• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan Klk,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Profil Kesehatan Klk,"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Untuk mencapai Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung yaitu “ Terwujudnya Klungkung Sehat menuju masyarakat sejahtera berlandaskan Tri Hita Karana”, maka ditetapkan Misi sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas lingkungan dan pemberdayaan masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat(PHBS)

2. Meningkatkan pelayanan kesehatan secara merata, terjangkau, bermutu dan berkesinambungan bagi seluruh masyarakat

3. Memantapkan managemen dan system informasi kesehatan serta ketersediaan sumber daya manusia kesehatan baik kuantitas maupun kualitas.

Dalam implementasi Visi dan Misi tersebut, sangat dibutuhkan adanya data dan informasi kesehatan. Menurut WHO, dalam Sistem Kesehatan selalu harus ada Subsistem Informasi yang mendukung subsistem lainnya. Tidak mungkin subsistem lain dapat bekerja tanpa didukung dengan Sistem Informasi Kesehatan. Sebaliknya Sistem Informasi Kesehatan tidak mungkin bekerja sendiri, tetapi harus bersama subsistem lain. Ini tercermin pula dalam SKN 2009, dimana terdapat Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan yang menaungi pengembangan Sistem Informasi kesehatan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah

bertanggungjawab atas ketersediaan akses informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memlihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien

BAB

I

(2)

diperlukan informasi kesehatan, yang dilakukan melalui system informasi dan melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.

Kesehatan adalah hak dasar setiap orang yang sangat berharga. Kesehatan juga menjadi salah satu kunci utama dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) disamping pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat. Upaya pembangunan kesehatan yang diinginkan adalah pembangunan kesehatan yang dapat berkontribusi positif terhadap pencapaian masyarakat yang sehat dan produktif.

Dalam mewujudkan masyarakat sehat dan produktif pembangunan kesehatan diarahkan guna tercapainya masyarakat yang mandiri dan mampu mengatasi gangguan kesehatan baik karena penyakit maupun bencana alam serta dapat mengakses pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Pembangunan Kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan yang meliputi promosi, preventif, kuratif dan rehabiltatif.

Salah satu keluaran dari penyelenggaraan system informasi kesehatan kabupaten adalah Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung, yang merupakan paket penyajian data/informasi kesehatan yang relative lengkap, berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan informasi terkait lainnya yang diukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan kesehatan tersebut melalui berbagai indikator antara lain indikator Standar pelayanan Minimal (SPM) di Bidang Kesehatan.

Profil Kesehatan Kabupaten pada intinya memuat berbagai data dan informasi yang akan menggambarkan tingkat pencapaian indikator kinerja sesuai dengan target SPM Nomor 741/per/III/Kepmenkes/2008. Informasi

(3)

perencanaan dan kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan kesehatan di Kabupaten Klungkung pada tahun berikutnya.

Dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung tahun 2013 ini memuat data terpilah menurut jenis kelamin. Data terpilah bermanfaat untuk memberi gambaran kondisi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan bidang kesehatan melalui analisis gender.

B. Maksud dan Tujuan

Profil Kesehatan kabupaten adalah salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang merupakan tulang punggung bagi pelaksanaan pembangunan daerah berwawasan kesehatan di Kabupaten Klungkung. Penyusunan profil Kesehatan Kabupaten ini bertujuan untuk :

1. Menyediakan data dan informasi kesehatan dalam penyusunan rencana

pembangunan daerah, memberikan analisis-analisis yang mendukung penyediaan dana dan landasan pengembangan sumber daya.

2. Tersedianya data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai

kebutuhan dalam rangka evaluasi tahunan kegiatan-kegiatan dan pemantauan pencapaian indicator kinerja sehingga dapat diberikan gambaran tentang kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Klungkung.

Penyusunan dan analisa Profil Kesehatan Kabupaten Klungkung ini dilakukan dengan cara menghimpun laporan-laporan unit pelaksana di Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Rumah Sakit Umum Klungkung, Pusat Perbekalan Kesehatan dan Puskesmas serta sektor/unit kerja terkait lainnya.

C. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika penyajiannya.

(4)

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Klungkung. Selain uraian tentang letak geografis, adminitratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misalnya kependudukan, ekonomi dan pendidikan. BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka

kesakitan dan angka status gizi masyarakat. BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat serta pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan. Bab ini juga mengakomodir indikator standar pelayanan minimal (SPM) yang sudah dicapai pada masing-masing program kesehatan tahun 2013.

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Bab ini menguraikan tentang sarana dan prasarana kesehatan, tenaga kesehatan dan sumber pembiayaan kesehatan.

BAB VI KESIMPULAN

Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu ditelaah dan dilakukan analisis lebih lanjut di tahun yang bersangkutan. Selain keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka upaya menuju Kabupaten Sehat.

LAMPIRAN

Pada lampiran dimuat sebanyak 79 tabel yang berisikan data pencapaian indikator program dan indikator pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan.

(5)

SITUASI WILAYAH

A. Kondisi Geografis

Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten dengan wilayah geografis terkecil dari sembilan kabupaten/kota di wilayah Provinsi Bali. Kabupaten Klungkung wilayahnya terbagi menjadi dua bagian yaitu Klungkung daratan dan Klungkung kepulauan. Secara administrasi Kabupaten Klungkung mewilayahi 4 kecamatan dengan 59 desa/kelurahan dengan luas wilayah

kurang lebih 315 Km2. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Nusa Penida yang

berada di Klungkung kepulauan dengan luas wilayah dua pertiga dari luas

Kabupaten Klungkung (202,84Km2 ) sedangkan tiga kecamatan dengan luas

wilayah 112,16 Km2 berada di Klungkung daratan yaitu Kecamatan Klungkung,

Banjarangkan dan Kecamatan Dawan. Gambar 1

PUSK NUSA PENIDA I

PUSK NUSA PENIDA III PUSKESMAS DAWAN I

PUSK BANJARANGKAN II PUSK KLUNGKUNG I PUSK KLUNGKUNG II

PUSK NUSA PENIDA II PUSK BANJARANGKAN I PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN GIANYAR KABUPATEN BANGLI KABUPATEN KARANGASEM SAMUDERA HINDIA 9 0 9 18 Miles N E W S

WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLUNGKUNG Puskesmas PUSK BANJARANGKAN I PUSK BANJARANGKAN II PUSK KLUNGKUNG I PUSK KLUNGKUNG II PUSK NUSA PENIDA I PUSK NUSA PENIDA II PUSK NUSA PENIDA III PUSKESMAS DAWAN I PUSKESMAS DAWAN II

BAB

II

(6)

Secara geografis, Kabupaten Klungkung terletak pada posisi titik ordinat :1150 21’ 28” - 1150 37’ 43” Bujur Timur, dan 0080 27’ 37” - 0080 49’ 00” Lintang Selatan dengan batas-batas di sebelah Utara Kabupaten Bangli, sebelah Timur Kabupaten Karangasem, sebelah Selatan Samudra Hindia dan sebelah Barat Kabupaten Gianyar.

Seperti daerah tropis lainnya, Kabupaten Klungkung memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada Bulan September sampai dengan April dengan puncaknya sekitar Oktober dan Desember. Namun demikian terdapat perbedaan curah hujan yang sangat menjolok antara wilayah kepulauan Nusa Penida dengan wilayah klungkung daratan. Perbedaan curah hujan ini berpengaruh terhadap pemanfaatan lahan pertanian yang berdampak langsung terhadap perkonomian masyarakat disamping kemungkinan berpengaruh terhadap pola penyakit yang berkaitan dengan vektor seperti penyakit deman berdarah dengue dan malaria.

