• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendalian Penyakit Menular

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan Klk, (Halaman 38-43)

SITUASI UPAYA KESEHATAN

MOP/MOW IMPLANT

C. Pengendalian Penyakit Menular

Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular di Kabupaten Klungkung dilaksanakan melalui pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan penemuan kasus secara dini dilanjutkan dengan penanganan secara cepat dan tepat melalui pengobatan penderita.

a. Pelaksanan surveilans epidemiologi.

Kegiatan surveilans epidemiologi menyediakan informasi epidemiologi penyakit baik terhadap penyakit menular maupun new emerging disease yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi dalam memprediksi dan mendeteksi dini terhadap peningkatan penderita atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan epidemis penyakit. Kegiatan Surveilan epidemiologi terhadap vektor penyakit dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik berkala (Pokja Jumantik) dan pola penyebaran kasus serta perubahan iklim baik untuk vektor penularan DBD (demam berdarah dengue), vektor malaria, cikungunya dan penyakit baru (new emerging disiase). Pemantauan jentik berkala oleh petugas kesehatan maupun juru pemantau jentik (Jumantik) untuk memantau nyamuk aedes aegypti, sedangkan petugas Juru Malaria Desa (JMD) untuk mengawasi perkembangan jentik nyamuk malaria dan tempat perindukannya (lagoon). Surveylance epidemiologi juga dilakukan pada kasus rabies dan Flu burung di desa yang terjangkiti.

Profil Kesehatan KLK,2013

Dalam pengendalian rabies, untuk mencegah kematian diberikan vaksin VAR terhadap kasus gigitan hewan penular yang dicurigai dapat menularkan rabies.

b. Pengendalian penyakit polio.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Kegiatan ini ditindaklanjuti dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP (Acute Flaccid Paralisis) pada kelompok umur < 15 tahun. Kegiatan ini dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya virus polio liar yang berkembang di masyarakat. Setiap kasus-kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui keberadaan virus polio liar. Sedangkan tahun 2012 terdapat 2 kasus AFP umur < 15 tahun dan AFP rate sebesar 4,57 per 100.000 penduduk umur<15 tahun dan hasilnya negatif. Demikian pula tahun 2013 kasus AFP < 15 tahun berjumlah 2 kasus dengan AFP rate sebesar 4,37 per 100.000 penduduk < 15 tahun.

c. Pengendalian penyakit Demam berdarah Dengue (DBD)

Upaya pengendalian DBD terdiri dari 3 hal pokok yaitu peningkatan surveilans epidemiologi, diagnosa dini dan pengobatan dini dan pengendalian vektor penyakit DBD. Upaya tersebut dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk aedes aegypti (PSN) dan juru pemantau jentik (Jumantik). Dari 29.968 rumah yang diperiksa jentik nyamuk Aedes Agypty menunjukan angka bebas jentik 93,45 % tahun 2013, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 92,37 % namun belum mencapai target SPM sebesar >95%. Semua kasus DBD telah ditangani seluruhnya sehingga Angka kematian/case fatality rate (CFR) DBD pada tahun 2013 sebesar 0. Inciden rate kasus DBD di Kabupaten Klungkung Tahun 2013 sebesar 142,64 per 100.000 penduduk.

d. Pengendalian penyakit malaria.

Upaya pengendalian penyakit malaria dilakukan terhadap pengendalian vektor potensial malaria dengan pengawasan lagoon, penegakkan diagnosa secara cepat dan pengobatan yang tepat. Upaya penegakkan diagnosa penderita di wilayah Jawa Bali dilakukan secara aktif (active case detection) oleh juru malaria desa (JMD) dengan mendatangi keluarga yang mengeluhkan gejala klinis. Angka kesakitan malaria (Anual Parasit

Insident /API) di Kabupaten Klungkung tahun 2013 sebesar 0,02 per 1000

penduduk dan sudah dapat dikendalikan secara signifikan walaupun mobilitas penduduk pendatang dari daerah endemis sangat tinggi. Semua kasus malaria sudah mendapat penangan pengobatan (100%) dengan angka kematian (CFR) karena malaria sebesar 0%.

c. Pengendalian penyakit kusta.

Upaya pelayanan terhadap penderita kusta antara lain melakukan penemuan penderita melalui survei kontak, dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak penderita. Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, lampren dan DDS selama kurun waktu tertentu. Apabila ditemukan penderita kusta dalam kondisi sudah parah akan dilanjutkan dengan rehabilitasi melalui institusi pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Angka penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) sudah mencapai 100% dari target 90%.

d. Pengendalian penyakit Tuberkulosis.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shourtcourse

Chemotherapy) melalui pengawasan menelan obat. Kegiatan ini meliputi

penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak yang dilanjutkan dengan paket pengobatan.

