• Tidak ada hasil yang ditemukan

- Sistem pemeliharaan yang dilakukan yaitu ekstensif, semi intensif atau intensif HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Pengendalian Penyakit

Serangan penyakit dapat menimbulkan masalah yang berkepanjangan, seperti menghambat pertumbuhan ternak sehingga dapat mengurangi keuntungan peternak. Penyakit yang sering menyerang ternak domba di daerah penelitian adalah penyakit mencret. selain itu ada penyakit lain seperti masuk angin, cacingan dan kaki lemah. Biasanya apabila ternak sakit peternak pertama kali melakukan pengobatan secara tradisional dengan ramuan alami. Apabila ternak tidak sembuh juga, maka peternak memanggil petugas dari Dinas Peternakan dimana petugas kesehatan ini diwakili oleh inseminator untuk memberikan obat-obatan.

Karakteristik responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosial dan ekonomi. Karakteristik sosial peternak yang dianalisis adalah profil peternak domba meliputi: umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak dan sistem pemeliharaan. Sedangkan karakteristik ekonomi responden yang dianalisis meliputi: total penerimaan dari usaha ternak dan total biaya produksi. Karakteristik responden di daerah penelitian dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2. karakteristik responden di daerah penelitian tahun 2010

karakteristik peternak sampel satuan rentang rataan

Tingkat pendidikan tahun 6- 12 9,15

Pengalaman beternak tahun 1-6 2,7

Umur peternak tahun 25-50 33,4

Sistem pemeliharaan D 1-3 2

Total penerimaan dari usaha ternak Rp/tahun 400.000-27.840.000 8.502.000 Total biaya pengeluaran Rp/tahun 150.000-7.750.000 2.028.000

Pendapatan bersih usahaternak Rp/tahun -4050000- 20.090.000 6.227.000

Keterangan : D = variabel dummy –

Sistem Pemeliharaan dimana : 1 = Ekstensif , 2 = Semi Intensif dan 3 = Intensif Sumber: hasil pengolahan data primer2009

Pengalaman beternak domba menyebar antara 1 sampai 6 tahun dengan rataan 2,7 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pengalaman beternak responden cukup, tetapi kurang menguasai tentang teknik pengelolaan usahaternaknya.

Tingkat pendidikan peternak domba menyebar antara 6 sampai 12 tahun dengan rataan 9,15 tahun. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden rata-rata hanya tamat SMP ,sehingga tingkat pendidikan responden digolongkan menengah. Pendidikan non formal di daerah penelitian yang khusus mengenai usahaternak domba tidak begitu berjalan dengan baik.

Umur peternak menyebar antara 25 sampai 50 tahun dengan rataan 33,4 tahun. Hal ini menunjukkan. Hal ini menunujukan bahwa responden masih berada dalam kategori umur produktif (16 sampai 60 tahun), sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola usahaternaknya masih besar.

Pada usahaternak domba di daerah penelitian diperoleh total penerimaan dari usahaternakdomba selama 1 (satu) tahun adalah berkisar antara Rp 400.000 sampai dengan Rp 27.840.000/tahun/ peternak dengan rataan sebesar Rp. 8.502.000/tahun/peternak.

Total biaya pengeluaran pada usahaternak domba meliputi biaya pakan, obat-obatan, tenaga kerja, dan biaya lainnya .Menurut data yang diperoleh selama 1 (satu) tahun dari usahaternak domba per responden adalah berkisar antara Rp. 150.000 sampai dengan Rp7.750.000 dengan nilai pengeluaran rata-rata adalah Rp.2.028.000 /tahun/peternak.

Untuk pendapatan bersih setiap responden dari usahaternak domba selama 1 (satu) tahun berkisar antara Rp -4050000 sampai dengan Rp 20.090.000dengan rataan sebesar Rp. 6.227.000per tahun. Dari nilai rata-rata pendapatan keluarga dari usahaternak domba ini dapat digambarkan bahwa responden kurang termotivasi untuk melakukan pengembangan usaha ternak dombanya, Mereka belum melihat dengan baik bahwa ternak domba yang mereka usahakan ini dapat mendatangkan pendapatan yang lebih besar lagi apabila dilakukan dengan serius.

Biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh peternak untuk usaha ternak mencakup biaya perbaikan kandang, biaya pembelian peralatan pendukung usaha ternak seperti kereta sorong (angkong), cangkul, sapu lidi, dan biaya bahan bakar.

Pengaruh variabel terhadap pendapatan peternak domba

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak domba di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai digunakan analisis regresi linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah pengalaman beternak (X1), tingkat pendidikan (X2), umur peternak (X3) dan sistem pemeliharaan (D). Sedangkan yang menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan (Y).