B. Kondisi Demografis

1. Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur

Komposisi penduduk menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penduduk berusia muda (0-14 tahun) sebesar 23,07%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 68,73%, dan berusia tua (≥ 65 tahun) sebesar 8,19%. Hal ini dapat digambarkan melalui piramida penduduk sebagai berikut.

Gambar 2. Piramida penduduk menurut umur di Kabupaten Klungkung tahun 2012

(7)

Berdasarkan pada gambar diatas, pada tahun 2012 piramida penduduk di Kabupaten Klungkung menunjukkan bahwa proporsi penduduk produktif (kelompok umur 15-64 tahun) cukup tinggi sehingga akan berdampak pada meningkatnya proporsi usia lanjut (diatas 70 tahun).

Hal ini berdampak terhadap terjadinya transisi epidemiologi penyakit dimana penyakit menular belum dapat dikendalikan secara maksimal tetapi disisi lain mulai terjadi peningkatan penyakit-penyakit degeneratif (hipertensi, Diabetes mellitus dan lainnya).

Bentuk piramida penduduk diatas memberikan gambaran bahwa derajat kesehatan penduduk Kabupaten Klungkung sudah cukup baik. Dasar piramida menunjukkan bahwa jumlah balita meningkat ini berarti bahwa keberhasilan pelaksanaan program kesehatan namun disisi lain membawa dampak pada meningkatnya penyakit degeneratif (non communicable disease) sehingga akan menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Klungkung.

2. Sex Ratio Penduduk

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan ratio jenis kelamin yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Klungkung tahun 2012, rata-rata ratio jenis kelamin penduduk Kabupaten Klungkung sebesar 97. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki

3. Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk di Kabupaten Klungkung tahun 2012 adalah 186.488 jiwa (BPS Klk, 2012) dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 592 jiwa per kilometer persegi, dimana wilayah yang memiliki tingkat kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Klungkung dengan kepadatan 1.983 jiwa per kilometer persegi sedangkan wilayah dengan kepadatan paling rendah terdapat di Kecamatan Nusa Penida yaitu 239 jiwa per kilometer persegi.

(8)

Penyebaran penduduk tidak merata di empat kecamatan, yaitu 74,05 % berada di Klungkung daratan (Banjarangkan, Dawan dan Klungkung), sedangkan 25,95 % berada di Kepulauan Nusa Penida.

Grafik 1. Kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Klungkung tahun 2012

Sumber : BPS Klk, 2012

C. Kondisi Sosial Ekonomi 1. Pekerjaan Penduduk

Sebagian besar penduduk Kabupaten Klungkung bekerja di sektor pertanian,disusul sektor perdagangan dan jasa

Grafik 2. Presentase penduduk menurut Jenis pekerjaan di Kabupaten Klungkung tahun 2012

(9)

2. Rasio Beban Tanggungan

Ratio ketergantungan digunakan untuk mengetahui beban tanggungan ekonomi suatu daerah. Tingginya ratio beban tanggungan ini merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sebagian pendapatan yang diperoleh oleh golongan produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan golongan tidak produktif. Daerah dengan usia penduduk tidak produktif semakin besar maka beban tanggungan ekonomi penduduk usia produktif semakin tinggi.

Grafik 3. Ratio beban tanggungan penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Klungkung tahun 2012

Sumber : BPS Klk, 2012

Angka beban tanggungan penduduk di Kabupaten Klungkung pada tahun 2012 sebesar 51,53 % hal ini menggambarkan bahwa beban tanggungan ekonomi penduduk umur produktif sebesar 51,53 % terhadap penduduk non produktif. Ratio beban tanggungan tertinggi adalah di Kecamatan Banjarangkan (58,86 %) sedangkan beban tanggungan terendah terdapat di Kecamatan Nusa Penida (43,25 %).

(10)

DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indicator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi morbiditas, mortalitas dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), dan angka morbiditas beberapa penyakit.

Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Klungkung Tahun 2013 dapat digambarkan sebagai berikut.

A. Mortalitas

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu AKB,AKABA,AKI

1. Angka kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berumur tepat satu tahun. Angka kematian bayi di Kabupaten Klungkung berfluaktif selama kurun waktu 5 tahun dan masih berada dibawah target MDGs 2015 yang ditetapkan sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup maupun target Provinsi Bali sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi pada tahun 2013 sebesar 8,89 per 1000 kelahiran hidup (26 kematian dari 2950 kelahiran hidup) meningkat dibandingkan tahun 2012 (6,8 per 1000 kelahiran hidup). Penyebab utama kematian bayi tahun 2013 masih didominasi oleh

BAB

(11)

Profil Kesehatan KLK,2013 12

Grafik 4 . Trend angka kematian bayi (IMR) di Kabupaten Klungkung tahun 2008 s.d 2013

per 1000 kelahiran hidup

5,95 9,2 8,89 7 8,96 6,8 0 2 4 6 8 10 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Seksi Kesga klk, 2013

2. Angka kematian Balita (AKABA)

Angka kematian balita menggambarkan kejadian kematian pada fase

antara kelahiran sampai sebelum umur 5 tahun. AKABA di Kabupaten

Klungkung juga telah berada dibawah target MDGs 2015 (32 per 1000 kelahiran hidup) maupun target Provinsi Bali (30 per 1000 kelahiran hidup). Pada tahun 2013 sebesar 10,60 per 1000 kelahiran hidup (sebanyak 31 balita) meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 7,4 per 1000 kelahiran hidup. Trend angka kematian balita selama kurun waktu 5 tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

(12)

Grafik 5. Trend Angka Kematian Balita (AKABA) di Kabupaten Klungkung tahun 2008 s.d 2013

per 1000 kelahiran hidup

10,2 10,6 7,4 9,13 6,3 0,3 0 2 4 6 8 10 12 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Seksi Kesga klk, 2013

3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu mengacu pada jumlah kematian ibu terkait dengan masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Kematian Ibu maternal di Kabupaten Klungkung masih merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian lebih serius karena angkanya yang masih tinggi dan melebihi target. Kejadian AKI di Kabupaten Klungkung dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 berfluktuatif. Pada tahun 2013 di Kabupaten Klungkung tidak dijumpai adanya kematian ibu melahirkan. Kecendrungan angka kematian ibu di Kabupaten Klungkung dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 5. Trend angka kematian ibu maternal (MMR) di Kabupaten Klungkung tahun 2008 s.d 2013

Per 100.000 Kelahiran Hidup

135,2 0 102 70 103,41 140 0 20 40 60 80 100 120 140 160 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(13)

Profil Kesehatan KLK,2013 14 4. Umur harapan hidup

Salah satu pilar penting dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah bidang kesehatan yang diukur dengan indikator umur harapan hidup (Eo). Umur harapan hidup (UHH) dalam satu dekade cenderung meningkat secara signifikan. Umur Harapan Hidup terus meningkat dari 68,95 pada tahun 2007 69,20 pada tahun 2012. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat meningkat.