Profil Kesehatan KLK,2013

Grafik 25. Trend penemuan penderita TB paru, di Kabupaten Klungkung tahun 2009 s.d 2013

101,00 78,99 70,28 77,78 57,63 0 20 40 60 80 100 120 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Klk, 2013

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Case Detection Rate (CDR) TB paru positif cenderung berfluktuatif mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 serta sudah mencapai target sebesar 70% kecuali tahun 2012 masih dibawah target.

Tahun 2013 Semua penderita TB paru positif sebanyak 94 penderita (100%) sudah mendapatkan paket pengobatan TB dengan strategi DOTS. Angka kesembuhan penderita TB paru sebesar 86,05% sudah mencapai target 80%.

e. Pengendalian penyakit ISPA dan Diare.

Pengendalian penyakit ISPA lebih difokuskan pada penanganan dini dan tatalaksana kasus secara cepat dan tepat terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan bila peralatan tidak memenuhi standar dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Tahun 2013 angka penemuan pneumonia pada balita 45,50 per 1000 hampir sama dengan angka penemuan pneumonia pada balita tahun 2012 sebesar 45,53 per 1000 balita.

Kegiatan penanggulangan dan pengobatan penderita diare tahun 2013 di 9 puskesmas ditemukan sebanyak 4599 penderita yang menyebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klungkung, yang mendapat penanganan sebanyak 77,0%.

f. Penanggulangan PMS dan HIV/AIDS.

Upaya penanggulangan PMS, HIV/AIDS ditujukan pada penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya preventif melalui penemuan penderita yang dilanjutkan dengan konseling (VCT).

Diprediksikan angka kesakitan IMS di Kabupaten Klungkung cukup tinggi, karena kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara komulatif terus meningkat. Masih belum optimalnya penemuan kasus IMS disebabkan oleh ada kecendrungan masyarakat mencari pelayanan pengobatan IMS lebih banyak ke dokter praktek swasta daripada ke sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Secara komulatif sampai tahun 2013 kasus baru HIV/AIDS di Kabupaten Klungkung sebanyak 26 ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) berdasarkan hasil sero survei, screening darah donor dan data VCT di RSUP Sanglah, RSUD Klungkung serta Puskesmas, dan terdapat kasus baru AIDS sebanyak 14 orang. Secara demografi semua wilayah yang ada di Kabupaten Klungkung memiliki resiko terjadinya transmisi infeksi HIV/AIDS terutama wilayah yang mempunyai resiko tinggi yaitu Desa Gunaksa, Tangkas, Jumpai, Lembongan, Jungutbatu dan Ceningan. D. Pembinaan kesehatan lingkungan & sanitasi dasar

a. Pembinaan dan pengawasan rumah sehat

Status rumah sehat tercermin dalam indikator penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan dan kualitas air bersih yang dimiliki oleh masing-masing rumah tangga. Dari hasil pembinaan dan pengawasan terhadap 46.884 rumah, yang memenuhi syarat rumah sehat mencapai 24.871 (79,7%) dari target sebesar 65%.

Profil Kesehatan KLK,2013

b. Penyehatan kualitas air dan jamban keluarga

Dari 48.013 KK yang diperiksa, akses keluarga terhadap air bersih baik diperkotaan maupun di pedesaan sudah mencapai rata-rata sebesar 96,50 % dari yang ditargetkan sebesar 80%.

Jumlah keluarga yang memiliki jamban sebesar 81,1% dengan status jamban sehat hasil pemeriksaan sebesar 96,3% dari 47.637 KK yang diperiksa.

c. Pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga

Dari 23.813 KK yang diperiksa terdapat 80,5 % keluarga yang memiliki tempat sampah dan memenuhi syarat kesehatan sebesar 84,5%.

Sedangkan dalam pengelolaan air limbah rumah tangga dari dari 32.521 rumah yang diperiksa, sebanyak 77,8 % KK memiliki pengelolaan air limbah dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 83,3 %,

d. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Sehat (TUPM)

Tempat pengolahan makanan yang diperiksa seperti restoran/rumah makan yang diperiksa sebanyak 886 buah, terdapat sebanyak 703 (79,35%) sudah memenuhi syarat kesehatan dan dari 48 hotel yang diperiksa, seluruhnya telah memenuhi syarat kesehatan. Dari 25 buah pasar yang diperiksa, baru 22 diantaranya sehat (84,62%).

e. Tempat-Tempat Umum sehat

Dari 823 TTU yang diawasi meliputi Sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran dan sarana lainnya sudah dibina sebanyak 95,7%.

E. Perbaikan gizi masyarakat

Dalam dokumen BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan Klk, (Halaman 38-43)

Dokumen terkait