter 0,063 mm.
Apabila kadar lumpur lebih dari 5 % maka pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai.
c) Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik lebih dari 0,25 % yang dibuktikan dengan warna abram – harder (larutan NaOH).
d) Pasir mempunyai gradasi butiran bervariasi, dan apabil diayak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat.
b. Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat.
c. Sisa di atas ayakan 0,25 mm, harus beerkisar antara 80%-90% berat.
4.2.1.3.2 Abu Batu
Abu batu merupakan hasil sampingan dalam produksi batu pecah. Abu batu yang dapat digolongkan sebagai filler adalah abu batu yang memiliki diameter lebih kecil dari 0,125 mm. Menurut Celik dan Marar (1996), agregat halus yang dihasilkan dari lokasi stone crusher mengandung kurang lebih 17% sampai 25% fraksi abu batu.
Penambahan filler yang dimaksudkan untuk meningkatkan viskositas beton perlu dicermati dalam hal spesifikasi bahan maupun harga di pasaran, dalam penelitian ini dipilih serbuk abu batu karena bahan ini bersifat higroskopis dan mudah didapatkan dengan harga yang murah. Penggunaan serbuk abu batu dapat meningkatkan viskositas beton segar sekaligus mengurangi kecenderungan terjadinya segregasi dan bleeding pada beton segar,
serbuk abu batu dapat mengisi rongga-rongga yang ada pada beton sehingga dapat meningkatkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
Tabel 4. 3 Sifat-sifat Agregat
Sifat-sifat Metode Pengujian
Batas Maksimum yang diijinkan untuk agregat
Halus Kasar Keausan Agregat dengan
mesin los Angeles pada 500 putaran
SNI 03-2417-1991 - 40 %
Kekekalan Bentuk Batu terhadap larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat setelah 5 siklus
SNI 03-3407-1994 10 % 12 %
Gumpalan lempung dan partikel yang mudah pecah
SK SNI M-01-1994-03 0.5 % 0.25 % Bahan yang lolos ayakan
No.200 SK SNI M-02-1994-03 3 % 1 %
4.2.1.4. Air
Air digunakan pada pembuatan beton agar terjadi proses kimiawi dengan semen untuk membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang digunakan sebagai bahan campuran beton, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam/ zat organik) lebih dari 15 gram/ liter. 3. Tidak mengandung khlorida (CI) lebih dari 0,5
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/ suling (PB 1989:9).
4.2.1.5. Bahan Tambahan
Admixture adalah bahan selain unsure pokok beton
(air, semen, dan agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum, segera, atau selama pengadukan beton. Tujuannya ialah untuk mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah mengeras, misalnya : mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah kuat tekan, menambah daktilitas (mengurangi sifat getas) dan mengurangi keretakan.
Admixture yang digunakan dalam beton dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu admixture yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive). Bahan tambah kimia lebih banyak digunakan untuk mengubah perilaku beton saat pelaksanaan sedangkan additive lebih banyak bersifat penyemenan sehingga digunakan untuk perbaikan kinerja kekuatan beton.
55
No Jenis Admixture Kegunaan
1. Chemical Admixture ASTM C.494
a. TIPE A
"Water Reducing Admixtures"
Memproduksi beton dengan mengubah kadar semen tetapi tidak mengubah faktor air semen dan slump.
b. TIPE B
"Retarding Admixtures"
Menghambat waktu pengikatan beton
(setting time) dan menghindari dampak
penurunan beton segar pada saat pengecoran dilaksanakan.
c. TIPE C
"Accelerating Admixtures"
Mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton.
d. TIPE D
"Water Reducing and Retarding Admixtures"
Menambah kekuatan beton dan mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan air.
e. TIPE E
"Water Reducing and Accelerating Admixtures"
Mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan awal.
f. TIPE F
"Water Reducing, High Range Admixtures"
Mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih
g. TIPE G
"Water Reducing, High Range Retarding Admixtures"
Menghambat pengikatan beton dan mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih
2. Additive
a. Fly ash ASTM C.618
Memperbaiki kinerja workability, mengurangi panas hidrasi dan mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat.
b. Slag
ASTM C. 989
Mempertinggi kekuatan tekan beton, menaikkan rasio kelenturan dan kuat