Grafik 6. Umur Harapan Hidup (Eo) di Kabupaten Klungkung tahun 2007 – 2011 69,2 69,15 69,10 69,05 68,95 69 65 66 67 68 69 70 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber : proyeksi BPS Klk, 2012 B. Morbiditas

Angka kesakitan yang terjadi di masyarakat dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) penyakit menular di Kabupaten Klungkung sepanjang tahun 2013 sebagai berikut.

1. Penyakit menular a. Penyakit ISPA

Penyakit ISPA pada umumnya berada pada urutan pertama pada daftar sepuluh penyakit terbanyak dan menjadi salah satu penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Pengendalian penyakit ISPA lebih difokuskan pada penanganan dini terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan melalui Manajemen Terpadu

(14)

Balita Sakit (MTBS). Angka prevalensi pneumonia pada anak balita tahun 2013 sebesar 4,55 % meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 3,42 %. Selama kurun waktu lima tahun prevalensi pneumonia pada anak balita seperti tabel berikut.

Grafik 7. Angka Penemuan Kasus Pneumonia Balita di Kabupaten Klungkung Tahun 2009 s.d 2013

3,57 4,7 4,53 3,42 4,55 0 1 2 3 4 5 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Klk, 2013

b. Penyakit Malaria

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya penurunannya berkaitan dengan komitmen internasional dalam MDGs tahun 2015.

Grafik 8. Angka Anual Parasit Insiden Malaria di Kabupaten Klungkung Tahun 2009 s.d 2013

1 1 1 1 1 0,02 0,01 0,01 0,05 0,07 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 2009 2010 2011 2012 2013

TARGET API (per 1000 penduduk)

(15)

Profil Kesehatan KLK,2013 16 Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa API di kabupaten masih di bawah target yang ditentukan (target API malaria <1 per 1000 penduduk). Pada tahun 2013 API di Kabupaten Klungkung sebesar 0,02 per 1000 penduduk,. angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika dilihat dalam kurun waktu 2009 - 2012 terus mengalami penurunan hingga tahun 2013 meningkat sebanyak 3 kasus yang terdapat di Puskesmas Nusa Penida I (2 kasus) dan Puskesmas Nusa Penida III (1 kasus).

c. Penyakit Tb BTA (+)

Milenium Development Goals (MDGs) menjadikan penyakit TB paru sebagai salah satu penyakit yang menjadi target untuk diturunkan selain malaria dan HIV/AIDS. Prevalensi TB di Kabupaten Klungkung tahun 2013 menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 9. Prevalensi TB per 100.000 penduduk di Kabupaten Klungkung Tahun 2009 s.d 2013

52,73 61,64 69 35 78,99 0 20 40 60 80 100 2009 2010 2011 2012 2013

(16)

d. Penyakit IMS dan HIV/AIDS

Upaya penanggulangan PMS, HIV/AIDS ditujukan pada penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya preventif melalui penemuan penderita yang dilanjutkan dengan konseling (VCT). Penderita Infeksi Menular Seksual di sarana pelayanan kesehatan tahun 2013 dilaporkan sebanyak 51 kasus baru yang terdiri dari penderita HIV sebanyak 11 orang, penderita AIDS sebanyak 14 orang dan penderita penyakit infeksi lainnya sebanyak 26 orang. Terdapat 1 orang yang meninggal oleh karena HIV.

Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS pada pendonor darah menunjukkan bahwa infeksi HIV/AIDS positif di Kabupaten Klungkung pada tahun 2013 sebesar 0,26% (7 orang dari 2787 sampel darah yang diperiksa).

e. Penyakit Kusta

Indonesia sudah mencapai eleminasi penyakit kusta pada tahun 2000, namun demikian di Kabupaten Klungkung penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan. Angka prevalensi penderita kusta di Kabupaten Klungkung mulai meningkat dalam kurun waktu 2011-2013 namun masih berada dibawah target <1/10.000 penduduk seperti grafik dibawah.

Grafik 10. Trend prevalensi kasus kusta per 10.000 penduduk Di Kabupaten Klungkung tahun 2009 – 2013

1,64 0,64 0,43 0,4 1,36 0 1 2 2009 2010 2011 2012 2013 Prevalensi Target

(17)

Profil Kesehatan KLK,2013 18 Jumlah penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) mencapai 100 % sudah diatas target 90% baik untuk kasus MB maupun PB.

2. Penyakit menular yang dapat dicegah dengan PD3I

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat dikendalikan /diberantas dengan mengoptimalkan program imunisasi. Penyakit yang termasuk kelompok PD3I adalah Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio. Kasus PD3I yang diketemukan di Kabupaten Klungkung pada tahun 2013 adalah 2 orang penderita campak.

Melalui kegiatan surveilans epidemiologi aktif terhadap penemuan kasus lumpuh layuh (AFP) pada kelompok umur <15 tahun sehingga tahun 2013 ditemukan sebanyak 1 kasus suspek AFP yaitu di wilayah Puskesmas Klungkung I.

3. Penyakit menular berpotensi KLB. a. Penyakit diare

Pada tahun 2013 jumlah kasus diare yang ditemukan di puskesmas dan jaringannya sebanyak 4599 penderita dengan angka prevalensi sebesar 24,66 per 1000 penduduk sedangkan presentase penderita diare yang ditangani sebanyak 77,0 %. Angka tersebut jika dibandingkan dengan tahun 2012 mengalami penurunan dimana pada tahun 2012 dijumpai kasus diare sebanyak 5038 penderita dengan angka prevalensi sebesar 27,02 per 1000 penduduk sedangkan presentase penderita diare yang ditangani sebanyak 63,87 %.

b. Angka Insiden penyakit DBD

Secara umum morbiditas DBD masih menyebar secara sporadis dibeberapa desa. Angka insiden penyakit DBD selama kurun waktu tiga tahun ( 2010 – 2012) mengalami kecendrungan adanya penurunan, namun tahun 2013 terjadi peningkatan dimana angka insidennya sebesar 142,63

(18)

per 100.000 penduduk. Pada Tahun 2012 angka kematian/case fatality rate (CFR) DBD sebesar 0 %. Masih tingginya kejadian penyakit DBD seiring dengan rendahnya angka bebas jentik yang masih dibawah target (target 95%). Insiden rate tertinggi dalam 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2009 hingga 2013, seperti grafik berikut.

Grafik 11. Insiden demam berdarah dengue (DBD) dan angka bebas jentik (ABJ) di Kabupaten Klungkung

tahun 2009 – 2013 53,16 142,64 26,81 47,5 276,16 93,45 92,37 94,16 85,5 94,39 0 50 100 150 200 250 300 2009 2010 2011 2012 2013 IR DBD ABJ

Sumber : Seksi Penanggulangan Penyakit Klk, 2013

c. Penyakit Cikungunya

Pada tahun 2013 penyakit Cikungunya telah ditemukan sebanyak 22 orang kasus yang bertempat tinggal di Br. Kemoning Kelurahan Semarapura Klod, Kecamatan Klungkung ( 9 kasus) dan di Br. Peninjauan Dusun Satria, Desa Paksebali Kecamatan Klungkung ( 13 kasus) dan sudah dilakukan penanganan sehingga tidak terdapat kematian.

d. Penyakit Rabies

Penyakit ini disebabkan virus rabies dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies antara lain anjing, kucing, kera. Tahun 2013 terdapat kasus gigitan hewan penular rabies di Kabupaten Klungkung sebanyak ... kasus gigitan. Tidak terdapat penderita positif rabies sehingga CFR sebesar 0 %.