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak domba di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Analisis varian pendapatanb dan hasil penduga variabel

Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat Signifikansi

Residual 12

Total 19

Sumber : Lampiran

Keterangan : a. Predictors: (constant), pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan

b. Dependent Variabel : Pendapatan peternak

Tabel 7. Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh, pengalaman beternak, tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan terhadap Pendapatan Peternak Domba Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

Variabel Koefisien Regresi Std.Error t-hitung Signifikan

Konstanta -3647608.431 11676400.084 -.312 0. 759

X1 1806288.894 1104937.504 1.635 0. 123

X2 -13509.196 614888.300 -.022 0. 983

Sumber: Lampiran

Berdasarkan Tabel di atas di peroleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ = -3647608.431+ 1806288.894X1 –-13509.196X2 +245085.566X3 -1276925.139D1+

µ

Keterangan:

Ŷ : pendapatan peternak domba potong (baca : Y topi) X1 : pengalaman beternak (tahun)

X2 : tingkat pendidikan (tahun) X3 : umur peternak (tahun)

D1 : sistem pemeliharaan (variabel dummy)

Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui:

Nilai Konstanta/Intersept adalah sebesar -3647608.431. Artinya apabila variabel bebas yaitu , pengalaman beternak tingkat pendidikan,umur peternak dan sistem pemeliharaan tidak ada maka peternak domba akan mengalami kerugian sebesar nilai konstanta yaitu Rp 322.271,448.

D1 -1276925.139 2772592.278 -.461 0. 652 R square 0,794 Regresion 7,00E+14 Residual 2,00E+14 F-hitung (α=0,05) 6,596 F-tabel (α=0,01) 4,60

1. R Square bernilai 79,4%, artinya bahwa semua variabel bebas pengalaman beternak tingkat pendidikan,umur peternak dan sistem pemeliharaan mempengaruhi variabel terikat sebesar 79,4% dan selebihnya yaitu sebesar 20,6% dijelaskan oleh variabel lain (

µ)

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2. Secara serempak nilai F-hitung (6,596) lebih besar daripada F-tabel (4,60). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu pengalaman beternak tingkat pendidikan, umur peternak dan sistem pemeliharaan berpengaruh secara nyata (ada pengaruh positif) terhadap pendapatan peternak domba dengan taraf signifikansi 0.002a dan pada taraf kepercayaan 76%.

3. Secara partial nilai t-hitung variabel yang mempengaruhi adalah variabel pengalaman beternak (1.635) tingkat pendidikan (-.022), umur peternak (1.161) dan sistem pemeliharaan (-.461)

a.

Variabel pengalaman beternak tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak domba, jika diukur pada tingkat kepercayaan 76% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X2) sebesar 1.635 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 4,60. Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak memiliki pengalaman beternak 3-6 tahun (45%) dari total responden dan sebanyak 55% yang pengalamannya dalam beternak kurang dari 3 tahun, dengan rata-rata pengalaman beternak seluruhnya 2,7 tahun . Umumnya pengalaman beternak diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik. Namun di lapangan tidak diperoleh pengaruh seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan banyak peternak yang memiliki pengalaman yang memadai namun masih mengelola usaha tersebut dengan

kebiasaan-kebiasaan lama yang sama dengan sewaktu mereka mengawali usahanya sampai sekarang.

b.

Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak domba, jika diukur pada tingkat kepercayaan 76% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X2) sebesar -0.022 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni sebesar 4,60. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada dasarnya pernak yang ada di daerah peneltian masih tergolong berpendidikan menengah.

c.

Variabel umur/usia pada peternak domba, jika diukur pada tingkat kepercayaan 76% yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung (X3) sebesar 1.161 lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni

sebesar 4,60. Hal ini menunjukkan bahwa umur/usia peternak tidan berpengaruh nyata disebabkan karena kriteria umur peternak tidak mendorong peternak dalam mengembangkan usahaternak domba di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Faktor umur biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga tinggi. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.

d.

Variabel sistem pemeliharaan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak domba potong di daerah penelitian jika diukur pada tingkat kepercayaan 76% yang

ditunjukkan oleh nilai t-hitung (D1) sebesar -.461, lebih kecil dari nilai t-tabel (α = 0.05) yakni

sebesar 4,60. Berdasarkan sistem pemeliharaan, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak memiliki sistem pemeliharaan beternak dengan cara pemeliharaan semi intensif sebesar 60% responden dan sebesar 40 % responden beternak dengan cara intensif, hal ini disebabkan karena peternak tidak memiliki lahan untuk usaha ternak domba tersebut, sehingga pengontrolan ternak domba belum maksimal. Menurut muyono dan Sarwono (2007) domba yang diternakkan secara intensif membutuhkan perhatian penuh dari pemiliknya, berupa kegiatan rutin sehari-hari dan kegiatan insidental. Seumur hidup ternak berada di kandang dan tidak bisa berkeliaran kemana-mana.

Arti dari nilai persamaan berikut adalah :

Ŷ = -3647608.431+ 1806288.894X1 –-13509.196X2 +245085.566X3 -1276925.139D1+

µ

Bedasarkan model persamaan diatas dapat diinterpretasi bahwa:

a.Apabila variabel bebas Pengalaman Beternak (X3) mengalami kenaikan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi peningkatan pendapatan (Y) sebesar Rp. 2.021.796,756.

b.Apabila variabel bebas Pendidikan (X2) mengalami penurunan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar 201748.359

c.Apabila variabel bebas Umur (X3) mengalami penurunan sebesar 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 13509.196

d.Apabila variabel bebas sistem pemeliharaan (D1) adalah ekstensif, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 1.276.925.139

e. Apabila variabel X1, X2, X3 dan D1 yang dianalisis dianggap nol (tidak melakukan aktivitas), maka peternak domba akan menanggung biaya sebesar Rp 3647608.431/tahun atau Rp.303967,369 /bulan.

Dokumen terkait