(19)

Profil Kesehatan KLK,2013 20

C. Status Gizi

Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di Kabupaten Klungkung dilakukan secara rutin setiap bulan di 292 posyandu dengan sistem lima meja dibantu oleh kader posyandu.

1. Pemantauan pertumbuhan balita

Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan melalui pengukuran berat badan balita baik di posyandu maupun di sarana kesehatan. Indikator yang digunakan adalah tinggi badan per umur (BB/U) Hasil pemantauan pertumbuhan balita pada tahun 2013 (berdasarkan data kohort P3B) menunjukkan bahwa dari 10.602 balita yang ditimbang (BB/U) sebanyak 0,15% balita dengan Gizi lebih, sebanyak 97,14% balita dengan Gizi Baik, sebanyak 2,12% balita dengan Gizi Kurang dan sebesar 0,58% balita dengan Gizi buruk. Dalam penentuan status gizi buruk sebagai tindaklanjutnya dipergunakan indicator BB/TB dimana berdasarkan indicator tersebut terdapat 7 orang balita gizi buruk dimana seluruh kasus

tersebut (100%) sudah di mendapatkan

penanganan/intervensi/perawatan dengan pemberian paket PMT penyuluhan dan PMT pemulihan melalui fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

Prevalensi BBLR di Kabupaten Klungkung tahun 2013 sebesar 3,8% (112 kasus) hampir sama jika dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu 3,82% (113 kasus). Seluruh kasus BBLR (100%) tersebut sudah mendapat penanganan.

(20)

Grafik 12. Trend Kasus Bayi BBLR di Kabupaten Klungkung Tahun 2009-2013

2,59 2,56 3,8 4,1 3,8 0 1 2 3 4 5 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Seksi Kesga,Klk, 2013

Jika ditinjau berdasarkan wilayah kerja puskesmas, Presentase kasus BBLR tertinggi pada tahun 2013 terdapat di Puskesmas Nusa Penida I (5,8%) sedangkan jumlah kasus BBLR terendah di Puskesmas Banjarangkan I (1,2%).

Grafik 13. Prevalensi Kasus Bayi BBLR per puskesmas di Kabupaten Klungkung Tahun 2013

1,2 3,6 3,9 3,9 4,7 4,2 5,8 1,6 4,8 3,8 BAN JA RAN GK AN I BAN JA RAN GK AN II KL UNG KUN G I KL UNG KUN G II DAW AN I DAW AN II N USA P EN ID A I N USA P EN ID A II N USA P EN ID A III KA BUPA TEN Sumber : Seksi Kesga, Klk, 2013

(21)

Profil Kesehatan KLK,2013 22 3. Kecamatan Bebas Rawan Gizi

Hasil pengamatan melalui kegiatan SKPG (sistem kewaspadaan pangan dan Gizi) pada kecamatan menunjukkan bahwa semua (100%) kecamatan di Kabupaten Klungkung bebas rawan gizi. Walaupun demikian sistem kewaspadaan pangan dan gizi tetap dilaksanakan sebagai upaya deteksi dini terhadap kerawanan gizi di masyarakat.

(22)

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Secara umum upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat meliputi upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular maupun tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, kesehatan jiwa, pengamanan penggunaan zat aditif dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika psikotropika,zat aditif dan bahan berbahaya serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.

Upaya kesehatan perorangan adalah setiap upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan perorangan. Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama tahun 2013.

A. Pelayanan Kesehatan Dasar

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi.

Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung memberikan perhatian yang

BAB

(23)

Profil Kesehatan KLK,2013

sangat besar bagi seluruh penduduk yang tidak mempunyai jaminan kesehatan serta terdaftar sebagai penduduk Kabupaten Klungkung yang dimulai sejak bulan Januari tahun 2010 hingga sekarang melalui program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM). Pelayanan Kesehatan yang diberikan melalui Program JKBM mencakup pelayanan dasar di tingkat puskesmas, sampai pelayanan rujukan ke RSUD Klungkung , RSUP Sanglah maupun Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Indera.

Berikut diuraikan upaya pelayanan kesehatan dasar yang telah dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan selama tahun 2013.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Pelayanan Kesehatan Ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan dengan pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua fasilitas kesehatan dari posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun swasta.

Dalam upaya pencapaian MDG’s dan tujuan pembangunan nasional, pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Bila dibandingkan dengan target angka kematian ibu di Propinsi Bali 100 per 100.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu di Kabupaten Klungkung pada tahun 2013 sudah berhasil ditekan hingga tidak terdapat kematian ibu maternal, berbeda dengan tahun 2012 angka kematian ibu maternal masih tinggi yaitu 135,2 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk itu perlu upaya-upaya untuk menurunkan angka kematian ibu yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas sehingga kematian ibu terus dapat ditekan.

a. Pelayanan antenatal (K1 dan K4).

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional kepada ibu hamil selama masa kehamilan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan kunjungan ibu hamil K1 dan K4. Pemantauan pelayanan ANC

(24)

dilakukan pada pelayanan K1 sebagai gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 sebagai gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester keempat. Angka ini dapat dipakai untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil.

Cakupan pencapaian ANC pada tahun 2012 yaitu kunjungan baru Bumil (K1) untuk Kabupaten Klungkung sebesar 97,2% dari 100% yang ditargetkan. Terdapat 6 (enam) puskesmas yang telah mencapai target yaitu Puskesmas Banjarangkan I, Klungkung II, Dawan II dan Nusa Penida I, sedangkan 3 (tiga) puskesmas yang belum mencapai target yaitu Puskesmas Banjarangkan II, Klungkung I, Dawan I, Nusa Penida II dan Nusa Penida III. Pencapaian K1 paling tinggi di Puskesmas Nusa Penida I(106,5%) dan terendah di Puskesmas Nusa Penida III (86,9%).

Grafik 14. Pencapaian K1 di Kabupaten Klungkung Tahun 2013 97,2 100,2 91 97,6 100,2 92,7 100,3 106,5 86,9 88,8 0 20 40 60 80 100 120 BA N JA RA NG KA N I BA N JA RA NG KA N II K LU N G K U NG I K LU NG KU NG II DA W A N I DA W A N II NU S A P EN ID A I NU S A P EN ID A II NU S A P EN ID A III KA B

(25)

Profil Kesehatan KLK,2013

Pada tahun 2013 cakupan pencapaian K4 di Kabupaten Klungkung sebesar 92,2% yang berarti masih dibawah dari target 95%. Puskesmas yang telah mencapai target adalah Puskesmas Banjarangkan I, dan Dawan II, sedangkan puskesmas lainnya belum mencapai target. Untuk itu perlu dilakukan percepatan peningkatan pelayanan kesehatan ibu terutama di ketiga puskesmas tersebut.

Pencapaian K4 tertinggi di Puskesmas Dawan II (98,3%) dan terendah di Puskesmas Nusa Penida III (78,3%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 15. Pencapaian K4 di Kabupaten Klungkung Tahun 2013 92,2 78,3 84,4 94,1 98,3 93,5 91,8 94,5 87,1 97,9 0 30 60 90 B AN JA RA NG K AN I B AN JA RA NG K AN II K LUN G KU N G I K LUN G KU N G II DA W AN I D AW AN II N U SA P EN IDA I N U SA P EN IDA II N U SA P EN IDA III K AB

Sumber: Seksi Kesga Klk, 2013

b. Pertolongan persalinan oleh Tenaga kesehatan profesional

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) di Kabupaten Klungkung pada tahun 2013 sebesar 94,9 %, telah mencapai target SPM sebesar 90%. dengan pencapaian tertinggi di Puskesmas Dawan II sebesar 101,1% dan pencapaian terendah di Puskesmas Nusa Penida III sebesar 81,1%. Tterdapat dua puskesmas yang belum mencapai target yaitu Puskesmas Nusa Penida II dan Nusa Penida III. Tingginya angka persalinan oleh tenaga kesehatan profesional tidak terlepas dari optimalisasi aspek

(26)

pembinaan dan promosi kesehatan, walaupun demikian masih terjadi pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun atau anggota keluarga terutama pada beberapa wilayah kepulauan di Kecamatan Nusa Penida.

Grafik 16. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Klungkung Tahun 2013

97,8 100 96,9 98,2 92,3 101,1 94,6 82,9 81,1 94,9 0 30 60 90 120 BA N JA RA NG KA N I BA N JA RA NG KA N II K LU N G K UN G I K LU N G K U NG II D AW A N I D AW A N II N US A PE N ID A I N US A PE N ID A II N US A PE N ID A III KA B

Sumber: Seksi Kesga Klk, 2013

Upaya peningkatan cakupan persalinan yang dilakukan melalui pelaksanaan program unggulan kesehatan ibu, diantaranya Kemitraan Bidan Dukun, peningkatan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan melalui program jaminan persalinan, revitalisasi Bidan Koordinator melalui pelaksanaan supervisi fasilitatif untuk peningkatan mutu dan kualitas tenaga penolong persalinan serta peningkatan kualitas surveilans kesehatan ibu melalui pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).

c. Pelayanan kesehatan ibu nifas (KF3)

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.

(27)

Profil Kesehatan KLK,2013

Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan distribusi waktu : kunjungan nifas pertama (KF-1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 3 hari, kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan pada hari ke -4 sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan, dan kunjungan nifas ke-3 (KF3) dilakukan dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan.

Pelayanan kunjungan nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung fasilitas kesehatan(termasuk bidan di desa/polindes/poskesdes) dan kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu, 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri, 3) pemeriksaan lochia dan pengeluaran per vaginam lainnya, 4) pemeriksaan payudara dan anjuran asi ekslusif 6 bulan, 5) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali dan 6) pelayanan KB pasca persalinan.

Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2013 adalah 95,20 %, ini menunjukan bahwa cakupan KF 3 sudah mencapai target standar pelayanan minimal bidang kesehatan sebesar 90 %. Cakupan KF 3 tertinggi di Puskesmas Banjarangkan II (101,8 %) dan terendah di Puskesmas Nusa Penida III (79,7%). Hanya terdapat satu puskesmas yang belum mencapai target yaitu Puskesmas Nusa Penida III.

Cakupan pelayanan kesehatan pada ibu nifas dapat dilihat pada grafik berikut.

(28)

Grafik 17. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas (KF3) di Kabupaten Klungkung Tahun 2013

96,4 101,8 96,6 92,7 101,6 98,6 98 85,5 79,7 95,2 0 30 60 90 120 B AN JAR AN G KA N I B AN JAR AN G KA N II K LU N G KU N G I K LU N G KU N G II D AW AN I D AW AN II N U SA P EN ID A I N U SA P EN ID A II N U SA P EN ID A III K AB Sumber: seksi kesga klk, 2013

d. Penanganan komplikasi obstetric dan neonatal

Komplikasi kebidanan adalah penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Komplikasi kebidanan antara lain ketuban pecah dini, perdrahan per vaginan, hipertensi kehamilan, ancaman persalinan premature, infeksi berat dalam kehamilan, distosia dan infeksi masa nifas.

Cakupan penanganan komplikasi kebidanan yang dicapai tahun 2013 sebesar 84,7 % dan telah memenuhi target SPM bidang kesehatan yaitu 80 %. Puskesmas dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Nusa Penida I (136,1%) dan terendah di Puskesmas Dawan I (57,4 %). Puskesmas yang telah memenuhi target adalah Banjarangkan I, Banjarangkan II, Klungkung II, Dawan II, Nusa Penida I, dan Nusa Penida III.

Sementara puskesmas yang belum memenuhi target adalah Klungkung I, Dawan I dan Nusa Penida II. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan tahun 2013 dapat dilihat pada grafik.

(29)

Profil Kesehatan KLK,2013

Grafik 18. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan di Kabupaten Klungkung Tahun 2013

90,3 92,3 58,6 91,1 57,4 84,7 65,6 93,2 84,7 0 20 40 60 80 100 BA N JA RA NG KA N I BA N JA RA NG KA N II K LU N G K U NG I K LU N G KU NG II D AW AN I D AW AN II N US A P EN ID A I N US A P EN ID A II N US A P EN ID A III KA B

Sumber: Seksi Kesga Klk, 2013

Penanganan neonatus risti/komplikasi meliputi: asfiksia, tetanus neonaturum, sepsis, BBLR (BB lahir <2.500gram), sindrom gangguan pernafasan dan kelainan neonatal yang mendapat pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit.

Pada tahun 2013 cakupan penanganan komplikasi neonatus yang dilaporkan sebesar 60,6 %. Sementara target standar pelayanan minimum bidang kesehatan yang harus dicapai adalah 80 %, artinya pada tahun 2013 cakupan penanganan komplikasi neonatal tidak mencapai target. Puskesmas yang telah mencapai target hanya Banjarangkan I, sedangkan puskesmas lainnya masih dibawah target.

(30)

Grafik 19. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal di Kabupaten Klungkung Tahun 2013

72,8 80 59,1 41,7 45,2 75,1 59,9 78,7 55,6 60,6 0 20 40 60 80 100 B AN JAR AN G KA N I B AN JAR AN G KA N II K LU N G KU N G I K LU N G KU N G II D AW AN I D AW AN II N U SA PE N ID A I N U SA P EN ID A II N U SA PE N ID A III K AB

Sumber: Seksi Kesga Klk, 2013

e. Kunjungan neonatal (KN3)

Neonatus atau bayi baru lahir (0-28 hari) merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir. Terkait hal tersebut, tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam pelaksanaan kunjungan neonates dari semula 2 kali (satu kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8 – 28 hari), menjadi 3 kali(dua kali pada minggu pertama). Dengan perubahan ini, jadwal kunjungan neonatus dilaksanakan pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28 hari. Kunjungan neonates pertama kali (KN1) tahun 2013 sebesar 99,9 % dan Kunjungan neonatus lengkap (KN3) sebesar 99,2 % yang berarti telah mencapai target sebesar 90% termasuk di seluruh puskesmas pun telah memenuhi target seperti grafik berikut.

(31)

Profil Kesehatan KLK,2013

Grafik 20. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap(KN3) di Kabupaten Klungkung Tahun 2013

98,5 97,8 97,4 99,5 105,3 96,8 99,7 98,4 98,7 99,2 0 20 40 60 80 100 120 BA N JAR A NG K AN I BA N JAR A NG K AN II K LUN G KU NG I K LUN G KU N G II DA W A N I DA W A N II NU SA PE N IDA I NU SA PE N IDA II NU SA P EN IDA III KA B

Sumber: Seksi Kesga Klk, 2013

f. Pelayanan Kesehatan pada Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar tenaga kesehatan minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari – 3 bulan, 1 kali pada umur 3 – 6 bulan, 1 kali pada umur 6 – 9 bulan, dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar, stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi dan penyuluhan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Pada tahun 2013 cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 101,3% yang berarti bahwa telah memenuhi target.

(32)

Grafik 21. Cakupan Kunjungan Bayi di Kabupaten Klungkung Tahun 2013 101,3 94 82,8 111,6 103,7 98,3 98,8 97,7 104,7 111,2 0 20 40 60 80 100 120 BA N JAR AN GK AN I BA N JA RA NG KA N II K LUN GK UN G I K LUN G KU NG II DA W AN I DA W AN II NU SA PE N IDA I NU SA PE N IDA II NU SA PE N IDA III KA B

Sumber : Seksi Kesga Klk, 2013

g. Pelayanan Kesehatan pada balita

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12 – 59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun dan pemberian vitamin A sebanyak 2 kali setahun (Februari dan Agustus). Pada tahun 2013 cakupan kesehatan anak balita di Kabupaten Klungkung sebesar 87,4%. Masih ada beberapa puskesmas yang belum mencapai target (masih dibawah 80%) yaitu Puskesmas Nusa Penida I dan Nusa Penida III.

(33)

Profil Kesehatan KLK,2013

Grafik 22. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kabupaten Klungkung Tahun 2013

87,4 79,5 95,4 78,3 93,7 94 96,7 82,4 81,1 88,2 0 20 40 60 80 100 120 140 BA N JAR AN GK AN I BA N JA RA NG KA N II K LUN GK UN G I K LUN G KU NG II DA W AN I DA W AN II NU SA PE N IDA I NU SA PE N IDA II NU SA PE N IDA III KA B

Sumber : Seksi Kesga Klk, 2013

h. Pelayanan Kesehatan pada siswa SD dan setingkat

Pelayanan kesehatan pada anak sekolah diberikan melalui program UKS, dan UKGS dalam bentuk kegiatan pemeriksaan kesehatan/skrining yang dilaksanakan di sekolah atau rujukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pada tahun 2013 cakupan pemeriksaan kesehatan (skrining) siswa SD/MI kelas 1 sebanyak 95,01 %, sedangkan cakupan murid SD dan setingkat yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar sebesar 60,69% Cakupan SD/MI yang diperiksa kesehatannya (UKGS) sebanyak 37% dimana cakupan murid SD/MI yang mendapat pemeriksaan kesehatan gigi dan mendapat perawatan 33,70%.

i. Pelayanan kesehatan usila.

Pada tahun 2013 cakupan pelayanan usila (usia 60 tahun keatas) sebesar 78,56 % belum mencapai target 70 %.

(34)

2. Pelayanan Keluarga Berencana

Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang menggunakan alat/metode kontrasepsi(KB aktif), cakupan peserta KB yang baru menggunakan alat/metode kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Cakupan current user aktif bermanfaat untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan, mengetahui partisipasi masyarakat dalam program Keluarga berencana (KB). Tahun 2013 cakupan pelayanan KB aktif sebesar 87,5 % sudah mencapai target diatas 70 %, sedangkan cakupan peserta KB baru sebesar 4,6 %.

Pada tahun 2013 sebesar 49,5% peserta KB aktif menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang dimana paling sedikit yang menggunakan metode kontrasepsi MOP/MOW(3 %)

Sedangkan 50,5 % peserta KB aktif masih menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek dimana paling banyak menggunakan suntikan (40,1%), pil (7,5%) serta kondom (2,9 %) . Proporsi KB aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang digunakan pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar berikut.

Grafik 23. Cakupan PUS yang memakai Alkon di Kabupaten Klungkung tahun 2013.

7,5; 8% 40,1% 5,2 % 2,9% 41,3% 3 % IUD MOP/MOW IMPLANT SUNTIK PIL KONDOM

(35)

Profil Kesehatan KLK,2013

3. Pelayanan Imunisasi

Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk wanita subur.ibu hamil (TT) dan imunisasi pada anak sekolah dasar. Kegiatan imunisasi sudah berjalan dengan baik dengan trend cakupan kegiatan terus meningkat. Hal ini tercermin dari pencapaian cakupan Universal Child Immunisation (UCI) sebesar 100% seluruh desa.

Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap. Disamping itu cakupan pencapaian imunisasi pada bayi (imunisasi dasar) tahun 2013 sebesar 100% dengan persentase bayi diimunisasi lengkap sebesar 100,93%. Angka drop out (DO) imunisasi tahun 2013 sebesar -0,34% dan sudah dibawah target program (drop out < 10%).

B. Pelayanan Kesehatan Rujukan 1. Pelayanan kesehatan rujukan di RS

Salah satu program pelayanan rujukan adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan untuk meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yg aman melalui sarana kesehatan perseorangan (puskesmas, rumah sakit, fasilitas lainnya).

Upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan akses pelayanan medik rujukan di daerah kepulauan (Kecamatan Nusa Penida) telah dikembangkan melalui program pengembangan Puskesmas Nusa Penida I menjadi puskesmas rujukan dokter spesialistik dan program pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat Kabupaten Klungkung di Puskesmas Banjarangkan II, Nusa Penida I dan Nusa Penida II. Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit biasanya dapat dilihat berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan.

(36)

Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan rumah sakit adalah pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), rata-rata lama hari perawatan (LOS), pasien keluar meninggal (GDR) dan pasien keluar meninggal< 48 jam perawatan (NDR).

Grafik 24. Trend Pencapaian BOR dan LOS Rumah Sakit di Kabupaten Klungkung tahun 2013

50,8 53,6 48,96 53,43 66,85 3,42 3,75 3,99 4,3 4,04 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2009 2010 2011 2012 2013 BOR LOS

Sumber: Seksi Pengumpulan dan Pengolahan Data, Klk, 2013

Dari gambar diatas sejak kurun waktu tahun 2009 hingga tahun 2012 terlihat bahwa angka BOR di rumah sakit masih dibawah angka ideal yang diharapkan (60-85%) namun pada tahun 2013 angka BOR menunjukkan pencapaian maksimal pada kurun waktu lima tahun. Banyak faktor yang mempngaruhi angka BOR suatu rumah sakit, diantaranya semakin meningkatnya jumlah rumah sakit dan tempat tidur yang tersedia sedangkan masyarakat yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi. Seiring dengan meningkatnya status Rumah Sakit Umum menjadi Badan Layanan Umum Daerah mengharuskan adanya pelayanan yang lebih berkualitas sehingga jumlah masyarakat yang memanfaatkan layanan RSU Klungkung semakin meningkat. Hal ini tercermin melalui peningkatan BOR di semua rumah sakit se- Kabupaten Klungkung seperti tabel berikut:

(37)

Profil Kesehatan KLK,2013

Grafik 25. Trend Pencapaian BOR Rumah Sakit di Kabupaten Klungkung tahun 2013

0 50 100

RSU Klungkung 53,9 56,7 65,51

RSAI Permata Hati 82 70,8 88,93

RSU Bintang 38 23,5 54,56

2011 2012 2013

Sumber : Seksi Pengumpulan Data, 2013

Indikator lamanya hari perawatan (LOS) selama lima tahun terakhir cenderung stabil berkisar 3-4 hari walaupun masih dibawah angka ideal (6-9 hari). Ditinjau rata-rata lama hari perawatan (LOS) di rumah sakit 4,04 hari dimana untuk RSU Klungkung rata-rata 4,55 hari, RSU Bintang 3,5 hari dan RS Anak dan Ibu Permata Hati 3,0 hari.

2. Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)

Dalam program JPKM pemerintah Kabupaten Klungkung memberlakukan program JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara) bagi penduduk yang tidak mempunyai jaminan kesehatan (Askes/Jamsostek). Bagi penduduk miskin pemerintah pusat telah mengembangkan program Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi rawat jalan dan rawat inap tingkat pertama di puskesmas dan di rumah sakit pemerintah dengan hak perawatan di kelas III. Jenis pelayanan kesehatan tidak hanya pelayanan kesehatan dasar tetapi juga pelayanan kesehatan spesialistik. Cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan pra bayar di Kabupaten Klungkung tahun 2013 sudah 100 % yaitu meliputi kepesertaan Askes sebesar 4,98 %, kepesertaan jamsostek sebesar 0,35 %, kepesertaan Jamkesmas sebesar 26,61 % dan lainnya/JKBM sebesar

(38)

68,06 % sehingga semua masyarakat di Kabupaten Klungkung telah memiliki jaminan kesehatan.

Penduduk miskin di Kabupaten Klungkung 100 % sudah dicakup jaminan kesehatan melalui program Jamkesmas yang digulirkan oleh pemerintah pusat. Cakupan penduduk miskin yang mendapat pelayanan kesehatan tahun 2013 di sarana pelayanan kesehatan strata pertama sebesar 22,9 % dan pasien miskin yang mendapat pelayanan rujukan ke rumah sakit sebesar 4,0 %.

C. Pengendalian Penyakit Menular

Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular di Kabupaten Klungkung dilaksanakan melalui pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan penemuan kasus secara dini dilanjutkan dengan penanganan secara cepat dan tepat melalui pengobatan penderita.

a. Pelaksanan surveilans epidemiologi.

Kegiatan surveilans epidemiologi menyediakan informasi epidemiologi penyakit baik terhadap penyakit menular maupun new emerging disease yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi dalam memprediksi dan mendeteksi dini terhadap peningkatan penderita atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan epidemis penyakit. Kegiatan Surveilan epidemiologi terhadap vektor penyakit dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik berkala (Pokja Jumantik) dan pola penyebaran kasus serta perubahan iklim baik untuk vektor penularan DBD (demam berdarah dengue), vektor malaria, cikungunya dan penyakit baru (new emerging disiase). Pemantauan jentik berkala oleh petugas kesehatan maupun juru pemantau jentik (Jumantik) untuk memantau nyamuk aedes aegypti, sedangkan petugas Juru Malaria Desa (JMD) untuk mengawasi perkembangan jentik nyamuk malaria dan tempat perindukannya (lagoon). Surveylance epidemiologi juga dilakukan pada kasus rabies dan Flu burung di desa yang terjangkiti.

(39)

Profil Kesehatan KLK,2013

Dalam pengendalian rabies, untuk mencegah kematian diberikan vaksin VAR terhadap kasus gigitan hewan penular yang dicurigai dapat menularkan rabies.

b. Pengendalian penyakit polio.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Kegiatan ini ditindaklanjuti dengan pelaksanaan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus AFP (Acute Flaccid Paralisis) pada kelompok umur < 15 tahun. Kegiatan ini dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya virus polio liar yang berkembang di masyarakat. Setiap kasus-kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui keberadaan virus polio liar. Sedangkan tahun 2012 terdapat 2 kasus AFP umur < 15 tahun dan AFP rate sebesar 4,57 per 100.000 penduduk umur<15 tahun dan hasilnya negatif. Demikian pula tahun 2013 kasus AFP < 15 tahun berjumlah 2 kasus dengan AFP rate sebesar 4,37 per 100.000 penduduk < 15 tahun.

c. Pengendalian penyakit Demam berdarah Dengue (DBD)

Upaya pengendalian DBD terdiri dari 3 hal pokok yaitu peningkatan surveilans epidemiologi, diagnosa dini dan pengobatan dini dan pengendalian vektor penyakit DBD. Upaya tersebut dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk aedes aegypti (PSN) dan juru pemantau jentik (Jumantik). Dari 29.968 rumah yang diperiksa jentik nyamuk Aedes Agypty menunjukan angka bebas jentik 93,45 % tahun 2013, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 92,37 % namun belum mencapai target SPM sebesar >95%. Semua kasus DBD telah ditangani seluruhnya sehingga Angka kematian/case fatality rate (CFR) DBD pada tahun 2013 sebesar 0. Inciden rate kasus DBD di Kabupaten Klungkung Tahun 2013 sebesar 142,64 per 100.000 penduduk.

(40)

d. Pengendalian penyakit malaria.

Upaya pengendalian penyakit malaria dilakukan terhadap pengendalian vektor potensial malaria dengan pengawasan lagoon, penegakkan diagnosa secara cepat dan pengobatan yang tepat. Upaya penegakkan diagnosa penderita di wilayah Jawa Bali dilakukan secara aktif (active case detection) oleh juru malaria desa (JMD) dengan mendatangi keluarga yang mengeluhkan gejala klinis. Angka kesakitan malaria (Anual Parasit

Insident /API) di Kabupaten Klungkung tahun 2013 sebesar 0,02 per 1000

penduduk dan sudah dapat dikendalikan secara signifikan walaupun mobilitas penduduk pendatang dari daerah endemis sangat tinggi. Semua kasus malaria sudah mendapat penangan pengobatan (100%) dengan angka kematian (CFR) karena malaria sebesar 0%.

c. Pengendalian penyakit kusta.

Upaya pelayanan terhadap penderita kusta antara lain melakukan penemuan penderita melalui survei kontak, dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak penderita. Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, lampren dan DDS selama kurun waktu tertentu. Apabila ditemukan penderita kusta dalam kondisi sudah parah akan dilanjutkan dengan rehabilitasi melalui institusi pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Angka penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate) sudah mencapai 100% dari target 90%.

d. Pengendalian penyakit Tuberkulosis.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS (Directly Observed Treatment Shourtcourse

Chemotherapy) melalui pengawasan menelan obat. Kegiatan ini meliputi

penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak yang dilanjutkan dengan paket pengobatan.

(41)

Profil Kesehatan KLK,2013

Grafik 25. Trend penemuan penderita TB paru, di Kabupaten Klungkung tahun 2009 s.d 2013

101,00 78,99 70,28 77,78 57,63 0 20 40 60 80 100 120 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Klk, 2013

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Case Detection Rate (CDR) TB paru positif cenderung berfluktuatif mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 serta sudah mencapai target sebesar 70% kecuali tahun 2012 masih dibawah target.

Tahun 2013 Semua penderita TB paru positif sebanyak 94 penderita (100%) sudah mendapatkan paket pengobatan TB dengan strategi DOTS. Angka kesembuhan penderita TB paru sebesar 86,05% sudah mencapai target 80%.

e. Pengendalian penyakit ISPA dan Diare.

Pengendalian penyakit ISPA lebih difokuskan pada penanganan dini dan tatalaksana kasus secara cepat dan tepat terhadap penderita pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan bila peralatan tidak memenuhi standar dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Tahun 2013 angka penemuan pneumonia pada balita 45,50 per 1000 hampir sama dengan angka penemuan pneumonia pada balita tahun 2012 sebesar 45,53 per 1000 balita.

(42)

Kegiatan penanggulangan dan pengobatan penderita diare tahun 2013 di 9 puskesmas ditemukan sebanyak 4599 penderita yang menyebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klungkung, yang mendapat penanganan sebanyak 77,0%.

f. Penanggulangan PMS dan HIV/AIDS.

Upaya penanggulangan PMS, HIV/AIDS ditujukan pada penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya preventif melalui penemuan penderita yang dilanjutkan dengan konseling (VCT).

Diprediksikan angka kesakitan IMS di Kabupaten Klungkung cukup tinggi, karena kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara komulatif terus meningkat. Masih belum optimalnya penemuan kasus IMS disebabkan oleh ada kecendrungan masyarakat mencari pelayanan pengobatan IMS lebih banyak ke dokter praktek swasta daripada ke sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Secara komulatif sampai tahun 2013 kasus baru HIV/AIDS di Kabupaten Klungkung sebanyak 26 ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) berdasarkan hasil sero survei, screening darah donor dan data VCT di RSUP Sanglah, RSUD Klungkung serta Puskesmas, dan terdapat kasus baru AIDS sebanyak 14 orang. Secara demografi semua wilayah yang ada di Kabupaten Klungkung memiliki resiko terjadinya transmisi infeksi HIV/AIDS terutama wilayah yang mempunyai resiko tinggi yaitu Desa Gunaksa, Tangkas, Jumpai, Lembongan, Jungutbatu dan Ceningan. D. Pembinaan kesehatan lingkungan & sanitasi dasar

a. Pembinaan dan pengawasan rumah sehat

Status rumah sehat tercermin dalam indikator penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan dan kualitas air bersih yang dimiliki oleh masing-masing rumah tangga. Dari hasil pembinaan dan pengawasan terhadap 46.884 rumah, yang memenuhi syarat rumah sehat mencapai 24.871 (79,7%) dari target sebesar 65%.

(43)

Profil Kesehatan KLK,2013

b. Penyehatan kualitas air dan jamban keluarga

Dari 48.013 KK yang diperiksa, akses keluarga terhadap air bersih baik diperkotaan maupun di pedesaan sudah mencapai rata-rata sebesar 96,50 % dari yang ditargetkan sebesar 80%.

Jumlah keluarga yang memiliki jamban sebesar 81,1% dengan status jamban sehat hasil pemeriksaan sebesar 96,3% dari 47.637 KK yang diperiksa.

c. Pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga

Dari 23.813 KK yang diperiksa terdapat 80,5 % keluarga yang memiliki tempat sampah dan memenuhi syarat kesehatan sebesar 84,5%.

Sedangkan dalam pengelolaan air limbah rumah tangga dari dari 32.521 rumah yang diperiksa, sebanyak 77,8 % KK memiliki pengelolaan air limbah dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 83,3 %,

d. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan Sehat (TUPM)

Tempat pengolahan makanan yang diperiksa seperti restoran/rumah makan yang diperiksa sebanyak 886 buah, terdapat sebanyak 703 (79,35%) sudah memenuhi syarat kesehatan dan dari 48 hotel yang diperiksa, seluruhnya telah memenuhi syarat kesehatan. Dari 25 buah pasar yang diperiksa, baru 22 diantaranya sehat (84,62%).

e. Tempat-Tempat Umum sehat

Dari 823 TTU yang diawasi meliputi Sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, perkantoran dan sarana lainnya sudah dibina sebanyak 95,7%.

E. Perbaikan gizi masyarakat 1. Pemantauan pertumbuhan bayi.

Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan melalui pengukuran berat badan balita menurut umur (BB/U). Pemantauan ini bertujuan untuk melihat status gizi balita. Permasalahan gizi buruk di Kabupaten

(44)

Klungkung masih katagori masalah gizi ringan karena suatu wilayah dikatakan memiliki masalah gizi berat bila balita dengan status gizi buruk >1% (Depkes, 2000) dan persentase balita BGM sebesar 0,7%. Tahun 2013 ditemukan 7 kasus gizi buruk dan semuanya (100%) telah mendapat perawatan.

Tingkat Pemanfaatan posyandu oleh masyarakat dalam penimbangan balita pada tahun 2013 sebesar rata-rata balita yang ditimbang setiap bulan 86,2 %. Hal ini menunjukkan sudah mencapai target 80%. Dari segi kualitas pemantauan pertumbuhan balita dan pelayanan kesehatan gizi balita menunjukkan peningkatan dimana balita dengan BB naik sebesar 85,4 %

2. Upaya perbaikan gizi

Program prioritas perbaikan gizi adalah pemberian paket gizi dengan pendistribusian vitamain A, tablet besi (Fe), kapsul Yodium dan MP-ASI. Cakupan vitamin A (2x per tahun) yang diberikan pada bulan Pebruari dan Agustus 2013 sudah mencapai 100 %. Pelayanan pemberian tablet besi (Fe) dimaksudkan untuk mengatasi masalah anemi serta meminimalkan dampak buruk akibat defisiensi tablet besi (Fe) khususnya yang dialami ibu hamil. Cakupan pemberian tablet besi (Fe3) pada ibu hamil pada tahun 2013 sebesar 92,21 %.

F. Pelayanan kefarmasian & alat kesehatan

Pengadaan obat-obatan di fasilitas pelayanan kesehatan khususnya di puskesmas memprioritaskan pada pengadaan obat generik berlogo sesuai dengan petunjuk Departemen Kesehatan. Kegiatan ini menjamin ketersediaan, pemerataan pendistribusian, mutu, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan pada 9 Puskesmas dan 53 puskesmas pembantu di Kabupaten

Gambar

Grafik  3. Ratio beban tanggungan penduduk menurut                         kecamatan di  Kabupaten Klungkung tahun 2012
Grafik 4 . Trend angka kematian bayi (IMR)  di Kabupaten Klungkung tahun 2008 s.d 2013
Grafik 5. Trend angka kematian ibu maternal (MMR)    di Kabupaten Klungkung tahun 2008 s.d 2013
Grafik 8.  Angka Anual Parasit Insiden Malaria   di Kabupaten Klungkung  Tahun 2009 s.d 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan etnografi pada materi geometri yang menjadi salah satu konten dari PISA.Tujuan dari penelitian ini untuk

dipaparkan dari bab sebelumnya, pada puisi tersebut data-data yang sesuai dengan kreteria penskoran sesuai dengan tabel pensekoran unsur fisik dan unsur batin, yang terdiri

Diklat Pengelolaan Arsip Statis bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada peserta dalam mengelola arsip statis yakni arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena

Pengembalian investasi adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilias atau disebut juga dengan rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan

Benda yang terbang di udara akan menimbulkan muatan listrik statis yang diakibatkan karena gesekan antara benda tersebut dengan udara atau awan, atau hampir sama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pembelajaran Bahasa Jawa (materi tembang dolanan) berbasis pendidikan karakter religius dalam kurikulum 2013.. Jenis

Dikaji dari aspek pengaturan, tata cara Pembayaran PKB dan BBNKB, serta realisasi penerimaan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2011 sampai 2013

Sebagian besar responden sejumlah 55% menyatakan sudah mengupayakan perbaikan proses pengolahan bahan baku, dengan alasan agar kualitas produk lebih baik lagi dengan kualitas bahan